Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KERJA

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat. Setiap individu mempunyai hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu. Setiap individu
mempunyai keinginan dan harapan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam hidupnya. Tetapi disisi lain individu yang masuk ke
Puskesmas mempunyai resiko terhadap penularan penyakit infeksi atau yang disebut
Infeksi Nosokomial atau yang disebut Healthcare associated infections (HAis). HAis
merupakan salah satu indicator mutu pelayanan kesehatan, maka program pengendalian
infeksi harus dilaksanakan di setiap unit pelayanan kesehatan yang dapat menjamin
tingkat keselamatan pasien, petugas dan lingkungan.
HAis adalah infeksi yang terjadi selama proses pelayanan kesehatan, dimana
pasien tidak dalam masa inkubasi atau tidak dalam keadaan infeksi ketika masuk rumah
sakit termasuk infeksi yang terjadi setelah pasien pulang rawat dan juga petugas
kesehatan yang terjadi setelah pekerjaan. Data WHO menunjukkan 3-21 % atau ratarata 9% kejadian infeksi dan 18% dari pasien yang terkena infeksi rumah sakit
menderita lebih dari satu jenis infeksi rumah sakit, terutama pada pasien kronis. Dan
jika kejadian HAis tidak dikendalikan dengan baik dan benar akan menyebabkan
meningkatkan LOS, mordibitas, mortalitas, biaya, dan akan menurunkan mutu rumah
sakit.
Kegiatan program pengendalian infeksi nosocomial akan dilakukan melalui
indentifikasi, perencanaan, pelaksanaan, monitor dan evaluasi harus dilakukan secara
berkesinambungan dan terintegrasi sehingga dibutuhkan pemahaman konsep tentang
pelaksanaan program tersebut terutama bagaimana pelaksanaanpenerapannya bila
terjadi HAis termasuk mengenai kesehatan dan keselamatan pasien. Program
perencanaan dan pengendalian infeksi ini dapat terlaksana apabila memenuhi beberapa
unsur diantaranya harus ada organisasi, standart-standart, peraturan, adanya komitmen
untuk melaksanakan, adanya kegiatan surveilans yang diumpanbalikkan sebagai upaya

penyempurnaan pelayanan dan adanya program pendidikan dan pealtihan terus menerus
dengan target penyempurnaan perilaku.
Berkaitan dengan hal tersebut Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Puskesmas Cukir Jombang telah berkomitmen tinggi untuk melaksanakan program
pencegahan dan pengendalian infeksi nosocomial dan telah berusaha semaksimal
mungkin melakukan upaya-upaya untuk mencehab terjadinya infeksi nosocomial dan
menurunkan angka kejadian infeksi nosocomial di Puskesmas Cukir Jombang.
B.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas melalui pencegahan dan pengendalian
2.

infeksi di Puskesmas.
Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman bagi petugas Puskesmas dalam menyusun dan melaksanakan
program pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi tenaga
2.

kesehatan, pasien, pengunjung dan lingkungan Puskesmas.


Menggerakkan segala sumber daya yang ada di Puskesmas secara efektif dan

3.

efisien dalam pelaksanaan PPI.


Mencegah dan menurunkan angka kejadian infeksi di Puskesmas secara
bermakna.

BAB II
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A.

Kegiatan Pokok
1. Kebersihan Tangan
2. Alat Pelindung Diri / APD
a. Sarung tangan
b. Masker, kacamata, pelindung wajah
c. Gaun
d. Sepatu alas kaki
3. Peralatan Perawatan Pasien
4. Pengendalian Lingkungan
5. Penatalaksanaan Linen
6. Penempatan Pasien
7. Hygiene Respirasi / Etika Batuk
8. Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas
9. Praktek Menyuntik yang Aman

B.

Rincian Kegiatan
1. Kebersihan tangan
a. Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan terhindar
b.

kontaminasi pathogen dari dan kepermukaan.


Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh, cuci

c.
d.

tangan dengan sabun biasa/antimikroba dengan air mengalir.


Bila tangan tidak tampak kotor, dekontaminasi dengan alcohol handrub.
Lakukan kebersihan tangan sesuai 5 keadaan atau moment : sebelum kontak
dengan pasien, sebelum melakukan tindakan / prosedur terhadap pasien,
setelah tindakan / prosedur atau beresiko terpapar cairan tubuh pasien, setelah
kontak dengan pasien, setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien, segera
setelah membuka sarung tangan, dan setelah menggunakan toilet.

2.

Alat pelindung diri / APD


a. Sarung tangan
1)
Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, dan
bahan terkontaminasi mucus membrane dan kulit yang tidak utuh, kulit
2)
3)

utuh yang potensial terkontaminasi.


Pakai sesuai ukuran tanagn dan jenis tindakan.
Pakai sarung tangan segera setelah selesai sebelum menyentuh benda
dan permukaan yang tidak terkontaminasi atau sebelum beralih ke pasien

4)

lain/
Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk pasien yang berbeda.

5)

b.

Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh

terkontaminasi ke area bersih.


6)
Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan
Masker, kacamata, pelindung wajah
1)
Pakailah masker bedah, kacamata pelindung wajah untuk melindungi
konjungtiva, mucus, mebran mata, hidung, mulut selama melaksanakan
prosedur dan aktivitas perawatan pasien yang beresiko terjadi
2)
3)

cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi.


Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan.
Masker bedah dapayt dipakai secara umu untuk petugas RS untk
mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat

c.

4)
5)

(< 1m) dari pasien saat batuk/bersin.


Masker N 95 dipakai pada penularan airbone dengan partikel kecil.
Pakailah selama tindakan yyang menimbulkan aerosol walaupun pada

6)

pasien yang tidak diduga infeksi.


Lepaskan masker bila sudah tidak digunakan dan jangan dibiarkan

7)

menggantun di leher, buang pada limbah infeksius.


Lakukan kebersihan tangan setelah menyentuh masker yang sudah

digunakan
Gaun
1)
Mencegah kontaminasi pakaian selama melakukan tindakan yang
2)

melibatkan kontak dengan darah atau cairan tubuh.


Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk melinduungi kulit dari
kemungkinan terkena percikan ketika kontak dengan darah atau cairan
tubuh, mencegah abju menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama

3)

prosedur/merawat pasien.
Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan
dilakukan dan perkirakan jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi.
Bila gaun tembus cairan perlu dilapisi dengan apron tahan cairan

4)

mengantisipasi semprotancipratan cairan infeksius.


Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara epidemiologic penting,

5)
6)

lepaskan saat akan keluar ruang pasien.


Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun untuk pasien yang sama.
Gunakan gaun satu petugas satu gaun dengan tidak berganti-ganti

7)

dengan petugas lainnya.


Lepaskan gaun segera, simpan dalam keadaan luar kedalam pada tempat
aman dari kontaminasi dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi

8)

mikroba ke pasien lain ataupun lingkungan.


Masukkan gaun yang terkontaminasi habis pakai pada linen infeksi.

9)

Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang rersiko tinggi seperti

ICU, NICU.
d. Sepatu alas kaki
1)
Gunakan alas kaki yang tertutup.
2)
Gunakan sepatu booth jika terpapar cipratan air.
3.

Peralatan perawatan pasien


a. Tangani peralatan yang tercemar dengan benar untuk mencegah kontak
langsung dengan kulit atau membrane mukosa/selaput lenderaminasi
didesinfeksi setelah dipakai. Peralatan semikritikal didesinfeksi atau
b.

disterilisasi. Peralatan kritikal harus didesinfeksi kemudian disterilkan.


Pastikan peralatan sekali pakai buang dan dihancurkan melalui cara yang

c.
d.

benar dan peralatan pakai ulang diproses dengan benar.


Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen.
Bila tidak tampak kotor, lap permukaan peralatan yang besar (USG, X Ray)

e.

setelah keluar ruangan isolasi.


Bersihkan dan desinfeksi yang benar peralatan terapi pernafasan terutama
setelah dipakai pasien infeksi nafas.

4.

Pengendalian lingkungan
a. Bersihkan permukaan horizontal sekitar pasien harus dilakukan secara rutin
b.

dan tiap pasien pulang.


Bersihkan, rawat dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang

c.

perawatan pasien secara rutin setiap hari dan bilamana perlu.


Hindari sapu, dengan cara basah (kain basah) untuk mencegah aerosolisasi

d.
e.
f.

patoge infeksi saluran nafas.


Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop setelah dipakai.
Mop dilaundry, dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan dipakai kembali.
Untuk mepermudah pembersihan bebaskan area pasien dari benda-benda /

g.

peralatan yang tidak perlu.


Jangan fogging dengan deinfektan, tidak terbukti mengendalikan infeksi,

h.

berbahaya.
Pembersihan dapat dibantu dengan vacuum cleaner (pakai filter, HEPA) jangan
memakai karpet.

5.

Penatalaksanaan linen
a. Tujuan penanganan linen : untuk memenuhi kebutuhan linen bersih dan siap
pakai, untuk mencegah terjadinya infeksi silang melalui linen yang kotor atau
terkontaminasi kepada pasien maupun petugas. Pasasien merasa nyaman/aman
di tempat tidurnya.
b. Kualiifikasi linen : linen bersih, linen kotor infeksius, linen steril, linen kotor
non infeksius.

c.

Linen kotor bekas pakai pasien dengan penyakit menular dan terkontaminasi

dengan darah atau cairan tubuh.


d. Linen kotor non infeksius : linen kotor yang berasal dari ruangan administrasi,
apotik, ruang tunggu dan ruang perawatan yang bukan penyakit menular.
e. Linen dipisahkan antara linen kotor infeksi (menggunakan plastic warna
f.

kuning) dengan linen kotor non infeksi (menggunakan plastic hitam).


Buang terlebih dahulu kotoran (missal : feses) ke toilet sebelum dimasukkan

kantong plastic kuning.


g. Gulung linen kotor bagian dalam diluar jika akan melepas dari bed pasien.
h. Hindari menyortir linen di ruang rawat pasien. Jangan memanipulasi linen
terkontaminas untuk hindari kontaminasi terhadap udara, permukaan dan
i.
j.

orang.
Kantong penampung harus kuat, kedap air dan tertutup.
Pengankutan linen : menggunakan kereta dorong yang tertutup. Kereta dorong
berbeda untuk linen bersih dan linenkotor. Jangan menyeret linen dilantai,

6.

k.

jangan meletakkan linen sementara di lantai.


Bedakan pintu masuk pengiriman linen kotor dengan pengambilan linen

l.

bersih/steril.
Petugas yang meangani linen harus mengenakan APD

Penempatan pasien
a. Cara penempatan harus sesuai jenis kewaspadaan terhadap trasmisi infeksi.
b. Pasien dengan penularan aiebone ditempatkan di ruang isolasi dengan ventilasi
c.
d.

tekanan negative.
Jarak minimal pasien satu dengan lainnya 1,5 meter.
Pasien dengan penularan kontak dapat ditempatkan menggunakan system

e.

kohorting (dikelompokkan).
Penempatan pasien airbone : pertukaran udara 12 x/jam, aliran udara yang
terkontrol jangan gunakan AC sentral bila mungkin AC + filter HEPA.

7.

Hygiene respirasi / etika batuk


a. Edukasi petugas tentang pentingnya pengendalian sekresi respirasi untuk
mencegah transmisi pathogen dalam droplet, terutama selama musim / KLB
virus respiratorik dimasyarakat.
b. Terapkan pengukuran kandungan sekresi repirasi pasien dengan individu
dengan gejala klinik infeksi respiratori dmulai dari unit emergensi.
c. Beri poster pada pintu masuk dan tempat strategis bahwa pasien rajal atau
pengunjung dengan gejala klinis infeksi saluran nafas harus menutup mulut
hidung dengan tisu kemudian membuangnya kedalam tempat limbah infeksius
dan mencuci tangan.
d. Sediakan tisu dan wadah untuk limbahnya.

e. Sediakan sabun, wastafel dan cara mencuci tangan pada ruang tunggu pasien
rajal, atau alcohol handrub.
f. Pada musim infeksi saluran nafas, tawarkan masker pada pasien dengan gejala
infeksi saluran nafas, juga pendampingnya.
g. Anjurkan duduk berjarak > 1 m dari yang lain.
h. Lakukan hygiene respirasi / etika berbatuk sebagai standart praktek.
i. Untuk resusitasi pasien : gunakan penghubung mulut (mouthpiece/goedel),
ambubag, atau ventilasi lain untuk resusitasi mulut ke mulut secara langsung.
8.

Kesehatan karyawan /perlindungan petugas


a. Berhati-hati dalam bekerja untuk mencegah transmisi saat menangani jarum,
scalpel, dan alat tajam yang dipakai setelah prosedur, saat membersihkan

9.

b.

instrument dan saat membuang jarum.


Jangan recap jarum yang telah dipakai, dimanipulasi dengan tangan, menekuk

c.

jarum, mematahkan melepaskan jarum dari spuit.


Buang jarum, spuit, pisau scapel dan peralatan tajam habis pakai kedalam

d.

safety box sebelum dibuang ke isenerator.


Segera melapor ke tim PPI jika terjadi tertusuk jarum.

Praktek menyuntik yang aman


a. Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi. Bila memungkinkan sekali
b.

pakai walupun multidose.


Jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial
multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saa
obat dipakai untuk pasien lain.

C.

Sasaran
1. Pasien
2. Petugas
3. Pengunjung
4. Masyarakat sekitar Puskesmas

D.

Jadwal Pelaksanaan Program

Jenis kegiatan

Bulan

Ket

10

11

12

Kebersihan tangan

APD

Peralatan

perawatan pasien
4

Pengendalian
lingkungan

Penatalaksanaan
linen

Penempatan pasien

Hygiene respirasi /

etika batuk
8

Kesehatan
karyawan
/perlindungan
petugas

Praktek menyuntik
yang aman
E.

Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


1. Penanggung jawab program melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan apakah
2.
3.

F.

sesuai dengan ceklist kepatuhan apa tidak.


Jika ada penyimpangan segera dilakukan perbaikan.
Hasil evaluasi kegiatandilaporkan kepada kepala Puskesmas.

Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Pencatatan dilakukan setelah selesai tindakan, dicatat pada ceklist kepatuhan.
2. Hasil pencapain kegiatan dilaporkan tiap bulan dalam bentuk laporan yang
3.

4.

ditandatangani oleh kepala Puskesmas dan penanggung jawab program.


Laporan tersebut diserahkan kepada kepala Dinas Kesehatan.
Kepala mengevaluasi laporan tiap 3 bulan

Anda mungkin juga menyukai