PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam usaha meningkatkan suasana akademik yang maksimal dikampus,
khususnya untuk mata kuliah metode penelitian dan penulisan skripsi, serta untuk
menumbuhkan
rasa
pengalaman
belajar,
menumbuhkan
sikap,
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini yaitu:
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1.4
Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode kepustakaan. Cara-cara yang digunakan pada
penelitian ini adalah : Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca bukubuku yang berkaitan denga penulisan makalah ini.
BAB II
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
b. Penelitian
bermaksud
mengadakan
generalisasi
dari
hasil
hasil
heterogen,
maka
pertimbanagna
pengambilan
sample
harus
memperhatikan hal :
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat
diusahakan. Satu nasihat yang perlu diingat, bahwa penetapan jumlah sampel
yang kelewat banyak selalu lebih baik dari pada kurang (oversampling is always
better than undersampling). Namun demikian ada cara untuk memperoleh sample
minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:
2
z 1/ 2 a
b
keterangan :
n
= jumlah sampel
n pq
Contoh :
Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di jateng adalah
400.000 orang. Diantara mereka yang tinggal didaerah pedesaan (luar kota)
sebanyak 50.000 orang. Bebrapa sampel yang perlu diselidki dalam rangka
mengunggkapkan hambatan penanaman disiplin disekolah di wilayah masingmasing.
Perhitungan:
50.000
F=
400.000 X 100 % = 12,5 % atau P = 0,125
q
Z 1/2
B
1,96
0,05
2,58
0,02
n 0,25
1,96
0,05
n 384.
Sample yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang
representatif, artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan
populasi secara maksimal walaupun mewakili sample bukan merupakan duplikat
dari populasi.
Pada umumnya masalah sampling timbul apabila penelitian bermaksud
untuk :
1. Mereduksi objek penyelidikannya. Karena suatu alasan kerapkali seorang
penyelidik tidak menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian atau
peristiwa, melainkan hanya sebagian saja dari objek gejala atau kejadian yang
dimaksudkan.
2. Ingin mengadakan
generalisasi
dari
hasil-hasil,
penyelidikannya.
diselidiki hanya satu kelas saja, jangan diperluas sampai kelas-kelas lainnya
apalagi menyimpulkan untuk sekolah-sekolah lain.
2. Pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan tentang
sifat-sifat populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan
adanya valliditas dan reabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu, haruslah
ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat populasi, dan memberikan
batas-batas yang tegas, kemudian menetapkan sampelnya. Jangan terjadi
kebalikannya,yaitu menetapkan populasilah yang lebih dahulu baru kemudian
sampelnya.
3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh
melalui bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut.
Misalnya, sensus penduduk dokumen-dokumen yang disusun oleh instansiinstansi dan organisasi-organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P &
K, kantor kelurahan, dan sebagainnya.
Meskipun demikia, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah
menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan sampai
terjadi data tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965,
misalnya bila tahun 1954 tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4
orang, maka pada tahun 1965 jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu
(4 orang).
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah
penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang
tidak mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng.
Pengambilan sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased
sampling adalah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi
hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan
kepada seluruh populasi. Contoh : misalnya mengadakan penelitian tentang
11
penghasilan rata-rata orang indonesia hanya diambil sample yang kaya raya
saja, ataupun hanya yang melarst ? miskin saja. Dengan sendiriny akan
mengakibatkan adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau disebut biased
conclusion.
2.3 Teknik Sampling
Teknik
sampling
merupakan
teknik
pengambilan
sampel.
Untuk
Sampling. Probability
random,
aksidental,
purposive
sampling,
sampling
jenuh,dan snowball
sampling.
1) Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Macam-macam teknik ini meliputi:
1. Simple random sampling
Simple random sampling merupakan pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen.
2. Proportionate stratified random sampling
12
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orangorang yang ada pada daerahn itu ceara sampling juga
2) Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sam bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel.
1. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota
populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota tersebut diberi
nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel
dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan 5, untuk itu maka yang diambil
sebagai sampel adalah nomor1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.
2. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai
contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap
pelayanan masyarakat dalam urusan Ijin Mendirikan Bangunan. Jumlah
sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai,
karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang
pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi
100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat mencari data dari
500 orang anggota sampel tersebut.
3. Sampling ansidental
14
15
s=
2 . N . P .Q
d 2(N1)+ 2 . P . Q
16
P = Q = 0,5
d = 0,05
s = jumlah sampel
Cara menentukan ukuran sempel bila sempel tidak berdistribusi normal,
misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai.
Misalnya populasinya berbeda, katakan logam dimana susunan molekulnya
homogen, maka jumlah sempel yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sempel,
misalnya dari Cochen, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung
ukuran sempel, terdapat sedikit perbedaan jumplahnya. Lalu yang dipakai yang
mana? Sebaiknya yang dipakai adalah jumlah ukuran sempel yang paling besar.
2.5 Contoh Menentukan Ukuran Sempel
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu.
Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokan
berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1= 50, Sarjana Muda = 300,
SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5% , maka jumlah sempelnya =
258, Karena populasi berstrata, maka sampelnya jga berstrata. Stratanya
ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-masing
sempel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi.
Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sempel untuk kelompok
S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.
S1
50/1000
258
13,90 =
12,9
SM
300/1000
258
83,40 =
77,4
17
SMK =
500/1000
258
139,0 =
129
SMP
100/1000
258
27,8
25,8
SD
50/1000
258
13,91 =
12,9
258
Jumlah
Jadi jumlah sempelnya = 12,9 + 77,4 +129 + 25,8 + 12,9 + = 258. Jumlah
yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sempel menjadi 13 + 78 +
129 + 26 + 13 = 259.
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahaan (terdapat koma) sebaiknya
dibulatkan ke atas sehingga jumlah sempelnya lebih 259. Hal ini lebih aman
daripada kurang dari 258.
Roscoe
dalam
buku Research
Methonds
For
Business (1982:253)
18
sering disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara
acak.
Pengambilan sempel secara acak random/acak dapat dilakukan dengan
bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan
dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomer terlebih dahulu,
sesuai dengan jumlah anggota populasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan.
2. Jenis-jenis populasi: populasi umum dan populasi target
3. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster)
yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
4. Adapun alasan penelitian menggunakan sampel adalah:
a. Ukuran populasi
b. Masalah biaya
c. Masalah waktu
19
DAFTAR PUSTAKA
Haryono. 1998. Metode penelitian pendidikan II. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif
dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2012
20