PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan suatu penentuan
Tujuan Umum
Mampu mengidentifikasi masalah dan solusi pemecahan masalah belum
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah belum tercapainya target ASI Eskkusif di wilayah
kerja Puskesmas Pauh.
Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas Pauh dalam pelaksanaan program-
Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, menentukan
prioritas masalah, serta mencari solusi dan pencegahan yang tepat di wilayah kerja
Puskesmas Pauh.
1.4.2
Masyarakat
Sebagai motivasi agar masyarakat berpatisipasi dalam setiap pelaksanaan program
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Permenkes Nomor 39 Tahun 2013 tanggal 17 Mei 2013 tentang Susu Formula Bayi dan
Produk Lainnya (KEMENKES, 2014).
2.4 Jenis- jenis ASI
Menurut Suraatmaja (1997), berdasarkan stadium laktasi ASI dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu:
1. Kolostrum yang dikeluarkan dari hari pertama sampai hari ketiga dan keempat.
2. ASI peralihan yang dikeluarkan dari hari keempat sampai kesepuluh.
3. ASI matur yang dikeluarkan pada hari kesepuluh dan seterusnya.
2.5 Komposisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi. ASI
mengandung lebih dari 200 unsur pokok utama dimana semua unsur tersebut terdapat
secara proporsional dan seimbang. (Roesli, 2000). ASI dalam jumlah cukup dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Komposisi zat gizi
yang terdapat dalam ASI antara lain sebagai berikut:
1.
Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa dan jumlahnya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan air susu sapi. Karbohidrat dalam ASI merupakan nutrisi penting
yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak serta pemberian energi untuk kerja selsel saraf. Didalam usus sebagian laktosa diubah menjadi asam laktat yang berfungsi
mencegah pertumbuhan bakteri serta membantu penyerapan kalsium dan mineral.
(Prasetyono. 2009).
2.
Protein
ASI mengandung protein lebih rendah bila dibandingkan dengan susu sapi, tetapi
memiliki nilai nutrisi yang tinggi sehingga protein ASI hampir seluruhnya diserap oleh
pencernaan bayi. Protein ASI yang utama yaitu whey dan kasein. Whey adalah protein
yang halus, lembut dan mudah dicerna; kasein adalah protein yang bentuknya kasar,
bergumpal dan sukar dicerna oleh usus bayi. Rasio protein whey:kasein dalam ASI adalah
60:40, sedangkan rasio protein dalam susu sapi adalah 20:80. Hal ini menguntungkan
bayi mengingat protein whey lebih mudah dicerna. Didalam ASI juga terdapat kandungan
asam amino esensial taurin yang tinggi, yang penting untuk pertumbuhan retina dan
konjugasi bilirubin, dan asam amino sistin yang penting untuk pertumbuhan otak bayi.
2.
Lemak
Dalam ASI lemak merupakan sumber kalori utama dan sumber vitamin yang larut
dalam lemak (A, D, E dan K) dan sumber asam lemak yang esensial. Asam lemak rantai
panjang berperan dalam perkembangan otak, kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi
SSP, dan berfungsi untuk pembentukan enzim yang akan mengendalikan kadar kolesterol.
Komposisi lemak terus berubah sesuai dengan kebutuhan energi yang diperlukan bayi.
Jenis lemak dalam ASI banyak mengandung omega-3, omega-6, dan DHA yang
dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak. Komposisi lemak dalam ASI adalah
3,7-4,8 gram/100 mL.
4.
Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tetapi
bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI
merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat
sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus.
Kandungan mineral dalam ASI cukup tinggi, jika sebagian besar tidak terserap maka akan
memperberat kerja usus serta mengganggu pencernaan sehingga bisa merangsang
pertumbuhan bakteri merugikan. Hal ini yang menyebabkan perut bayi kembung dan bayi
gelisah karena gangguan metabolisme.
5.
Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi selama 6 bulan, sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru
lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Begitu juga dengan vitami D hanya
sedikit dalam lemak susu, tapi bisa diperoleh lewat sinar matahari pagi (Soetjiningsih,
1997).
6.
Air
Sekitar 88% dari ASI terdiri dari air yang berguna untuk melarutkan zat yang
terdapat didalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik aman dan
kandungan airnya yang relatif tinggi ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi. Jadi
secara kuantitas bayi tidak membutuhkan tambahan air karena jumlah air yang ada dalam
ASI sudah mencukupi kebutuhan bayi akan cairan.
2.6 Manfaat ASI
1) Bagi Bayi
a)
b) ASI meningkatkan kecerdasan bayi, dimana lemak pada ASI adalah lemak tak
jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak. Selain itu ASI
juga memiliki perbandingan antara whey (zat yang membantu penyerapan dan
metabolisme protein kedalam pembuluh darah dalam 20-40 menit) dan kasein (zat
yang membantu penyerapan dan metabolisme protein dalam 2- 4 jam) yang sesuai
untuk bayi. ASI juga mengandung Taurin (asam amino), DHA dan AA yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
c)
Mengandung zat protektif, seperti aspek imunologi yang didapatkan dari ASI
(Sunardi, 2008)
menangis dan rewel. Secara psikologis, pertumbuhan dan perkembangan bayi juga
sangat tergantung pada integritas ibu dan bayi. Karena kasih sayang ibu dapat
memberikan rasa aman dan tenang maka bayi bisa menjadi lebih agresif saat
menyusu.
b) Aspek Ekonomi
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
membeli susu formula dan peralatannya sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini dapat
mengurangi biaya tambahan dan menghemat pengeluaran rumah tangga dan biaya
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh dampak negatif penggunaan susu
formula.
c) Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah sementara yang secara umum
dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL). MAL harus memenuhi tiga
kriteria yaitu: tidak haid, menyusui secara eksklusif, umur bayi kurang dari 6 bulan.
2.7 Cara Meningkatkan produksi ASI
Dibawah ini merupakan cara-cara meningkatkan ASI yang perlu ibu ketahui yaitu:
1.
Minum banyak jus buah segar setiap pagi untuk meningkatkan asupan vitamin
2.
Lebih baik mengonsumsi cemilan biji-bijian, sereal sehat dan buah, daripada cemilan
biskuit yang tidak memberikan banyak asupan gizi.
3.
Cepat makan bila merasa lapar, walau akhirnya harus makan 10 kali sehari
4.
Banyak makan makanan yang banyak mengandung asam lemak esensial seperti biji
bunga matahari, minyak ikan dan telur. Asam lemak esensial penting untuk
perkembangan otak dan sistem imunitas bayi.
5.
Pastikan banyak minum air putih. Tubuh butuh banyak air untuk produksi ASI.
banyak ibu yang merasa ASI kurang, tetapi hanya sedikit yang secara biologis memang
kurang produksi ASI. Sebanyak 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup bagi
bayinya.
2.
memberikan ASI, bagaimana ASI keluar, bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang
baik sehingga bayi dapat mengisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal,
termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dengan bayinya.
3.
Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi susu formula (relaksasi)
Relaksasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin
memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama produksi ASI
akan berkurang dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika sudah diberikan
susu botol.
4.
formula dengan dot. Hal ini akan menyebabkan bayi malas menyusui.
5.
Kelainan Bayi.
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan
mengganggu proses menyusu. kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan
tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui. (Partiwi&Purnawati, 2008).
10
6.
Ibu Bekerja
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif, karena waktu ibu
bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah sehari sebelumnya.
7.
(YLKI) pada tahun 1995 terhadap ibu-ibu se-Jabodetabek, diperoleh data bahwa alasan
pertama berhenti memberikan ASI pada anaknya karena takut ditinggal suaminya. Ini
karena adanya mitosnya yang salah yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara
menjadi jelek.
8.
listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril dan perlu waktu untuk
mendinginkan susu yang baru dibuat. Sementara ASI siap pakai dengan suhu yang tepat
setiap saat serta tidak memerlukan perlengkapan apapun.
9.
benar. Didapatkan bukti bahwa menyusui akan membantu ibu-ibu menurunkan berat
badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui secara eksklusif. Timbunan lemak
yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita
yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan lemak. (Roesli, 2000).
2.8 Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
Berdasarkan SK Kemenkes No. 450/Menkes/SK/IV/2004), terdapat sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui. Antara lain:
a. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui Untuk fasilitas kesehatan
1.
11
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2.
Meminta hak untuk tidak memberikan asupan apapun selain ASI kepada bayi
baru lahir
3.
4.
5.
Mendukung ibu menyusui dengan membuat tempat kerja yang memiliki fasilitas
ruang menyusui
6.
Menciptakan kesempatan agar ibu dapat memerah ASI dan atau menyusui
bayinya ditempat kerja
7.
8.
12
9.
10. Memilih fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang menjalankan
10 LMKM (Kemenkes, 2010).
2.9 Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif
1) Umur
Umur adalah lama hidup atau ada (sejak dilahirkan atau didakan) (KBBI, 1995).
Proses degenerasi payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli mengalami regresi
yang dimulai pada usia 30 tahun. Sehingga dengan proses tersebut payudara cenderung
kurang menghasilkan. Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan
mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Ibu yang umurnya lebih
muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang yang sudah tua.
Hal ini terjadi terjadi karena pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai dari
permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun (Suratmadja, 1997).
2) Pendidikan
Helmi (2010) menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan
ibu dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu ibu yang berpendidikan rendah mempunyai
peluang 5,5 kali untuk tidak menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang
berpendidikan tinggi.
3) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu yang
mampu hidup diluar rahim. Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi
produktivitas ASI karena berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan.
Pikiran, perasaan, dan sensasi seorang ibu sangat mempengaruhi peningkatan atau
penghambat pengeluaran oksitosin yang sangat berperan dalam pengeluaran ASI (Roesli,
2000).
13
4) Pekerjaan
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi karena ibu
meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun berkurang. Akan tetapi
seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap memberi ASI secara eksklusif kepada bayinya
dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan
dukungan lingkungan kerja (Soetjiningsih, 1997). Status pekerjaan berpeluang
mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Adanya kecenderungan para ibu
yang bekerja mencari nafkah menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI. Meningkatnya
partisipasi angkatan kerja perempuan yang disebabkan oleh tuntutan ekonomi,
menyebabkan sebagian keluarga tidak dapat mempertahankan kesejahteraannya hanya
dari satu sumber pendapatan. Masuknya perempuan dalam kerja sedikit banyak
mempengaruhi peran ibu dalam pengasuhan anak (Soetjiningsih, 1997).
5) Kepercayaan Ibu
Kepercayaan yaitu keyakinan seseorang terhadap suatu hal. Keyakinan sering
diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu
berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu (Notoatmodjo,
2003). Kepercayaan yang diyakini dimasyarakat dapat juga berupa kebiasaan yang
berlangsung di masyarakat yang merupakan hasil pelaziman yang berlangsung dalam
waktu yang lama. Kebiasaan ini sering dikaitkan dengan adat istiadat karena kebiasaan
pada umumnya sudah melekat pada diri seseorang termasuk kebiasaan yang kurang
menguntungkan bagi kesehatan. Kepercayaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keyakinan yang dimiliki ibu tentang ASI eksklusif.
6) Penyuluhan/Konseling di Pelayanan Kesehatan
Menurut WHO salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku yaitu
dengan memberikan informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan
kesehatan, menghindari penyakit, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat sehingga menimbulkan kesadaran mereka yang akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
(Notoatmodjo, 2007).
14
7) Kebijakan
Bila kebijakan di Puskesmas mendukung program ASI eksklusif maka ASI
eksklusif selama 6 bulan lebih mudah dilaksanakan. Akan tetapi apabila belum ada
kebijakan, walaupun pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan sudah baik terhadap
praktek pemberian ASI eksklusif, bila tidak ada kebijakan yang mendukung akan tetap
mengalami hambatan.
8) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang merupakan suatu kegiatan
baik bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam
memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat tentang ASI dari
keluarganya dapat mempengaruhi sikap ketika ia harus menyusui sendiri bayinya (Lubis,
2000). Hasil penelitian Asmijati (2007) menyebutkan ibu yang mendapat dukungan
keluarga memiliki kemungkinan memberikan ASI Eksklusif 6,53 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga. Penelitian lain juga
mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga meningkatkan resiko
tidak memberikan ASI eksklusif (Mardeyanti, 2007).
9) Dukungan Petugas Kesehatan
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku terbentuk karena
faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau
petugas yang lain, yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai seorang
yang dipercayai ibu-ibu dalam mengatasi masalah bayi, tenaga kesehatan hendaknya
memberikan nasihat kepada seorang ibu permulaan menyusui, agar dapat mengukuhkan
kepercayaan dirinya atas kesanggupan menyusui dan bersikap mendukung penilaian
bahwa menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang sempurna (Jellife, 1994)
Menurut Soetjiningsih (1997) pemberian ASI belum secara optimal diberikan oleh
ibu disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan
dalam memberikan penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang baik dan benar.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa sikap petugas kesehatan sangat mempengaruhi
pemilihan makanan bayi oleh ibunya. Pengaruh ini dapat berupa sikap negatif secara
15
pasif, yang dinyatakan dengan tidak menganjurkan dan tidak membantu bila ada
kesulitan laktasi. Sikap ini bisa pula secara aktif misalnya bila ada kesulitan laktasi,
malah petugas sendiri yang menganjurkan untuk memberikan susu botol kepada bayi.
Hasil penelitian Lestari (2004) menyatakan bahwa ibu yang memberikan ASI
Eksklusif 36,7% mendapat dukungan dari petugas kesehatan, sedangkan yang tidak
mendapat dukungan dari petugas kesehatan hanya 19,0%. Penelitian lain juga
menunjukkan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan berpeluang 5,63
kali memberikan ASI Eksklusif dibandingkan dengan yang tidak mendapat dukungan dari
tenaga kesehatan.
10) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang menentukan perilaku
kesehatan seseorang. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal,
penyuluhan, dan informasi dari media massa. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang
terjadi setelah penginderaan terhadap objek tertentu, perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian Ibrahim (2002) menyebutkan bahwa ibu yang berpengetahuan
baik 1,9 kali berpeluang untuk memberikan ASI Eksklusif dibandingkan ibu yang
berpengetahuan kurang. Begitu juga dengan penelitian Hartuti (2006) menyebutkan
proporsi ibu yang memberikan ASI Eksklusif dengan pengetahuan baik lebih besar yaitu
27,3% dibanding dengan proporsi ibu yang memberikan ASI Eksklusif yang
berpengetahuan kurang hanya sebesar 3,8%.
16
BAB III
ANALISA SITUASI
3.1
Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 00 58 Lintang
Selatan, 100
b.
c.
d.
17
3.2
dipublikasikan pada tahun 2014 jumlah Penduduk Kec. Pauh adalah sebanyak 63.624
jiwa dengan jumlah KK 12.986 RT Sebanyak 169 dan RW 50 dengan rata-rata anggota
keluarga 4 orang serta kepadatan penduduk 489/km. Adapun rincian jumlah penduduk
menurut kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Demografi Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
No
Kelurahan
Jml KK
Jumlah Jiwa
RT
1 Pisang
1686
7.769
23
2 Binuang Kp Dalam
1388
6.120
25
3 Piai Tangah
1110
4.716
18
4 Cupak Tangah
1678
8.519
26
5 Kapalo Koto
1290
5.949
20
6 Koto Luar
1865
8.117
18
7 Lambung Bukit
966
4.055
15
8 LimauManis Selatan
2123
13.256
12
9 Limau Manis
1180
5.123
12
Jumlah
12.986
63.624
169
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2014
3.3
RW
7
6
8
7
6
5
4
3
4
50
ditunjang oleh Puskesmas Pembantu serta Puskesmas Keliling dan Poskeskel, juga
dibantu oleh peran institusi yang ada pada berbagai tatanan yang ada seperti Posyandu
Balita dan Lansia, sekolah , Majelis Taklim, dan lain-lain.
Salah satu Lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis ditengah
masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu di Kecamatan Pauh pada
tahun 2014 adalah sebagai berikut Posyandu balita sebanyak 70 buah dan Posyandu
Lansia sebanyak 13 buah Selain itu beberapa sarana pelayanan kesehatan yang bersifat
Private / swasta yang ada diwilayah kerja
Puskesmas Pauh ada 5 Bidan Praktek Swasta(BPS), 5 Klinik bersalin dan 5
Praktek Swasta Dokter Umum, 3 Praktek dokter Spesialis, 2 Praktek Swasta Dokter Gigi,
3 Apotik, 5 Rumah Obat, 2 Laboratorium, 7 Ambulance kelurahan dan Rumah sakit
swasta 1.
18
Prasarana Puskesmas saat ini terutama pada gedung A yaitu gedung pelayanan
rawat jalan
pelayanan kepada masyarakat. Gedung C yang menjadi ruang rawat inap cukup baik
namun prasarana penunjang kegiatan perlu dilengkapi seperti intalasi air besih dan listrik
sendiri sehingga mampu memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 1 Unit Puskel, 7 Kendaraan Roda dua,
3 Poskeskel, yaitu koto lua, Pisang dan Limau Manis Selatan dan 4 unit Puskesmas
Pembantu yang terletak di Kelurahan Batu Busuk, Piai Tangah, Ulu Gadut, Jawa Gadut.
Dalam tahun ini juga untuk melengkapi sarana UKBM di Kelurahan Siaga, telah
ada 2unit Poskeskel pada kelurahan Limau Manis Selatan dan Kelurahan Koto Lua.
Terhitung mulai Oktober 2008 sampai sekarang telah beroperasional dan dipimpin oleh 2
( dua ) orang Bidan.
Adapun rincian rincian sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas untuk
mendukung jalannya kegiatan pelayanan kesehatandi wilayah kerjanya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
No
I
1
2
3
4
5
6
7
Rusak
Berat
19
8 Ambulance
1
1
9 Sepeda Motor
7
5
II
Sarana Penunjang
1 Komputer
5
4
2 Mesin Tik
2
1
3 Telepon
1
1
4 Listrik
2
2
5 Sarana Air Bersih
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2014
3.4
2
1
1
Tenaga Kesehatan
Jumlah seluruh sumber daya kesehatan pada Puskesmas Pauh sampai dengan 31
Desember 2014 adalah 67 orang, 4orang Tenaga medis yang terdiri dari 2 orang Dokter
Umum,2 orang tenaga medis dokter gigi. Dokter Umum mempunyai tugas tambahan
sebagai kepala Puskesmas, Sedangkan tenaga paramedis berjumlah 63 Orang.
20
a.
Sosial budaya
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang relatif
homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental. Sistem kekerabatan yang masih
dijalankan oleh penduduk setempat masih dipakai sebagian besar penduduk dan
merupakan kekuatan yang dapat digarap apabila cara nya diketahui. Pendekatan
kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama peran serta
masyarakat.
b.
Ekonomi
Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh boleh dikata bervariasi
Puskesmas Pauh.
3.6
Gambaran kependudukan
Dibawah ini disajikan gambaran kependudukan yang menjadi sasaran dan cakupan
kesehatan Puskesmas Pauh berdasarkan perhitungan statistik dan konversi dari DKK
tahun 2014 sebagai berikut.
No
Buteki
Lansia
Pisang
7.769
158
630
177
164
164
992
6.120
134
564
146
139
139
707
Piai Tangah
4.716
119
514
134
126
126
466
Cupak Tangah
8.519
180
679
195
188
188
1063
Kapalo Koto
5.949
135
566
151
144
144
670
Koto Lua
8.117
161
598
178
170
170
892
Lambuang bukit
4.055
79
305
91
86
86
396
21
Limau.M Selatan
13.256
191
729
207
199
199
1609
Limau Manis
5.123
115
530
128
122
122
559
63.624
1275
5115
1407
1338
1338
7354
Jumlah
22
KEPALA
PUSKESMAS
dr.Hj.RATNA SARI
RHEYNCE PRIMARIA,
SKM
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
KEUANGAN
BENDAHARA
BOK
NURBAINI
RIKA MULYANI,
Amd.Kep
BENDAHARA APBD
ROLLY MEIRDHANIA,
Amd.PK
KOOR UPAYA KESMAS
KOOR YAN.PUSKESMAS
drg.FAHMIL KHALIS
Drg.HELDA LIDRA
PUSTU
PROMKES
DESI DELVITA
KOOR UKP
KR
UK.PENGEMBANGAN
dr.FEBRINA
Drg.YENNI
RITA SYURYANTI,
S.Kep
KB /KIA
POSKESKEL
POLIKLINIK UMUM
EMILDA, Amd.Keb
SONYA FALIYAN.Keb
dr.FEBRINA
GIZI
UKS / UKGS
DARMILA,AMKG
KESEHATAN LANSIA
RAFNIATI,
AMd.Kep
USAHA KES.KERJA &
OLAHRAGA
YUSMAINI,
Amd.Kep
KESEHATAN REMAJA
YESRI YULIANTI
SURVEYLANS
ZULKIFLI, B.Sc
IMUNISASI
BETA OHTA
ARIANI,Amd.Kep
Kelurahan
D/S
Limau Manis
73.1
Cupak Tangah
74
Koto Lua
79.5
Piai Tangah
74.2
Binuang Kp.Dalam
88.5
Kapalo Koto
61.3
Pisang
63.5
Limau Manis Selatan
76
Lambung Bukit
71.8
73.5
Puskesmas
73.5%, N/D 83.2%, BGM/D 0.04 % dan Asi
N/D
BGM/D
Asi Ekslusif
0.01
65%
63
0.04
62%
79.6
0.02
69%
88.9
0.01
52%
86.8
0.05
53%
92.5
0.04
68%
79.8
0.07
49%
90
0.03
57%
79.8
0.09
68%
87.5
60.88%
83.2
0.04
Ekslusif 60.88%. Dengan pencapaian
tertinggi D/S dan N/D pada daerah Binuang Kampung Dalam. Dilihat dari peta wilayah
kerja puskesmas Pauh, Binuang Kampung Dalam merupakan daerah terdekat dari
puskesmas, sehingga memudahkan ibu-ibunya membawa anak-anaknya melakukan
penimbangan. Untuk BGM/D tertinggi pada daerah Lambung Bukit, daerah ini sangat
24
luas dan memiliki penduduk yang lebih sedikit dari daerah lainnya. Hal ini membuat ada
beberapa anak di daerahnya yang tidak terpantau oleh puskesmas, sehingga BGM/D nya
lebih rendah, yaitu 0,09%. Untuk ASI Eksklusif masih cukup rendah pada setiap daerah.
Tabel 3.6 Hasil Pemantauan Status Gizi Puskesmas Pauh Tahun 2014
BB/U
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kelurahan
BB/TB
Krs
TB/U
Sgt Pd Nrm
25
l
30
28
19
38
20
58
39
39
20
291
97
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara
dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang-orang yang menjalankan
program serta analisis laporan program Puskesmas Pauh. Proses ini dilakukan dengan
melihat data sekunder berupa laporan program Puskesmas Pauh tahun 2014.
Makalah ini menitik beratkan pada indikator pencapaian program gizi di
Puskesmas Pauh. Maka didapatkan data berikut, dan disimpulkan beberapa masalah yang
bisa ditemukan pada laporan tersebut. Beberapa potensi masalah yang berhasil
diidentifikasi di Puskesmas Pauh adalah :
INDIKATOR
TARGET
(% )
PENCAPAIAN
(%)
KESENJAN
GAN (%)
85
73,5
-11.5
100
100
85
B : 86,4
A,B : 91,7
+ 1,4
+6,7
80
60,88
-19.12
95
Fe1 : 98,65
+3.65
Fe3 : 90,26
-4,74
90
88.2
-1,8
100
100
100
100
Balita BGM
<5
0.04
+4,95
10 Vitamin A Bufas
95
91.85
-3.15
11 FE Bufas
95
91,85
-3,15
80
83,2
+3,2
26
13 Bumil KEK
<5
<5
14 Balita pendek
34
-31
4.2
memerlukan penyelesaian. Tetapi tidak semua masalah dalam program gizi di Puskesmas
dapat diselesaikan sekaligus, sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas masalah yang
merupakan masalah terbesar dan mungkin untuk diselesaikan. Dalam hal ini metode yang
kami gunakan adalah Metode Hanlon. Dari masalah tersebut akan dibuat Plan of Action
untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan:
Kriteria skoring yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Urgensi : Merupakan masalah yang penting untuk dilaksanakan
a. Nilai 1 = Tidak penting
b. Nilai 2 = Kurang penting
c. Nilai 3 = Cukup penting
d. Nilai 4 = Penting
e. Nilai 5 = Sangat penting
2. Kemungkinan intervensi
a. Nilai 1 = Tidak mudah
b. Nilai 2 = Kurang mudah
c. Nilai 3 = Cukup mudah
d. Nilai 4 = Mudah
e. Nilai 5 = Sangat mudah
3. Biaya
a. Nilai 1 = Sangat mahal
b. Nilai 2 = Mahal
c. Nilai 3 = Cukup mahal
27
d. Nilai 4 = Murah
e. Nilai 5 = Sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
a. Nilai 1 = Sangat rendah
b. Nilai 2 = Rendah
c. Nilai 3 = Sedang
d. Nilai 4 = Tinggi
e. Nilai 5 = Sangat tinggi
Tabel 4.2 Penilaian Prioritas Masalah
No
Masalah
Urgensi
Intervensi
Biaya
Mutu
Total
Ranking
Rendahnya
pencapaian
balita yang ditimbang BB
(D/S)
12
II
15
Rendahnya
Fe3
Pencapaian
11
III
Rendahnya
RT
yang
mengonsumsi
garam
yodium
11
III
Rendahnya
pemberian
vit.A
Bufas,
karena
ketidak hadiran ibu
11
III
Rendahnya pemberian Fe
bufas
karena
ketidakhadiran ibu.
11
III
Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas, kami mengambil prioritas masalah
untuk Plan Of Action yaitu, cakupan ASI Ekslusif yang masih belum mencapai target.
Penulis menganggap perlu untuk menganalisis penyebab masalah ini untuk mencari
solusi dan inovasi dalam meningkatkan capaian program dan dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat khususnya di wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Keterangan:
28
tanpa harus memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi. Bayi yang
tidak mendapatkan ASI lebih mudah terserang infeksi seperti diare dan ISPA.
Intervensi (Skor 2, kurang mudah)
Pemberian ASI Eksklusif sangat dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan ibunya.
Masih rendahnya pemberian ASI Eksklusif dikarenakan kuranganya pengetahuan ibu
akan pentingnya ASI untuk bayi, adanya perasaan malas dan takut untuk menyusui
bayinya, serta kurangnya dukungan dari keluarga. Intervensi yang dapat kita lakukan
adalah memberikan konseling pada ibu untuk memberi ASI secara optimal tanpa
makanan tambahan lainnya dan juga pada ayah agar selalu memberi dukungan yang
lebih kepada ibu saat menyusui bayinya.
adalah garam yang digunakan oleh anak sekolah dasar kelas 3 dan kelas 4 di wilayah
kerja puskesmas pauh. Selanjutnya dilakukan iodina test, apabila berwarna ungu kuat
berarti mengandung yodium, apabila ungu lemah berarti sedikit mengandung yodium
dan apabila tidak berwarna berarti tidak mengandung yodium. Bagi yang sedikit atau
tidak mengandung yodium sama sekali akan dilakukan intervensi lebih dengan
pemberian garam beryodium dan pelatihan akan pentingnya garam beryodium tersebut.
Biaya (Skor 4, murah)
Garam beryodium sangat mudah didapatkan di warung dan pasar terdekat dengan
harga yang terjangkau. Kegiatan pemantauan garam beryodium bagi masyarakat
merupakan kegiatan preventif dan promotif yang biayanya dikeluarkan dari dana BOK.
Mutu (Skor 3, sedang)
Zat yodium yag terkandung didalam garam beryodium dapat meningkatkan
kecerdasan anak. Anak dari rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium akan
lebih cerdas dan pertumbuhannya juga bagus dibandingkan anak yang tidak
mengonsumsi garam beryodium.
5. Pemberian Vitamin A Bufas
Urgensi (Skor 2, kurang penting)
Pada ibu nifas, vitamin A berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu dan
anak yang disusuinya. Buta senja pada ibu menyusui, suatu kondisi yang kerap terjadi
karena kekurangan vitamin A (KVA). Insiden KVA masih cukup tinggi dan merupakan
salah satu dari lima masalah utama gizi di Indonesia. Anemia pada ibu akan berdampak
pada penurunan berat badan , kekurangan gizi, sehingga meningkatkan resiko infeksi
dan penyakit reproduksi pada ibu. Dengan kata lain, kekurangan vitamin A dapat
menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga 2 tahun setelah melahirkan.
Intervensi (Skor 2, kurang mudah)
Ibu nifas beresiko tinggi KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan
vitamin A yang lebih tinggi untuk proses pemulihan dari persalinan dan produksi ASI.
Intervensi yang dapat kita lakukan adalah dengan pemberian vitamin A setelah
melahirkan 1 kapsul dan 1 kapsul lagi setelah 24 jam dari pemberian pertama dengan
dosis 200.000 IU. Untuk ibu yang melahirkan di puskesmas kita dapat melakukannya,
32
tapi bagi yang melakukan persalinan di tempat selain puskesmas maka perlu dilakukan
peninjauan ulang.
Biaya (Skor 4, murah)
Penyediaan vitamin A sudah termasuk kedalam dana APBD sehingga pemberian
vitamin A kepada ibu nifas diberikan secara gratis oleh puskesmas.
Mutu (Skor 3, sedang)
Vitamin A berguna untuk melindungi timbulnya komplikasi berat pada penyakit
infeksi yang biasa terjadi pada anak dan juga berfungsi melindungi mata dari
xeropthalmia dan buta senja. Anak yang dilahirkan dari ibu yang berstatus gizi baik
tapi dengan cadangan vitamin A yang terbatas akan mudah terserang penyakit, karena
cadangan vitamin A tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan selama 2 minggu.
Konsentrasi vitamin A dalam ASI sangat bergantung pada status gizi ibu. Pemberian
kapsul vitamin A bagi ibu nifas dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam
ASI sehingga dapat meningkatkan status vitamin A pada bayi yang disusuinya.
6. Pemberian Fe Bufas
Urgensi (Skor 2, kurang penting)
Tablet Fe adalah suatu tablet mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin). ibu nifas membutuhkan Fe lebih banyak dari biasanya, untuk
membentuk hemoglobin baru pasca persalinan yang banyak mengeluarkan darah dan
untuk bayinya sebagai salah satu nutrisi yang dibutuhkannya dalam pembentukan sel
darah merah. Bayi akan mendapatkan Fe dari ASI yang diproduksi oleh ibu, untuk itu
status gizi ibu juga sangat berpengaruh.
Intervensi (Skor 2, kurang mudah)
Sama halnya dengan ibu hamil, ibu nifas juga sangat membutuhkan tablet tambah
darah (Fe) ini untuk penggantian sel darah merah. Intervensi yang dapat dilakukan
adalah pemberian tablet Fe pada ibu nifas. Untuk melakukan intervensi ini dibutuhkan
juga partisipasi dari ibu. Tanpa keinginan, kepedulian dan peran serta dari si ibu, kita
tidak akan bisa melakukan intervensi.
Biaya (Skor 4, murah)
33
Tablet Fe disediakan oleh puskesmas dari dana APBD. Untuk itu setiap ibu hamil
dan ibu nifas yang rutin melakukan kunjungan ke puskesmas akan diberi tablet Fe
secara gratis.
Mutu (Skor 3, sedang)
Zat besi (Fe) berperan sebagai komponen untuk membentuk hemoglobin,
mioglobin yaitu protein yang membawa oksigen ke otot, dan kolagen yaitu protein
yang terdapat di tulang, tulang rawan dan jaringan penyambung, serta enzim. Zat besi
juga berfungsi untuk pertahanan tubuh.
Jumlah (n)
Presentase (%)
Pengetahuan
Kurang
14
58%
Baik
10
42%
Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner kepada 24 ibu hamil dan menyusui
yang melakukan kunjungan ke puskesmas Pauh mengenai pengetahuan ibu terhadap ASI
eksklusif, didapatkan 58% dengan pengetahuan kurang dan 42% dengan pengetahuan
baik. Hal ini menunjukan masih ada ibu - ibu hamil dan menyusui yang tidak mengerti
denisi ASI Eksklusif yang sesungguhnya, yaitu hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
makanan tambahan lainnya. Pengetahuan yang masih kurang ini lah yang mempengaruhi
rendahnya pencapaian ASI Eksklusif di Puskesmas Pauh, karena jika ibunya sudah
memberi makanan tambahan dalam waktu 6 bulan tersebut maka sudah tidak termasuk
ASI Eksklusif lagi. Untuk meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif harus kita mulai dari
pengertian ibunya dulu mengenai ASI Eksklusif.
34
2) Presepsi negatif pada ibu muda terhadap ASI dikarenakan produksi ASI ibu dan
faktor pendukung yang kurang .
Tabel 4.4 Variabel Presepsi Ibu Mengenai ASI
Variabel
Jumlah (n)
Presentase (%)
Presepsi
Negatif
13
54%
Positif
11
46%
Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner kepada 24 ibu hamil dan menyusui
yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Pauh mengenai perilaku ibu mengenai ASI
eksklusif, didapatkan 54 % yang memiliki persepsi negatif dan 46 % yang memiliki
persepsi positif. Masih lebih dari setengah ibu di puskesmas Pauh yang memiliki persepsi
negatif. Dari wawancara dengan ibu - ibu tersebut, ada yang mengatakan kalau menyusui
itu sakit, ada juga yang berpendapat menyusui akan mempengaruhi bentuk payudara
sehingga takut nanti ditinggal suami, dan pendapat - pendapat lainnya yang membuat ibu
- ibu tersebut tidak memberikan ASI Eksklusif sebagaimana mestinya. Hal ini akan
sangat berpengaruh pada pencapaian ASI Eksklusif di Puskesmas Pauh.
3) Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga dalam pengawasan pemberian ASI
eksklusif.
Tabel 4.5 Variabel Dukungan Keluarga Terhadap ASI
Variabel
Jumlah (n)
Presentase (%)
Dukungan Orang terdekat
Suami
Ya
33%
35
Tidak
16
67%
Ya
15
63,5%
Tidak
37,5%
Ya
21%
Tidak
19
79%
Ya
11
46%
Tidak
13
54%
Ya
17%
Tidak
20
83%
Ya
21%
Tidak
19
79%
Dukungan Informasi
12
50%
Dukungan Motivasi
12
50%
2 Bulan
12
50%
4 Bulan
33%
17%
Orang Tua
Mertua
Saudara Kandung
Teman
Tetangga
36
motivasi yang dapat meningkatkan keinginan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif yang
baik dan benar. Jangka waktu memberikan dukungan juga mempengaruhi, di Puskesmas
Pauh ibu yang mendapatkan dukungan sampai 6 bulan selama masa ASI Eksklusif itu
hanya 17%. Hal ini jelas menyebabkan angka pencapaian ASI Eksklusif rendah karena
kurangnya dukungan.
4) Ibu terlalu cepat memberikan MP ASI
5) Pendidikan yang rendah
6) Ibu takut ditinggal oleh suami karena berat badan bertambah
2. Tenaga Kesehatan
1. Tidak memberikan konseling ASI ekslusif setiap kegiatan pemeriksaan kehamilan
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas mengenai dukungan
petugas kesehatan mengenai ASI eksklusif, didapatkan bahwa tidak ada pemberian
konseling yang teratur mengenai ASI Eksklusif kepada ibu. Menurut hasil wawancara
dengan petugas puskesmas hal ini disebabkan karena kurangnya kepedulian petugas
dalam ASI Eksklusif, kurangnya waktu yang terjadwal dalam pemberian konseling
kepada ibu, dan kurangnya kedisiplinan petugas dalam menjalankan program.
2. Banyaknya petugas yang lupa dalam pencatatan pemberian ASI ekslusif pada bayi di
posyandu
Salah satu bukti kurangnya kepedulian dan kedisiplinan petugas dalam program
ASI Eksklusif yaitu banyaknya petugas yang lupa dalam mencatat pemberian ASI
Eksklusif pada bayi di posyandu. Hal ini didapatkan dari hasil buku bantu posyandu
yang kosong atau diisi sama dengan sebelumnya dalam pencapaian ASI Eksklusif.
B. Material
Hanya terdapat sedikit poster tentang ASI, serta letak tidak strategis dan ukurannya
yang tidak memungkinkan untuk dibaca.
C. Metode
Pemberian edukasi hanya melalui penyuluhan secara keseluruhan dengan metode
ceramah, sehingga responden tidak dapat mengingat secara rinci. Serta tidak
dilakukannya konseling baik oleh petugas kesehatan maupun kader.
37
D. Lingkungan
2. Tenaga Kesehatan
a. Masalah
38
kehamilan
Petugas tidak melakukan pencatatan pemberian ASI ekslusif pada bayi di
posyandu
b. Rencana
1) Evaluasi Kerja Petugas Puskesmas
Pelaksanaan
pemberian penyuluhan dan konseling ASI Eksklusif setiap kunjungan ibu hamil dan
bagi yang tidak melakukannya diberikan peringatan.
Pelaksana
: Kepala Puskesmas, Pemegang program gizi dan KIA.
Sasaran
: bidan, dokter, petugas KIA, petugas yang turun ke posyandu,kader
Waktu
: 1 x sebulan
Target
: Meningkatnya cakupan ASI ekslusif
B. Material
a. Masalah
Kurangnya Poster tentang ASI dan letaknya yang tidak strategis
b. Rencana
Menambah jumlah poster mengenai pentingnya ASI ekslusif, menambahkan poster
dengan isi yang lebih rinci dan poster yang sudah ada diletakkan di posisi yang
mudah dilihat dan mudah dibaca oleh ibu.
c. Sasaran : Promkem
d. Target
: Minimal ada 4 poster tentang ASI ekslusif dan diposisikan diposisi
yang benar
C. Metode
a.
Masalah
Penyuluhan dan konseling yang diberikan baik oleh petugas kesehatan maupun kader
dengan metode ceramah sehingga ibu mudah lupa dengan apa yang telah disampaikan
b. Rencana
39
dapat dipegang oleh pihak petugas dan juga ibu. Nantinya dapat dijadikan kecukupan
pemberian ASI Eksklusif. dalam kartu ini ibu mendapat penjelasan mengenai ASI
eklusif, cara pemberian ASI yang benar, kapan waktu pemberian MP ASI yang
tepat,dl, Sehingga ibu dapat melihat dan mengingat kembali penyuluhan dan
konseling yang telah diberikan
Pelaksana
Sasaran
Waktu
Target
D. Lingkungan
a.
Masalah
1. Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga dalam pengawasan pemberian ASI
ekslusif
2. Tradisi dan kebiasaan dalam pemberian makanan pendamping ASI yang cepat
b. Rencana
1) Ayah ASI
Pelaksanaan
pengawas dan pemantau dalam pemberian ASI ekslusif oleh ibu. Karena salah satu
faktor yang berpengaruh dari pemberian ASI Ekslusif adalah faktor psikologi ibu,
jadi dukungan dari suami sebagai kepala keluarga sangat dibutuhkan. Program ini
memerlukan kerjasama dengan pihak petinggi diwilayah tersebutuntuk membentuk
suatu kelompok bapak pengawas pemberian ASI. Melalui kerjasama ini puskesmas
40
41
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM
42
43
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1.
2. Pemecahan masalah dan upaya untuk meningkatkan tercapainya target ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah mengadakan video ASI kelas ibu hamil,
evaluasi kerja petugas puskesmas, menambah jumlah poster tentang ASI dan
meletakannya di tempat - tempat strategis, pembuatan kartu monitoring ASI
Eksklusif, peningkatan peranan kader, peningkatan kerja sama antar program dan
pembentukan Ayah-ASI.
6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas untuk dapat melaksanakan program konseling ASI yang belum
dilaksanakan selama ini, dan meningkatkan kinerja dan tanggung jawab petugas
terhadap program ASI Eksklusif agar tercapainya cakupan ASI Eksklusif
diwilayah kerja Puskesmas Pauh.
2. Bagi Pemerintah untuk dapat mendukung dan menyediakan sarana dan prasarana
agar tercapainya program ASI Eksklusif.
3. Bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan partisipasi dalam melakukan
kunjungan ke Puskesmas Pauh.
BAB VII
45
PENUTUP
Dengan mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ini telah dilakukan identifikasi
terhadap berbagai masalah serta menyusun beberapa perencanaan untuk pemecahan
masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Dari beberapa perencaaan tersebut
lebih diutamakan untuk diadakan konseling ASI bagi ibu, yang sebelumnya tidak berjalan
di Puskesmas Pauh, dan menjalankan program perencanaan yang telah disusun. Selain
itu, beberapa perencanaan lain yang telah disusun dapat menjadi masukan bagi semua
pihak untuk dapat berpartisipasi ke depan dalam upaya meningkatkian derajat kesehatan
masyarakat. Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat
tersusun kami ucapkan terima kasih.
46
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2009). Pemberian Air Susu Ibu dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu.
Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Gibney JM. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Jellife DB. (1994). Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Jakarta: Bumi Aksara
Komite Nasional Pemantauan Penerapan (KNPP). (2008). Pemberdayaan Perempuan
dalam Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta: KNPP RI.
Lestari. (2004). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Kedawung II Seragen. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadyah Surakarta.
MardeyantiF. (2007). Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Memberikan ASI pada
Ibu di Desa Kebunbatur Kabupaten Grobogan. Semarang: STIKES Ngudi Waluyo
Press.
Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta
Nurmiati B. (2008). Pengaruh Durasi Pemberian ASI Terhadap Ketahanan Hidup Bayi
di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Prasetyono. (2009). ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, dan Kemanfaatannya.
Yogyakarta: Diva Press
Pratiwi, AN dan Purnawati, J. (2008). Kendala Pemberian ASI Eksklusif. Bedah ASI:
Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah, Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
47
(2006).
Indonesias
infant
mortality
rate
still
high:
UNICEF.
48