Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus
DIABETES MELLITUS
DEFINISI
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok kelainan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia dan kelainan pada metablisme karbohidrat, lemak, dan protein. DM
muncul dari defek pada sekresi insulin, sensitivitas insulin atau keduanya. Komplikasi
mikrovaskular, makrovaskular kronik serta neuropati bisa terjadi.
PATOFISIOLOGI
TAMPILAN KLINIK
DM TIPE I
Diagnosa DM tipe II bisa dilakukan pada pasien obese, pasien dengan keluarga
dekat yang mengidap DM tipe II, berasal dari etnis resiko tinggi, wanita yang baru
saja melahirkan bayi dengan berat badan besar atau dengan riwayat untuk GDM,
pasien dengan hipertensi, atau pasien dengan trigliserida tinggi (> 250 mg/dl) atau
high density lipoprotein cholseterol (HDL-C) rendah (<35 mg/dl).
DIAGNOSA
PERAWATAN
PRINSIP UMUM
Terapi nutrisi medis dianjurkan untuk semua pasien. Untuk pasien DM tipe I
dengan berat badan rendah, fokusnya pada pengaturan pemberian insulin dengan diet
yang seimbang untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sesuai. Pada
umumnya, diet tinggi karbohidrat (dalam bentuk gula sederhana dalam hidangan
campuran), rendah lemak (terutama untuk lemak jenuh), rendah kolesterol sesuai.
Kebanyakan pasien DM tipe II juga membutuhkan pembatasan kalori. Makanan
ringan sebelum tidur dan antar waktu makan biasanya tidak dibutuhkan jika
penanganan farmakologi sesuai.
Insulin umum mempunyai mula kerja yang relatif lambat ketika diberikan
subkutan, memerlukan injeksi 30 menit sebelum makan untuk mendapatkan kontrol
glukosa post prandial yang optimal dan mencegah hipoglisemi setelah makan yang
tertunda.
Insulin lispro dan insulin aspart adalah analog insulin yang diproduksi dengan
modifikasi pada molekul insulin manusia. Insulin ini lebih cepat diserap dengan
durasi efek lebih singkat dari insulin normal. Insulin ini bisa diberikan segera
sebelum makan, menghasilkan efek lebih baik untuk menurunkan glukosa post
prandial daripada insulin normal pada DM tipe I, dan mengurangi hipoglisemi setelah
makan yang tertunda.
Insulin glargine adalah analog insulin manusia durasi panjang yang tanpa
puncak, dikembangkan untuk menghilangkan kerugian insulin durasi intermediet
atau panjang lainnya. Insulin ini lebih kurang menyebabkan nocturnal hipoglisemia
daripada insulin NPH ketika diberikan sebelum tidur pada pasien DM tipe I.
Tabel 17-3
Pada DM tipe I, rerata kebutuhan harian insulin adalah 0,5-0,6 unit/kg. Ini bisa
turun sampai 0,1-0,4 unit/kg pada fase bulan madu. Dosis lebih tinggi (0,5-1 unit/kg)
diperlukan ketika terjadi serangan akut atau ketosis. Pada DM tipe II, sering
diperlukan dosis 0,7-2,5 unit/kg untuk pasien dengan resistensi insulin.
Efek samping paling umum adalah hipoglisemia, yang lebih menjadi masalah
dengan obat yang bekerja lama (seperti,chlorpropamide). Individu dengan resiko
tinggi termasuk lansia, mereka dengan gangguan fungsi ginjal atau penyakit liver
stadium lanjut, dan mereka yang tidak makan, melakukan olahraga berlebihan, atau
kehilangan berat badan dalam jumlah besar. Berat bertambah umum terjadi; efek
samping yang kurang umum termasuk kulit kemerahan,anemia hemolitik, gangguan
saluran cerna, dan cholestasis. Hiponatremia paling umum terjadi dengan
chlorpropamide tapi juga telah dilaporkan dengan tolbutamide.
Dosis awal yang dianjurkan sebaiknya dikurangi pada pasien lansia yang sudah
mengalami kompromi fungsi renal dan liver. Dosis bisa dititrasi tiap 1-2 minggu
(interval lebih panjang untuk chlorpropamide) untuk mendapatkan target glisemi.
Meglitinide
Nateglinide (Starlix) diberikan 120 mg tiga kali sehari sebelum makan. Dosis
bisa diturunkan sampai 60 mg tiap makan pada pasien yang HbA1C mendekati target
terapi ketika terapi dimulai.
Biguanide
(LDL-C) sekitar 8%, dan meningkatkan HDL-C sekitar 2%. Metformin tidak
menyebabkan hipoglisemia ketika digunakan sendirian.
Tabel 17-4
Efek samping paling umum adalah mual, muntah, diare, anoreksia dan rasa
logam. Efek ini bisa dikurangi dengan mentitrasi dosisnya perlahan dan
menggunakannya bersama makanan. Sediaan lepas lambat (Glucophage XR)
mengurangi efek samping saluran cerna dan bisa digunakan sekali sehari, tapi
mempunyai efek yang berbahaya pada lipid dan bisa tidak mempunyai aktivitas
glisemik yang setara dengan sediaan metformin konvensional.
Metformin aksi cepat (Glucophage) diberikan 500 mg dua kali sehari dengan
makanan (atau 850 mg sekali sehari) dan ditingkatkan 500 mg tiap minggu (atau 850
mg tiap 2 minggu) sampai dicapai total 2000 mg/hari. Dosis harian maksimum yang
dianjurkan adalah 2550 mg/hari.
Metformin lepas lambat (Glucophage XR) bisa dimulai dengan 500 mg dengan
makanan sore hari dan ditingkatkan 500 mg tiap minggu sampai total 2000 mg/hari.
Jika kontrol suboptimal bisa didapat dengan dosis sekali sehari pada dosis
maksimum, bisa diberikan dosis 100 mg dua kali sehari.
Thiazolidinediones (Glitazone)
Bisa butuh 3-4 bulan untuk melihat efek antihiperglisemi sepenuhnya. Monoterapi
seringkali tidak efektif kecuali obat diberikan di awal perjalanan penyakit ketika
jumlah sel masih cukup dan terjadi hiperinsulinemia.
Edema dan bertambah berat bisa menjadi masalah substantial bagi pasien yang
menggunakan glitazone dengan atau tanpa insulin secretagogu. Retensi cairan bisa
merangsang atau memperburuk gagal jantung kongestif pada pasien dengan
kompromi pada fungsi ventrikel kiri. Rosiglitazone dan pioglitazone tampaknya tidak
memberikan masalah toksisitas liver yang menyebabkan troglitazone ditarik dari
pasar. Tetapi, uji kerusakan liver (AST, ALT) sebaiknya diperoleh ketika memulai
terapi, selama tiap bulan pada tahun pertama, dan secara periodik setelahnya. Kedua
obat tidak boleh diberikan jika baseline AST atau ALT melebihi 2,5 kali batas atas
normal. Pemberiannya harus dihentikan jika hasil uji melebihi tiga kali batas atas
normal atau ada tanda atau simtom kerusakan liver.
Inhibitor Glukonidase
pada berkurangnya konsentrasi glukosa post prandial sementara glukosa puasa relatif
tidak berubah. Efek pada kontrol glisemi cukup moderat, dengan rerata pengurangan
HbA1C 0,3-1%.
Efek samping paling umum adalah perut kembung, diare, dan kejang abdominal,
yang bisa dikurangi dengan memperlambat titrasi dosis. Jika hipoglisemia terjadi
ketika digunakan bersama dengan agen hipoglisemi (sulfonilurea atau insulin),
produk glukosa oral atau parenteral (dextrosa) atau glukagon harus diberikan karena
obat akan menginhibit pemecahan dan absrpsi molekul gula yang lebih komplek
(seperti, sukrosa).
FARMAKOTERAPI DM TIPE I
Semua pasien DM tipe I membutuhkan insulin, tapi tipe dan cara pemberiannya
berbeda antar individu dan klinisi.
Waktu onset insulin, puncak, dan durasi efek harus memenuhi pola makan dan
jadwal latihan untuk mendapatkan konsentrasi glukosa darah mendekati normal untuk
sepanjang hari
Regimen dua injeksi harian yang bisa dengan kasar memperkirakan sekresi
insulin fisiologis adalah campuran injeksi dosis pagi insulin NPH dan insulin
konvensional sebelum sarapan dan sekali lagi sebelum makan petang (lihat Gambar
17-1 no.1). ini dengan asumsi bahwa insulin NPH pagi memberikan basal insulin
basal sepanjang hari dan menutupi kebutuhan untuk makanan tengah hari, insulin
pagi hari untuk menutupi sarapan, insulin NPH petang untuk basal insulin untuk sisa
hari, dan insulin petang untuk makan petang. Pasien bsa memulai dengan 0,6 unit/kg
per hari, dimana dua per tiga diberikan pagi hari dan sisanya untuk dosis petang.
Insulin aksi cepat (seperti, NPH) sebaiknya terdiri dari dua per tiga dosis pagi dan
satu setengah dosis petang. Tetapi, kebanyakan pasien sulit untuk dikontrol asupan
glukosa dari makanan dengan pendekatan ini. Jika glukosa puasa di pagi hari terlalu
tinggi, dosis NPH petang bisa dipindahkan ke sebelum tidur (hingga total tiga injeksi
per hari). Ini bisa memberikan intensifikasi terapi yang cukup untuk beberapa pasien.
terapi yang kurang intensif (dua injeksi per hari insulin campuran) bisa diberikan
sampai mereka mencapai pubertas.
Komponen basal insulin bisa disediakan oleh insulin NPH, Lente, atau
Ultralente sekali atau (yang lebih umum) dua kali sehari atau insulin glargine sekali
sehari. Insulin glargine adalah suplemen insulin basal yang praktis untuk kebanyakan
pasien karena tidak mempunyai puncak efek yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan makanan dan aktivitas dengan insulin kerja panjang lainnya.
Gambar 17-1
Komponen insulin bolus diberikan sebelum makan dengan insulin biasa, insulin
lispro, atau insulin aspart. Onset yang cepat dan durasi singkat dari insulin lispro dan
insulin aspart lebih dekat meniru fisiologis normal daripada insuln biasa, sehingga
pasien bisa menggunakan variasi jumlah yang berbeda berdasarkan pada level SMBG
preprandial, level aktivitas yang akan dilakukan, dan asupan karbohidrat yang akan
diambil. Kebanyakan pasien mempunyai dosis insulin preprandial yang bisa mereka
variasikan berdasar algoritma (aturan pemberian) insulin. Hitung karbohidrat adalah
alat yang efektif untuk menentukan jumlah insulin yang akan diinjeksikan
preprandial.
Sebagai contoh, pasien bisa mulai dengan sekitar 0,6 unit/kg per hari insulin,
dengan insulin basal 45% dari total dosis dan insulin prandial 25% dari tortal dosis
sebelum sarapan, 15% sebelum makan siang dan 15% sebelum makan malam.
Kebanyakan pasien membutuhkan dosis total harian antara 0,5-1 unit/kg per hari.
Pasien dengan HbA1C <7% biasanya dirawat dengan ukuran terapi gaya hidup.
Mereka dengan HbA1C >7% tapi <8% awalnya dirawat dengan agen oral tunggal.
Kebanyakan pasien dengan nilai HbA1C lebih tinggi dari 9%-10% membutuhkan dua
agen atau lebih untuk mencapai target glisemi.
Pasien obese (>120% berat badan ideal) sebaiknya memulai dengan metformin,
dititrasi sampai paling tidak 2000 mg/hari, jika tidak ada kontraindikasi. Suatu
thiazolidinedione (rosiglitazone, pioglitazone) bisa digunakan pada pasien dengan
intoleransi atau dikontraindikasikan terhadap metformin.
Gambar 17-2
Terapi kombinasi awal baik untuk pasien dengan HbA1C >9% -10%.
Produk kombinasi oral yang mengandung glyburideb dan metformin (Glucovance)
telah disetujui sebagai terapi pilihan pertama.
Setelah pasien gagal dengan dua obat, bisa ditambahkan kelas ketiga
(biasanya rosiglitazone atau pioglitazone), meski terapi seperti ini saat ini belum
disetujui FDA. Suatu alternatif adalah menambah insulin sewaktu tidur,
menggunakan insulin kerja intermediet atau kerja panjang.
Karena variasi pada resistensi insulin, dosis insulin bisa berkisar dari
0,7-2,5 unit/kg per hari atau lebih.
Pasien dengan retinopati sebaiknya diperiksa oleh optalmologis paling tidak tiap
6-12 bulan.
Retinopati tahap awal masih bisa dinormalkan dengan kontrol glisemi. Penyakit
yang lebih parah tidak bisa dibantu dengan kontrol glisemi, bahkan kondisinya bisa
memburuk dengan perbaikan glisemi jangka pendek.
Neuropati perifer adalah komplikasi paling umum pada pasien DM tipe II rawat
jalan. Parestesis, numb, atau nyeri bisa menjadi simtom dominan. Kaki bisa lebih
terserang dari tangan. Peningkatan kontrol glisemi bisa meringankan beberapa
simtom. Terapi farmakolgi adalah simtomatik dan empirik, termasuk dosis rendah
tricyclic antidepresan, anti konvulsan (fenitin, gabapentin, carbamazepin),
kapsaicin topikal, dan berbagai analgesik, termasuk NSAID.
Diare Diabetic sering terjadi malam hari dan seringkali bisa sembuh dengan
penggunaan antibiotik seperti doksisiklin atau metronidasol selama 10-14 hari.
Octreotide bisa berguna pada kasus yang tidak merespon antibiotik pilihan pertama.
Kontrol glukosa dan tekanan darah adalah yang terpenting untuk pencegahan
netropati, dan kontrol tekanan darah adalah yang terpenting untuk menghambat
perkembangan netropati.
Menurut panduan NCEP ATP III terkini (lihat bab 8), adanya DM adalah faktor
resiko yang setara dengan panyakit jantung koroner, dan target LDL-C adalah <100
mg/dl. Setelah tujuan ini tercapai (biasanya dengan statin), penanganan trigliserida
yang tinggi (>200 mg/dl) bisa dimulai. Tujuan non-HDL untuk pasien dengan DM
adalah <130 mg/dl. Niasin atau fibrate bisa ditambahkan untuk mencapai tujuan itu
jika trigliserida antara 201-499 mg/dl, atau jika pasien memiliki HDL-C yang rendah
(<40 mg/dl).
Nyeri kaki dan ulser kaki yang sulit sembuh umum dijumpai pada DM tipe II.
Pentoxifylline (Trental) atau cilostazol (Pletal) bisa berguna pada pasein terpilih.
Re-vaskularisasi berhasil pada pasien terpilih.
Pengangkatan jaringan dan penggunaan alas kaki yang sesuai serta perawatan
kaki sangat penting pada penanganan awal lesi kaki. Perawatan topikal bisa
bermanfaat pada lesi yang lebih parah.