Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Nurul Shalikha
(132210101011)
Wakika Hosnul H
(132210101077)
(132210101083)
(132210101095)
Fatima Azzahra
(132210101112)
LABORATORIUM BIOLOGI
BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia Indonesia telah lama mengenal menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada
pengalaman keterampilan yang secara turun-temurun telah diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Salah satu tanaman yang biasa digunakan
sebagai obat tradisional adalah jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk). Tanaman
ini digunakan sebagai obat pelangsing, perut kembung, diare, batuk dan sesak
nafas (Dewi et al. 2000; Sastroamidjojo 1988).
Bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika
diadakan identifikasi dan menentukan sistematikanya, maka akan diperoleh bahan
alam berkhasiat obat salah satunya dengan melalui praktikum Farmakognosi yang
meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang juga
mencakup indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam
simplisia. Bahan alam tersebut kemudian dapat diolah menjadi suatu senyawa
yang dapat memberikan manfaat melalui zat-zat atau kandungan kimia yang ada
di dalamnya. Jati belanda sudah diketahui memiliki khasiat obat sehingga perlu
diamati terdapat kandungan senyawa-senyawa apa saja yang berkhasiat obat.
Makalah ini akan membahas mengenai hasil pengamatan Guazumae Folium
dengan menganalisis mikroskopis fragmen-fragmen spesifik serbuk daun,
mengidentifikasi serbuk daun dengan penambahan reagen kimia dan menganalisis
senyawa identitas serbuk daun dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Uji histokimia dan KLT ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai kandungan senyawa-senyawa yang terdapat pada Guazumae Folium
sehingga memudahkan kita untuk membuat sediaan yang diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja yang diamati identifikasi makroskopis dan mikroskopis pada
fragmen-fragmen spesifik serbuk Guazumae Folium?
2. Apa fungsi penambahan reagen-reagen kimia dalam identifikasi dengan uji
histokimia Guazumae Folium?
3. Apa saja kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam Guazumae Folium ?
4. Bagaimanakah cara menganalisis senyawa identitas (kandungan kimia)
Guazumae Folium dengan metode KLT?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa
dapat
mengidentifikasi
fragmen-fragmen
spesifik
serbuk
Guazumae Folium.
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi penambahan reagen-reagen kimia yang
digunakan dalam identifikasi dengan uji histokimia.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan senyawa-senyawa kimia yang
terdapat dalam Guazumae Folium.
4. Mahasiswa dapat menganalisis senyawa identitas Guazumae Folium dengan
metode KLT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami penglahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan
bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani
dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat
tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya.
Pengamatan Guazumae Folium dilakukan dengan berbagai uji analisis
meliputi uji makroskopis, uji mikroskopis, uji histokimia dan uji KLT. Uji
makroskopis dilakukan untuk menganalisis morfologi Guazumae Folium. Uji ini
meliputi organoleptis seperti bau, warna, rasa, ukuran serta bentuk tepi, pangkal dan
permukaan daun. Uji mikroskopis dilakukan untuk menganalisis anatomi Guazumae
Folim. Uji ini menggunakan mikroskop untuk mengetahui jaringan-jaringan yang
spesifik yang terdapat pada Guazumae Folium. Uji histokimia dilakukan dengan
penambahan berbagai reagen kimia. Identifikasi kandungan serbuk daun dengan cara
histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat
dalam jaringan serbuk daun tersebut. Dengan menggunakan pereaksi spesifik, zat
zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik sehingga mudah
dideteksi.
Uji KLT digunakan untuk memisahkan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya. dengan menggunakan sebuah lapis tipis
silica atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik
yang keras (Skoog et al., 2004).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa
yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf
yang rendah Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang
harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Makroskopis :
Daun tunggal, bentuk bundar telur sampai lanset, panjang helai daun 4
cm sampai22,5 cm, lebar 2 cm sampai 10 cm, pangkal daun berbentuk jantung
yang kadang-kadang tidak setangkup, ujung daun meruncing, pinggir daun
bergigi, permukaan daun kasar, warna hijau kecoklatan sampai coklat muda,
tangkai daun panjang 5mm sampai 25 mm. Organoleptis : Warna hijau tua
kecoklatan, bau aromatik lemah dan rasa agak kelat.
Mikroskopis :
Epidermis atas terdiri dari satu lapis sel, berambut penutup dan
berambut kelenjar. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel, berstomata,
berambut penutup dan berambut kelenjar. Stomata tipe anisositik. Rambut
penutup bentuk menyerupai bintang. Di dalam mesofil terdapat hablur
kalsium oksalat berbentuk prisma.
Warna Hasil
Pemeriksaan
Asam sulfat P
Hitam coklat
Asam sulfat 10 N
Hijau muda
Asam klorida P
Hijau
Hijau
Coklat (-)
Natrium hidroksida 5%
Coklat kuning
Kalium hidroksida 5%
Coklat hijau
Ammonia 25%
Hijau
Hijau (+)
Kalium iodida 6%
Hijau coklat
Feri klorida 5%
Hijau
sulfat pekat di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan adalah hitam
coklat. Hal ini sesuai dengan literatur. Penambahan reagen asam sulfat P
adalah hitam coklat yang menunjukkan adanya triterpenoid dan steroid.
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan
asiklik yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik
leleh tinggi dan bersifat optis aktif (Harborne,1987).
Triterpenoid dapat
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat
dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid yang terdapat
dalam jaringan hewan beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang
terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol
setelah triterpenoid ini mengalami serentetan perubahan tertentu.
sulfat 10N di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan adalah coklat
tua. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan bahwa warna
yang dihasilkan dari Guazumae Folium setelah penambahan reagen asam
sulfat 10N adalah hijau muda yang menunjukkan adanya terpenoid, steroid
dan minyak atsiri.
Terpenoid termasuk derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa
terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak
dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Terpenoid
merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Sifat fisika dari terpenoid yaitu
dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika teroksidasi
warna akan berubah menjadi gelap, mempunyai bau yang khas, mempunyai
titik leleh tinggi, indeks bias tinggi, kebanyakan optik aktif, kerapatan lebih
kecil dari air, larut dalam pelarut organik eter dan alkohol. Sifat kimianya
yaitu senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik) dan isoprenoid
kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer.
Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara
umum mudah menguap. Minyak atsiri berupa cairan pekat yang tidak larut
air, mengandung senyawa-senyawa beraroma yang berasal dari berbagai
tanaman. Minyak atsiri mempunyai peran yang penting dalam bidang niaga
sebagai cita rasa dan bau makanan, kosmetik, parfum, antiseptik, insektisida,
obat-obatan dan sebagainya (Robinson, 1991).
tetes asam klorida P di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan
adalah hijau coklat. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan
bahwa warna yang dihasilkan dari Guazumae Folium setelah penambahan
reagen asam klorida P adalah hijau yang menunjukkan adanya lignin.
Lignin merupakan polimer yang strukturnya heterogen dan kompleks yang
terdiri dari koniferil alkohol, sinaphil alkohol, dan kumaril alkohol sehingga
sulit untuk dirombak. sekitar 30% material pohon adalah lignin yang
berfungsi sebagai penyedia kekuatan fisik pohon, pelindung dari biodegradasi
dan serangan
tetes asam klorida encer serta diaduk. Warna yang dihasilkan adalah coklat.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan bahwa warna yang
dihasilkan dari Guazumae Folium setelah penambahan reagen asam klorida P
adalah hijau yang menunjukkan adanya lignin.
tetes kalium hidroksida 5% serta diaduk. Warna yang dihasilkan adalah coklat
hijau. Hal ini sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan bahwa warna yang
dihasilkan dari Guazumae Folium setelah penambahan reagen kalium
hidroksida 5% adalah coklat hijau.
tetes ammonia 25% di lemari asam serta diaduk. Warna yang dihasilkan
adalah hijau. Hal ini sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan bahwa
warna yang dihasilkan dari Guazumae Folium setelah penambahan reagen
ammonia 25% adalah hijau yang menunjukkan adanya flavanoid.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suau rantai propane (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat
menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2diarilpropan atau isofalvonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid.
tetes feri klorida 5% serta diaduk secara pelan-pelan. Warna yang dihasilkan
adalah hijau tua. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Literatur menyatakan
bahwa warna yang dihasilkan dari Guazumae Folium setelah penambahan
reagen adalah hijau yang menunjukkan adanya tanin.
Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa
pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau
berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Tanin
merupakan salah satu komponen zat organik yang sangat kompleks, berbentuk
serbuk putih atau kecoklatan, atau mempunyai rasa spesifik (sepet). Bagian
tumbuhan yang banyak mengandung tanin adalah kulit kayu, daun, akar, dan
buahnya (Suprijati, 1999).
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiosperm
terdapat khusus dalam jaringan kayu.Tanin digunakan secara luas dalam
industri, antara lain industri minuman, tanin digunakan untuk mengendapkan
serat-serat organik dan menonaktifkan enzim-enzim yang terdapat dalam
bahan.
: Kuersetin
Vol. Penotolan
: 5 l
Fase gerak
Fase diam
Penampak noda
: Sitroborat
Warna noda
: Kuning
Rf standar
: 0,714
Rf Analit
:-
Rf standar =
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Guazumae Folium bisa digunakan sebagai obat karena pada
Guazumae Folium mengandung senyawa-senyawa yang berkhasiat obat
diantaranya adalah triterpen, steroid, minyak atsiri, flavonoid, tanin, musilago,
resin, damar, karotenoid dan karbohidrat.
Hasil uji KLT Guazumae Folium nilai Rf-nya tidak bisa ditentukan
karena jarak analit ke larutan standar tidak terdeteksi. Hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor praktikan, kondisi tempat,
bahan dan alat praktikum yang digunakan.
Saran
Sebaiknya pengamatan warna pada uji histokimia, menggunakan
pembanding warna yang jelas. Agar tahu perbedaan mana yang hijau coklat
dan mana yang coklat hijau.
Penambahan reagen-reagen pekat dilakukan di lemari asam karena
reagennya mudah menguap.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne.
J.B.,1987.
Metode
Fitokimia
terjemahan
K.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-20718-Chapter11432577.pdf
DAFTAR PUSTAKA
Mun'im, A., & Hanani, E. (2011). Fitoterapi Dasar. Jakarta: DIAN RAKYAT.