ILMU UKUR TANAH DIDEFINISIKAN ILMU YANG MENGAJARKAN TENTANG TEKNIKTEKNIK / CARA-CARA PENGUKURAN DIPERMUKAAN BUMI DAN BAWAH TANAH DALAM
AREAL YANG TERBATAS (20-20 ATAU 37 Km x 37 Km) UNTUK KEPERLUAAN
PEMETAAN DLL.
MENGINGAT AREAL YANG TERBATAS , MAKA UNSUR KELENGKUNGAN PERMUKAAN
BUMI DAPAT DIABAIKAN SEHINGGA SISTEM PROYEKSINYA MENGGUNAKAN PROYEKSI
ORTHOGONAL DIMANA SINAR-SINAR PROYEKTOR SALING SEJAJAR ATAU SATU SAMA
LAIN DAN TEGAK LURUS BIDANG PROYEKSI. SEDANGKAN PADA PETA DAPAT
DIDEFINISIKAN SEBAGAI GAMBARAN DARI SEBAGIAN PERMUKAAAN BUMI PADA
BIDANG DATAR DENGAN SKALA DAN SISTEM PROYEKSI TERTENTU.
UNTUK MEMUDAHKAN PENENTUAN SUATU WILAYAH, MAKA BUMI DIBATASI MENJADI
GARIS BUJUR DAN GARIS LINTANG
JENIS PETA
Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Peta berdasarkan isinya:
1. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta
informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.
2. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahanbahan pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta
topografi.
3. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dllnya.
4. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.
5. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah
6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota
dll-nya.
7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.
8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi
yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan
teknis
skala
1 : 10 000 atau lebih besar.
9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi
beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga
disebut sebagai peta dasar.
10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan
skala lebih kecil dari
1 : 100 000.
PETA BERDASARKAN SKALANYA:
1. Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.
2. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000.
3. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.
PETA TANPA SKALA KURANG ATAU BAHKAN TIDAK BERGUNA. SKALA PETA
MENUNJUKKAN KETELITIAN DAN KELENGKAPAN INFORMASI YANG TERSAJI DALAM
PETA.
PENULISAN SKALA PETA
ANGKA PERBANDINGAN
PERBANDINGAN NILAI
MISAL 1 CM UNTUK 10 km
3.
GARIS INI DITETAPKAN ATAU DIGAMBARKAN DALAM PETA DAN DIBAGI-BAGI DALAM
INTERVAL YANG SAMA, SETIAP INTERVAL MENYATAKAN BESARAN PANJANG YANG
TERTENTU. PADA UJUNG LAIN, BIASANYA SATU INTERVAL DIBAGI-BAGI LAGI MENJADI
BAGIAN YANG LEBIH KECIL DENGAN TUJUAN AGAR PEMBACA PETA DAPAT
MENGUKUR PANJANG DALAM PETA SECARA LEBIH TELITI.
See
more
at:
http://belajar-teknik-sipil.blogspot.co.id/2010/03/ilmu-ukurtanah.html#sthash.fUnueRar.dpuf
bangunanfisik (jalan, gedung, jembatan, dam, pelabuhan), perencanaan peletakan mesin-mesin berat,perencanaan
pematokan (staking out) yaitu merealisasikan gambar di peta untuk diukur dilapangan, hitungan volume dan luas,
perencanaan tata ruang (RTRW, RDTRK, RTRK) dll.
Penggolongan Peta
Secara garis besar, peta dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan :
Berdasarkan sifatnya, peta dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
Peta topografi : Peta topografi dimaksudkan sebagai gambaran yang merupakan sebagian atauseluruh
permukaan bumi yang digambar pada bidang datar dengan cara tertentu danskala tertentu yang mencakup
unsur-unsur alam saja, unsur buatan manusia sajaatau keduanya. Contoh unsur-unsur alam adalah gunung,
sungai, danau, laut,vegetasi dan sebagainya. Sedangkan contoh unsur-unsur buatan manusia adalahrumah,
jembatan, gardu listrik, gudang, pelabuhan dan sebagainya.
Peta tematik Peta tematik dimaksudkan sebagai peta yang memuat atau menonjolkan tema (unsur)
tertentu. Walaupun temanya tertentu, tetapi sering peta tersebut membutuhkan tempat untuk wadah peta ini
yaitu peta topografi. Oleh karena ituterkadang dalam peta tematik masih ada beberapa unsur pada peta
topografi yangikut pada lembar peta tersebut. Contoh peta tematik: Peta jaringan (jaringan pipa air minum,
Peta jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan irigasi dll), Peta ketinggian (kontur, Digital
Terrain Model / Digital Elevation Model), Peta tata guna lahan (land use) seperti sawah, hutan, kebun, ladang.
Peta penyebaran penduduk, peta batas administrasi, dll.
Peta garis : Peta garis didapat dari survei lapangan yaitu pengukuran di lapangan yangselanjutnya dihitung
dan terakhir disajikan dalam bentuk plotting pada kertas, kalkirataupun pada drafting film. Ada pula peta garis
yang didapat dari foto udara yangdiproses dengan cara mengeplotkan hasil foto tersebut sedemikian rupa
sehinggatergambar menjadi peta garis.
Peta foto : Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu
dengan aturan fotogrametris tertentu. Sebagai gambaran padafoto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak,
foto miring dan foto miringsekali.Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada saat pengambilan
objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi( tolerensi <3o), sedangkan yangdisebut dengan
foto miring sekali apabila pada foto tersebut horison terlihat. Untukfoto miring, batasannya adalah antara kedua
jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto tegak (Wolf, 1974).
Skala Peta
a. Pengertian
Skala peta ialah perbandingan jarak antara dua titik peta dengan jarak yang sebenarnya
di lapangan secara mendatar. Skala peta berfungsi sebaik memberi keterangan mengenai
besarnya pengecilan atau redusi peta tersebut dari yang sesungguhnya.
Contoh:
Pada suatu peta tertulis skala = 1 : 1.000.000. Ini berarti jarak 1 cm dalam peta mewakili
1.000.000 cm atau 10 km dalam lokasi sesungguhnya.
Selain jenis di atas, skala peta menurut besar kecilnya dapat dibagi lagi menjadi
beberapa macam, yaitu:
a) skala teknik, yaitu skala antara 1 : 100 s.d. 1 : 5.000,
b) skala besar, yaitu skala antara 1 : 5.000 s.d. 1 : 250.000,
c) skala medium, yaitu skala antara 1 : 250.000 s.d. 1 : 500.000, d) skala kecil,
yaitu skala antara 1 : 500.000 s.d. 1 : 1.000.000.
Skala
Pembagian peta berdasarkan skalanya masih belum ada kesepakatan antara ahli. Salahsatu pendapat yang
membagi peta berdasarkan skalanya, peta tersebut dikelompokkanmenjadi 3 (tiga) bagian yaitu
1.
Skala besar : Peta dikatakan skala besar jika bilangan skalanya kurang dari atau sama dengan 10000 atau
skala 1:10000
2.
Skala sedang : Peta dikatakan skala sedang jika bilangan skalanya lebih dari 10000 sampai dengan kurang
dari atau sama dengan 100000 atau skalanya antara 1 : 10000 hingga 1:100000
3.
Skala Kecil : Peta dikatakan skala kecil jika bilangan skalanya lebih besar dari 100000 atau skalanya lebih
besar dari 1 : 1000000
https://handiri.wordpress.com/ilmu-ukur-tanah-dan-kartografi/
Datum geodetik atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter sebagai acuan
untuk mendefinisikan geometri ellipsoid bumi serta orientasi sumbu koordinat terhadap tubuh bumi.
Datum geodetik diukur menggunakan metode manual hingga yang lebih akurat lagi menggunakan
satelit.
Parameter utama, yaitu setengah sumbu panjang ellipsoid (a), setengah sumbu pendek (b),
dan penggepengan ellipsoid (f).
Parameter translasi, yaitu yang mendefinisikan koordinat titik pusat ellipsoid (Xo,Yo,Zo)
terhadap titik pusat bumi.
Parameter rotasi, yaitu (x, y, z) yang mendefinisikan arah sumbu-sumbu (X,Y,Z) ellipsoid.
Parameter lainnya, yaitu datum geodesi global memiliki besaran yang banyak hingga
mencakup konstanta-konstanta yang merepresentasikan model gaya berat bumi dan aspek
spasial lainnya.
Datum horizontal adalah datum geodetik yang digunakan untuk pemetaan horizontal.
Dengan teknologi yang semakin maju, sekarang muncul kecenderungan penggunaan datum
horizontal geosentrik global sebagai penggganti datum lokal atau regional.
Datum vertikal adalah bidang referensi untuk sistem tinggi ortometris. Datum vertikal
digunakan untuk merepresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman. Biasanya bidang
Di dalam melakukan kegiatan proyeksi peta, ada beberapa hal yang tidak boleh terabaikan, yaitu:
1.
peta harus equivalen, yaitu peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi setelah
dikalikan dengan skala.
2.
peta harus equidistan, yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak yang sama dengan jarak sebenarnya di
permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala.
3.
peta harus konform, yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta harus dipertahankan sesuai
dengan bentuk sebenarnya di permukaan bumi.
Proyeksi peta ialah cara pemindahan lintang/ bujur yang terdapat pada lengkung permukaan
bumi ke bidang datar. Ada beberapa ketentuan umum yang harus diperhatikan dalam proyeksi
peta yaitu:
1.
Bentuk yang diubah harus tetap
2.
3.
Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan yang diubah harus tetap,
4.
Dengan demikian, pada prinsipnya bahwa dengan proyeksi peta diharapkan penggambaran
permukaan bumi ke dalam peta tidak terlalu menyimpang dari aslinya, atau dapat mendekati
bentuk yang sebenarnya.
1.
Ciri-ciri proyeksi
a.
Kerucut
b.
Konform
c.
Normal
Polyeder
d. Tangent
Dalam proyeksi polyeder, daerah yang akan dibuat petanya dibagi dalam daerah-daerah kecil yang dibatasi
oleh garis-garis parallel dan meridian. Di Indonesia, setiap daerah kecil tersebut berukuran 20 x 20 atau
sekitar 36 km x 36 km. Tiap daerah kecil ini merupakan satuan proyeksi sendiri yang dinamakan bagian
derajat. Sebagian bidang proyeksi diambil bidang kerucut untuk tiap-tiap bagian derajat yang menyinggung
permukaan bumi (ellipsoid) pada garis parallel tengah bagian derajat itu.
Titik origin salib sumbu diambil dari titik perpotongan garis parallel tengah dan garis meridian tengah. Garis
parallel diproyeksikan sebagai busur-busur lingkaran yang mempunyai titik pusat di titik puncak kerucut.
Garis parallel tengah diproyeksikan ekuidistan, sedang proyeksi garis-gais parallel lainnya dibuat sedemikian
rupa sehingga proyeksi polyeder menjadi konform.
Wilayah Indonesia dibagi dalam 139 x 111 bagian derajat. Bidang kerucut menyinggung pada garis parallel
tengah (parallel standard, k = 1)
Meridian akan tergambar sebagai garis lurus yang konvergen ke arah kutub. Untuk daerah di utara ekuator,
konvergen ke kutub utara. Untuk daerah yang ada di sebelah selatan konvergen ke kutub selatan.
Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang
menggunakan angka romawi menunjukan letak garis parallel standar (o)sedangkan digit kedua yang
menggunakan angka arab menunjukan garis meridian standarnya( o).
Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah:
o
o
Meridian Standar: dimulai dari 1 (o=11o50 BT) sampai 96 (o=19o50 BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol jakarta ( jakarta106o4827,79 BT)
Keuntungan:
Untuk daerah yang terletaak dalam satu bagian derajat (20 x 20) perubahan jarak dan sudut praktis tidak
ada, sehingga proyeksi seperti ini baik untuk peta-peta teknis berskala besar dan peta-peta topografi.
Kerugian:
1.
Jika daerah yang dipetakan lebih luas dari 20 x 20, maka harus selalu pindah bagian derajat
atau pindah stelsel koordinat yang memerlukan hitungan.
2.
Grid dinyatakan dalam kilometer fiktif sehingga kurang praktis. Untuk tiap pulau besar ada
stelsel penomeran grid tersendiri, hal ini akan membingungkan.
3.
Kurang praktis untuk penggambaran peta-peta skala 1:250.000 atau yang lebih kecil lagi,
karena akan terdiri dari banyak bagian derajat.
4.
Kondisi konvergensi meridian yang belum diperhitungkan dapat menyebabkan kesalahan arah
maksimum 15 untuk jarak 15 km.
https://geosig.wordpress.com/2009/10/21/sistem-proyeksi/
Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM adalah proyeksi peta yang terkenal dan sering digunakan. UTM merupakan
proyeksi silinder yang mempunyai kedudukan transversal, serta sifat distorsinya conform.
Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian standar
dengan faktor skala1. Lebar zone 6 dihitung dari 180 BT dengan nomor zone 1 hingga ke 180
BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri. Perbesaran di
meridian tengah = 0,9996. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 LU dan 80 LS.
Perbedaan proyeksi UTM dengan proyeksi lainnya terletak pada koordinatnya. Proyeksi lain
mengenal koordinat negatif sedangkan proyeksi UTM tidak mengenal koordinat negatif.
Dengan dibuatnya koordinat semu, maka semua koordinat dalam sistem proyeksi UTM
mempunyai angka positif. Koordinat semu di (0, 0) adalah + 500.000 m dan
+ 0 m untuk wilayah di sebelah utara ekuator atau
+ 10.000.000 m untuk wilayah di sebelah ekuator. Keunggulan sistem UTM adalah
1.
setiap zone memiliki proyeksi simetris sebesar 6,
2.
rumus proyeksi UTM dapat digunakan untuk transformasi zone di seluruh dunia,
3.
ellipsoidal bumi. Untuk daerah di Amerika Serikat berbatasan, yang Clarke 1866
ellipsoid digunakan untuk daerah sisa bumi, termasuk Hawai, ellipsoid internasional
digunakan. Saat ini WGS84 ellipsoid digunaka sebagai model yang mendasari bumi
dalam system koordinat UTM.
Sebelum pengembangan system transverse Mercator koordinat universal. Beberapa
Negara Eropa menunjukkan utilitas berbasis grid peta konformal dengan pemetaan
wilayah mereka selama periode antar perang. Menghitung jarak antara dua titik pada
peta ini dapat dilakukan lebih mudah dilapangan daripada yang dinyatakan mungkin
menggunakan rumus trigonometri yang diperlukan dalam system graticule berbasis
lintang dan bujur.
Melintang proyek si Mercator adalah varian dari proyeksi Mercator, yang awalnya
dikembagkan oleh Flemish geographer dan kartografer Gerardus Mercator, pada tahun
1570. Proyeksi ini konformal, sehingga mempertahankan sudut dan mendekati bentuk
tetapi selalu mendistrosi jarak dan daerah. UTM melibatkan non-linear scaling di kedua
Easting dan Northing untuk memastikan peta proyeksi eliipsoid adalah konformal.
Zona UTM
System UTM membagi permukaan bumi antara 80 oS dan 84oLU menjadi 60 zona,
masing-masing 6o bujur lebar dan berpusat diatas meridian bujur. Zona 1 adalah
dibatasi oleh bujur 180o sampai 174oB dan berpusat pada 177 barat meridian. Zona
penomoran meningkatkan kea rah timur. Masing-masing dari 60 zona bujur dalam
system UTM didasarkan pada Mercator Melintang proyeksi. Pemetaan wilayah besar
utara-selatan dengan batas jumlah rendah distori, dengan menggunakan zona sempit
dari 6o bujur sampai 800 km lebarnya dan mengurangi skala factor sepanjang meridian
sentral denga hanya 0,0004 0,9996 (pengurangan 1:2500), jumlah distori
diselenggarakan dibawah 1 bagian di 1.000 dalam setiap zona. Distorsi skala
meningkat menjadi 1,00010 pada batas luar zona sepanjang khatulistiwa.
Pada setiap zona factor skala meridian sentral mengurangi diameter silinder melintang
untuk menghasilkan proyeksi garis potong dengan dua garis standar, atau garis-garis
skala sebenarnya terletak disekitar 180 km dikedua sisi, dan kira-kiran sejajar, pusat
meridian (ARccOs 0,9996 = 1,62o pada khatulistiwa). Faktor skala kurang dari 1 dalam
baris-baris dan lebih besar dari 1 luar dari garis-garis, tetapi keseluruhan distorsi skala
di dalam zona seluruh diminimalkan
http://geografisman3purworejo.blogspot.co.id/2013/05/proyeksi-peta-dan-skalapeta.html