PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ilmu
pemuliaan
(Ing. breeding
science)
merupakan
penerapan biologi,
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Heritabilitas
Ada dua pengertian haritabilitas, yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit,
akan tetapi yang digunakan secara umum adalah dalam arti sempit. karena mampu
menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi untuk suatu sifat di
dalam populasi
Heritabilitas dalam arti luas adalah total atau penjumlahan antara ragam
genetik, dominan dan epistasis dibagi dengan total atau penjumlahan antara ragam
genetik, dominan, epistasis dan lingkungan. Sedangkan heritabilitas dalam arti sempit
yaitu : Ragam genetik per total atau penjumlahan antara ragam genetik, dominan,
epistasis dan lingkungan.
Kemiripan antara tetua dan anak bisa diduga dengan analisis Regresi,
sedangkan kemiripan antara kerabat/sib bisa diduga dengan Analisis Varian (Anova).
Pada tahun 1976 Patterson dan Thomson menulis metoda baru untuk menduga
parameter genetik dan fenotipik, yang disebut Analisis Restricted Maximum
Likelihood (REML). Metoda ini sampai sekarang banyak digunakan untuk menduga
parameter karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan analisis Anova.
Kelebihannya adalah :
1.
2.
3.
4.
V
VA
V
d D EC
VP
VP VP
= ah 2 dD 2 c 2
3
1.
Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuaensi
gennya akan berubah dan perubahan frekuansi gen inilah yang diduga sebagai
2.
yang disebabkan oleh keragaman genetik additif. Semakin tinggi nilai h2 dapat
diartikan bahwa keragaman sifat produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan
genotipe ternak dalam populasi, dan hanya sedikit pengaruh keragaman lingkungan.
Secara teoritis nilai heritabilitas berkisar dari 0 - 1, namun jarang ditemukan
nilai ekstrim nol atau 1 pada sifat kuantitatif ternak. Sifat produksi yang memiliki
nilai heritabilitas nol adalah sifat dimana semua keragaman fenotipik pada ternak
disebabkan semata-mata oleh pengaruh faktor lingkungan, dan diasumsikan pengaruh
genetik tidak ada sama sekali.Nilai heritabilitas 1 menunjukkan sifat kuantitatif
dimana semua keragaman sifat disebabkan oleh faktor genetik.
Nilai heritabilitas dibedakan atas tiga kategori yaitu kecil, sedang dan besar.
Nilai heritabilitas dikatakan kecil (rendah) jika nilainya 0 0,2; sedang: 0,2 0,4 dan
besar
(tinggi)
jika
bernilai
lebih
dari
0,4.
Preston
dan
Willis
(1974)
mengklasifikasikan nilai heritabilitas, dikatakan rendah jika kurang dari 0,25, sedang
jika nilainya 0,25 0,50 dan besar jika bernilai lebih dari 0,50. Menurut
Hardjosubroto (1994), nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila bernilai kurang dari
0,10; sedang jika nilainya antara 0,10 - 0,30 dan tinggi jika lebih dari 0,30.
Nilai heritabilitas memiliki sifat sebagai berikut:
a. Bukan suatu konstanta
b. Untuk setiap sifat (pada umumnya sifat kuantitatif) nilai heritabilitas suatu
sifat dapat berbeda karena perbedaan lokasi pengamatan, perbedaan kelompok
ternak, waktu pengamatan dan cara menghitung heritabilitas.
Heritabilitas adalah suatu ukuran populasi, jadi bukan suatu nilai yang
dihubungkan dengan seekor ternak. Demikian pula heritabilitas bukan suatu nilai
yang tetap (fixed), akan tetapi beragam dari suatu populasi ke populasi lain dan dari
suatu lingkungan ke lingkungan lain. Nilai heritabilitas sangat bergantung pada ragam
5
genetik suatu populasi sehingga nilai heritabilitas yang diduga pada populasi yang
berlainan kemungkinan akan berbeda karena:
1. Perbedaan faktor genetik
2. Perbedaan faktor lingkungan (heritabilitas yang diduga pada lingkungan yang
homogen mungkin akan lebih besar dibandingkan dengan lingkungan yang
heterogen)
3. Metode yang digunakan
heritabilitas dan juga metode anak tetua untuk penaksiran heritabilitas tidak dengan
cara statistik. Biasanya data yang tersedia untuk penaksiran heritabilitas dengan
regresi anak tetua tidak dapat digolongkan dengan mudah, biasanya untuk taksiran
heritabilitas anak tetua, digunakan regresi data dari anak terhadap data orang tuanya
Analisis regresi antar tetua dan anak dibedakan menjadi 2 analisis :
1. Regresi antara salah satu tetua (dengan bapak atau induk) dengan anak, dan
2. Regresi antara rata-rata tetua dengan anak
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada analisis ini adalah;
1. Lingkungan antara anak dan tetua harus diasumsikan sama, dan pada
kondisi yang sama (misal umur yang sama),
2. Hubungan antara tetua dan anak di asumsikan dengan regresi linear.
Kesulitan sering timbul apabila anak-anaknya berbeda dalam tingkat produksinya dan
harus dirata-ratakan. Misal dalam menduga pertumbuhan, anak jantan dan betina
mempunyai tingkat pertumbuhan yang berbeda.
kinera anak, angka 1 menunjukkan sifat pertama dan angka 2 menunjukkan sifat
kedua. Tetua yang dimaksud dapat tetua jantan (bapak) atau tetua betina (induk).
Mahasiswa atau peneliti disarankan menggunakan data kinerja yang berasal dari tetua
jantan lebih baik daripada induk karena tetua jantan
ganya mewariskan gen-gen aditif pada anak-anaknya tanpa pengaruh gen non aditif
sehingga korelasi genetik yang diestimasi memiliki bias yang rendah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Falconer, D.S. 1981. Introduction to quantitative genetics. 2nd edition. Longman
Group (FE) Ltd. Hong Kong
Noor, Ronny Rachman. 1996. Genetika Ternak. Jakarta. PT Penebar Swadaya
Warwick, dkk. 1983. Pemuliaan Ternak. Gagjah Mada University press. Yogyakarta.
Johanson, I. dan J. Rendel. 1968. Genetics and breding. M.Taylor (translater). Oliver
& Boyd. Edinburg and London.
Lasley, F.J. 1978. Genetics of livestock improvement. Prentice Hall. Inc. Englewood
Cliffs. USA.
Strickberger, M.W. 1976. Genetics. Second edition. Macmillan Publishing Co. Inc.
New York. Collier macmillan Publishers. London.
Suryo, 1989. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sokal, R.R, dan F.J. Rohlf. 1969. Biometry. W.H. Freeman and Company. San
Francisco.
11
III
KESIMPULAN
Genetika adalah ilmu dinamis, relative muda dan penemuan-penemuan baru
terus-menerus didapat yang menjelaskan lebih menjauh fenomena pewarisan seta
sarana tentang cara-cara pengawasannya. Ilmu genetika berakar dari hasil kerja
Mendel, seorang biarawan Austria yang tidak terkenal, dalam tahun 1860-an. Tahun
1908 seorang ahli matematik bernama Hardy dan seorang dokter merangkap ahli
genetika bernama Weinberg mendapatkan hukum keseimbangan populasi, bersamasama dengan hasil penelitian Fisher dan Wright ditemukanlah fondasi genetika
populasi.
Hukum Hardy-Weinberg yaitu menyatakan bahwa frekuensi alel dan
frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
12
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruhpengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi
terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen.
Definisi evolusi sekarang dapat dikatakan sebagai: Perubahan dari generasi
ke generasi dalam hal frekuensi alel atau genotipe populasi. Dalam perubahan
dalam kumpulan gen ini (yang merupakan skala terkecil), spesifik dikenal sebagai
mikroevolusi. Akan dibahas 5 penyebab mikroevolusi yaitu
1.
Genetic
Drift (Hanyutan
3.
Mutasi,
4.
Genetik),
2.
Gene
Flow (Aliran
Genetik),
Seleksi Alam
DAFTAR PUSTAKA
Suryo, 1989. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Warwick, E.J, J.Maria Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Lasley, F.J. 1978. Genetics of livestock improvement. Prentice Hall. Inc. Englewood
Cliffs. USA.
13
14