Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MANUSIA

Praktikum 2 : PENGUKURAN TEKANAN DARAH

OLEH :
1. Muhamad

Nurhidayatullah P.

(04011181520058)
2. Nopasari
(04011181520059)
3. Anugrah Qalbi
(04011181520060)
4. Anisah Nida ulHaq (04011281520111)
5. Nur Ghaliyah Sandra Putri (04011281520112)
6. Muhammad Zen Faris (04011281520113)
7. M. Fadlillah Al Fitrah (04011281520114)
8. Khairunnisa Elvia Putri (04011281520115)
9. Alderiantama Akhmad (04011281520116)
10. Muthiah Azzahrah (04011281520117)
Dosen Pembimbing: drg. Nursiah Nasution, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015/2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Illahi Robbi, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayahnya jua-lah Penyusun bisa menyelesaikan tugas laporan praktikum ini dengan
baik tanpa aral yang memberatkan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk dari pemenuhan tugas Team Based Learning yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
1

Terima kasih tak lupa pula Kami haturkan kepada tutor yang telah membimbing dalam

proses praktikum ini, beserta pihak-pihak lain yang terlibat, baik dalam memberikan
saran, arahan, dan dukungan materil maupun inmateril dalam penyusunan tugas
laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik yang
membangun sangat Kami harapkan sebagai bahan pembelajaran yang baru bagi Penyusun dan
perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, 26 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................

Daftar Isi ............................................................................................................

BAB 1 Pendahuluan ..........................................................................................

1.1 Pendahuluan ..................................................................................................

1.2 Tujuan ............................................................................................................

1.3 Manfaat ..........................................................................................................

BAB 2 Landasan Teori .....................................................................................

BAB 3 Metodologi ..............................................................................................

11

3.1 Alat ................................................................................................................

11

3.2 Cara Kerja Pengukuran Tekanan Darah pada Berbagai Posisi ......................

11

3.3 Cara Kerja Pengukuran Tekanan Darah Setelah Aktivitas Otot ...................

13

3.4 Pembahasan ...................................................................................................

14

3.5 Pertanyaan .....................................................................................................

15

BAB 4 Penutup ...................................................................................................

17

Daftar Pustaka ...................................................................................................

18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung terhadap dinding
arteri. Pada manusia, darah dipompa melalui dua sistem sirkulasi terpisah dalam jantung
yaitu sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan jantung memompa darah
3

yang kurang O2 ke paru-paru melalui sirkulasi pulmonal di mana CO2 dilepaskan dan O2
masuk ke darah. Darah yang mengandung O2 kembali ke sisi kiri jantung dan dipompa
keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui sirkulasi sistemik di mana O2 akan dipasok
ke seluruh tubuh. Darah mengandung O2 akan melewati arteri menuju jaringan tubuh,
sementara darah kurang O2 akan melewati vena dari jaringan tubuh menuju ke jantung.
Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua
nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah
sistolik terjadi ketika ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan darah ke arteri sedangkan
tekanan darah diastolik terjadi ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari
atrium. Tekanan darah rata-rata orang dewasa muda yang sehat (sekitar 20 tahun) adalah
120/80 mmHg. Nilai pertama (120) merupakan sistolik dan nilai kedua (80) merupakan
tekanan darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat menggunakan
sfigmomanometer yang ditempatkan di atas arteri brakialis pada lengan.
Tekanan darah penting karena merupakan kekuatan pendorong bagi darah agar dapat
beredar ke seluruh tubuh untuk memberikan darah segar yang mengandung oksigen dan
nutrisi ke organ-organ tubuh. Tekanan darah bervariasi untuk berbagai alasan, seperti usia,
aktivitas fisik, dan perubahan posisi. Untuk orang dewasa, 120/80 mmHg dianggap
sebagai nilai yang normal. Nilai tekanan darah anak-anak lebih rendah daripada orang
dewasa.
Tekanan darah anak didasarkan pada jenis kelamin, usia, dan tinggi. Tekanan darah
bisa bervariasi bahkan pada orang yang sama misalnya pada saat berolahraga. Olahraga
akan menyebabkan tekanan darah meningkat untuk waktu yang singkat dan akan kembali
normal ketika berhenti berolahraga. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda yaitu
pada waktu pagi hari tekanan darah lebih tinggi dibandingkan saat tidur malam hari karena
adanya perbedaan tekanan darah sistolik selama 2 jam pertama setelah bangun tidur
dikurangi tekanan darah sistolik terendah dalam sehari.4 Selain itu, faktor yang dapat
mempengaruhi perbedaan tekanan pada pembuluh darah adalah posisi tubuh dimana
perubahan tekanan darah pada posisi tubuh dipengaruhi oleh faktor gravitasi.
I.2 Tujuan
1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi
2. Mengukur tekanan arteri brachialis pada berbagai posisi
3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot

1.3 Manfaat
1. Memahami dan mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan tekanan darah.
2. Memahami dan mampu menginterpretasikan tekanan darah yang rendah, normal dan tinggi.
3. Memahami dan mampu melakukan pengukuran tekanan darah dengan baik dan benar.
4. Memahami dan mampu menjelaskan fase Korotkoff.
5. Memahami dan mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

BAB 2
LANDASAN TEORI
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding
pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan
gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja
tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran,
yakni tekanan sistole dan diastole.

Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung.
Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti
oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin,
2003),
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan
dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian
ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga
kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic
Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang
lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus.
Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam
ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan
tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi
dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase
ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.

Gambar 1.2 Fenomena yang terjadi saat siklus jantung (Saladin, 2003)
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui
tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan puncak adalah 120
mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung
saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV.
Sisa darah yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV
ESV.

4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)


Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini juga
disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum
menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan
di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel,
sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah
mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan
diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann,
1981).

Gambar 1.3 Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole (Guyton &
Hall, 2006)
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah
arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Ketika manset diikatkan

pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan

jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai
puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa
teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan
tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya
dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang
ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.

Aliran

darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan

mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas,
yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih
lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri
terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset
juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika
tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka
terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan
derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset
tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal
kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan
darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran
darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.
Fase korotkoff dibagi menjadi lima fase, yaitu:
1. A trapping sound.
Pada awalnya, manset dipompa sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan sistolik yang
diharapkan dalam arteri brachialis. Ketika tekanan di dalam manset diturunkan perlahan-lahan, pada titik
tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset,semburan darah melewatinya pada tiap denyut
jantung, bunyi detakan (trapping sound) terdengar di bawah manset.
2. A soft swishing sound.
Pada saat tekanan manset berada di bawah tekanan sistol, arus turbulen yang terputus-putus
menghasilkan suara seperti berdesis
.3. A crisp sound.
Tekanan manset yang berada di bawah tekanan sistole dan di atas tekanan diastole. Arus turbulensi
dalam arteri brachialis terdengar seperti suara yang renyah.
4. A blowing sound.
Tekanan manset dekat dengan tekanan diastolik arteri, pembuluh masih kontriksi tetapi arus turbulen
berlanjut. Kualitas bunyi kontinu menjadi hilang.
5. Silence.
Arus turbulen dalam arteri brachalis diinterupsi paling sedikit. Pada bagian diastolik, bunyi tidak
terdengar lagi
Bunyi nadi yang didengar pertama kali (jelas), fase I Korotkoff menggambarkan
tekanan sistolik. Normalnya suara ini menjadi lebih pelan (fase II) lalu mengeras (fase III)
kemudian menjauh (fase IV) dan menghilang (fase V) (Lang dan Silbernagl, 2000). Pada
9

tahun 1939, Committee on Standardization of Blood Pressure Readings dari American Heart
Association dan dari Great Britain dan Ireland menyetujui pemakaian fase IV Korotkoff
sebagai penentu tekanan diastolik. Akan tetapi, pada tahun 1951 The Council for High Blood
Pressure Research dari The Scientific Council of The American Heart Association
merubahnya dan merekomendasikan fase V Korotkoff sebagai penentu terbaik bagi tekanan
diastolik (Lubis, 2008).
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti halnya
aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga
diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
The sixth of the joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
Hight Blood Pressure (1997), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hipertensi adalah apabila tekanan
darah sisitoliknya sama atau diatas 140 mm Hg atautekanan darah diastoliknya sama atau diatas 90 mm Hg.
Selain itu untuk penderita dalam pengobatan anti hipertensi, batasan klasifikasinya sebagai berikut :

Sumber : The sixth of the joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,and Treatment oh
Hight Blood Pressure (1997)
Klasifikasi menurut WHO (1999) disebut bahwa yang dikatakan hipertensi apabila mempunyai
tekanan darah sisitoliknya >140 mm Hg dan tekanan darah diastoliknya >90mm Hg. Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg
atau tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus
meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

10

BAB 3
METODOLOGI
3.1 Alat
1) Stopwatch
2) Sphygmomanometer
a) Manometer air raksa + klep pembuka penutup
b) Manset udara
c) Selang karet
d) Pompa udara dari karet + sekrup pembuka penutup
3) Stetoskop
3.2 Cara Kerja Pengukuran Tekanan Darah pada Berbagai Posisi
1. Naracoba berbaring telentang selama 10 menit.
2. Pasang manset sphygmomanometer pada lengan kanan atas naracoba.
3. Temukan denyut a. Brachialis pada fossa cubiti dan a. Radialis pada
pergelangan tangan melalui palpasi.
4. Sambil meraba a. Radialis, pompa manset sampai a. Radialis tidak teraba
lagi(mencapai tekanan sistolik). Bila a. Radialis tidak teraba, manset terus
dipompa sampai 30 mmHg diatas tekanan sistolik.
5. Letakkan stetoskop di atas denyut a. Brachialis
6. Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan
sambil mendengarkan adanya bunyi pembuluh(penurunan tekanan 2-3 mmHg
per 2 denyut).
7. Tentukan kelima fase korokoff.
8. Ulangi pengukuran (no. 4-7) sampai 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata,
catat hasilnya. (sebelum mengulang tekanan manset harus kembali ke nol).
9. Naracoba duduk, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti
prosedur diatas. (posisi lengan atas sedikit merapat ke batang tubuh).
10. Naracoba berdiri, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti
prosedur diatas. (posisi lengan atas sedikit merapat ke batang tubuh).
11. Bandingkan tekanan darah pada 3 posisi tersebut.

HASIL PERCOBAAN

11

No

Nama
naracoba

Umur(
tahun)

L/
P

Berbaring
Duduk
Berdiri
Sistole Diastole Sistole Diastole Sistole Diastole

12

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.

Katheline T.
Beauty N.
Jesica Moudy
Shavira Dwi
Stella R.
Nabilla O.
Farid R.
Claudia J.
Optima
Nanda S.
Anugrah Q.
Muthiah A.
K. Elvia
N. G. Sandra
Nopasari
Apriyani
Mira maulani
Dian natalia
Griselda
Billy D.
M. fitrizal
R. Syifa M.
Bhiwa
M. Fakhri
Andy A.
Ainun M.
Alyssa
Mulya S.
Agani S.
Laila
Wahyudi
Rovania Y.
Deep
Danang B.
Feisal M.
Vedha
Sredaran
M. Al Akbar
Vinil K.
Nur F.

18
17
18
18
18
18
18
18
18
18
17
18
18
16
18
18
18
18
18
19
19
18
16
18
18
16
19
19
19
20
18
19
22
20
18
19
19
19
21
21

P
P
P
P
P
P
L
P
P
L
L
P
P
P
P
P
P
P
P
L
L
P
L
L
L
P
P
L
P
P
L
P
P
L
L
L
L
L
L
P

100
110
118
100
110
110
90
90
94
110
110
120
95
120
110
100
115
125
102
116
120
120
132
142
105
105
100
100
110
109
125
90
120
90
120
120
82
100
120
100

80
60
78
82
70
70
57
70
62
80
70
78
65
70
70
70
75
75
68
82
80
80
98
90
70
80
55
65
75
69
85
50
70
60
80
95
32
65
95
80

100
110
118
100
105
108
118
100
90
110
120
118
110
120
110
118
100
110
112
117
110
110
132
130
100
100
100
100
110
110
110
110
120
110
120
130
83
100
125
120

70
66
78
70
85
68
65
80
59
70
70
78
70
80
65
70
60
75
70
81
70
70
100
90
60
70
60
70
80
61
80
80
90
70
80
85
45
40
80
85

102
120
120
106
120
110
121
110
92
120
120
122
100
130
120
114
100
99
114
110
120
110
136
136
100
100
100
100
122
110
130
125
120
120
120
120
85
115
120
100

80
78
78
80
90
69
65
80
70
70
80
84
75
70
70
68
60
71
68
82
90
70
100
102
75
80
70
80
80
70
90
80
90
80
90
80
60
55
80
85

3.3 Cara Kerja Pengukuran Tekanan Darah Setelah Aktivitas Otot


1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik a. Bracialis pada posisi duduk
seperti percobaan A

13

2. Tanpa melepaskan manset, naracoba berlari ditempat dengan 120 lompatan


per menit selama 2 menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk
dan ukur tekanan darah.
3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit sampai tekanan kembali ke nilai semula.
HASIL PERCOBAAN
No

Nama
naracoba

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.

Katheline T.
Beauty N.
Jesica Moudy
Shavira Dwi
Stella R.
Nabilla O.
Farid R.
Claudia J.
Optima
Nanda S.
Anugrah Q.
Muthiah A.
K. Elvia
N. G. Sandra
Nopasari
Apriyani
Mira maulani
Dian natalia
Griselda
Billy D.
M. fitrizal
R. Syifa M.
Bhiwa
M. Fakhri
Andy A.
Ainun M.
Alyssa
Mulya
Agani
Laila
Wahyudi
Rovania
Deep
Danang
Feisal
Vedha
Sredaran

Umur L/P
18
17
18
18
18
18
18
18
18
18
17
18
18
16
18
18
18
18
18
19
19
18
16
18
18
16
19
19
19
20
18
19
22
20
18
19
19

P
P
P
P
P
P
L
P
P
L
L
P
P
P
P
P
P
P
P
L
L
P
L
L
L
P
P
L
P
P
L
P
P
L
L
L
L

TD
BASAL

TD 0
Menit
122/90
120/70
130/85
110/80
125/90
120/80
90/57
90/57
94/162
120/70
125/90
130/84
100/86
135/90
130/75
120/80
120/75
125/75
102/60
116/82
130/90
120/75
162/116
140/100
130/70
110/90
130/70
105/70
122/79
120/81
150/100
130/70
130/90
140/80
130/70
150/90
110/90

100/80
110/60
118/78
100/82
110/70
110/70
90/57
90/70
94/62
110/80
110/70
120/78
95/65
120/70
110/70
120/80
115/72
120/80
105/72
110/82
120/80
120/80
132/98
142/90
105/70
105/80
100/55
100/65
110/75
109/69
130/90
90/50
120/70
90/50
90/60
120/50
100/80
14

POST EXERCISE
TD 1
TD 2
menit
menit
122/90
110/88
124/74
124/80
125/78
120/78
110/80
110/86
125/90
115/100
120/78
110/70
103/60
98/58
120/90
120/90
102/78
102/78
120/60
120/60
125/88
122/85
128/84
125/84
100/83
98/83
130/80
125/70
120/70
110/70
115/70
120/70
119/70
119/73
129/97
128/95
108/70
104/68
128/90
124/87
130/80
120/80
110/75
110/70
158/110
148/110
142/100
138/90
120/70
120/70
110/90
110/85
130/70
120/70
105/70
98/75
122/79
121/80
120/81
117/81
150/100
140/90
120/70
130/70
140/90
130/80
140/80
140/70
130/110
130/90
125/90
125/90
88/48
87/47

TD 3
menit
110/88
123/70
120/80
108/82
120/90
110/70
98/58
120/90
84/70
120/70
120/85
122/82
95/83
120/70
110/60
121/72
110/75
126/96
103/67
120/84
120/80
110/70
148/110
138/90
120/70
100/89
110/60
100/75
120/75
112/75
150/100
120/70
130/80
120/70
130/80
120/90
88/49

38. Akbar
39. Vinil
40. Nur

19
21
21

L
L
P

130/60
100/65
100/90

100/80
120/85
120/80

80/40
120/90
110/100

100/60
125/85
100/88

105/60
125/90
100/80

3.4 PEMBAHASAN
Tekanan darah dan denyut nadi seseorang juga dipengaruhi oleh posisi tubuh seseorang,misalnya
denyut nadi dan tekanan darah seseorang pada saat berbaring berbeda dengan denyut nadi dan tekanan
darah seseorang pada saat duduk maupun berdiri. Dan jika seseorang melakukan aktivitas maka denyut
nadi dan tekanan darahnya juga berbeda. Denyut nadi dan tekanan darah pada posisi berbaring pada saat
praktikum merupakan denyut nadi dan tekanandarah yang terendah dibandingkan pada posisi duduk dan
berdiri karena pada posisi berbaring diasumsikan keadaan istirahat biasanya ketegangan fisik dan psikis
menurun. Pada praktikum yang kami lakukan pada saat naracoba 2 berbaring, tekanan darah yang
diperoleh 110/60 mmHg, pada saat duduk tekanan darah yang diperoleh 110/66 mmHg, sedangkan
pada saat berdiri tekanan darah yang diperoleh 120/78 mmHg. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan
teori yang ada yaitu semakin berat kegiatan yang dilakukan maka semakin besar denyut nadi yang
dihasilkan.
Pada saat berdiri dihasilkan denyut nadi paling besar karena berdiri memerlukan energy yang lebih
besar dan juga pada saat berdiri dipengaruhi gaya gravitasi yang memperlancar aliran darah sehingga
semakin banyak denyut yang dihasilkan. Pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah baik di sistole
maupun diastole dapat terlihat pada praktikum yang telah kami lakukan pada naracoba ke 20 yaitu pada
saat berbaring didapatkan tekanan darah 116/82 mmHg, pada saatduduk 117/81 mmHg, sedangkan
pada saat berdiri 110/82 mmHg. Data tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin berat
kegiatan yang dilakukan maka semakin besar tekanan darah yang dihasilkan. Hal tersebut mungkin
dikarenakan pada saat berbaring, berdiri maupun saat posisi duduk naracoba bergurau, berbicara,
bergerak-gerak, kesalahan pemeriksaan pendengaran karena kurang konsentrasi, pemasangan manset
yang terlalu kencang atau terlalu longgar. Aktivitas tubuh juga dapat berpengaruh besar terhadap denyut
nadi dan tekanan darah.
Pengaruh aktivitas tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah dapat ditunjukkan melalui hasil
praktikum yang telah kami lakukan yaitu saat rileks kami lakukan palpasi dan tidak mendapatkan
kesulitan. Namun, Pada naracoba 12 saat setelah beraktivitas/latihan didapatkan tekanan darah 130/84
mmHg dan selang 1 menit tekanan darahnya mengalami penurunan yaitu 128/84 mmHg. Hasil tersebut
sesuai dengan teori yang ada yang menyebutkan bahwa pada saat beraktivitas jantung memompa darah
15

lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang telah banyak terpakai pada saat melakukan
aktivitas.
Oleh karena itu, setelah selesai melakukan aktivitas denyut nadi bertambah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen kemudian denyut nadi semakin lama semakin menurun hingga kembali ke normal
karena kebutuhan oksigen telah terpenuhi. Aktivitas tubuh sangat mempengaruhi tekanan darah baik
sistole maupun diastole. Namun, hal ini berbeda terhadap naracoba 20 dimana saat setelah beraktivitas
tekanan darahnya 116/82 mmHg namun malah mengalami peningkatan setelah selang beberapa menit
istirahat yaitu tekanan darah 128/90 mmHg atau pada naracoba 1, dimana tekanan darah setelah
beraktivitasnya 122/90 mmHg dan tidak mengalami perubahan setelah selang beberapa menit yaitu
tekanan darah 122/90 mmHg.
Hasil yang telah kami peroleh tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin
berataktivitas tubuh yang dilakukan maka semakin besar tekanan darah yang dihasilkan. Hal ini
mungkin dikarenakan kesalahan pemeriksaan pendengaran karena kurang konsentrasi, pemasangan
manset yang terlalu kencang atau terlalu longgar, dan juga irama lari-lari ditempat dan lompat yang
masih malas-malasan
3.5 PERTANYAAN
1. Mengapa pada perubahan posisi pengukuran harus menunggu setelah 3 menit?
2. Apakah ada perbedaan tekanan darah pada 3 posisi di atas(Percobaan A)?
Mengapa demikian?
3. Apakah pengukuran tekanan secara palpasi dapat menentukan nilai Korotkoff
dan tekanan diastolik? Mengapa demikian?
4. Mengapa pada tekanan sistolik, denyut a. Radialis teraba?
5. Bagaimana mekanisme perubahan tekanan darah karena aktivitas otot rangka?
JAWABAN
1. Karena pengukuran tekanan darah yang berkali-kali menyebabkan hipoksia di otot.
Naracoba akan merasa kesakitan. Maka dari itu, setelah 3 menit energi di otot akan kembali
normal sehingga memungkinkan kita untuk mengukur tekanan darah kembali.
2. Ada, karena pada saat berbaring tekanan darah akan rendah (ketegangan fisik dan
psikismenurun dan dalam fase istirahat), keadaan istirahat mempengaruhi tekanan darah.
Sedangkan saat berdiri tekanan darah akan meningkat karena berdiri membutuhkan energi
yang lebih banyak dari berbaring dan juga pada saat berdiri dipengaruhi oleh gaya gravitasi
yang memperlancar aliran darah sehingga semakin banyak denyut yang dihasilkan.

16

Sedangkan pada posisi duduk tubuh kita dalam posisi diantara berdiri dan berbaring maka
angka tekanan darahnya akan berkisar diantara posisi berbaring dan berdiri.
3. Cara palpasi hanya dapat menentukan tekanan diastol. Palpasi dilakukan sebelum
melakukanauskultasi (penggunaan stetoskop) karena dari pengukuran palpasi kita akan
mendapatkan nilai standar patokan untuk mengukur tekanan darah dengan cara auskultasi.
4. Karena tekanan sistolik yang terjadi disebabkan oleh kontraksi jantung yang memompa
darahke arteri radialis. Akibatnya tekanan darah meningkat dan membuat arteri radialis
teraba saat sistolik.
5. Saat berbaring (istirahat) tekanan darah rendah, ketika duduk, tubuh memerlukan energy
sehingga jantung berdenyut lebih kencang untuk memompa darah dengan cara menaikkan
tekanan darah agar suplai oksigen terpenuhi untuk otot rangka yang berkontraksi pada posisi
duduk. Hal ini sama teorinya saat berdiri dan berdiri memerlukan energi yang lebih besar
dari duduk. Maka dari itu tekanan darah pada posisi berdiri menjadi tinggi dan lebih tinggi
daripada posisi duduk sebelumnya.

BAB IV
17

PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
1. Cara-cara yang dilakukan untuk pengukuran tekanan darah arteri yaitu :
a. Cara palpasi yaitu dengan cara meraba denyut nadi.
b. Cara auskultasi yaitu dengan cara mendengarkan suara arteri dengan
menggunakan stetoskop
c. Cara osilasi yaitu dengan cara melihat osilasi pada manometer.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu :
a. Umur
b. Kegiatan (kerja otot perubahan sikap)
c. Ketinggian (gravitasi)
d. Ekspirasi dan inspirasi
e. Kerja jantung
f. Pengaruh berpikir
4.2. SARAN
Sebaiknya pada percobaan ini menggunakan alat yang memadai. Orang coba harus
dalam keadaan rileks dan pemeriksa harus mengetahui betul penggunaan alat agar
tidak terjadi kekeliruan.
Sebaiknya ruangan praktikum dilengkapi dengan penyejuk ruangan agar proses
pembelajaran tidak terganggu dengan suhu ruangan yang tinggi.

18

Daftar Pustaka
Bronzino, Joseph D. 2000. The Biomedical Engineering Handbook, 2nd ed. CRC Press
Deakin, CD, Low JL. 2000. Accuracy of the advanced traume life support guidelines for
predicting systolic pressure using carotid, femoral, and radial pulses:
observational study. BMJ, 321 (7262): 673-4
Dryden, James. 2010. Difference between Pulse and Heart Rate. diambil dari:
http://www.livestrong.com/article/88832-difference-between-pulse-heart.

[5

April 2010]
Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier
Kanani, Mayzar, Martin Elliot. 2004. Applied Surgical Physiology Vivas. Cambridge
University Press
MacWilliam, J.A. 1933. Postural Effects on Heart-Rate and Blood- Pressure. diambil dari:
http://ep.physoc.org/content/23/1/1.abstract. [5 April 2010]
Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School
Mirkin, Gabe, M.D. 2008. Recovery Heart Rate. diambil dari: http://www.drmir kin.
com/heart/8076.html [6 April 2010]
Quan, Kathy. 2006. Vital Signs: How to Take a Pulse. diambil dari: http://health
fieldmedicare.suite101.com/article.cfm/vital_signs_how_to_take_a_pulse.

[5

April 2010]
Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders Company: USA
Saladin, Ken. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third Edition.
McGraw-Hill
Sanif, Edial, dr. 2008. Tes Untuk Memelihara Kebugaran Kardiovaskuler. diam bil dari:
http://www.jantunghipertensi.com/content/2/3/32. [6 April 2010]
Stegemann, Jurgen. 1981. Exercise Physiology: Physiologic Bases of Work and Sport.
YearBook Medical Publishers, Inc.: London

19

Anda mungkin juga menyukai