Pesatnya perkembangan ilmu politik sesudah Perang dunia ke-2 tersebut juga
disebabkan karena mendapatkan dorongan kuat dari beberapa badan internasional,
terutama UNESCO.(h.5-h.7)
Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu Politik memiliki syarat sebagai ilmu pengetahuan karena ilmu politik sampai
sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu. Karena manusia makhluk
yang kreatif yang selalu menemukan hal-hal baru sebagai ide kreatifnya sampai tidak
dapat diramalkan. Dan manusia bersifat kompleks dan perilakunya tidak selalu
didasarkan atas tindakan tindakan yang rasional dan logis sebagai pertimbangannya.
Dan pada dasarnya bahwa ilmu pengetahuan adalah keseluruhan dari pengetahuan
adalah keseluruhan dari pengetahuan yang terkoordinasi mengenai pokok pemikiran
tertentu, Apabila perumusan ini dipakai sebagai patokan, maka memang ilmu politik
boleh
dinamakan
suatu
ilmu
pengetahuan.
(h.8)
Politik
adalah
ilmu
yang
mempelajari
politik
atau
politics
atau
kepolitikan.Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Dan pada umumnya
dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan
yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke
arah kehidupan yang harmonis.
Untuk melaksanakan kebijakan kebijakan umum yang menyangkut pengaturan
dan alokasi dari sumber daya alam ,perlu dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang (
authority).
Konsep-Konsep Pokok Politik :
1. Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
2. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi
perilaku seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku seseorang atau
kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.
3. Keputusan adalah hasil dari membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan
istilah pengambilan keputusan menujuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu
tercapai.
4.
Kebijakan Umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang
pelaku atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai
tujuan itu.
5.
adalah
keseluruhan
antara
hubungan-hubungan
antar
adalah organisasi
pokok dari kekuasaan politik Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai
kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan
Bab 3
Berbagai Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan
Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan legal/institusional, yang sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai
berkembang abad 19 pada masa sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekataan ini
negara menjadi fokus pokok, terutama segi konstitusional dan yuridisnya.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku timbul dan mulai berkembang di amerika pada tahun 1950-an
seusai Perang Dunia II. Adapun sebab-sebab kemunculannya adalah seabgai berikut.
Pertama, sifat deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan, karena tidak
realistis dan sangat berbeda dengan kenyataan sehari-hari. Kedua, ada kekhawatiran
bahwa, jika ilmu politik tidak maju dengan pesat, ia akan ketinggalan dibanding dengan
ilmu-ilmu lainnya, seperti sosiologi dengan tokohnya Max Weber (1864-1920) dan
Talcott Parsons (1902-1979), antropologi, dan psikologi.Ketiga, di kalangan pemerintah
Amerika telah muncul keraguan mengenai kemampuan para sarjana ilmu politik untuk
menerangkan fenomena politik.
Teori Ketergantungan ( Dependency Theory )
Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri, yang kemudian dikenal
sebagai Teori Ketergantungan, adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya
pada hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga.
Pendekatan Pilihan Rasional ( Rational Choice)
Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan sesudah pertentangan antara
pendekatan-pendekatan yang dibicarakan di atas mencapai semacam konsensus yang
menunjukkan adanya pluralitas dalam bermacam-macam pandangan. Dalam ilmu
politik pada umumnya, dikenal nama Pendekatan Pilihan Rasional. Pengikut
masa
terpimpinnya yang diterapkan Presiden Soekarno dan setelah itu lahir Masa demokrasi
Pancasila (1965-1998) pada era pemerintahan rezim Orde Baru yaitu Presiden
Soeharto dan hingga saat ini pada era Reformasi
Bab 5
Komunisme, Demokrasi menurut Terminologi Komunisme, dan Perkembangan
Post Komunisme
Terjadi karena banyak ketimpangan ketimpangan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat oleh Karena itu Marx ingin mempersamakan derajat pada setiap
golongan masyarakat dalam ajaran Marxisme yang lebih mengarah kepada komunisme ,
perkembangan teori ini sangat berkembang secara pesat hingga berkembang pula
Marxisme-Leninisme di Uni Soviet jika Marx mengedepankan kepada kaum buruh
sedangkan Lenin megedepankan kaum petani yang memimpin para kaum proletar yang
ada untuk bersaing dengan kaum kapitalis atau borjuis. Namun, keduanya tidak
memperselisihkan hal tersebut karena mereka ingin ideologi komunisme tetap
dijalankan. (h.139-h.146)
Runtuhnya Komunisme karena banyak Negara Negara yang masyarakatnya tidak
menyukai paham Komunis karena mereka sudah dapat berpikir dan bertindak secara
rasional dan menggunakan logika dan mereka juga menginginkan sebagian besar
kebebasan dalam sebuah Negara yang teratur oleh karena itu dengan runtuhnya Uni
Soviet memberikan dampak yang buruk bagi perkembangan paham paham komunisme
di berbagai belahan dunia untuk meninggalkan ajaran-ajaran komunisme yang mereka
pernah terapkan ,. Tetapi, hingga saat ini masih menerapkan komunisme tersebut
antara lain Negara Rusia yang dahulu bekas Uni Soviet tetap memberlakukannya dan
China hingga Korea Utara.(h.151-h.165)
Bab 6
Undang-Undang Dasar (UUD)
Undang undang sering kita biasakan dalam istilah konstitusi dalam bahasa Inggris
constitution yang berartikan menjadi Undang-Undang Dasar (UUD). UUD tidak hanya
tertulis namun juga ada yang tidak tertulis . Sifat dan fungsi UUD merupakan suatu
perangkat peraturan yang menentukan kekuasaan dan tanggung jawab dari berbagai
alat kenegaraan. UUD juga menentukan batas-batas berbagai pusat kekuasaan itu dan
memaparkan hubungan-hubungan diantara mereka. (h.169-h.170)
Konstutisionalisme
UUD sebenarnya tidak dapat dilihat lepas dari konsep konstitusionalisme, suatu
konsep yang telah berkembang sebelum UUD pertama dirumuskan. Ide pokok dari
konstitusionalisme adalah bahwa pemerintah perlu dibatasi kekuasaanya, agar
penyelenggaraanya tidak sewenang-wenang. (h.171)
menyeluruh, tidak jarang pula Negara mengadakan perubahan sebagian dari UUD-nya.
ada
Bab 7
Hak-Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan awal abad ke-21
Dalam perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai
hak asasi, antara lain karena terjadinya depresi besar sekitar tahun 1929 hingga 1934,
yang melanda sebagaian besar dunia. Depresi ini, yang mulai di amerika dan kemudian
menjalar ke hampir seluruh dunia, berdampak luas.(h.215)
Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan mengikat diri
untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan
itu menjadi bagian dari hukum nasionalnya. Jika jalannya ratifikasi dua konvensi PBB
menyita waktu lama, di tingkat regional, terutama di eropa barat yang masyarakatnya
lebih homogen, pelaksanaan hak asasi lebih berhasil.(h.225-h.226)
periode represi ( rezim soekarno dan rezim soeharto), reformasi berusaha lebih
memajukan hak asasi.(h.247)
Bab 8
Pembagian Kekuasaan Negara Secara Vertikal dan Horisontal
Pembagian kekuasaan dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu secara vertikal yang
berarti membagi kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan atau dapat
dinamakan pembagian kekuasaan secara teritorial, dan yang kedua secara horisontal
yaitu pembagian yang menunjukan pembedaan antar fungsi-fungsi pemerintahan yang
bersifat legislatif,eksekutif, yudikatif yang dikenal sebagai trias politika atau pembagian
kekuasaan.(h.267)
Konfederasi
Konfederasi merupakan gabungan beberapa negara yang berdaulat penuh untuk
mempertahankan kemerdekaan secara internal dan eksternal , bersatu negara negara
tersebut diatur dalam perjanjian internasional . (h.268)
Negara Kesatuan
Negara kesatuan negara yang terdiri dari banyaknya wilayah namun yang menjadi
pusat pengatur dalam negara tersebut yaitu pemerintah pusat sebagai penguasa atas
negara itu. (h.269)
Negara Federal
Negara yang menyesuaikan dua konsep yang bertentangan , yaitu kedaulatan negara
federal dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Kedaulatan keluar
diserahkan penuh oleh pemerintahan federal sedangkan yang kedalam dibatasi.(h.270)
Perkembangan Konsep Trias Politika
Konsep ini pembagian kekuasaannya secara horisontal
anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri terdiri atas tiga macam kekuasaan yaitu
legislatif kekuasaan pembuat undang-undang, kedua eksekutif atau kekuasaan
melaksanakan undang-undang dan ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan
mengadili atas pelanggaran undang-undang. Trias politika adalah sutu prinsip
kekuasaan-kekuasaan ini sebaliknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan diharapkan
hak-hak asasi warga negara lebih terjamin.(h.281-h.282)
Bab 9
Badan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif
Badan Eksekutif
Badan eksekutif terdiri atas kepala negara seperti raja atau presiden beserta
menteri-menterinya. Dalam arti luas pegawai negeri sipil serta militer juga termasuk
kedalam badan eksekutif. Badan eksekutif memiliki beberapa wewenang yang
diantaranya mencakup berbagai bidang yaitu Administratif, Legislatif, Keamanan,
Yudikatif memberi grasi, amnesti, abolisi dan sebagainya. Dan diplomatik untuk
berhubungan dengan negara-negara lain. (h.295-h.297)
Badan Legislatif
Badan Legislatif yaitu pembuat undang-undang pada umumnya di berbagai negara
terdapat pada parlemen dalam negara itu, di Indonesia badan legislatif terdiri atas
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan
badan-badan yang memiliki wewenang legislasi, kontrol dan anggaran. Tentunya
disetiap negara badan legislatifnya tentu berbeda-beda ada yang menerapkan dengan
sistem satu majelis dan dua majelis. Majelis tersebut juga diklasifikasikan kembali
menjadi majelis rendah dan majelis tinggi. (h.315-h.326)
Badan Yudikatif
Badan Yudikatif biasanya identik dengan kehakiman dimana badan ini bertugas
sebagai mengadili dan memutuskan pelanggaran undang-undang. Diberbagai negara
badan yudikatif memiliki berbagai persamaan. Di Indonesia badan Yudikatif terdiri atas
Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (Ma), serta Komisi Yudisial (KY). MK
adalah lembaga yudikatif tertinggi atas lembaga-lembaga yang lain setara dengan MA
jika MA bisa digugat namun keputusan MK tidak dapat diajukan banding dan sifatnya
sudah final. Sedangkan, KY pada dasarnya sebagai pengatur dari hakim-hakim
konstitusi karena KY umumnya bersifat mengatur kode etik para hakim-hakim agung
agar dapat menjalankan tugas kehakiman secara baik.(h.350-h.361)
Bab 10
Partisipasi Politik
Sifat dan Definisi Partai Politik
Dalam analisis politik modern partisipasi politik merupakan salah suatu masalah
yang penting; dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama dalam hubungannya
dengan Negara-negara berkembang. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik , antaralain
dengan jalan memilih pimpinan Negara; dan secara langsung dan tindak langsung ,
mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Di Negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa
kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan
orang-orang yang akan memgang tampuk pimpinan.(h367-h.368)
Partisipasi Politik erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar
bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam
penyelenggaraan pemerintah. Orang yang memiliki kesadaran politik tentunya harus
orang yang memiliki pendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang-orang
terkemuka. Jika Partisipasi Politik disebuah Negara rendah pada umumnya sebagai
tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh
perhatian terhadap permasalahan Negara. (h.369)
Bab 11
Partai Politik
Partai Politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara. Partai Politik pertama-tama lahir di
Negara-negara Eropa Barat dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor
yang dapat diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai
politik (parpol)
Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan
yang diperebutkan hanya satu.
Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami.
Distrik merupakan daerah kecil, karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan
baik oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab.
Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai,
hal ini menyebabkan partai besar lebih berkuasa.
Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara
terbuang.
Sistem Pemilu
Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )
Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda
dengan sistem distrik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui
tanda gambar kertas suara saja. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh negara
multipartai, seperti Italia, Indonesia, Swedia, dan Belanda.
Sistem ini juga dinamakan perwakilan berimbang ataupun multi member constituenty.
ada dua jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu ;
the single transferable vote : para pemilih di beri otoritas untuk menentukan
preferensinya. pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota.
Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama
dengan persentase kursinya di parlemen.
Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil & minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. Hal ini sangat
mewakili masyarakat majemuk(pluralis).
Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan
partainya. Hal ini memberikan kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk
menentukan wakilnya di parlemen.
Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk
menjadi partai mayoritas.
Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik adalah bahwa cara
penghitungan suara dapat memunculkan perbedaan dalam komposisi perwakilan
dalam parlemen bagi masing-masing partai politik.(h.461-h.467)