Anda di halaman 1dari 22

a

c
a
K
h
a
m
Efek Ru
Kelompok 7
Arrhenius Mrandal (5)
Chara Diranda (8)
Indah Siti (18)
Muhammad Raihan (27)
Rosa Ade (35)

A. Pengertian Efek Rumah Kaca dan JenisJenis Gas Rumah Kaca


Efek rumah kaca pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada
tahun 1824. Efek Rumah Kaca adalah peristiwa alamiah yang terjadi
akibat pantulan panas di dalam rumah kaca yang digunakan petani
pada musim dingin di negara yang memiliki empat musim. Sinar
matahari masuk ke dalam rumah kaca untuk membantu proses
asimilasi tersebut. Sisa panas dari matahari yang seharusnya
dikeluarkan ke atmosfer, dipantulkan kembali panas tersebut oleh
bilik kaca dan atap kaca sehingga suhu udara di dalam bilik kaca
(ruangan) tersebut naik dan menjadi hangat. Pantulan panas kembali
tersebut ke ruangan yang menjadikan suhu dalam ruangan hangat
disebut dengan efek rumah kaca.
Di sekeliling bumi terdapat lapisan atau selimut yang terbentuk
karena adanya gas rumah kaca dan partikel melayang-layang di
atmosfer bumi. Lapisan di atmosfer bumi ini memantulkan kembali
panas dari bumi sehingga bumi menjadi hangat. Gas rumah kaca
merupakan faktor penyebab efek rumah kaca yang utama,
sementara partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi hanya
memberikan konstribusi yang relatif kecil terhadapnya.

Gas Rumah Kaca adalah gas yang timbul secara alamiah dan
merupakan akibat kegiatan industri. Berikut ini adalah beberapa
Gas Rumah Kaca:
Karbondioksida (CO2)
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas
ke atmosfer dengan membakar bahan bakar fosil, limbah padat,
dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan
kendaraan dan menghasilkan listrik. Walaupun lautan dan proses
alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer,
aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh
lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya.
Metana (CH4)
Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara,
gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari
pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah
(landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu,
terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak
permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah
metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

Nitrogen oksida

Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia


dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh
lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300
kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah
meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.
Gas-gas lain
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses
manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan
alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama
manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi,
perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari
pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan
klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain
mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon
(lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet).

Efek Rumah Kaca

B. Emisi Karbon
Emisi (buangan) gas karbon adalah gas-gas yang dikeluarkan dari
hasil pembakaran senyawa yang mngandung karbon, contoh CO2,
merupakan gas buang dari pembakaran bensin, solar, kayu, daun, gas
LPG dan bahan bakar lain yang banyak mengandung hidro karbon,
CFC (Chloro Fluoro Carbon) dari Gas Pendingin (gas Freon) pada AC,
Kulkas, Cat Piloks, Obat nyamuk semprot, dan hair spray.
Emisi karbon memiliki dampak buruk bagi Bumi. Bahaya emisi
karbon ini menghasilkan efek pemanasan global pada iklim bumi.
Akibatnya, bumi jadi lebih panas. Bahayanya lagi, efek pemanasan
global telah meningkat hampir sepertiganya sejak 1990.
Karbon bukan satu-satunya penyumbang emisi, tapi ada juga emisi
gas metana, dinitrogen oksida, dan gas berbahaya lainnya. Emisi
karbon dan gas-gas lain itu, jika terus meningkat akan memperbesar
risiko konflik, kelaparan, banjir, gangguan ekonomi, dan migrasi
massal.

C. Pemanasan Global dan


Perubahan Iklim
Pemanasan global atau global warming adalah
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, bumi, dan lautan.
Sedangkan perubahan iklim atau climate change
merupakan perubahan yang signifikan pada iklim, seperti
suhu udara atau curah hujan, selama kurun waktu 30
tahun atau lebih. Perubahan iklim merupakan proyeksi
kelanjutan dari global warming.
Dalam satu abad terakhir suhu permukaan global telah
meningkat antara 0,74 0,18 0C. Di Indonesia sendiri,
menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), suhu rata-rata udara di permukaan tanah di
Indonesia, mengalami peningkatan sebesar 0,5 0C.

Kedepan, pemanasan global dan perubahan iklim akan semakin


meningkat. Masih menurut data Bappenas, jika dibandingkan dengan
periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di Indonesia
diproyeksikan meningkat 0,8 hingga 1,0 0C antara tahun 2020 hingga
2050. Bahkan jika menilik model iklim milik Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC; Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan
Iklim yang dibentuk PBB), menunjukkan suhu permukaan global akan
mengalami peningkatan antara 1.1 hingga 6.4 derajat selama abad ke
dua puluh satu.
IPCC menyimpulkan bahwa pemanasan global yang terjadi sejak
pertengahan abad ke-20 hingga kini sebagian besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat kegiatan
manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan
hutan.
Dampaknya akan sangat dirasakan oleh manusia dan lingkungan
hidup. Diantaranya dampak-dampak tersebut adalah tidak stabilnya
iklim, meningkatnya permukaan air laut, gangguan ekologis, rusaknya
infrastruktur, dan lain-lain. Masing-masing dampak tersebut pun
masih akan mendatangkan berbagai dampak susulan lainnya baik
dalam bidang ekonomi, ekologi, kesehatan, hingga sosial dan politik.

D. Solusi Penanggulangan Pemanasan Global


Salah satu penyebab pemanasan global adalah penggunaan bahan
bakar fosil dengan meningkatnya kadar CO 2 di atmosfer. Konsumsi
total bahan bakar fosil (batubara dan minyak bumi) di dunia akan
meningkat sekitar 1% per tahun. Berikut ini cara menanggulangi
pemanasan global:
Hemat listrik : sebagian besar dari CO 2 dihasilkan dari pembangkit
listrik yang berbahan bakar fosil. Dengan demikian, jika kita
berhemat listrik maka secara tidak langsung kita mengurangi
kadar CO2 di Atmosfer.
Menanam pohon : CO2 digunakan tanaman untuk berfotosintesis,
maka penanaman pohon dalam jumlah banyak akan menjadi
solusi untuk mengurangi jumlah CO2 di atmosfer.
Mengurangi penggunaan mobil : mobil sebagai penyumbang
sumber CO2 terbesar di perkotaan. Penggunaan mobil pribadi
menjadi penyumbang CO2 terbesar, bila tidak ada pengaturan
penggunaan mobil pribadi dengan baik. Penggunaan transportasi
umum yang mengangkut sekaligus banyak orang dapat
mengurangi emisi karbon dioksida di udara.

Menggunakan

Energi Alternatif : Penggunaan energi


alternatif terbaru perlu dilakukan di Indonesia. Pembangkit
listrik yang berbahan bakar fosil yang diusahakan diganti
dengan energi bersih, seperti sinar matahari, air, angin,
biomassa, dan panas bumi. Sumber energi tersebut
sebenarnya berlimpah di Indonesia. tetapi belum
dimanfaatkan secara optimal.
Menghapus penggunaan CFC : Untuk menghentikan
penggunaan CFC pada peralatan pendingin, dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan batuan
kepada bengkel-bengkel servis peralatan pendingin agar
dapat mengelola penggunaan CFC.
Menanam dan memelihara tumbuhan dalam jumlah yang
banyak serta melestarikan hutan. Tumbuhan akan
menyerap karbon dioksida untuk proses fotosintesis dan
akan melepaskan oksigen ke udara. Upaya rebosiasi hutan
merupakan langkah yang tepat untuk menyeimbangkan
gas rumah kaca di atmosfer

E. Sumber Energi Alternatif


Energi alternatif adalah energi yang digunakan untuk
menggantikan energi dari minyak bumi. Terdapat bermacammacam contoh energi alternatif yang tersedia di alam, seperti
energi matahari, energi angin, energi air, dan energi panas bumi.
Namun, berkat majunya pemahaman manusia tentang energi,
sumber energi alternatif kian bertambah. Kita sangat memerlukan
energi ini untuk mengganti sumber-sumber energi yang mulai
habis. Energi alternatif tidak akan habis, meskipun terus menerus
digunakan. Sumber-sumber tersebut banyak tersedia di alam dan
bisa kita gunakan kapan saja.
Saat ini orang-orang di seluruh dunia telah memikirkan tentang
sumber energi alternatif tersebut, sebab kita tidak dapat lagi
mengandalkan minyak bumi sebagai sumber energi utama karena
cadangan persediaannya semakin menipis. Alam menyediakan
sumber energi itu dan terus menyediakannya untuk kita. Itulah
mengapa sehingga kita sering menyebutnya sebagai sumber daya
yang dapat diperbarui. Maksudnya adalah alam dapat
menyediakan kembali sumber daya itu.

Berikut ini contoh sumber energi alternatif:


Hydropower
Hydropower adalah energi listrik yang dihasilkan dari kekuatan air.
Hydropower dibuat dengan cara membendung air sungai, kemudian
menggunakan pipa air tersebut diarahkan menuju turbin. Hal inilah
yang terjadi pada PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Prinsip dari
stasiun pembangkit listrik tenaga air adalah jarak jatuhnya air ke
turbin dan jumlah air yang mengalir. Oleh sebab itu, sebuah PLTA
sangat bergantung pada pasokan air. Biasanya tempat yang dapat
menampung air dalam jumlah besar adalah danau. Jika tidak ada
danau, maka dibangunlah waduk. Dengan penelitian selama beberapa
tahun, para peneliti dapat menentukan tempat yang tepat untuk
membangun waduk dan instalasi/stasiun pembangkit listrik.
Piezoelektrik
Piezoelektrik adalah suatu sistem yang dapat menghasilkan listrik dari
hasil pengubahan energi mekanik. Sistem penghasil energi ini sangat
baik diterapkan pada tempat-tempat umum, seperti yang terpasang di
sebuah lantai stasiun kereta Jepang dan juga di lantai rumah disco di
Inggris. Prinsip kerjanya adalah tekanan dari orang-orang ditempat itu
akan dikonversi menjadi listrik. Jadi, dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan listrik sekitar tempat tersebut.

Hidropower

Piezoelektrik

Matahari

Matahari adalah sumber energi utama untuk planet bumi. Energi yang
dihasilkan matahari berbentuk sinar dan panas. Selama ribuan tahun,
manusia telah memanfaatkan energi matahari dalam kehidupannya.
Energi matahari dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia.
Pemanfaatan langsung energi sinar matahari dapat ditingkatkan
dengan menggunakan pengumpul panas yang disebut kolektor. Sinar
matahari dikonsentrasikan dengan kolektor suhu pada suatu tempat
sehingga memperoleh suhu yang lebih tinggi. Energi matahari juga
dapat di ubah menjadi energi listrik dengan mengubah energi matahari
menggunakan sel surya yang terdiri dari rangkaian panel unsur
semikonduktor, misalnya lapisan unsur silikon yang tipis.
Panas Bumi
Energi panas bumi adalah panas yang terdapat di dalam bumi.
Biasanya, panas bumi muncul di permukaan bumi akibat aktivitas
vulkanik (gunung berapi). Oleh sebab itu, di sekitar gunung berapi
terdapat tempat-tempat yang menyemburkan gas atau air panas.
Terdapat 3 sumber utama panas geotermal, yaitu uap alam, air panas,
dan batuan kering panas. Sejauh ini, uap geotermal telah dipakai,
terutama untuk pembangkit listrik. Air panas telah dimanfaatkan
secara luas untuk pemanasan. Batuan kering panas adalah sumber
panas terbesar masih diteliti untuk penggunaan yang tepat.

Matahari

Panas Bumi

F. Kesepakatan Internasional
1. UNFCCC
UNFCCC (United Nations Frameworks Convention on Climate Change)
adalah perjanjian lingkungan internasional yang dirundingkan pada KTT
Bumi di Rio de Janeiro tanggal 3 sampai 14 Juni 1992 dan diberlakukan
tanggal 21 Maret 1994. Tujuan UNFCCC adalah menstabilkan konsentrasi
gas rumah kaca di atmosfer sampai tingkat yang mampu mencegah
campur tangan manusia dengan sistem iklim. Kerangka kerja ini tidak
menetapkan batas emisi gas rumah kaca yang mengikat terhadap setiap
negara dan tidak mencantumkan mekanisme penegakan hukum. Kerangka
kerja ini menentukan bagaimana perjanjian internasional tertentu (protokol)
dapat mengatur batas gas rumah kaca yang benar-benar mengikat.
Institusi yang berperan dalam UNFCCC, antara lain:
Conference of the Parties (COP)
Subsidiary Body for Sientific and Technological Advice (SBSTA)
Subsidiary Body for Implementation
Convention Secretariat
Global Environtment Faciliy (GEF)
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

2. IPCC
IPCC adalah sebuah panel antar-pemerintah yg terdiri dari
ilmuwan dan ahli dari berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia.
Tugasnya
menyediakan
data-data
ilmiah
terkini
yg
menyeluruh, tidak berpihak dan transparan mengenai
informasi teknis, sosial, dan ekonomi yg berkaitan dengan isu
perubahan iklim. Termasuk informasi mengenai sumber
penyebab perubahan iklim, dampak yg ditimbulkan serta
strategi yang perlu dilakukan dalam hal mengurangi emisi,
pencegahan, dan adaptasi. IPCC
bersekretariat di Jenewa
( Swiss) dan bertemu satu tahun sekali di sebuah rapat pleno
yang membahas 3 hal utama :
1. Informasi ilmiah mengenai perubahan iklim
2. Dampak, adaptasi, dan kerentanan
3. Mitigasi (upaya) perubahan iklim
Pada 1990, IPCC menerbitkan hasil penelitian pertama (First
Assessment Report). Laporan tersebut menyebutkan bahwa
perubahan iklim dipastikan merupakn ancaman bagi
kehidupan manusia. IPCC menyerukan pentingnya sebuah
kesepakatan global untuk menanggulangi masalah perubahan

Majelis umum PBB menanggapi seruan IPCC dengan


secara resmi membentuk sebuah badan negosiasi antar
pemerintah, yaitu intergovermental
negotiating
committee (INC) untuk merundingkan sebuah konversi
mengenai perubahan iklim. Laporan IPCC terakhir tahun
2007 secara garis besar terdiri dari :
Laporan kelompok kerja 1 dikelurakan pada Februari 2007,

menekankan bahwa manusia adalah penyebab utama


peningkatan gas rumah kaca ( GRK) di lapisan udara.
Laporan kelompok kerja 2 mengenai dampak dan adaptasi
perubahan iklim dikeluarkan awal April 2007, membeberkan
perkiraan ancaman bencana di banyak negara apabila tidak
dilakukan upaya segera untuk mengurangi kegiatan yg dpt
menyebabkan pemanasan global.
Laporan kelompok kerja 3 yg dikeluarkan Mei 2007
menganalisis proses pengurangan emisi karbon yang sudah
dan harus dilakukan, dan strategi adaptasi untuk bertahan
terhadap dampak perubahan iklim yang tidak bisa dihindari.

3. Protokol Kyoto
Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi
Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), sebuah
persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negaranegara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk
mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas
rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi
jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas
tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.
Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan
mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 C dan 0,28 C pada
tahun 2050.
Nama resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United
Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto
mengenai Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim).
Protokol Kyoto dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997,
dibuka untuk penanda tanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup
pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari
2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan Rusia pada 18
November 2004.

4. Perdagangan karbon
Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar yang
memungkinkan terjadinya negosiasi dan pertukaran hak emisi
gas rumah kaca. Mekanisme pasar yang diatur dalam Protokol
Kyoto ini dapat terjadi pada skala nasional maupun internasional
sejauh hak-hak negosiasi dan pertukaran yang sama dapat
dialokasikan kepada semua pelaku pasar yang terlibat.
Perdagangan karbon melibatkan membeli atau menjual karbon
izin di pasar terbuka. Perusahaan yang menghasilkan emisi
karbon diberi tunjangan tertentu untuk melepaskan karbon ke
atmosfer. Ketika mereka melebihi batas yang diizinkan secara
hukum mereka, perusahaan-perusahaan ini terikat untuk
membeli karbon izin dari pasar. Organisasi yang tidak
menggunakan kuota penuh mereka dapat perdagangan
kuantitas kelebihan di pasar. Ini memberikan insentif keuangan
untuk perusahaan atau organisasi yang sangat tertarik pada
mengurangi emisi karbon mereka dan dengan demikian
berkontribusi terhadap pengurangan gas rumah kaca di
atmosfer.

5. APPCDC
APPCDC (Asia-Pacific Partnership on Clean Development
and Climate) merupakan kerjasama internasional yang
bersifat sukarela antara Australia, Kanada, India, Jepang,
RCC,
Korea
selatan
yang
mengumumkan
pembentukannya pada tanggal 28 juli 2005. Mentri luar
negeri, lingkungan dan energi dari negara-negara
peserta
sepakat
untuk
bekerja
sama
dalam
pengembangn
dan
transfer
teknologi
yang
memungkinkan
pengurangan
emisi
GRK
yang
bersesuain dengan UNFCCC dan perangkat internasional
lainnya seperti Protoko Kyoto.

TERIM KASI
A
H

Anda mungkin juga menyukai