Anda di halaman 1dari 14

I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ilmu

pemuliaan

(Ing. breeding

science)

merupakan

penerapan biologi,

terutama genetika, dalam bidang peternakan untuk memperbaiki produksi atau


kualitas. Ilmu ini relatif baru dan lahir sebagai implikasi berkembangnya pemahaman
manusia atas asas-asas pewarisan sifat secara genetik. Secara umum, ilmu ini
berusaha menjelaskan dan menerapkan prinsip-prinsip genetika (dengan bantuan
cabang-cabang biologi lain) dalam kegiatan pemuliaan. Dalam prakteknya pemulian
ternak menerapkan ilmu genetika, statistika dan biometrika serta reproduksi ternak,
dengan tujuan untuk memperbaiki mutu genetik ternak, sehingga dapat meningkatkan
produksi atau memberikan nilai tambah dalam pelaksanaannya.
Genetika berkembang baik sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan. Cabangcabang ilmu ini terbentuk terutama sebagai akibat pendalaman terhadap suatu aspek
tertentu dari objek kajiannya. Dari ilmu genetika, terkait dengan aspek penurunan
sifat dari tetua kepada keturunannya. Termasuk dalam hal ini adalah konsep-konsep
hokum Mendel. Statistika dan biometrika berperan dalam pengukuran keragaman
sifat dan penyebarannya, hubungan antara dua sifat atau lebih, serta analisis untuk
pendugaan parameter-parameter genetik. Reproduksi terkait dengan aspek fertilitas,
kebuntungan, jarak beranak dan kelahiran

1.2. Identifikasi masalah


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan ilmu genetika.
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan Hukum Hardy-Weinberg.
1.2.3. Apa saja yang termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan frekuensi
gen.
1.3. Maksud dan tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu ilmu genetika.
1.3.2. Untuk mengetahui apa itu Hukum Hardy-Weinberg.
1.3.3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan frekuensi
gen.

II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Heritabilitas
Ada dua pengertian haritabilitas, yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit,
akan tetapi yang digunakan secara umum adalah dalam arti sempit. karena mampu
menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi untuk suatu sifat di
dalam populasi
Heritabilitas dalam arti luas adalah total atau penjumlahan antara ragam
genetik, dominan dan epistasis dibagi dengan total atau penjumlahan antara ragam
genetik, dominan, epistasis dan lingkungan. Sedangkan heritabilitas dalam arti sempit
yaitu : Ragam genetik per total atau penjumlahan antara ragam genetik, dominan,
epistasis dan lingkungan.
Kemiripan antara tetua dan anak bisa diduga dengan analisis Regresi,
sedangkan kemiripan antara kerabat/sib bisa diduga dengan Analisis Varian (Anova).
Pada tahun 1976 Patterson dan Thomson menulis metoda baru untuk menduga
parameter genetik dan fenotipik, yang disebut Analisis Restricted Maximum
Likelihood (REML). Metoda ini sampai sekarang banyak digunakan untuk menduga
parameter karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan analisis Anova.
Kelebihannya adalah :
1.
2.
3.
4.

Bisa menduga data dan blok yang hilang


Cocok untuk data yang tidak seimbang (unbalance) yang banyak dijumpai di
lapangan, dan
Bisa memasukan informasi dari tetua.

Derajat kemiripan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :


1. Gena bersama
2. Genotip bersama, dan
3. Lingkungan bersama.
Hubungan antara kemiripan ke tiga faktor di atas dapat diungkapkan dalam suatu
persamaan:
Kemiripan = a

V
VA
V
d D EC
VP
VP VP

= ah 2 dD 2 c 2
3

Dimana :a = hubungan gena-gena aditif


d = hubungan gena-gena dominan
kemiripan yang disebabkan oleh gena adalah hubungan yang disebabkan
hanya oleh gena gena aditif. Kemiripan yang disebabkan genotif bersama termasuk
gena gena yang bukan aditif baik dominan maupun epistatis, tetapi epistatis biasanya
diabaikan kerana pengaruhnya kecil. Kemiripan yang disebabkan lingkungan
bersama.

Dasar Penurunan Sifat dari Tetua Kepada Anaknya


Jantan dan betina hanya menurunkan gena aditif kepada anaknya. Pada hewan
mamalia yang anaknya dibesarkanoleh induk, lebih rumit karena selain menurunkan
gena aditif, induk juga mempengaruhi anak dengan faktor lingkungan bersama
(LB). Keadaan ini disebabkan karena pada umumnya induk yang membesarkan
anak-anaknya, misalnya pada mamalia keadaan anak tergantung pada produksi susu
induk dan prosuksi tersebut oleh genotif ataupun fenotif induk. Dengan kata lain
walaupun anak-anaknya mempunyai fenotif genetik yang tinggi tapi performance
mereka terpengaruh juga oleh genotif dan fenotif induk.

Prinsip Dalam Menduga Nilai Heritabilitas


Prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas ada beberapa cara utama
( Johnson and Rendel, 1966 ) :
Etimilasi nilai heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen
( ragam yang sama ), dibandingkan dengan ragam populasi umum.

1.

Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuaensi
gennya akan berubah dan perubahan frekuansi gen inilah yang diduga sebagai

2.

kemampuan genetik yang diperoleh dari tetuanya..


Melalui perhitungan korelasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan
anaknya.Cara ini merupakan paling akurat, karena dianalisis berdasarkan
kekerabatannya secara genetik.
Heritabilitas menunjukkan bagian atau persentase dari keragaman fenotipik

yang disebabkan oleh keragaman genetik additif. Semakin tinggi nilai h2 dapat
diartikan bahwa keragaman sifat produksi lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan
genotipe ternak dalam populasi, dan hanya sedikit pengaruh keragaman lingkungan.
Secara teoritis nilai heritabilitas berkisar dari 0 - 1, namun jarang ditemukan
nilai ekstrim nol atau 1 pada sifat kuantitatif ternak. Sifat produksi yang memiliki
nilai heritabilitas nol adalah sifat dimana semua keragaman fenotipik pada ternak
disebabkan semata-mata oleh pengaruh faktor lingkungan, dan diasumsikan pengaruh
genetik tidak ada sama sekali.Nilai heritabilitas 1 menunjukkan sifat kuantitatif
dimana semua keragaman sifat disebabkan oleh faktor genetik.
Nilai heritabilitas dibedakan atas tiga kategori yaitu kecil, sedang dan besar.
Nilai heritabilitas dikatakan kecil (rendah) jika nilainya 0 0,2; sedang: 0,2 0,4 dan
besar

(tinggi)

jika

bernilai

lebih

dari

0,4.

Preston

dan

Willis

(1974)

mengklasifikasikan nilai heritabilitas, dikatakan rendah jika kurang dari 0,25, sedang
jika nilainya 0,25 0,50 dan besar jika bernilai lebih dari 0,50. Menurut
Hardjosubroto (1994), nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila bernilai kurang dari
0,10; sedang jika nilainya antara 0,10 - 0,30 dan tinggi jika lebih dari 0,30.
Nilai heritabilitas memiliki sifat sebagai berikut:
a. Bukan suatu konstanta
b. Untuk setiap sifat (pada umumnya sifat kuantitatif) nilai heritabilitas suatu
sifat dapat berbeda karena perbedaan lokasi pengamatan, perbedaan kelompok
ternak, waktu pengamatan dan cara menghitung heritabilitas.
Heritabilitas adalah suatu ukuran populasi, jadi bukan suatu nilai yang
dihubungkan dengan seekor ternak. Demikian pula heritabilitas bukan suatu nilai
yang tetap (fixed), akan tetapi beragam dari suatu populasi ke populasi lain dan dari
suatu lingkungan ke lingkungan lain. Nilai heritabilitas sangat bergantung pada ragam
5

genetik suatu populasi sehingga nilai heritabilitas yang diduga pada populasi yang
berlainan kemungkinan akan berbeda karena:
1. Perbedaan faktor genetik
2. Perbedaan faktor lingkungan (heritabilitas yang diduga pada lingkungan yang
homogen mungkin akan lebih besar dibandingkan dengan lingkungan yang
heterogen)
3. Metode yang digunakan

Metode Regresi dan Korelasi


Jika diasumsikan bahwa keragaman antara dua populasi tidak berbeda maka
regresi antara anak dengan rataan tetuanya (pejantan dan induk) dapat digunakan
untuk mengestimasi nilai heritabilitas suatu sifat. Oleh karena anak hanya mewarisi
setengah gen-gen dari salah satu tetuanya maka heritabilitas dapat juga diestimasi dari
regresi antara anak dengan salah satu tetuanya. Heritabilitas yang diestimasi dengan
cara ini adalah sebesar 2 x koefisien rehresinya.
Ternak-ternak yang memiliki hubungan keluarga fullsib (saudara kandung)
memiliki kesamaan gen sebesar 50%. Oleh sebab itu, nilai heritabilitasnya adalah

sebesar 2 x koefisien regresinya. Ternak-ternak yang memiliki hubungan keluarga


halfsib (saudara tiri) memiliki kesamaan gen sebesar 25%. Jadi, estimasi
heritabitasnya adalah 4 x koefisien regresi. Jika keragaman pada dua populasi yang
diamati tidak berbeda jauh maka koefisien korelasi dapat digunakan untuk
menghitung heritabilitas. Cara perhitungannya sama dengan perhitungan nilai
heritabilitas dari koefisien regresi.
Analisis Regresi
Derajat kemiripan tetua dengan anaknya dipengaruhi oleh gena bersama,
genotype bersama, dan lingkungan bersama. Kemiripan antara tetua dengan anaknya
diduga dengan analisis regresi. Analisa regresi merupakan salah satu uji statistika
yang memiliki dua jenis pilihan model yaitu linear dan non linear dalam
parameternya. Model linear memiliki dua sifat yaitu regresi sederhana dan regresi
berganda dengan kurva yang dihasilkan membentuk garis lurus, sedangkan untuk
model non linear dalam parameternya bersifat kuadratik dan kubik dengan kurva
yang dihasillkan membentuk garis lengkung

Regresi (Linear Segression)


Bila dua sifat / peubah sudah diukur koefisien korelasinya biasanya
dilanjutkan dengan regresinya. Kalau korelasi mengukur derajat hubungan, maka
regresi menganalisa bentuk hubunganya. Koefisien regresi (b) merupakan kemiringan
/ slop dari garis regresi ( yang dibicarakan disini adalah regresi linier sederhana) yang
mengukur jumlah perubahan dalam satu pubah dalam hubungannya dengan
perubahan satu unit peubah kedua.
Regresi Anak tetua
Suatu penelitian lama yang dilakukan oleh Lush dan pembantu-pembantunya
beberapa tahun yang lalu menggunakan data dari sapi perah lowa menjelaskan konsep
7

heritabilitas dan juga metode anak tetua untuk penaksiran heritabilitas tidak dengan
cara statistik. Biasanya data yang tersedia untuk penaksiran heritabilitas dengan
regresi anak tetua tidak dapat digolongkan dengan mudah, biasanya untuk taksiran
heritabilitas anak tetua, digunakan regresi data dari anak terhadap data orang tuanya
Analisis regresi antar tetua dan anak dibedakan menjadi 2 analisis :
1. Regresi antara salah satu tetua (dengan bapak atau induk) dengan anak, dan
2. Regresi antara rata-rata tetua dengan anak
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada analisis ini adalah;
1. Lingkungan antara anak dan tetua harus diasumsikan sama, dan pada
kondisi yang sama (misal umur yang sama),
2. Hubungan antara tetua dan anak di asumsikan dengan regresi linear.
Kesulitan sering timbul apabila anak-anaknya berbeda dalam tingkat produksinya dan
harus dirata-ratakan. Misal dalam menduga pertumbuhan, anak jantan dan betina
mempunyai tingkat pertumbuhan yang berbeda.

Persamaan umum regresi linear adalah : Y = bx


Dimana Y = dugaan performans anak pada tetua tertentu
x = performans anak
B = koefisien regresi
dimana b = b
Cov x y Vx
Pada analisis regresi salah satu tetua dengan anak h2=2b karena salah satu
tetua hanya menurunkan 1/2 dari keunggulan genetik kepada anaknya, atau:
Pada regresi antara nilai tengah tetua dengan anak, h2 = b karena ke dua tetua
tersebut menurunkan masing-masing 1/2 faktor genetiknya.
Analisis ANOVA

Heritabilitas menggunakan varians. Analisis varians (analysis of variance,


ANOVA) adalah suatu metode analisis statistika yang termasuk ke dalam cabang
statistika inferensi. Dalam literatur Indonesia metode ini dikenal dengan berbagai
nama lain, seperti analisis ragam, sidik ragam, dan analisis variansi. Ia merupakan
pengembangan dari masalah Behrens-Fisher, sehingga uji-F juga dipakai dalam
pengambilan keputusan. Analisis varians pertama kali diperkenalkan oleh Sir Ronald
Fisher, bapak statistika modern. Dalam praktek, analisis varians dapat merupakan uji
hipotesis (lebih sering dipakai) maupun pendugaan (estimation, khususnya di bidang
genetika terapan).
Secara umum, analisis varians menguji dua varians (atau ragam) berdasarkan
hipotesis nol bahwa kedua varians itu sama. Varians pertama adalah varians antar
contoh (among samples) dan varians kedua adalah varians di dalam masing-masing
contoh within samples). Dengan ide semacam ini, analisis varians dengan dua contoh
akan memberikan hasil yang sama dengan uji-t untuk dua rerata (mean)
Pendugaan Nilai Heritabilitas
Nilai heritabilitas dapat dihitung dengan cara membandingkan atau mengukur
hubungan atau kesamaan antara produksi individu-individu yang mempunyai
hubungan kekerabatan. Nilai heritabilitas dapat dihitung menggunakan beberapa
metode estimasi, diantaranya melalui persamaan fenotip ternak yang mempunyai
hubungan keluarga, yaitu:
1. Antara saudara kandung (fullsib)
2. Antara saudara tiri (halfsib)
3. antara induk dengan anak (parent and off spring)
Metode regresi anak terhadap tetua (offspring-parent regression method)
Metode regresi anak terhadap tetua untuk estimasi korelasi genetik sama
denganpada estimasi heritabilitas tetapi pada estimasi korelasi genetik melibatkan dua
sifat untuk kelompok anak maupun tetua. Metode ini dapat digunakan apabila
terdapat catatan kinerja anak dan tetua untuk dua sifat yang nilai korelasi genetiknya
akan diestimasi. Huruf x atau X merupakan kinerja tetua, huruf y atau Y merupakan
9

kinera anak, angka 1 menunjukkan sifat pertama dan angka 2 menunjukkan sifat
kedua. Tetua yang dimaksud dapat tetua jantan (bapak) atau tetua betina (induk).
Mahasiswa atau peneliti disarankan menggunakan data kinerja yang berasal dari tetua
jantan lebih baik daripada induk karena tetua jantan
ganya mewariskan gen-gen aditif pada anak-anaknya tanpa pengaruh gen non aditif
sehingga korelasi genetik yang diestimasi memiliki bias yang rendah.

Metode Korelasi Saudara Tiri Sebapak (Paternal Half Sib Correlations)


Penaksiran nilai heritabilitas saudara tiri sebapak digunakan analisis variansi
dari rancangan pola searah (one way classification) atau anava pola tersarang (nested
classification)
Metode Analisis Saudara Kandung (Full Sib Method of Analysis)
Analisis pola tersarang dua tingkat (double stage nested) Misalkan terdapat
tiga pejantan (A, B, C) yang masing-masing dikawinkan dengan satu ekor induk dan
tiap induk mempunyai 6 ekor anak. Analisis pola tersarang tiga tingkat (three stage
nested) Misalkan terdapat 3 pejantan yang masing dikawinkan dengan 2 ekor induk.
Setiap induk mempunyai 5 ekor anak yang dapat diukur datanya pada sifat tertentu.

10

DAFTAR PUSTAKA
Falconer, D.S. 1981. Introduction to quantitative genetics. 2nd edition. Longman
Group (FE) Ltd. Hong Kong
Noor, Ronny Rachman. 1996. Genetika Ternak. Jakarta. PT Penebar Swadaya
Warwick, dkk. 1983. Pemuliaan Ternak. Gagjah Mada University press. Yogyakarta.
Johanson, I. dan J. Rendel. 1968. Genetics and breding. M.Taylor (translater). Oliver
& Boyd. Edinburg and London.
Lasley, F.J. 1978. Genetics of livestock improvement. Prentice Hall. Inc. Englewood
Cliffs. USA.
Strickberger, M.W. 1976. Genetics. Second edition. Macmillan Publishing Co. Inc.
New York. Collier macmillan Publishers. London.
Suryo, 1989. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sokal, R.R, dan F.J. Rohlf. 1969. Biometry. W.H. Freeman and Company. San
Francisco.

11

III
KESIMPULAN
Genetika adalah ilmu dinamis, relative muda dan penemuan-penemuan baru
terus-menerus didapat yang menjelaskan lebih menjauh fenomena pewarisan seta
sarana tentang cara-cara pengawasannya. Ilmu genetika berakar dari hasil kerja
Mendel, seorang biarawan Austria yang tidak terkenal, dalam tahun 1860-an. Tahun
1908 seorang ahli matematik bernama Hardy dan seorang dokter merangkap ahli
genetika bernama Weinberg mendapatkan hukum keseimbangan populasi, bersamasama dengan hasil penelitian Fisher dan Wright ditemukanlah fondasi genetika
populasi.
Hukum Hardy-Weinberg yaitu menyatakan bahwa frekuensi alel dan
frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat

12

pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruhpengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi
terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen.
Definisi evolusi sekarang dapat dikatakan sebagai: Perubahan dari generasi
ke generasi dalam hal frekuensi alel atau genotipe populasi. Dalam perubahan
dalam kumpulan gen ini (yang merupakan skala terkecil), spesifik dikenal sebagai
mikroevolusi. Akan dibahas 5 penyebab mikroevolusi yaitu

1.

Genetic

Drift (Hanyutan

3.

Mutasi,

4.

Genetik),

2.

Perkawinan Tak Acak, dan 5.

Gene

Flow (Aliran

Genetik),

Seleksi Alam

DAFTAR PUSTAKA
Suryo, 1989. Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Warwick, E.J, J.Maria Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Lasley, F.J. 1978. Genetics of livestock improvement. Prentice Hall. Inc. Englewood
Cliffs. USA.

13

14

Anda mungkin juga menyukai