Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular

(PTM) (63% dari seluruh kematian). Secara global PTM penyebab kematian nomor satu
setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit
yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti:Penyakit Jantung
Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke.1
Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun
2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis
dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi
Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala,
estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa
Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%).1
Operasi jantung saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga dapat
menekan angka kematian penyakit jantung secara drastis. Dengan menurunnya angka
kematian, penilaian rehabilitasi jantung lebih diarahkan terhadap kualitas hidup seperti dalam
mengurangi rasa nyeri setelah operasi dan mengurangi kecacatan.2
Rehabilitasi jantung adalah intervensi tanpa menggunakan obat-obatan dengan
menggunakan berbagai macam kombinasi dari latihan, edukasi atau dukungan psikologis
untuk mengembalikan kondisi fisik, psikologis dan sosial pasien ke keadaan sebelum sakit. 3
Hasil penilaian pasien paska bedah pintas koroner pada peneitian sebelumnya telah
banyak diukur dalam tingkat kematian dan kesakitan. Namun efek latihan pasien paska bedah

pintas koroner terhadap kualitas hidup dan psikologis serta fungsi sosial pasien kurang
mendapat perhatian.belum dapat sepenuhnya, sehingga penilaian pasien paska operasi bedah
pintas koroner juga penting untuk menilai kondisi fisik, psikologis dan sosial.4
Program rehabilitasi jantung terdiri dari latihan yang terawasi dan edukasi modifikasi
faktor resiko. Frekuensi latihan yang dilakukan pada penelitian Nazari Nahid dkk adalah 3
kali seminggu selama 1 bulan (12 kali sesi rehabilitasi).

Pada rehabilitasi jantung fase II,

pasien datang untuk berlatih sebanyak 3 kali seminggu dan latihan ini dilakukan dalam
pengawasan terapis fisik.6,7
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
sosial yang bersifat wajib (mandatory). Jaminan Kesehatan Nasional juga berlaku di Rumah
Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Dalam penerapan JKN, terdapat beberapa informasi yang
diterima terkait rawat jalan, diantaranya; 1. Dalam seminggu tidak boleh ada lebih dari 2 kali
kunjungan; 2. Pemeriksaan penunjang harus dilaksanakan pada hari yang sama; 3. Konsultasi
internal harus dilakukan pada hari yang sama.8 Hal ini berimbas pada pelaksanaan
rehabillitasi jantung di RSHS. Pada prakteknya, latihan rehabilitasi jantung di RSHS
dilakukan sebanyak 2 kali seminggu.
Terdapat perbedaan jumlah latihan pada rehabilitasi jantung yang dilaksanakan di
RSHS dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan juga teksbook.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh perbedaan frekuensi latihan rehabilitasi jantung terhadap kualitas hidup pada pasien
paska bedah pintas koroner.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dikemukakan rumusan

masalah sebagai berikut :


1

Apakah terjadi peningkatan kualitas hidup pada pasien paska bedah pintas koroner
yang menerima latihan rehabilitasi jantung di RSHS dengan frekuensi 2 kali per
minggu selama 6 minggu?

Apakah terjadi peningkatan kualitas hidup pada pasien paska bedah pintas koroner
yang menerima latihan rehabilitasi jantung di RSHS dengan frekuensi 3 kali per
minggu selama 6 minggu?

Apakah ada pengaruh perbedaan frekuensi latihan rehabilitasi jantung terhadap


kualitas hidup pada pasien paska bedah pintas koroner?

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1

Memahami efek rehabilitasi jantung terhadap kualitas hidup pada pasien paska
bedah pintas koroner

Mengetahui pengaruh perbedaan frekuensi latihan rehabilitasi jantung terhadap


kualitas hidup pada pasien paska bedah pintas koroner

1.4

Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1

Aspek teoritis
Mengerti efek perbedaan frekuensi latihan rehabilitasi jantung terhadap kualitas
hidup pada pasien paska bedah pintas koroner

Aspek praktis

Menjadi dasar pemberian program latihan rehabilitasi jantung yang lebih rasional
pada pasien paska bedah pintas koroner

Anda mungkin juga menyukai