Laba ekonomi mengukur perubahan bersih kekayaan pemegang saham selama satu
periode dan pada umumnya sama dengan arus kas bersih satu periode ditambah
perubahan nilai sekarang arus kas yang diharapkan terjadi di masa depan.
Laba tetap adalah suatu estimasi dari rata-rata laba stabil yang diharapkan akan
diperoleh suatu usaha sepanjang usianya dengan mempertimbangkan kondisi usahanya
saat ini. Laba tetap atau yang disebut dengan laba berulang mirip dengan kemampuan
menghasilkan laba yang dapat dipertahankan, dimana perhitungannya menjadi tugas
utama analisis.
Jika laba ekonomi mengukur perubahan nilai pemegang saham, maka laba tetap
merupakan proporsi langsung dari nilai perusahaan.
Laba akuntansi (yang dilaporkan) diukur berdasarkan akuntansi akrual, serta
dihitung dengan mengakui pendapatan dan mengaitkan biaya dengan pendapatan yang
diakui. Laba akuntansi memiliki masalah pengukuran yang terjadi akibat distorsi akuntansi
karena diperkenalkannya berbagai aturan yang telah ditentukan, manajemen laba, dan
kesalahan estimasi. Karena alasan tersebut, laba akuntansi yang divisualisasikan terdiri atas
tiga komponen, yaitu: (1) Komponen yang tetap atau berulang; (2) Komponen sementara;
(3) Komponen yang tidak relevan terhadap nilai. Tugas utama analis adalah
mengidentifikasi komponen tetap atau berulang dari laba yang dilaporkan.
1) Laba bersih. Laba bersih dianggap sebagai hasil akhir pengukuran laba
2) Pendapatan komprehensif. Pendapatan komprehensif mencerminkan hampir seluruh
perubahan pada pada ekuitas yang tidak berasal dari aktivitas pemilik (seperti dividen
atau penerbitan saham). Pendapatan komprehensif merupakan pengukuran laba baris
terbawah dan merupakan perkiraan akuntansi atas laba ekonomi.
3) Laba dari operasi yang masih berlangsung. Laba ini merupakan suatu pengukuran
yang mengeluarkan pos luar biasa, dampak kumulatif perubahan akuntansi, dan
dampak penghentian operasi.
Banyak analis menghitung pengukuran laba lain yang disebut laba inti. Laba inti
merupakan suatu pengukuran yang mengeluarkan seluruh pos tidak berulang dan
dilaporkan sebagai satu baris terpisah pada laporan laba rugi.
Laba Operasi dan Non-Operasi
Laba operasi merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal dari
aktivitas operasi yang masih berlangsung. Terdapat tiga aspek penting laba operasi,
pertama, laba operasi hanya berkaitan dengan laba yang berasal dari aktivitas operasi.
Kedua, laba operasi berfokus pada laba perusahaan secara keseluruhan dan bukan hanya
untuk pemilik utang dan ekuitas, yang berarti bahwa pendapatan dan beban pendanaan
(terutama beban bunga) akan dikeluarkan ketika mengukur laba operasi. Ketiga, laba
operasi hanya berkaitan dengan aktivitas usaha yang masih berlangsung, yang berarti
setiap laba atau rugi yang berkaitan dengan operasi yang dihentikan akan dikeluarkan dari
laba operasi.
Laba non-operasi mencakup seluruh komponen laba yang tidak termasuk dalam
laba operasi. Laba ini berguna ketika menganalisis laba non-operasi untuk memisahkan
komponen yang berkaitan dengan aktivitas pendanaan dari yang berkaitan dengan operasi
yang dihentikan.
Pendapatan Komprehensif
Pendapatan komprehensif dihitung dnegan menyesuaikan laba bersih dengan pos
surplus kotor yang jika digabungkan akan menjadi pendapatan komprehensif lainnya.
Pendapatan komprehensif lain terdiri atas empat komponen, antara lain:
1) Keuntungan atau kerugian kepemilikan yang berasal dari perubahan nilai wajar (pasar)
efek investasi tersedia untuk dijual yang belum direalisasi,
2) Penyesuaian translasi valuta asing,
3
3) Perubahan status pembiayaan kewajiban pensiun yang tidak termasuk dalam laba
bersih, dan
4) Keuntungan atau kerugian kepemilikan belum direalisasi yang berasal dari bagian
efektif lindung nilai arus kas (transaksi derivatif).
Jumlah pendapatan komprehensif dinyatakan setelah pajak. Perhatikan bahwa keempat
komponen tersebut berasal dari perubahan atas nilai aset dan kewajiban yang tidak berasal
dari transaksi wajar.
POS YANG TIDAK BERULANG
Pos Luar Biasa
Pos luar biasa dibedakan dari sifatnya yang tidak lazim dan jarang terjadi. Pos luar
biasa merupakan keuntungan dan kerugian akibat penghapusan utang lebih awal. Pos luar
biasa lainnya adalah kerugian akibat bencana alam dan penyerahan aset.
Untuk masuk dalam pos luar biasa, terdapat dua persyaratan yang harus dipenuhi:
Sifat yang tidak lazim, merupakan suatu peristiwa atau transaksi tidak normal dan
tidak berhubungan, atau hanya kebetulan berhubungan dengan aktivitas rutin dan
umum perusahaan.
Jarang terjadi, merupakan suatu peristiwa atau transaksi yang sewajarnya tidak
diharapkan akan terjadi dalam jangka pendek
Pos luar biasa dilaporkan setelah pajak dan juga setelah laba operasi yang masih
berlangsung. Pos luar biasa bersifat tidak berulang seorang analis akan mengeluarkan pos
lar biasa ketika menghitung laba tetap. Pos luar biasa juga dikeluarkan ketika melakukan
perbandingan antarwaktu atau antarperusahaan. Pos ini sifatnya sementara tetapi mampu
menghasilkan biaya atau keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu, analis harus
memasukkan seluruh jumlah pos luar biasa ketika menghitung laba ekonomi.
Operasi yang Dihentikan
Operasi yang dihentikan dapat berasal dari pelepasan suatu divisi tau lini produk. Saat
pelepasan terkait segmen usaha yang dapat diidentifikasi secara terpisah ini terjadi,
diperlukan perlakuan akuntansi khusus pada laporan laba rugi
Akuntansi Operasi yang Dihentikan
Akuntansi dan pelaporan operasi yang dihentikan dilakukan melalui dua tahap.
Pertama, laporan laba rugi tahun berjalan dan dua tahun sebelumnya akan disajikan
4
kembali setelah mengeluarkan dampak operasi yang dihentikan dari pos yang menentukan
laba dari operasi yang masih berlangsung. Kedua, keuntungan atau kerugian yang
berkaitan dengan operasi yang dihentikan dilaporkan secara terpisah setelah dikurangi
pajak dan dikeluarkan dari laba usaha yang masih berlangsung.
Keuntungan atau kerugian penghentian usaha (untuk tahun berjalan dan dua tahun
sebelumnya) dilaporkan ke dalam dua kategori, yaitu (1) Laba atau rugi segmen yang
dihentikan sampai manajemen menentukan tanggal penghentian dan (2) Keuntungan dan
kerugian akibat pelepasan, termasuk laba atau rugi selama periode antara.
Analisis Operasi yang Dihentikan.
Untuk tujuan analisis, seluruh dampak operasi yang dihentikan harus dikeluarkan dari laba
berjalan dan masa lalu. Penyesuaian bersifat langsung untuk tahun berjalan dan dua tahun
sebelumnya karena perusahaan diwajibkan menyajikan kembali laporan laba rugi dan
melaporkan laba atau rugi operasi yang dihentikan secara terpisah. Dengan memperhatikan
kondisi keuangan suatu perusahaan, seorang analis harus mengeluarkan aset dan kewajiban
operasi yang dihentikan dari neraca (jika belum dikeluarkan). Namun, keuntungan atau
kerugian kumulatif atas operasi yang dihentikan seharusnya tidak dikeluarkan darri
ekuitas.
Perubahan Akuntansi
Perusahaan dapat mengubah metode dan asumsi akuntansi yang mendasari laporan
keuangan karena beberapa alasan, diantaranya karena adanya standar akuntansi baru, untuk
dapat mencerminkan perubahan aktivitas atau kondisi usaha secara lebih baik, dan untuk
mempercantik laporan keuangan, khususnya untuk tujuan manajemen laba.
Pelaporan Perubahan Akuntansi
Perubahan Prinsip Akuntansi. Perubahan prinsip akuntansi terjadi ketika
perusahaan berpindah dari satu prinsip akuntansi yang berlaku umum ke prinsip akuntansi
yang berlaku umum lainnya. Istilah prinsip akuntansi mengacu pada standar dan praktik
akuntansi yang digunakan serta metode penerapannya. Menurut standar akuntansi yang
berlaku, ketika terjadi perubahan, laba periode berjalan dihitung dengan menggunakan
prinsip yang baru. Dampak kumulatif diterapkan dengan retrospektif, yaitu dengan
mewajibkan dilakukannya penyajian kembali laporan periode sebelumnya setelah prinsip
akuntansi yang baru diterapkan.
mana perubahan
terjadi, dan bila memungkinkan, periode-periode masa depan pada dan ketika suatu
dampak terjadi (tidak ada penyajian kembali secara retroaktif).
Pos Khusus
Pos khusus mengacu pada transaksi dan peristiwa yang tidak lazim atau jarang
terjadi, tetapi bukan keduanya. Pos ini biasanya dilaporkan pada baris yang terpisah
sebelum laba dari usaha yang masih berlangsung. Pos khusus merupakan pos tidak rutin
yang tidak memenuhi persyaratan untuk diklasifikasikan sebagai pos luar biasa.
Pos khusus memberikan tantangan dalam melakukan analisis. Pertama, implikasi
ekonomi khusus bisa jadi rumit. Kedua, banyak pos khusus menjadi diskresi, dan
akibatnya, menguntungkan sasaran manajemen laba. Dua jenis utama pos khusus adalah
penurunan nilai aset dan beban restrukturisasi.
Penurunan Nilai Aset
Aset dikatakan mengalami penurunan nilai jika nilai wajarnya (nilai pasar atau nilai
setelah digunakan perusahaan) lebih rendah dibanding dengan nilai tercatat (nilai buku
pada neraca). Penurunan nilai aset terjadi karena banyak alasan, diantaranya penurunan
nilai pasar aset, penurunan permintaan pasar atas produk aset tersebut, teknologi yang
sudah ketinggalan zaman, dan perubahan strategi usaha perusahaan.
Terdapat dua tahap prosedur untuk menentukan jumlah penurunan nilai (1) nilai
aset akan diakui ketika nilai tercatat aset lebih rendah dari taksiran arus kas masa depan
aset tersebut yang tidak didiskonto, (2) setelah persyaratan pertama terpenuhi, nilai
kerugian dihitung dari selisih nilai buku aset dan nilai wajarnya.
Beban Restrukturisasi
Beban restrukturisasi biasanya berhubungan dengan perubahan besar dalam usaha
dan strategi perusahaan. Restrukturisasi biasanya diikuti dengan reorganisasi besarbesaran, termasuk divestasi unit usaha, penghentian perjanjian kontraktual, penghentian
lini produk, perampingan karyawan, perubahan manajemen, dan penghapusan nilai aset
yang sering kali bersamaan dengan investasi baru dalam bentuk pabrik, peralatan, dan
tenaga kerja.
Tiga hal terkait dengan estimasi biaya restrukturisasi, pertama, perusahaan biasanya
membuat persediaan untuk biaya program restrukturisasi. Kedua, persediaan dibuat
melalui beban restrukturisasi yang seluruhnya dibebankan pada laporan laba rugi berjalan
sebagai pos khusus. Dan selanjutnya, biaya aktual dibebankan dengan mengurangkan
persediaan ini ketika hal itu terjadi
likuidasi
perusahaan,
lebih
baik
menutup
kerugian
dengan
menyajikan
DAFTAR PUSTAKA