Anda di halaman 1dari 263

Laporan Akhir

Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek


(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 1
Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan sektor ekonomi dan sektor-sektor lain di Indonesia akan terus
didorong oleh laju industri dan perdagangan di dalam dan luar negeri.
Dalam hubungan ini sektor transportasi berperan sangat penting dan

TP

menentukan sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi,


sosial, politik dan menunjang mobilitas barang dan manusia, yang terus
tumbuh sebagai akibat perkembangan berbagai sektor.

BS

Pengembangan sektor transportasi di Indonesia diupayakan dengan


pendekatan kesisteman menuju perwujudan Sistem Transportasi Nasional
(Sistranas) yang efisien, efektif dan terjangkau oleh masyarakat pemakai
jasa transportasi, baik dari aspek alokasi jaringannya maupun kewajaran

IT
.

tarifnya.

Sementara itu kemajuan teknologi khususnya di bidang transportasi dan


pengemasan barang dengan peti kemas serta tuntutan kebutuhan
masyarakat

industri maju mengarah kepada pelayanan angkutan dari

1.1

pintu kepintu (door to door service), baik dalam lingkup domestik maupun
internasional. Hal ini mendorong tumbuh berkembangnya angkutan
intermoda dalam kerangka Sistem Transportasi Intermoda dan Multimoda,
atau Combined Transport System yang diarahkan sekaligus untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas transportasi untuk pergerakan
manusia, logistik, distribusi .
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan, telah
menetapkan bahwa Angkutan Pemadu Moda merupakan pelayanan
pelengkap terhadap angkutan antar kota antar provinsi, angkutan antar
kota dalam provinsi dan angkutan kota.

Bab I Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Selain itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43


Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan
ditegaskan pula bahwa salah satu fungsi Direktorat Bina Sistem Transportasi
Perkotaan

adalah

penyusunan

rencana

teknis

pemaduan

moda

transportasi perkotaan yang menghubungkan antar simpul (bandara,


pelabuhan, stasiun, dan terminal) di kawasan perkotaan yang melebihi
satu wilayah administrasi propinsi.
Sebagaimana kita maklumi, kondisi pelayanan angkutan pemadu moda
dewasa ini belum sepenuhnya tertata dengan baik, belum terpola secara
integral terhadap semau jenis moda yang ada. Fenomena tersebut dapat
dilihat melalui beberapa indikasi, antara lain: belum adanya keterpaduan

TP

layanan antar maupun intra moda dalam hal jadwal (frekuensi maupun
headway), sistem tiket, sistem informasi, jaminan kemudahan, fasilitas
perpindahan dan lain sebagainya, sehingga terjadi ketidak nyamanan di

BS

kalangan pengguna jasa. Belum tersusunnya atau terpolanya pelayanan


angkutan pemadu moda di wilayah perkotaan tadi, dapat pula menjadi
salah satu pemicu dari besarnya minat masyarakat memilih penggunaan
moda.

IT
.

kendaraan pribadi dibanding harus menggunakan angkutan pemadu

Wilayah operasional dari jaringan pelayanan angkutan pemadu moda

yang ada saat ini juga belum memadai dan tepat guna. Hal ini ditandai
dengan masih banyaknya pengguna kendaraan pribadi yang memasuki
area terminal, bandara, pelabuhan maupun stasiun dibanding pengguna
angkutan pemadu moda. Selain itu, pola pelayanan angkutan pemadu
moda yang ada cenderung belum terintegrasi secara penuh terhadap
penyelenggaraan operasional semua moda angkutan, baik darat, rel, laut
maupun udara.
Menyadari kekurangan itu maka perlu dalam waktu dekat dilakukan
peningkatan pelayanan angkutan pemadu moda di wilayah Jakarta dan
sekitarnya dengan melakukan review pola pelayanan, mencakup rute,
headway, frekuensi, pentarifan, sistem tiket, jenis kendaraan, jam operasi,
fasilitas perpindahan penumpang, serta kebijakan kepengusahaan yang
tepat guna.

Bab I Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

1.2

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari kegiatan Perencanaan Teknis Penyusunan Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno
Hatta & PelabuhanTanjung Priok) adalah sebagai berikut :
1. Maksud kegiatan :
Tersedianya Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Pemadu
Moda
2. Tujuan kegiatan ini adalah :
Menyusun pola pelayanan angkutan pemadu moda untuk Bandara

TP

Soekarno Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok


Berangkat dari maksud dan tujuan yang dikemukakan di atas, dan melalui
penggunaan metodologi pengumpulan data dan teknik analisis data

BS

yang sesuai akan disusun draft perencanaan teknis penyusunan pola


pelayanan angkutan pemadu moda di Jabotabek (Bandara SoekarnoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok) dengan baik.

IT
.

RUANG LINGKUP

Susunan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam studi Perencanaan


Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok) ini adalah sebagai

1.3

berikut :

1. Uraian Kegiatan, meliputi :


a. Studi Literatur;
b. Pengumpulan Data Sekunder antara lain :
1) Data Jaringan Trayek Angkutan Umum
2) Jadwal Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat, Kapal
3) Data Sosial Ekonomi
4) Data Jaringan Jalan
5) Data lain yang relevan

Bab I Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

c. Penentuan cakupan wilayah Pelayanan dan Penzonaan dari


Angkutan Pemadu Moda Bandara Soeakrno Hatta & Pelabuhan
Tanjung Priok;
d. Melakukan survey-survey yang diperlukan, antara lain :
1) Inventarisasi prasarana dan sarana angkutan pemadu moda
yang ada dan angkutan umum termasuk Kereta Api yang
ada di cakupan studi;
2) Preferensi pengguna bandara dan pengguna pelabuhan
e. Melakukan analisis hasil survey untuk mendapatkan gambaran Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek;
f. Menyusun pola Pelayanan Pemadu Moda mencakup jaringan rute,

TP

headway, frekuensi, jenis kendaraan yang digunakan, termasuk


pentarifan, dan waktu operasi yang terintegrasi dengan moda
angkutan yang lain.

BS

g. Menyusun Rekomendasi Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda


di Jabotabek (Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
2. Bentangan pekerjaan dimaksud terdiri dari 6 (enam) tahap, yaitu :
a. Tahap persiapan, untuk mereview metodologi dan rencana kerja

IT
.

serta persiapan menuju tahap selanjutnya


b. Tahap inventarisasi data, berupa data sekunder dan data primer
yang diperoleh dari hasil survei lapangan

c. Tahap analisis awal, meliputi analisis terhadap kinerja dan evaluasi


pelaksanaan angkutan pemadu moda saat ini

d. Tahap pemodelan transportasi untuk menggambarkan kondisi


jaringan alternatif rute angkutan pemadu moda, bertumpu pada
perkiraan potensi penumpang saat ini dan yang akan datang
e. Tahap

penyusunan

konsep

lengkap mengenai Perencanaan

Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di


Jabotabek (Bandara Soekarno Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)
f.

Tahap rekomendasi, yaitu tahap akhir yang akan menyajikan


keluaran sebagaimana tertera di dalam maksud, tujuan, dan
sasaran studi yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Bab I Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

3. Batasan Kegiatan
Wilayah kajian meliputi Bandara Soekarno Hatta & Pelabuhan Tanjung
Priok berikut beberapa wilayah lain yang berpotensi memberi kontribusi
signifikan terhadap penggunaan Angkutan Pemadu Moda di Bandara
Soekarno Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok.

LOKASI STUDI
Adapun

tempat

pelaksanaan

kegiatan

Perencanaan

Teknis

Pola

Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno

IT
.

BS

TP

Hatta dan Tanjung Priok) ini adalah di DKI Jakarta.

1.4

Gambar 1.1 Lokasi Studi

Bab I Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

KELUARAN
Adapun indikator keluaran kegiatan Perencanaan Teknis Penyusunan Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno
Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok) ini adalah sebagai berikut :
1. Indikator Keluaran Kualitatif
Hasil akhir kegiatan ini adalah tersusunnya draft Rencana Teknis Pola
Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno
Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok).
2. Indikator Keluaran Kuantitatif
Selain laporan kualitatif, Perencanaan Teknis ini juga akan menyajikan

TP

data kuantitatif yang dapat digunakan oleh Ditjen Perhubungan Darat


sebagai salah satu referensi untuk menyiapkan petunjuk pelayanan
angkutan pemadu moda di Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan

BS

Tg Priok); sebagaimana diamanatkan Keputusan Menteri Perhubungan


Nomor KM.43 Th 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun
2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan

IT
.

Kendaraan.

1.5

Bab I Halaman - 6

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 10
Kesimpulan dan Rekomendasi

10.1.

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil survey di bandara, dapat ditarik kesimpulan bahwa


karakteristik penumpang pewawat terbang adalah seperti terlihat pada

TP

gambar berikut:
Pekerjaan Responden

Pegaw ai

12%

19%

2% 2%

14%

Prof esional

BS

12%

5%

34%

Karyaw an Sw asta
Wirasaw asta
Pelajar/Mahasisw a
Ibu Rumah Tangga
Tidak Bekerja

IT
.

Lainnya

2. Sedangkan latar belakang pendidikan penumpang, seperti tergambar di


bawah:

Pendidikan Responden

9%

7%

SD/Sederajat

1% 4%

SLP/Sederajat
32%

SLA/sederajat
Diploma 1

38%

sarjana /Starata 1
9%

Pasca sarjana
Lainnya

Bab X Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

3. Sedang daerah asal tujuan yang terbesar berdasarkan hasil survey


bandara adalah seperti tersaji dalam Tabel di bawah ini :
Proporsi WIlayah Produksi dan Attraksi

22
27

RAWAMANGUN
GAMBIR
KAMPUNG
RAMBUTAN
TANJUNG PRIOK

35
41

%
22.82%
17.93%
14.30%
10.73%
5.42%
4.56%
0.68%
0.50%
0.43%
0.33%
0.33%
0.33%
0.30%
0.30%
0.30%
0.30%
0.28%
0.28%
0.28%
0.28%

TP

IT
.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

WILAYAH PRODUKSI
& ATTRAKSI
BEKASI
DEPOK
BOGOR
BANDUNG
BINTARO
SERANG
BLOK M
TANGERANG
PASAR MINGGU
BREBES
LEBAK BULUS
SUBANG
GROGOL
JATINEGARA
KEMAYORAN
RANGKAS BITUNG
CIBUBUR
CIKAMPEK
CILANDAK
MAJALENGKA

BS

NO

0.28%
0.23%
0.20%
0.20%

4. Berdasarkan hasil survey di atas, wilayah yang dapat diusulkan sebagai


tujuan rute baru adalah, Depok, Bintaro, Tangerang, Grogol, jatinegara
dan Cibubur.
5. Secara umum, proporsi penumpang bandara yang menggunakan
kendaraan pribadi dan kendaaan umum, berdasarkan hasil survey
adalah kendaraan umum sebesar 62% dan yang menggunakan
kendaraan pribadi sebesar 38%.

Bab X Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

KENDARAAN YANG DI GUNAKAN

38%
UMUM
PRIBADI
62%

6. Dari hasil di atas, pengguna kendaraan umum Pemandu moda masih


cukup tinngi diminati masyarakat, sedemikan sehingga Pemandu

TP

moda masih tetap perlu dipertahankan, malah kalau bisa ditambah


rutenya, sehingga pengguna kendaraan umum meningkat.
7. Untuk Pemandu Moda Pelabuhan masih kurang layak untuk difasilitasi,

BS

mengingat:

o Jadwal Kapal yang tidak beraturan dan tetap


o Pengguna kapal laut tidak mementingka waktu perjalanan
o Penumpang kapal laut yang dipentingkan perjalanan yang murah

IT
.

o Bisa menggunakan angkutan bus umum yang reguler


o Dari hasil analisa akupansinya masih rendah, sehingga belum layak

dioperasikan atau subsidinya terlalu besar.

Bab X Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

10.2. Rekomendasi
1. Sistem Pemandu Moda tetap dipertahankan, Bila perlu ditingkatkan
atau ditambah rute baru.
2. Usulan rute baru berdasarkan analisa adalah:
o Depok
o Bintaro
o Tangerang
o Cibubur
3. Usulan rute baru disarankan secepat mungkin masuk jalan tol untuk
seperti tersaji dalam Bab 7

TP

mempercepat perjalanan. Masing masing rute baru diusulkan


4. Usulan Tarif rute baru disajikan dalam T abel berikut:

1
2
3

Tangerang
Grogol
Jatinegara
Bintaro
Cibubur
Depok

IT
.

4
5
6

Hasil
Analisa

Usulan

6,000

20,000

10,000

20,000

11,000

20,000

15,000

20,000

16,000

20,000

21,000

25,000

BS

Rute

No

Tarif dalam kota diusulkan sama dengan tarif eksisting Rp. 20.000,-

5. Untuk memberi pelayanan yang baik Headway masing-masing bus


pemadu moda maksimal adalah 60 menit.
6. Untuk jalur rencana headway dan jumlah armada masing masing
wilayah adalah sebagai berikut :

Bab X Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

NO

WILAYAH

Headway (menit)

Grogol

30

Jatinegara

30

Tangerang

30

Bintaro

30

Cibubur

30

Depok

30

NO

WILAYAH

2.

Jatinegara

3.

Tangerang

4.

Bintaro

5.

Cibubur

6.

Depok

TP

Grogol

BS

1.

JUMLAH BUS

5
5
5
10
10

IT
.

7. Selain di usulkan rute rute baru, ada beberapa wilayah yang


mempunyai demand cukup tinggi tetapi berdasarkan hasil analisa
tidak memenuhi syarat nilai occupancy nya, sehingga kami

merekomendasikan wilayah wilayah tersebut menggunakan


feeder dari dan ke bandara. Wilayah wilayah tersebut adalah :

NO
1.
2.
3.
4.

FASILITAS FEEDER

TITIK PENGUMPUL

Merak

Serang

Cikarang

Bekasi

Grogol

Ratu Plaza

Jatinegara

Gambir

8. Sarana angkutan bus untuk rute baru spesifikasinya sama dengan


yang ada saat ini dengan kapasitas penumpang 36.
Bab X Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

9. Bandara Soekarno Hatta merupakan kawasan diluar wilayah DKI


Jakarta yang mana pada daerah sekitarnya padat aktivitas,
sehingga jarak halte harus sedapat mungkin mengakomodasi
penumpang yang berasal dari kawasan aktivitas tersebut yang
akan dan dari bandara. Perencanaan lokasi halte untuk pemadu
moda Soekarno Hatta khususnya didasarkan pada kriteria berikut
ini :
a. Lokasi terminal harus sedapat mungkin lega dan dapat
menampung bus yang sedang menunggu antrian
b, Diharapkan agar halte dekat dengan fasilitas pendukung seperti
zebra cross atau jembatan penyeberangan orang

TP

c. Lokasi Halte yang dipilih sedapat mungkin dihitung secara


efisien dengan melihat potensi bangkitan dan tarikan pada
masing-masing tata guna lahan yang dilewatinya.
beracc,

BS

d. Halte yang tersedia harus senyaman mungkin, bila perlu


mengingat

demand

penumpang

adalah

calon

penumpag pesawat terbang dengan status sosial menegah-

IT
.

atas.

Bab X Halaman - 6

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 2
Gambaran Objek Studi
2.1 KARAKTERISTIK BANDARA SOEKARNO - HATTA
Bandara Soekarno Hatta mencatat laju pertumbuhan arus penumpang
domestik dan internasional cukup besar dalam lima tahun terakhir, yaitu
naik dari 24,703 pada tahun 2004 menjadi 35,156 juta pada tahun 2008 atau

TP

naik rata-rata 10,57% per tahun; lihat Tabel 2.1.


Tabel 2.1 Data Jumlah Penumpang Melalui Basoetta
Realisasi tahun

2004

2005

2006

2007

2008

23,322
7,262
30,584
15,54

24,526
7,933
32,459
6,13

26,661
8,495
35,156
8,31

BS

Penumpang

IT
.

Domestik (juta)
19,150
19,905
Internanal (juta)
5,969
6,566
Jumlah (juta)
24,703
26,471
Pertumbuhan (%)
7,16
Sumber: Angkasa Pura II, 2009 (diolah)

Adapun layout Bandara Soektta, tertera pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Layout Bandara Soekarno - Hatta


Bab II Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 2.2 Kapasitas Penumpang Bandara Soekatta Tahun 2008


Terminal

Luas

Kapasitas

1A,1B, 1C dan 2F

184,817m2

2D dan 2E

107,200 m2

32,458,946 org/thn
(terminal 1 dan 2)
88,928 org/hari

Pier 1 (29.800)m2
Linking (25.000)m2

Sumber : PT.Angkasa Pura II, 2009


Sementara iru, berdasarkan hasil analisis Direktorat LLAJ Departemen
Perhubungan yang menampilkan perbandingan antara kapasitas jasa
angkutan umum (bus dan taksi) yang tersedia (supply) dihadapkan tingkat
permintaan (demand), dalam hal ini, jumlah penumpang pesawat udara

TP

yang datang dan/atau berangkat ke/dari Bandara Soekarno Hatta pada


gambar di bawah ini, terlihat dengan jelas ikhwal adanya kepincangan
mencolok antara kedua faktor tersebut, minimal pada kurun waktu antara

IT
.

BS

tahun 2002 s/d 2005, sebagai berikut:

Sumber : Hasil Analisis Direktorat LLAJ, Departermen Perhubungan

Gambar 2.2 Perbandingan Penumpang Pesawat BSH per hari dengan


Kapasitas Angkutan Umum
Dari gambaran di atas terlihat bahwa pelayanan angkutan umum (bus dan
taksi) belum mampu secara optimal mencukupi kebutuhan jasa pelayanan
Bab II Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

angkutan penumpang yang datang maupun berangkat dari/ke Bandara


Soekarno-Hatta. Masih terdapat sekitar 51,5 % penumpang belum terlayani
oleh angkutan umum. Sebagian besar mereka memilih menggunakan jenis
angkutan lain, terutama kendaraan pribadi. Kondisi inilah yang menjadi
pemicu terjadinya kemacetan lalu lintas pada sebagian besar ruas jalan
menuju akses keluar/masuk Bandara Soekarno Hatta.
Pengembangan Bandara
Garis besar kebijakan pengembangan Bandar Udara umumnya dilakukan
dengan mempedomani arah yang digariskan badan Internasional seperti
ARC (Airport Region Conference). Sebagai contoh, kebijakan ARC untuk

TP

pasar Eropa adalah sebagai berikut :


a. Kebutuhan angkutan umum diprogramkan sebesar 50% penumpang
pesawat dan 40% karyawan bandara

b. Jalur kereta api bandara perlu dibangun jika pengguna jasa bandara
c.

BS

mencapai kapasitas lebih dari 10 juta penumpang per tahun


Perlu disediakan angkutan umum terpadu yang diikuti kemudahan
akses pada bangunan terminal bandara

d. Tarif angkutan umum harus kompetitif dibanding taksi dan ongkos parkir
e.

IT
.

serta biaya tol

Kondisi angkutan umum yang tersedia harus aman, nyaman, memiliki


sistem informasi standar angkutan udara dan memenuhi kelayakan

ekonomis dan keuangan yang stabil

Berdasarkan ketentuan yang digariskan ARC pula, syarat transportasi umum


bandara untuk kawasan Eropa, adalah:
a. Layanan door to door pada terminal yang terletak di kawasan pusat
kota menggunakan jarak akses jalan kaki sekitar 350 m dari koneksi
terdekat. Untuk KA, jarak akses jalan kaki, harus lebih dekat dari itu.
b. Penumpang pesawat sangat sensitif terhadap faktor waktu perjalanan
dan waktu tunggu. Oleh itu, headway angkutan pemadu moda yang
melayani jarak O D relatif dekat, sebaiknya tidak melebihi 15 menit.
c.

Tiket angkutan umum yang melayani bandara harus terjangkau dan


kompetitif terhadap taksi. Misalnya kurang dari sepertiga tarif taksi,

Bab II Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

sehingga meski ada 3 orang yang pergi bersamaan, mereka tidak akan
memilih taksi tetapi, tetap naik angkutan pemadu moda
d. Waktu tunggu bisa dimanfaatkan penumpang untuk belanja, melihatlihat dan mencari informasi sehingga rancangan sebuah terminal harus
senyaman mungkin, termasuk kemudahan membawa bagasi.
Dari mempelajari ketentuan-ketentuan ARC yang terlihat di atas maka,
bandara Soekarno-Hatta perlu segera dikembangkan untuk mengantisipasi
semakin meningkatnya jumlah penumpang yang menggunakan moda
angkutan

udara

melalui

Bandara

Soekarno-Hatta.

Tahap

pengembangannya adalah memperluas kawasan Bandara Soekarno-Hatta


dari semula 1800 Ha menjadi 3000 Ha; sekaligus memadukan peran

TP

bandara sebagai terminal keberangkatan atau kedatangan dengan


tempat transit moda angkutan udara berdasarkan konsep pusat bisnis dan
pemadu moda.

BS

integrasi dengan multi moda antara lain; mobil pribadi dan angkutan

Pada saat studi ini dilakukan, Master Plan Bandara Soekarno-Hatta sudah
berubah, dengan percepatan rencana pembangunan terminal 3 sebagai
terminal low cost carrier. Dengan adanya terminal 3, serta re-forecasting

IT
.

pengguna bandara berdasarkan perkembangan ekonomi wilayah di masa


yang akan datang, kapasitas bandara akan mencapai 70 juta penumpang
pada tahun 2018. Secara tabelaris, rencana pengembangan Bandara

Soekarno-Hatta dijabarkan pada Tabel 2.3.

Bab II Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 2.3 Tahapan Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta


Jenis Fasilitas
A1 Terminal 1 dan 2

Kapasitas
Maks
(MPA)
+ 26

Tahun
Jenuh
2012

Tahapan Pembangunan
Desain Pengembangan Terminal 1 Thn 2003
Konstruksi Terminal 1 (Tahap I) Thn 2003
Desain pengembangan Terminal 2 dan
bangunan penghubung Thn 2004
Konstruksi Terminal 1 (Tahap II) Thn 2004
Konstruksi

Terminal

dan

bangunan

penghubung Thn 2004/2005


A2 Terminal 3

+ 20

2022

Desain Terminal 3 Thn 2005/2006


Konstruksi Terminal 3 Thn 2008/2009

+20

2029

Desain Terminal 4 Thn 2015/2016

TP

A3 Terminal 4

A4 Terminal 5

+34

Konstruksi Terminal 4 Thn 2017/2018

Desain Terminal 5 Thn 2024/2025


Konstruksi Terminal 5 Thn 2025/2026

+ 74

2014

Desain R/W III dan Cross T/W Timur Thn

BS

B Runway I dan II

2009/2010

Konstruksi R/W III dan Cross T/W Timur Thn


2011/2012

Lahan Utara

100

IT
.

C Pembebasan

Secepatnya 3-4 thn sebelum Thn 2009/2010

2.2

Sumber : Angkasa Pura Ii, 2009

KARAKTERISTIK PELABUHAN TANJUNG PRIOK

Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di


Indonesia yang mengambil tempat di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Selain
melayani jasa angkutan penumpang melalui laut, pelabuhan ini juga
berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor
maupun barang antar pulau.
Saat ini pelabuhan Tanjung Priok mempunyai wilayah perairan seluas 424
ha dan wilayah daratan seluas 604 ha. Mempunyai tiga jenis terminal,
yaitu terminal penumpang, terminal barang konvensional dan terminal
peti kemas.

Bab II Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Arus penumpang kapal laut melalui terminal penumpang pelabuhan


Tanjung Priok selama tahun 2008 mencapai 527.669 penumpang yang
berasal dari debarkasi 277.042 penumpang dan embarkasi 250.627
penumpang. Jumlah itu meningkat sekitar 12% dibanding tahun 2007 yang
tercatat sebesar 459.198 penumpang dengan rincian debarkasi 222.103
penumpang dan embarkasi 237.095 penumpang. Seluruh penumpang
angkutan laut di pelabuhan Priok dalam tahun 2008 diangkut dengan
1.135 unit kapal penumpang atau meningkat 35% dibanding jumlah kapal
yang mengangkut penumpang tahun 2007 sebesar 862 unit.
Terdapat dugaan bahwa kenaikan arus penumpang (12%) di atas terjadi
karena harga tiket pesawat udara pada rerata rute di dalam negeri mulai

TP

naik sepanjang tahun lalu. Selain itu, manajemen Cabang Pelabuhan Tg


Priok juga telah berkomitmen untuk terus menerus melakukan peningkatan
dan pembenahan pelayanan bagi penumpang di Terminal Penumpang

BS

Nusantara Pura, termasuk pemisahan barang bawaan penumpang agar


lebih tertib.

Secara potensial, fasilitas pelayanan yang dimiliki pelabuhan Tanjung Priok


cukup memadai untuk melayani keluar masuk penumpang dan barang.

IT
.

Adapun lay out pelabuhan Tanjung Priok tertera pada Gambar 2.3.

berikut.

Gambar 2.3 Layout Pelabuhan Tanjung Priok


Bab II Halaman - 6

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Kapasitas terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Priok adalah 5000


orang dengan luas 7.266 m2. Jumlah penumpang 7 tahun terakhir terus
menurun dari 1,67 juta pada tahun 2000 menjadi 0,43 juta pada tahun
2007; kecuali tahun 2008. Keterangan lebih jelas tertera pada gambar

BS

TP

dibawah ini.

Sumber : www.priokport.co.id

IT
.

Gambar 2.4 Data Arus Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok


Tahun 2000 2008

Daerah yang menjadi hinterland Pelabuhan Tanjung Priok dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

Sumber : www.priokport.co.id

Gambar 2.5 Daerah Hinterland Pelabuhan Tanjung Priok


Bab II Halaman - 7

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

2.3

KONDISI ANGKUTAN PEMADU MODA SAAT INI

2.3.1. Pemadu Moda Bandara Soekarno Hatta


Hingga saat ini, kegiatan pelayanan Angkutan Pemadu Moda, khususnya
untuk trayek antar kota antar provinsi dengan bus standar, sebagian besar
didominasi DAMRI, khususnya bus-bus DAMRI Bandara Soekarno-Hatta.
Satu

satunya

angkutan

mengoperasikan

pemadu

moda

di

luar

DAMRI

yang

angkutan jenis ini ialah Primajasa dengan alokasi 30

armada untuk jurusan Bandung Supermall Bandara Soekatta. Dewasa ini


bus DAMRI telah diberi izin untuk melayani 13 trayek dengan alokasi bus
sebesar 115 unit. Adapun rincian lengkap tentang rute dan karakteristik
sebagai berikut.

TP

lain terkait pelayanan angkutan Pemadu Moda Bandara Soekatta, adalah

Tabel 2.4 Rute dan karakteristik Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta
Trayek

Jumlah
Bus

Gambir

19

Rawamangun

14

Blok M

Jam Brgkt
(Trip I)

Interval

Operator

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

15

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Tanjung Priok

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Kemayoran

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Kp. Rambutan

15

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Pasar Minggu

12

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Bogor

16

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Bekasi

16

Rp 28.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

10

Lebak Bulus

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

11

Serang-Banten

Rp 28.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

12

Mangga Dua

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

13

Cikarang

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

1 14

Bandung

30

Rp 75.000,-

02.00 WIB

IT
.

Tarif

BS

No

60 menit

Primajasa

Sumber : www.damri.co.id

Berdasarkan tabel 2.4 di atas terlihat bahwa penyelenggaraan angkutan


pemadu moda Bandara saat ini dilayani dua operator yaitu DAMRI dan
Bab II Halaman - 8

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Primajasa. Secara keseluruhan, hingga sekarang bus-bus pemadu moda


DAMRI masih terbatas melayani angkutan penumpang Bandara melalui
trayek di dalam wilayah Jabotabek. Sedangkan angkutan pemadu moda
Primajasa melayani jurusan Bandung Supermall Bandara PP.
Bus DAMRI dari dan ke Bandara saat ini melayani 13 trayek sebagaimana
tertera pada Tabel 2.4, Segmen pasar terbesar adalah penumpang untuk
penerbangan domestik. Selain untuk penumpang dari dan untuk pesawat
terbang, kemudahan bus DAMRI juga digunakan sebagai moda angkutan
bagi karyawan yang bekerja di Bandara. Frekuensi perjalanan lazimnya
mengikuti jadual pesawat terbang. Contoh untuk bus trayek Gambir,
Jakarta Pusat. Jumlah bus yang tersedia (SO) ada 18 unit. Setiap bus

TP

mempunyai kapasitas tempat duduk 39. Pemberangkatan pertama dari


Gambir dimulai pukul 04.00 WIB dan terakhir berangkat pada pukul 19.00
WIB. Tetapi untuk waktu waktu tertentu misal pada waktu liburan, dimana

BS

banyak calon penumpang yang melakukan perjalanan menggunakan


pesawat terbang sehingga ada penambahan jam penerbangan, maka
jadual Damri mengikuti (disesuaikan dengan) jadual penerbangan atau
jam penerbangan terakhir.

IT
.

Jarak headway diatur setiap 15 menit sekali atau lebih, tergantung jumlah
penumpang naik di Gambir, biasanya bila jumlah penumpang mencapai
9 orang bus DAMRI diberangkatkan. Bus-bus DAMRI berhenti di Bandara

Soekatta, pada semua terminal yaitu terminal 1A, terminal 1B, terminal 1C,
terminal 2D, terminal 2E, terminal 2F dan terminal 3. Begitupun sebaliknya,
DAMRI yang diberangkatkan dari Bandara, tersedia pada setiap terminal
kedatangan.
Kendala yang dihadapi DAMRI adalah sempitnya lahan parkir bus di
kawasan Gambir; begitu pula dengan trayek yang melayani kawasan blok
M karena belum tersedia lahan yang cukup untuk tempat pemberhentian
dan pemberangkatan. Untuk jelasnya, pada Gambar 2.6 dan 2.7 diberikan
ilustrasi bus DAMRI trayek Gambir dan, trayek Blok M dapat dilihat pada
Gambar 2.8.

Bab II Halaman - 9

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

IT
.

BS

Gambar 2.6 Bus Damri Bandara Soekarno Hatta Trayek Gambir

Gambar 2.7 Tempat duduk pada Damri Bandara Soekarno - Hatta

Bab II Halaman - 10

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Gambar 2.8 Bus Damri Bandara Soekarno Hatta Trayek Blok M

BS

Sejalan dengan itu, armada yang diberangkatkan dari Bandara Soekarno


Hatta untuk mengisi trayek seperti tertera pada tabel 3.13. tersedia pada
semua terminal dengan rerata headway setiap 15 menit. Berdasarkan hasil
evaluasi terakhir, pada saat ini trayek untuk jurusan sekitar Jabotabek yang

IT
.

belum diisi tetapi mempunyai demand cukup, ialah menuju ke Cikarang.


Gambaran secara sepintas mengenai tampilan bus DAMRI pada Bandara

Soekarno-Hatta beserta ruang tunggu terlihat pada Gambar 2.9 dan


Gambar 2.10.

Bab II Halaman - 11

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

IT
.

BS

Gambar 2.9 Damri Bandara Soekarno - Hatta

Gambar 2.10 Ruang Tunggu Damri


Bus-bus yang melayani jurusan Bandung Supermall menuju Bandar Udara
Soekarno Hatta PP, dioperasikan sejak 10 Oktober 2006. Angkutan yang
pemadu moda itu dioperasikan oleh PT Primajasa Perdanarayautama
bekerja sama dengan BSM dengan kapasitas tempat duduk 36. Primajasa
Bab II Halaman - 12

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

mendapat trayek eksklusif selama lima tahun, dengan syarat memenuhi


standar pelayanan yang ketat terutama soal kepastian jadwal.
Tempat untuk menaikkan penumpang bus pemadu moda Primajasa
adalah di terminal kedatangan 1B dan terminal 2E. Sedangkan untuk
tempat menurunkan penumpang adalah pada semua sub terminal
keberangkatan yaitu terminal 1A, 1B, 1C, 2D, 2E, dan 2F. Jaringan rute
yang dilalui bus-bus pemadu moda Primajasa adalah Bandung Supermall
(BSM), Kiaracondong, Jalan Soekarno Hatta, tol Buahbatu, Purbaleunyi,
Cikampek, jalan tol dalam kota Jakarta, Cengkareng, sampai ke Bandara
Soekarno Hatta.

TP

Setiap penumpang dikenakan tarif Rp 75.000 dengan fasilitas bagasi


sampai 20 kilogram. Para penumpang hanya turun atau naik di BSM dan
Bandara Soekarno Hatta (point to point). Selama perjalanan, bus tidak

BS

menurunkan atau menaikkan penumpang di jalan. Jam keberangkatan


dari BSM setiap jam sekali dimulai dari pukul 02.00-15.00. Keberangkatan
dari Bandara Soekarno Hatta juga diatur dengan interval setiap jam sekali,
dimulai pukul 08.00-21.00. Tiket dapat dipesan sehari sebelumnya atau

IT
.

dapat dibeli langsung di loket BSM dan loket Bandara Soekarno Hatta
terminal kedatangan 1B dan terminal 2E.

Jenis bus yang digunakan super eksekutif dengan jumlah tempat duduk 36
dilengkapi toilet, dan penyejuk udara. Pemberangkatan bus dilaksanakan
sesuai jadwal dan tepat waktu tanpa mengenal jumlah penumpang
minimum. Bahkan, dengan satu penumpang sekalipun, bus tetap akan
diberangkatkan. Lama perjalanan 3-4 jam bila lalulintas lancar.
Hasil evaluasi pemerintah menunjukkan bahwa operasi bus pemadu moda
menghemat tiga juta liter BBM per tahun. Sedikitnya 42 persen pengguna
kendaraan pribadi yang menuju ke Bandara Soekarno-Hatta dari Bandung
juga terserap pemadu moda. Pengguna moda lain yang juga terserap
adalah penumpang kereta api hingga 29,4 persen, travel 27,33 persen,
bus umum 0,3 persen, dan pesawat 0,33 persen. Gambar bus primajasa
dapat dilihat pada Gambar 2.11 dan Gambar 2.12 berikut ini.
Bab II Halaman - 13

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

IT
.

BS

Gambar 2.11 Bus Primajasa Bandara Soekarno Hatta

Gambar 2.12 Tempat duduk Bus Primajasa Bandara Soekarno - Hatta

Bab II Halaman - 14

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Angkutan Umum di Tanjung Priok


Sebagai pelabuhan terbesar yang mempunyai peran penting tidak hanya
bagi wilayah DKI Jakarta dan Jabotabek, tapi juga bagi seluruh Indonesia,
sekarang maupun di masa depan, Tanjung Priok menghadapi berbagai
masalah aksesibilats yang rumit, antara lain belum tersedianya pemadu
moda bagi penumpang kapal laut dari dan ke Tanjung Priok. Buruknya
hubungan dengan jaringan jalan kota termasuk jalan tol dan manajemen
lalu lintas yang tidak efisien mengakibatkan terjadi kongesti di dalam dan
di sekitar pelabuhan Tanjung Priok, yang sangat menghambat pergerakan
barang di pelabuhan. Hal ini sebagian disebabkan karena beberapa
fasilitas penumpukan barang berada dan tersebar di dalam dan di sekitar

TP

pelabuhan. Tambahan pula banyak truk dan trailer bergrerak diantara


terminal dan depot-depot tersebut.

BS

Pegaturan tata guna lahan dan penggunaan berbagai fasilitas yang


masih semrawut, seperti adanya lalu lintas penumpang dalam areal cargo
handling, membuat pelabuhan ini kurang nyaman sebagai tempat transit
penumpang kapal laut. Dewasa ini fasilitas angkutan jalan yang dapat

IT
.

digunakan oleh penumpang kapal laut dari dan ke Pelabuhan Tg Priok


baru dilayani oleh taksi atau angkutan kecil lainnya yang disewa secara
khusus. Pada umumnya tingkat aksesibilitas penumpang kapal laut di
pelabuhan Tanjung Priok masih sulit kecuali mereka yang menggunakan

2.3.2

angkutan pribadi. Fasilitas angkutan umum dalam kota belum memasuki


kawasan pelabuhan, tetapi berhenti hingga sampai ke terminal angkutan
kota Tanjung Priok saja.
Terminal bus kota Tanjung Priok, yang memiliki luas 10 ribu meter persegi,
juga dipadati oleh berbagai warung makanan. Keberadaan halte busway
yang belum beroperasi dan dipagari seng menambah ruang dalam
terminal menjadi semakin sempit. Terminal Tanjung Priok terletak persis di
sebelah selatan pintu III Pelabuhan Tanjung Priok. Terminal ini kerap
menjadi biang macet kawasan tersebut. Bus dan angkutan umum yang
keluar dari terminal sering kali tidak langsung jalan, melainkan mengetem
menunggu penumpang di luar terminal.
Bab II Halaman - 15

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Padahal jalan umum di depan terminal hanyalah selebar kira-kira tujuh


meter, atau hanya cukup untuk tiga lajur kendaraan. Bahkan, ketika ada
truk kontainer, badan jalan terasa jauh lebih sempit karena besarnya bodi
kontainer sehingga hanya muat untuk dua lajur kendaraan.
Selain terminal Tanjung Priok terdapat pula Stasiun Tanjung Priok terletak di
sebelah selatan terminal dan hanya dibatasi jalan selebar lima meter. Para
pengguna jalan yang berasal dari arah timur (Jalan R.E. Martadinata) dan
hendak ke arah Ancol harus melewati jalan melingkar yang berada di
antara stasiun dan terminal. Di bagian ini, angkutan umum juga kerap

TP

menunggu penumpang sehingga menimbulkan kemacetan.


Melihat kodisi lalu lintas disekitar pelabuhan Tanjung Priok terutama dalam

BS

penyediaan angkutan umum yang belum memadai, maka dalam studi ini
juga akan dikaji alternatif perencanaa teknis penyusunan pola pelayanan
angkutan pemadu moda di pelabuhan Tanjung Priok. Adapaun kondisi
lalu

lintas

di

lingkungan

sekitar

Pelabuhan

Tanjung

Priok,

dapat

IT
.

diilustrasikan pada gambar 2.13, 2.14, dqn 2.15 dibawah ini.

Gambar 2.13 Kondisi Pelataran Parkir di Pelabuhan Penumpang


Tanjung Priok

Bab II Halaman - 16

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

IT
.

BS

Gambar 2.14 Kapal Penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok

Gambar 2.15 Akses Keluar Masuk Pelabuhan Penumpang

Bab II Halaman - 17

IT

.B

ST

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Gambar 2.16 Peta Rute Eksisting Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta

Bab II Halaman - 18

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

PENENTUAN BATAS WILAYAH STUDI DAN SISTEM ZONA


Area atau kawasan yang ditetapkan sebagai wilayah studi ialah Provinsi
DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat dan sisi barat Provinsi
Jawa Tengah. Zona diwakilkan oleh 1 (satu) pusat zona yang dibagi
menjadi 2 (dua) zona utama, yakni zona internal dan zona eksternal.
Pembagian zona diambil berdasarkan :
1.

Daerah tangkapan studi diasumsikan meliputi seluruh pulau Jawa,


namun untuk zona internal ke Timur, dibatasi oleh jarak tengah antara
dua bandara yaitu bandara Soekarno Hatta dan bandara Ahmad
Yani, Semarang.

2.

Untuk zona eksternal adalah di luar dari zona internal namun dibatasi

.B
ST
P

sampai pulau jawa mengingat hanya peralihan moda darat dan tidak
mencakup antar pulau
3.

Jumlah penerbangan pada bandara Soekarno Hatta mempunyai


frekuensi atau jadwal penerbangan yang paling padat dibandingkan
dengan bandara-bandara lain di Indonesia

4.

Zona-zona yang dipilih dalam Laporan Pendahuluan ini, akan ditinjau


kembali untuk disesuaikan dengan besaran demand minimal setelah
survey lapangan dilakukan.

IT

Data keterangan dan wilayah zona untuk wilayah studi selengkapnya


dapat dilihat pada Tabel 2.4.

2.4

Bab II Halaman - 19

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 2.5 Kodefikasi dan Nama Zona


Kode

Nama Zona

Kode

Nama Zona

C.5

Karawang

B. 1

Cilegon

C.6

Purwakarta

B.2

Rangkas Bitung

C.7

Cikampek

B.3

Pandeglang

C.8

Bandung

B.4

Serang

C.9

Sukabumi

B.5

Tangerang

C.10

Cianjur

DKI JAKARTA

C.11

Ciamis

A.1

Blok M

C.12

Garut

A.2

Lebak Bulus

C.13

Tasikmalaya

A.3

Pasar Minggu

C.14

Kuningan

A.4

Gambir

C.15

Subang

A.5

Tanjung Priok

C.16

Sumedang

A.6

Grogol

C.17

Majalengka

A.7

Rawamangun

C.18

Indramayu

A.8

Kemayoran

C.19

Cirebon

A.9

Kampung Rambutan

.B
ST
P

BANTEN

JAWA TENGAH

D.1

Brebes

C.1

Bekasi

D.2

Tegal

C.2

Cikarang

D.3

Purwokerto

C.3

Depok

Jawa Tengah dan Sekitarnya

Bogor

Jawa Timur dan Sekitarnya

C.4

IT

JAWA BARAT

Bab II Halaman - 20

IT

.B

ST

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Gambar 2.17 Model Sistem Zona Permintaan Perjalanan

Bab II Halaman - 21

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 3
Landasan Legalitas dan Teori

UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan
Pasal 2

TP

1.

Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan memperhatikan;


a. asas transparan;
b. asas akuntabel;

BS

c. asas berkelanjutan;
d. asas partisipatif;

e. asas bermanfaat;
f.

asas efisien dan efektif;

IT
.

g. asas seimbang;

h. asas terpadu; dan


i.

asas mandiri.

3.1

2.

Pasal 3

Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan tujuan:


a. terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman,
selamat, tertib, lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain
untuk

mendorong

pererkonomian

nasional,

memajukan

kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan


bangsa ser-ta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;
b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan
c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi
masyarakat.

Bab III Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

3.

Pasal 7

(1) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam kegiatan


pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, badan hukum, dan / atau masyarakat.
(2) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi insdtansi masing-masing meliputi:
a. urusan pemerintahan di bidang Jalan oleh kementerian negara
yang bertanggung jawab di bidang Jalan.
b. urusan pemerintah di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung

TP

jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan

4.

Pasal 47

BS

Jalan.

(1) Kendaraan terdiri atas:

a. Kendaraan Bermotor; dan

b. Kendaraan Tidak Bermotor.

IT
.

(2) Kendaraan Bermotor dikelompokkan berdasarkan jenis:


a. sepeda motor;

b. mobil penumpang;

c. mobil bus;

d. mobil barang; dan


e. kendaraan khusus.

(3) Kendaraan Bermotor mobil penumpang, mobil bus, dan mobil barang
dikelompokkan berdasarkan fungsi:
a. Kendaraan Bermotor perseorangan; dan
b. Kendaraan Bermotor Umum.
5.

Pasal 48

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus


memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
(2) Persyaratan teknis terdiri atas:
a. susunan;
Bab III Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

b. perlengkapan;
c. ukuran;
d. karoseri;
e. rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya;
f.

pemuatan;

g. penggunaan;
h. penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau
i.

penempelan Kendaraan Bermotor.

(3) Persyaratan laik jalan ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan


Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas:
b. kebisingan suara;
c. efisiensi sistem rem utama;
d. efisiensi sistem rem parkir;
f.

BS

e. kincup roda depan;

TP

a. emisi gas buang;

suara klakson;

g. daya pancar dan arah sinar lampu utama;


h. radius putar;

akurasi alat penunjuk kecepatan;

j.

kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan

IT
.

i.

k. kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan.


6.

Pasal 93

(1) Manajemen

dan

Rekayasa

Lalu

Lintas

dilaksanakan

untuk

mengoptimalkan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu Lintas


dalam rangka menjamin Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan
Kelanca-ran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan:
a. penetapan prioritas angkutan massal melalui penyediaan lajur atau
jalur atau jalan khusus;
b. pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan Pejalan Kaki;
c. pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;
d. pemisahan

atau

pemilahan

pergerakan

arus

Lalu

Lintas

Bab III Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

berdasarkan peruntukan lahan, mobilitas, dan aksesibilitas;


e. pemaduan berbagai moda angkutan;
f.

pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;

g. pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan; dan/atau


h. perlindungan terhadap lingkungan.
(3) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas meliputi kegiatan:
a. perencanaan;
b. pengaturan;
c. perekayasaan;
d. pemberdayaan; dan

7.

TP

e. pengawasan.
Pasal 94

(1) Kegiatan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat

BS

(3) huruf a meliputi:

a. identifikasi masalah Lalu Lintas;

b. inventarisasi dan analisis situasi arus Lalu Lintas;


c. inventarisasi dan analisis kebutuhan angkutan orang dan barang;

IT
.

d. inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung jalan;


e. inventarisasi

dan

analisis

ketersediaan

atau

daya

tampung

Kendaraan;

inventarisasi dan analisis angka pelanggaran dan Kecelakaan Lalu

f.

Lintas;

g. inventarisasi dan analisis dampak Lalu Lintas;


h. penetapan tingkat pelayanan; dan
i.

penetapan rencana kebijakan pengaturan penggunaan jaringan


Jalan dan gerakan Lalu Lintas.

(2) Kegiatan pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat (3)


huruf b meliputi:
a. penetapan kebijakan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan
Lalu Lintas pada jaringan Jalan tertentu; dan
b. pemberian informasi kepada masyarakat dalam pelaksanaan
kebijakan yang telah ditetapkan.
(3) Kegiatan perekayasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat
Bab III Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(3) huruf c meliputi:


a. perbaikan geometrik ruas Jalan dan/atau persimpangan serta
perlengkapan Jalan yang tidak berkaitan langsung dengan
Pengguna Jalan;
b. pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perleng
kapan Jalan yang berkaitan langsung dengan Pengguna Jalan;
dan
c. optimalisasi operasional rekayasa Lalu Lintas dalam rangka mening
katkan ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.
(4) Kegiatan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat
a. arahan;
b. bimbingan;
c. penyuluhan;

BS

d. pelatihan; dan

TP

(3) huruf d meliputi pemberian:

e. bantuan teknis.

(5) Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 ayat


(3) huruf e meliputi:

IT
.

a. penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan;


b. tindakan korektif terhadap kebijakan; dan

c. tindakan penegakan hukum.


8.

Pasal 137

(1) Angkutan orang dan / atau barang dapat menggunakan Kendaraan


Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

(2) Angkutan orang yang menggunakan Kendaraan Bermotor berupa


Sepeda Motor, Mobil Penumpang, atau bus.
(3) Angkutan barang dengan Kendaraan Bermotor wajib menggunakan
mobil barang.
(4) Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:
a. rasio Kendaraan Bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis,
dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;
b. untuk pengerahan atau pelatihan Tentara Nasional Indonesia dan /
atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau
Bab III Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

c. kepentingan lain berdasarkan pertimbangan Kepolisian Negara


Republik Indonesia dan / atau Pemerintah Daerah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk
angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
9.

Pasal 138

(1) Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan


angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau.
(2) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

10. Pasal 139

BS

Kendaraan Bermotor Umum.

TP

(3) Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan

(1) Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa


angkutan orang dan/atau barang antarkota, antarprovinsi serta lintas
batas negara

IT
.

(2) Pemerintah Daerah provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan


umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam
provinsi

(3) Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menjamin tersedianya


angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam
wilayah kabupaten / kota.

(4) Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Pasal 140
Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum terdiri
atas:
a. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek;
dan,

Bab III Halaman - 6

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

b. angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum tidak dalam


trayek.
12. Pasal 141
(1) Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi standar pelayanan
minimal yang meliputi:
a. keamanan;
b. keselamatan;
c. kenyamanan;
d. keterjangkauan;
e. kesetaraan; dan
keteraturan

TP

f.

(2) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan.

BS

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri
yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas

IT
.

dan Angkutan Jalan.


13. Pasal 142

Jenis pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum

dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf a terdiri atas:
a. angkutan lintas batas negara;
b. angkutan antarkota antarprovinsi;
c. angkutan antarkota dalam provinsi;
d. angkutan perkotaan; atau
e. angkutan pedesaan

14. Pasal 143


Kriteria pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus:
a. memiliki rute tetap dan teratur;

Bab III Halaman - 7

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

b. terjadwal, berawal, berakhir, dan menaikkan atau menurunkan


penumpang di Terminal untuk angkutan antarkota dan lintas batas
negara; dan
c. menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang
ditentukan untuk angkutan perkotaan dan pedesaan.
15. Pasal 144
Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun
berdasarkan:
a. tata ruang wilayah;
b. tingkat permintaan jasa angkutan;

TP

c. kemampuan penyediaan jasa angkutan;

d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;


e. kesesuaian dengan kelas jalan;

keterpaduan intramoda angkutan; dan

BS

f.

g. keterpaduan antarmoda angkutan.


16. Pasal 145

trayek

dan

kebutuhan

Kendaraan

Bermotor

Umum

IT
.

(1) Jaringan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 disusun dalam bentuk


rencana umum jaringan trayek.

(2) Penyusunan rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait.

(3) Rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. jaringan trayek lintas batas negara;
b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi;
c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi;
d. jaringan trayek perkotaan; dan
e. jaringan trayek pedesaan.
(4) Rencana umum jaringan trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima tahun.

Bab III Halaman - 8

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

17. Pasal 151


Pelayanan angkutan orang dengan Kendaran Bermotor Umum tidak
dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 huruf b terdiri atas:
a. angkutan orang dengan menggunakan taksi;
b. angkutan orang dengan tujuan tertentu
c. angkutan orang untuk keperluan pariwisata; dan
d. angkutan orang di kawasan tertentu.
18. Pasal 153
(1) Angkutan orang dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 151 huruf b dilarang menaikkan dan/atau menurunkan

TP

penumpang di sepanjang perjalanan untuk keperluan lain di luar


pelayanan angkutan orang dalam trayek.

(2) Angkutan orang dengan tujuan tertentu diselenggarakan dengan

19. Pasal 173

BS

menggunakan mobil penumpang umum atau mobil bus umum.

(1) Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan

IT
.

orang dan/atau barang wajib memiliki:

a. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;


b. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/

atau

c. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

(2) Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku untuk:
a. pengangkutan orang sakit dengan menggunakan ambulans; atau
b. pengangkutan jenazah.

20. Pasal 181


(1) Tarif angkutan terdiri atas tarif Penumpang dan tarif barang
(2) Tarif Penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek; dan
b. tarif Penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek.

Bab III Halaman - 9

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

21. Pasal 182


(1) Tarif Penumpang untuk angkutan orang dalam trayek terdiri atas:
a. tarif kelas ekonomi; dan
b. tarif kelas nonekonomi.
(2) Penetapan tarif kelas ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang
melayani trayek antarkota antarprovinsi, angkutan perkotaan, dan
angkutan pedesaan yang wilayah pelayanannya melampaui
wilayah provinsi;

TP

b. gubernur untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota


dalam provinsi serta angkutan perkotaan dan pedesaan yang
melampaui batas satu kabupaten/kota dalam satu provinsi;

BS

c. bupati untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota


dalam kabupaten serta angkutan perkotaan dan pedesaan yang
wilayah pelayanannya dalam kabupaten; dan
d. walikota untuk angkutan orang yang melayani trayek angkutan

IT
.

perkotaanyang wilayah pelayanannya dalam kota.


(3) Tarif Penumpang angkutan orang dalam trayek kelas nonekonomi
ditetapkan oleh Perusahaan Angkutan Umum

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif penumpang sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Menteri yang
bertanggung jawab langsung di bidang sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.

22. Pasal 210


(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi
persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, persyaratan, dan prosedur
penanganan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan
yang diakibatkan oleh Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

Bab III Halaman - 10

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian


1.

Pasal 4

Kereta api menurut jenisnya terdiri dari:


a. kereta api kecepatan normal;
b. kereta api kecepatan tinggi;
c. kereta api monorel;
d. kereta api motor induksi liear;
e. kereta api gerak udara;
f.

kereta api levitasi magnetik;

g. trem; dan

2.

TP

h. kereta gantung
Pasal 5

(1) Perkeretaapian menurut fungsinya terdiri atas:

BS

a. perkeretaapian umum; dan


b. perkeretaapian khusus

(2) Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


terdiri dari:

IT
.

a. perkeretaapian perkotaan; dan


b. perkeretaapian antarkota

(3) Perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


hanya digunakan secara khusus oleh badan usaha tertentu untuk

3.2

menunjang kegiatan pokok badan usaha tersebut.

3.

Pasal 6

(1) Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 5


ayat (1) huruf a meliputi:
a. perkeretaapian nasional;
b. perkeretaapian provinsi; dan
c. perkeretaapian kabupaten/kota.
(2) Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan satu kesatuan sistem perkeretaapian yang disebut tatanan
perkeretaapian nasional.

Bab III Halaman - 11

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(3) Sistem perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus


terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.
4. Pasal 7
(1) Untuk mewujudkan tatanan perkeretaapian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1), ditetapkan rencana induk perkeretaapian.
(2) Rencana induk perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. rencana induk perkeretaapian nasional;
b. rencana induk perkeretaapian provinsi; dan

5.

TP

c. rencana induk perkeretaapian kabupaten/kota.


Pasal 8

(1) Rencana induk perkeretaapian nasional sebagaimana dimaksud

BS

dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a disusun dengan memperhatikan:


(a) rencana tata ruang wilayah nasional; dan
(b) rencana induk jaringan moda transportasi lainnya
(2) Rencana induk perkeretaapian nasional sebagaimana dimaksud pada

IT
.

ayat (1) disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan angkutan


perkeretaapian pada tatanan transportasi nasional
Pasal 18

6.

Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan:


(a) pembangunan prasarana
(b) pengoperasian prasarana
(c) perawatan prasarana; dan
(d) pengusahaan prasarana

7.

Pasal 25

Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b meliputi kegiatan:
a. pengadaan sarana
b. pengoperasian sarana

Bab III Halaman - 12

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

c. perawatan sarana; dan


d. pengusahaan sarana.
8.

Pasal 91

(1) Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang
(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan
kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan.
9.

Pasal 127

(1) Angkutan kereta api dilaksanakan dalam lintas-lintas pelayanan kereta

TP

api yang membentuk satu kesatuan dengan jaringan pelayanan


perkeretaapian.
meliputi:

BS

(2) Jaringan pelayanan perkeretaapian sebagaimana dimaksud ayat (1)


(a) jaringan pelayanan perkeretaapian antarkota; dan
(b) jaringan pelayanan perkeretaapian perkotaan.

Penyelenggaraan Kereta Api Bandara Soekarno - Hatta

IT
.

3.3

3.3.1 Jarak km, trase dan stasiun KA BSH


Berdasarkan penjelasan Direktur Jenderal Perkeretaapian di dalam Rapat

Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR RI tanggal 28 Mei 2008:


a. Panjang jalan kereta api Bandara Soekarno Hatta adalah 32,728 KM,
melalui Stasiun Manggarai, Stasiun Dukuh Atas, Stasiun Tanah Abang,
Stasiun Angke, Stasiun Pluit dan Terminal Bandara Soekatta.
b. Di Stasiun Dukuh Atas, direncanakan Kereta Api Bandara Soekatta
akan berintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti subway,
busway dan, monorail.
c. Pada Stasiun Dukuh Atas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana
akan membuat Urban Development Guide Line (UGDL).
d. Di Stasiun Pluit, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meminta dibangun City
Check In.
Gambaran lengkap dari rencana trase dan stasiun Kereta Api Bandara
Soekatta, tertera di bawah ini.
Bab III Halaman - 13

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009

Jadwal Pekerjaan Persiapan

a. Dari sumber yang sama, rencana pelaksanaan pekerjaan persiapan

IT
.

pembangunan jalur KA Bandara Soetta, diprogramkan sbb.


Tabel 3.1 Rencana Jadwal Pelaksanaan

3.3.2

BS

Gambar 3.1 Jalur KA Bandara Soekarno - Hatta

No
.
1
2
3

Penetapan Trase
Penyusunan FS dan DED
Studi AMDAL
Pinjam Pakai Hutan
Mangrove
Ijin Penggunaan Bantaran
Sungai Ciliwung
Persiapan Pelelangan

Pelelangan

4
5

2008
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

a. Pembentukan panitia.
Lelang
b. Penyiapan dokumen
Lelang
a. Pengumuman
Pelelangan

b.
c.
d.
e.
f.
g.

8
9

Rencana Jadwal Pelaksanaan

Uraian Kegiatan

Prakualifikasi
Pemasukan penawaran
Evaluasi penawaran
Penetapan pemenang
Sanggahan
Negosiasi

Penandatanganan Kontrak
Pelaksanaan Konstruksi

18 bulan

Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009


Bab III Halaman - 14

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

b. Gambaran perspektif dari Stasiun Bandara Soekarno Hatta dilihat dari


arah Timur, diilustrasikan seperti tertera di bawah ini.

Tampak Timur

12

BS

Sumber: Ditjen Perkeretaapian, 2009

TP

Gambar Perspektif Stasiun Bandara

Gambar 3.2 Gambar Perspektif Stasiun Bandara

Jalan
1.

IT
.

3.4 PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas


Pasal 7

(1) Jaringan transportasi jalan diwujudkan dengan menetapkan rencana

umum jaringan transportasi jalan.

(2) Rencana umum jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1), meliputi:
a. rencana umum jaringan transportasi jalan primer;
b. rencana umum jaringan transportasi jalan sekunder.
(3) Rencana umum jaringan traansportasi jalan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), memuat hal-hal sebagai berikut:
a. rencana lokasi ruang kegiatan yang harus dihubungkan oleh ruang
lalu lintas;
b. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal dan
tujuan perjalanan;
c. arah dan kebijaksanaan peranan transportasi di jalan dalam
keseluruhan moda transportasi;
Bab III Halaman - 15

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

d. rencana kebutuhan lokasi simpul;


e. rencana kebutuhan ruang lalu lintas.
2.

Pasal 9

(1) Rencana umum jaringan transportasi jalan merupakan pedoman


dalam penyusunan rencana umum dan perwujudan unsur-unsur
jaringan transportasi jalan
(2) Unsur-unsur jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi:
a. simpul berupa terminal transportasi jalan, terminal angkutan sungai
dan danau, setasiun kereta api, pelabuhan penyeberangan,
b. ruang

kegiatan

TP

pelabuhan laut, dan bandar udara;


berupa

kawasan

pemukiman,

industri,

pertambangan, pertanian, kehutanan, perkantoran, perdagangan,


c. ruang

lalu

BS

pari-wisata dan sebagainya;


lintas

berupa

jalan,

jembatan

atau,

lintas

penyeberangan.
Pasal 14

IT
.

3.

(1) Jaringan trayek ditetapkan dengan memperhatikan:


a. kebutuhan angkutan;

b. kelas jalan yang sama dan atau yang lebih tinggi;


c. tipe terminal yang sama atau lebih tinggi;
d. tingkat pelayanan jalan;
e. jenis pelayanan angkutan;
f.

rencana umum tata ruang;

g. kelestarian lingkungan.
(2) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan Menteri.
4.

Pasal 40

(1) Terminal terdiri dari:


a. terminal penumpang;
b. termin al barang.
Bab III Halaman - 16

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(2) Terminal penumpang merupakan prasarana transportasi jalan untuk


keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan
intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan
dan pemberangkatan kendaraan umum.
(3) Terminal barang merupakan prasarana transportasi jalan untuk
keperluan membongkar dan memuat baran g serta perpindahan intra
dan/atau antar moda transportasi.
5.

Pasal 42

(1) Penentuan lokasi terminal dilakukan dengan mempertimbangkan


rencana umum jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud

TP

Pasal 7.

(2) Pembangunan terminal pada lokasi sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:

BS

a. rencana umum tata ruang;


b. kapasitas jalan;

c. kepadatan lalu lintas;

d. keterpaduan dengan moda transportasi lain;

IT
.

e. kelestarian lingkungan.

(3) Penentuan lokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan tipe
terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ditetapkan dengan

keputusan Menteri.

(4) Penyelenggaraan terminal yang meliputi pengelolaan, pemeliharaan


dan penertiban terminal dilakukan oleh Menteri.

6.

Pasal 43

(1) Terhadap penggunaan jasa pelayanan terminal dapaty dikenakan


pungutan.
(2) Jasa terminal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. jasa

tempat

bongkar

muat

barang

dan

atau

naik

turun

penumpang yang dinikmati oleh pengusaha angkutan;


b. fasilitas parkir kendaraan umum menunggu waktu keberangkatan
yang dinikmati oleh pengusaha angkutan;

Bab III Halaman - 17

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

c. fasilitas parkir untuk umum selain tersebut dalam huruf a, yang


dinikmati oleh pengguna jasa.
(3) Tata cara pemungutan, besarnya pungutan serta penggunaan hasil
pungutan terminal ditetapkan dengan keputusan Menteri setelah
mendengar

pendapat

Menteri

Dalam

Negeri

dan

mendapat

persetujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang keuangan


negara.
7.

Pasal 80

Kecepatan maksimum yang diizinkan untuk kendaraan bermotor:


untuk:

TP

a. pada jalan kelas I, II, dan II A dalam sistem jaringan jalan primer
1) mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang serta sepeda
motor adalah 100 kilometer per jam;
bermotor

dengan

BS

2) kendaraan

kererta

gandengan

atau

tempelan adalah 80 kilometer per jam;


b. pada Jalan Kelas III B dalam sistem jaringan jalan primer untuk mobil
penumpang,

mobil

bus

dan

mobil

barang

tidak

termasuk

IT
.

kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta


tempelan adalah 60 kilometer per jam;
c. pada Jalan Kelas III C dalam sistem jaringan jalan primer untuk

mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk


kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelan adalah 60 kilometer per jam.

d. Pada Jalan Kelas II dan III A dalam sistem jaringan jalan sekunder
untuk:
1) mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang adalah 70
kilometer per jam;
2) kendaraan

bermotor

dengan

kereta

gandengan

atau

tempelan adalah 60 kilometer per jam;


e. pada Jalan Kelas III B dalam sistem jaringan jalan sekunder untuk
mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelan adalah 50 kilometer per jam
Bab III Halaman - 18

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

f.

pada Jalan Kelas III C dalam sistem jaringan jalan sekunder untuk
mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang tidak termasuk
kendaraan bermotor dengan kereta gandengan atau kereta
tempelanadalah 40 kilometer per jam.

8.

Pasal 84

Pengemudi kendaraan bermotor wajib mengutaamakan keselamatan


pejalan kaki:
a. yang berada pada bagian jalan yang diperuntukkan bagi pejalan
kaki;

9.

TP

b. yang akan atau sedang menyeberang jalan.


Pasal 86

(1) Dilarang mengemudikan kendaraan bermotor melalui jalan yang

BS

memiliki kelas jalan yang lebih rendah dari kelas jalan yang diizinkan
dilalui oleh kenderaan tersebut

(2) Dilarang mengemudikan kendaraan bermotor barang tertentu yang

IT
.

bermuatan di luar jaringan lintas yang telah ditetapkan


10. Pasal 87

(1) Menteri dapat menetapkan larangan penggunaan jalan tertentu

untuk dilalui kendaraan.

(2) Larangan penggunaan jalan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus


dinyatakan dengan rambu-rambu sementara.

11. Pasal 93
(1) Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
disangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan
atau tanpa pemakai jalanlainnya, mengakibatkan korban manusia
atau kerugian harta benda.
(2) Korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dapat berupa:
a. korban mati;
b. korban luka berat;
Bab III Halaman - 19

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

c. korban luka ringan.


(3) Korban mati sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, adalah
korban yang dipastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
kecelakaan tersebut.
(4) Korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b,
adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacad tetap atau
harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak
terjadi kecelakaan.
(5) Korban luka ringan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c,
adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian ayat (3) dan

1.

Pasal 1

BS

PP No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi


..

4. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih


dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk penge-

IT
.

mudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan


bagasi.

..

3.5

TP

ayat (4).

7. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan


untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
..

2.

Pasal 2

(1) Kendaraan bermotor dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:


a. sepeda motor;
b. mobil penumpang;
c. mobil bus;
d. mobil barang;
e. kendaraan khusus.

Bab III Halaman - 20

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(2) Penggolongan lebih lanjut dari masing-masing jenis kendaraan


bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan
keputusan Menteri.
3.

Pasal 3

(1) Konstruksi dari kenderaan bermotor sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2, terdiri dari:
a. landasan yang meliputi rangka landasan, motor penggerak, sistem
pembuangan, penerus gaya, alat kemudi, sistem roda-roda, sistem
suspensi, sistem rem, lampu-lampu dan alat pemantul cahaya serta
b. badan kendaraan.
4.

Pasal 80

TP

komponen pendukung;

BS

(1) Badan kendaraan harus dirancang cukup kuat untuk menahan semua
jenis beban sewaktu kendaraan bermotor dioperasikan dan diikat
kukuh pada rangka landasannya.

(2) Panda bagian dalam kendaraan bermotor tidak boleh terdapat

5.

IT
.

bagian yang menonjol yang dapat membahayakan keselamatan.


Pasal 81

(1) Setiap ruang pengemudi dan ruang penumpang harus mempunyai


pintu masuk dan/atau pintu keluar.

(2) Pintu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pengancing pintu
harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibuka tanpa
disengaja.
(3) Engsel pintu samping, kecuali pintu sorong, pada sisi kendaraan
bermotor harus dipasang pada sisi pintu di sebelah depan menurut
arah kendaraan.

6.

Pasal 91

(1) Setiap mobil bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang


kurang dari 15 orang tidak termasuk pengemudi, harus mempunyai
sekurang-kurangnya satu pintu keluar dan/atau masuk penumpang
Bab III Halaman - 21

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

pada dinding kiri bagian depan atau belakang, yang lebarnya


sekurang-kurangnya 650 milimeter dan meliputi seluruh tinggi dinding.
(2) Setiap mobil bus yang dirancang untuk mengangkut penumpang
sebanyak 15 orang atau lebih, tidak termasuk pengemudi, harus mem
punyai sekurang-kurangnya:
a. satu pintu keluar dan/atau masuk yang lebarnya sekurang-kurang
nya 1.200 milimeter yang meliputi seluruh tinggi dinding; atau
b. dua pintu keluar dan/atau masuk untuk penumpang, terdiri dari:
1) satu pintu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1); dan
2) satu pintu lainnya ditempatkan pada dinding kiri dengan lebar

TP

sekurang-kurangnya 550 milimeter dan meliputi seluruh tinggi


dinding.

(3) Pintu keluar/masuk untuk penumpang sebagaimana dimakssud da-lam

BS

ayat (1) dan ayat (2) harus menjamin kemudahan penggunaannya


dan tidak terhalang.

(4) Anak tangga paling bawah dari pintu keluar/masuk penumpang


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) paling tinggi 350

IT
.

milimeter diukur dari permukaan jalan dan lebar sekurang-kurangnya


400 milimeter.

(5) Tangga pintu keluar/masuk penumpang yang dapat dilipat, harus

dikonstruksi sedemikian sehingga anak tangga selalu berada pada


tempatnya secara kukuh dan memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), jika pintu dibuka.

7.

Pasal 92

(1) Di samping pintu keluar/masuk penumpang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 91, setiap mobil bus harus pula mempunyai tempat keluar
darurat pada kedua sisinya.
(2) Jumlah tempat keluar darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
sekurang-kurangnya:
a. satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan-kiri, jika
muatannya tidak lebih dari 26 penumpang;

Bab III Halaman - 22

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

b. dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan-kiri, jika


muatannya antara 27 dan 50 penumpang;
c. tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara
51 dan 80 penumpang;
d. empat pintu keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih
dari 80 penumpang.

(6) Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding sam
ping kanan, harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki lebar sekurang-kurangnya 430 milimeter;

8.

Pasal 93

TP

b. mudah dibuka setiap waktu dari dalam.

(1) Tempat keluar darurat diberi tanda dengan tulisan yang menyatakan
keluar

membukanya.

darurat,

dan

penjelasan

BS

tempat

mengenai

tata

cara

(2) Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas

9.

IT
.

atau dilipat.
Pasal 127

(1) kendaran bermotor harus memenuhi ambang batas laik jalan, yang

meliputi:

a. emisi gas buang kendaraan bermotor;


b. kebisingan suara kendaraan bermotor;
c. efisiensi sistem rem utama;
d. efisiensi sistem rem parkir;
e. kincup roda depan;
f.

tingkat suara klakson;

g. kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama;


h. radius putar;
i.

alat penunjuk kecepatan

j.

kekuatan, unjuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing


jenis, ukuran dan lapisan;

k. kedalaman alur ban luar.


Bab III Halaman - 23

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(2) Untuk kendaraan-kendaraan tertentu sesuai peruntukannya, Menteri


dapat menetapkan ambang batas laik jalan kendaraan bermotor
selain yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Ketentuan

ambang

batas

laik

jalan

kendaraan

sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, ditetapkan dengan


Keputusan Pimpinan instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan setelah mendengar pendapat
Menteri.
(4) Keputusan laik jalan mengenai ambang batas laik jalan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) selain huruf a dan huruf b, diatur dengan

TP

Keputusan Menteri.
10. Pasal 128

(1) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan

BS

baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri maupun diimpor,


harus memenuhi persyaratan teknis ambang batas lain jalan sesuai
dengan peruntukkannya.

(2) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan dan kereta tempelan

IT
.

yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


diberikan pengesahan dan sertifikat tipe setelah lulus uji tipe.

11. Pasal 132

(1) pengujian kendaraan bermotor dilaksanakan dalam rangka menjamin


keselamatan, kelestarian lingkungan dan pelayanan umum.

(2) Pelaksanaan pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


merupakan tanggung jawab pemerintah.
(3) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi uji tipe dan
atau uji berkala.
12. Pasal 148
(1) Setiap kendaraan bermotor jenis mobil bus, mobil barang, kendaraan
khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c, d dan e,
kereta gandengan dan kereta tempelan, dan kendaraan umum yang
dioperasikan di jalan, wajib dilakukan uji berkala,
Bab III Halaman - 24

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(2) Masa uji berkala sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

berlaku

selama 6 (enam) bulan.


13. Pasal 211
(1) Untuk mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki surat
izin mengemudi.
(2) Surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibagi
dalam beberapa golongan:
a. golongan A, untuk mengemudikan mobil penumpang, mobil bus
dan mobil barang yang mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan tidak lebih dari 3.500 kg;

TP

b. golongan B I, untuk mengemudikan mobil bus dan mobil barang


yang mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500
kg;

BS

c. golongan B II, untuk mengemudikan tractor atau kendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan dengan
berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau kereta
gandengan lebih dari 1.000 kg;

IT
.

d. golongan C untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang


mampu mencapai kecepatan lebih dari 40 kilometer per jam;
e. golongan D, untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang

dengan kecepatan tidak lebih dari 40 kilometer per jam.

14. Pasal 212

(1) Untuk mengemudikan kendaraan umum, harus memiliki surat izin


mengemudi umum yang sesuai untuk hgolongannya, yaitu:
a. A Umum untuk golongan A;
b. B I Umum untuk golongan B I;
c. B II Umum untuk golongan B II.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku untuk
pengemudi yang mengemudikan sendiri kendaraan umum yang
disewanya.

Bab III Halaman - 25

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

15. Pasal 216


Pemberian surat izin mengemudi sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan oleh pelaksana
penerbitan surat izin mengemudi kendaraan bermotor satuan lalu lintas
Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya di dalam
Peraturan

Pemerintah

ini

disebut

pelaksana

penerbitan

surat

izin

mengemudi.
16. Pasal 217

(2) Untuk mendapatkan surat izin mengemudi golongan A umum, B I

TP

umum dan B II umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 212 ayat


(1), harus dipenuhi persyaratan:

a. memiliki surat izin mengemudi:

BS

1) golongan A untuk memperoleh golongan A Umum;


2) golongan A Umum atau B I untuk memperoleh golongan B I
Umum;

3) golongan B I Umum atau B II untuk memperoleh golongan B II

IT
.

Umum.

b. mempunyai pengalaman mengemudikan kendaraan bermotor


sesuai dengan golongan Surat Izin mengemudi yang dimiliki

sekurang -kurangnya 12 (dua belas) bulan;

c. memiliki pengetahuan mengenai:


1) pelayanan angkutan umum;
2) jaringan jalan dan kelas jalan;
3) pengujian kendaraan bermotor;
4) tata cara mengangkut orang dan/atau barang.

17. Pasal 240


(1) Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan di jalan,
perusahaan angkutan umum wajib mematui ketentuan mengenai
waktu kerja dan waktu istirahat bagi pengemudi kendaraan umum.
(2) Waktu

kerja

bagi

pengemudi

kendaraan

umum

sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) adalah 8 (delapan) jam sehari;


Bab III Halaman - 26

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(3) Pengemudi kendaraan umum setelah mengemudikan kendaraan


selama 4 (empat) jam berturut-turut harus diberikan istirahat sekurangkurangnya setengah jam.

3.6

Tinjauan Literatur

3.6.1

Transportasi dan masyarakat


Menurut pendapat beberapa ahli di bidang ini, diantaranya Michael J
Bruton (1993), transpor diperlukan untuk membuat masyarakat menjadi
lebih berfungsi. Ia (transpor) mempengaruhi lokasi dan jarak antara
kegiatan yang produktif dan tidak produktif. Ia juga mempengaruhi lokasi

TP

pemukiman penduduk; mempengaruhi jarak dan penyediaan barang


dan jasa yang diperlukan. Satu hal yang tidak dapat disangkal bahwa, ia
juga mempengaruhi kualitas hidup manusia (Transport is essential to the
functioning of any society. It influence the location and range of

BS

productive and leisure activities; it effects the location of residence; it


influences the range and provision of goods and services available for
consumption. It inevitably influences the quality of life).
Lebih jauh Bruton (1993) berpendapat, sudah merupakan kesepakatan

IT
.

umum, bahwa pembangunan dalam tata kehidupan masyarakat dapat


mempunyai hubungan (korelsi) sangat dekat dengan temuan teknologi
transpor baru ataupun teknologi transpor yang disempurnakan (Indeed, it

has been argued that development in society can be closely correlated


with the introduction of new or improv- ed transport technology). Jauh
sebelumnya bahkan seorang penulis lain (Holmes, E.H, 1965) menyatakan
bahwa kecepatan laju pertumbuhan ekonomi AS pada dekade awal
abad ini (maksudnya abad ke 20) mungkin adalah akibat langsung dari
kebangkitan sistem transpor sebagai salah satu wujud introduksi teknologi
baru ( the rapid growth in the economy for the USA in the early
decade of this century was, probably, a direct result of the expansion of
the transport system arising in part from the introduction of new
technology).
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan para ahli di atas, Edward K.
Morlok (1975) menyatakan bahwa kemajuan di bidang transportasi
memicu kemungkinan perubahan cara hidup manusia termasuk cara
Bab III Halaman - 27

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

mereka diorganisasikan; dan, karena itu, transportasi juga mempengaruhi


pertumbuhan peradaban manusia Di atas segalanya, keberadaan
infrastruktur transportasi yang baru atau yang disempurnakan, membuka
kemungkinan bagi berbagai kegiatan pembangunan dilakukan; bukan
sekedar ditentukan dimana transportasi tersebut berada (.. advances in
transport have made possible changes in the way we live and the way in
which societies are organised, and thereby have influenced the development of civilisation.
3.6.2

Perjalanan dan Trip


Berdasarkan pendapat sejumlah ahli, meskipun perjalanan dan trip tidak

TP

dapat dipisahkan, tetapi diantara keduanya ada perbedaan. Menurut


Swardjoko Warpani (1990), perjalanan adalah proses perpindahan (orang
atau barang) dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tersebut

BS

dilakukan untuk tujuan menikmati kegiatan perjalanan itu sendiri atau


karena ada maksud tertentu. Pendapat tersebut mudah difahami karena
permintaan jasa perjalanan adalah derived demand atau permintaan
turunan; artinya demand tersebut terjadi karena konsumen mempunyai

IT
.

kepentingan untuk berada di tempat lain.

Sedangkan trip menurut Creighton (1970) adalah pergerakan orang atau


barang antara dua tempat kegiatan yang terpisahkan karena dirasakan

perlu mempertemukan kegiatan perorangan atau kelompok, misalnya

(perdagangan, pemerintahan) di dalam masyarakat. Dari pandangan


kedua ahli ini, dapat dikatakan bahwa perjalanan merupakan bagian dari
trip.

3.6.3 Lalu Lintas dan Angkutan


Menurut Blunden (1971) lalu lintas ialah kegiatan lalu lalang orang dan
/atau kendaraan; sedangkan angkutan atau transpor merupakan usaha
memindahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain.
Karena itu, kata beliau pula, lalu lintas adalah medium kegiatan, akibat
daripada gabungan potensi tata guna lahan dihadapkan kemampuan
angkutan.

Bab III Halaman - 28

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Ciri-ciri khusus angkutan.


Berangkat dari sudut pandang ekonomi, Michael J. Bruton (1993) melihat
ada tiga ciri transportasi yang menonjol; masing-masing adalah:
a. Pertama
Permintaan angkutan adalah derived demand. Karena itu, angkutan
atau transportasi mempunyai kaitan erat dengan industri, pertanian,
perdagangan dan ekonomi suatu negara maupun daerah. Contoh:
1) ketika produksi meningkat, semakin besar volume barang yang
perlu diangkut;
2) peningkatan produksi memperluas wilayah sumber bahan baku &
tentu saja juga pemasaran;

TP

3) peningkatan kegiatan ekonomi, mengikutsertakan peningkatan


mobilitas.
b. Kedua

BS

Ketika supply jasa angkutan lebih besar berbanding demand, maka


kelebihan jasa yang tersedia tidak dapat disimpan atau digudangkan
di dalam gudang persediaan pada produksi barang (perishable).
c. Ketiga

IT
.

Karena pengangkutan merupakan satu sub sistem dari total sistem


distribusi penumpang maupun barang maka, kegagalan atau ketidak
akuratan dukungan sub-sistem yang lain dapat mengakibatkan sub

3.6.4

sistem yang lain tadi menjadi mubazir.

Produsen dan konsumen

Dari uraian yang diungkap pada bagian sebelum ini dapat kita katakan
bahwa

pengangkutan merupakan mata rantai yang menghubungkan

dua kegiatan atau lebih. Pengangkutan berfungsi sebagai jembatan yang


menghubungkan produsen dengan konsumen; meniadakan jarak antara
keduanya. Jarak di sini, dapat dinyatakan melalui satuan waktu ataupun
jarak dalam arti geografi.
Jarak waktu (time utility) berarti produk yang dihasilkan hari ini dan di
tempat ia diproduksi; mungkin besok, minggu depan, atau bulan depan.
transpor akan membawa barang tsb ke lokasi gudang yang mampu
mencegah barang tersebut rusak. Lebih jauh, angkutan memungkinkan
Bab III Halaman - 29

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

barang yang diproduksi di suatu tempat; digunakan oleh masyarakat atau


industri di tempat lain yang lebih memerlukan (place utility).

Total cost of commodity and its relationship to


place utility
Cost, price
F

F Old system
Price at A plus
transport cost

Maximum price consumers

E Wil pay at B

G Improved system

Threshold transport cost

Price of commodity at A
Where it originates

TP

Distance

Sumber: Michael Bruton, 1993:28

BS

Gambar 3.3 Grafik hubungan antara total produksi oleh masyarakat di


tempat yang lebih memerlukan

IT
.

Differential effect of transport improvements on


two production centres
Cost, price

Old transport costs

T
J

P
O
D

V
C
L

T
J

P
O

Improved transport costs

L
Production
cost at A

Production
cost at K

Distance
K

Sumber: Michael Bruton, 1993:29

Gambar 3.4 Garfik Perbedaan kemajuan antara dua produksi pada satu titik
A. Metodologi perencanaan transpor
Secara teoritis, Warpani 1990 menyarankan 3 (tiga) langkah dasar yang
perlu digunakan dalam rangka perencanaan sistem transpor sekaligus
penempatan tata guna lahan di masa depan. Langkah pertama adalah
Bab III Halaman - 30

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

pengumpulan data; langkah kedua, pengembangan tata hubungan;


dan, langkah ketiga, perhitungan arus lalu lintas di masa depan; terdiri
atas bangkitan arus lalu lintas; pembagian lalu lintas; pencaran/pilihan
moda dan, pembebanan lalu lintas.
Metodologi Perencanaan Transpor
Pengumpulan data

Usulan sistem
transpor di
masa depan

Perhitungan arus lalin di


masa depan:
Bangkitan arus lalin
Pembagian lalin
Pencaran / pilihan moda
Pembebanan lalin

Penempatan
guna lahan di
masa depan

Pengembangan tata hubungan

TP

Evaluasi terhadap usulan


sistem Transpor di masa depan

BS

Sumber: Suwardjioko W arpani, 1990

Gambar 3.5 Metodologi Perencanaan Transport


B. Variabel bangkitan perjalanan

Riza Atiq (1994) menyepakati bahwa jumlah perjalanan orang bepergian

IT
.

ke sesuatu zona dipengaruhi oleh intensitas tata guna lahan (land use)
dan aktivitas ekonomi tempatan (lokal). Pendapat ini nampaknya sejalan
pula dengan pandangan Dicky (1983); Meyer & Miller (1994) dan Black

(1995). Berangkat dari pendapat di atas maka, variabel atau parameter


yang banyak digunakan oleh para ahli untuk menaksir jumlah perjalanan
pada satu kawasan hunian biasanya adalah:
a. pendapatan keluarga;
b. kepemilikan kendaraan; dan
c. ukuran keluarga (familiy size)
Selain itu, data mengenai kegiatan maupun intensitas tata guna lahan,
biasanya digunakan sebagai peubah untuk membuat perkiraan atau
proyeksi besar atau kecilnya frekuensi perjalanan ke dan dari zona yang
berbeda. Kembali menurut Warpani (1990), intensitas tata guna lahan
pada masing-masing zona dapat diukur melalui dua angka banding,
dengan rumus:

Bab III Halaman - 31

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(1) Angka banding dasar bangunan

ABDB

LDB

LPL

(2) Angka banding lantai bangunan

ABLB

LLB

LPL

Dimana, dalam persamaa di atas:


ABDB = Angka banding dasar bangunan
LDB

= Luas dasar bangunan

LPL

= Luas petak lahan

ABLB = Angka banding lantai bangunan


= Luas lantai bangunan

C. Penaksiran bangkitan lalu lintas

TP

LLB

BS

Secara umum, perencanaan trasportasi merupakan suatu proses yang


sangat rumit. Mengkorelasikan antara satu segi kehidupan dengan segi
yang lain. Untuk menyederhanakan dan mempersempit persoalan, biasa
nya kupasan perencanaan, dibatasi hanya pada kajian fisik, sosial dan

IT
.

ekonomi saja. Menaksir dan memperkirakan adalah salah satu bagian dari
mata rantai proses perencanaan. Karena perencanaan dibuat untuk
masa depan maka, usaha mengetahui keadaan masa depan menjadi

bagian yang sangat penting. Makin tepat taksiran ke masa depan, akan
makin baik pula rencana yang disusun.
Karena pekerjaan menaksir dan membuat prakiraan adalah pekerjaan
cukup rumit maka untuk menyederhanakan pekerjaan tersebut, ilmu
pengetahuan mengembangkan bermacam cara, baik kualitatif maupun
kuantitatif dengan menggunakan model-model matematika.
Pengertian lalu lintas
Menurut Bruton (1985), lalu lintas pada dasarnya merupakan pertemuan
fungsi dari tiga faktor, yaitu:
a. pola tata guna lahan dan perkembangan daerah;
b. ciri khas sosio-ekonomi ari para pelaku lalu lintas di daerah yang
bersangkutan; dan,
c. sifat, jangkauan dan daya tampung sistem transpor yang ada.
Bab III Halaman - 32

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Di sisi lain, Alan Black (1985) mengkatagorikan ketiga fungsi dimaksud


sebagai determinan atau faktor penentu bangkitan perjalanan.
Pengertian Bangkitan Lalu-Lintas
Bangkitan lalu lintas adalah jumlah lalu lintas yang ditimbulkan oleh suatu
zona atau daerah per satuan waktu. Dalam konteks perkotaan, jumlah lalu
lintas sangat bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab lalu lintas
ialah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan berhubungan dan mengangkut barang kebutuhannya.
Pada pandangan Warpani (1990), kepadatan arus lalu lintas pada suatu
zona, dapat dibentuk oleh 3 (tiga) hal, yaitu:
a. Tambahan wajar.

TP

Pada keadaan ini, tambahan jumlah perjalanan yang terjadi pada


zona tersebut semata-mata dipengaruhi oleh faktor pertambahan
penduduk lokal seperti kelahiran, urbanisasi termasuk, perpindahan

BS

penduduk dari zona lain; maupun, karena adanya pertambahan


jumlah kendaraan.
b. Bangkitan.

Berkembangnya kepentingan atau kebutuhan hidup penduduk

IT
.

akibat terjadinya pertambahan kesempatan bagi penduduk yang


bersangkutan untuk melakukan perjalanan.
c. Perkembangan.

Termasuk dalam katagori perkembangan di sini adalah pengaruh


pembukaan jalan jalan baru, lokasi lapangan kerja baru seperti
pabrik, perkantoran pusat-pusat bisnis dan lain sebagainya.
Potensi Kepadatan Lalin pada Suatu Zona

Volume lalu lintas

Jumlah lalin
Perkembangan
Bangkitan
Tambahan wajar

Lalu lintas yang ada pada jalan lama

Tahun pengamatan

20 tahun kemudian

Gambar 3. 6 Grafik Potensi Kepadatan Lalu lintas pada Suatu Zona


Bab III Halaman - 33

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

D. Peubah bangkitan lalu lintas


Tinjauan literatur membahas peubah (variabel) bangkitan lalu lintas atau
bangkitan perjalanan bertumpukan pada pendapat dua orang ahli yaitu
B. Martin et al (1966) dan Michael J Bruton (1993).
a. Menurut B. Martin et al (1966), faktor penentu bangkitan lalu lintas
adalah:
Maksud perjalanan;
Penghasilan keluarga;
Kepemilikan kendaraan;
Guna lahan tempat asal;
Jarak dari Pusat Kegiatan Kota;

TP

Jarak perjalanan;

Moda perjalanan;

Penggunaan kendaraan;

BS

Guna lahan tempat tujuan;


Waktu

Perbedaan diantara kesembilan indikator yang diungkap Martin B


et al (1966) di atas dapat diterangkan secara rinci dan satu per satu

IT
.

seperti di bawah ini.

1) Maksud perjalanan.

Maksud perjalanan adalah ciri khas sosial perjalanan. Orang-

orang yang melakukan perjalanan bersama dalam suatu


kendaraan umum boleh jadi mempunyai tujuan (destinasi) yang
sama,

tetapi

maksud

perjalanan

orang-seorang

mungkin

berbeda.
2) Penghasilan keluarga.
Faktor penghasilan keluarga mempunyai ciri khas lain, terkait
dengan perjalanan seseorang. Peubah ini adalah kontinu dan
mempunyai

kaitan

erat

dengan

jenis

kendaraan

yang

digunakan. Semakin besar penghasilan keluarga; semakin besar


kemungkinan keluarga tersebut menggunakan kendara-an
pribadi.

Bab III Halaman - 34

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

3) Pemilikan kendaraan
Ciri khas peubah yang ketiga ini juga adalah kontinu. Variabel
ini mempunyai kaitan erat dengan perjalanan perorangan
(keluarga), juga dengan kerapatan penduduk, penghasilan
keluarga dan jarak dari Pusat Kegiatan Kota.
4) Guna lahan tempat asal.
Faktor ini adalah ciri khas fisik. Keran guna lahan di tempat asal
tidak sama maka peubah ini tidak kontinu meski tingkat
kepadatan pengguna lahan bersifat kontinu. Kajian ini sangat
baik untuk mempelajari kepadatan lalu lintas akibat adanya
kegiatan, selama ia terukur, konstan, dan dapat diramalkan.

TP

5) Jarak dari Pusat Kegiatan Kota.

Faktor jarak merupakan peubah kontinu yang berlaku bagi lalu


lintas orang maupun kendaraan. Faktor ini juga berkaitan erat

BS

dengan kepadatan penduduk dan pemilikan kendaraan.


6) Jarak Perjalanan

Peubah ini juga bersifat kontinu, bergantung pada macam


sarana yang digunakan. Faktor ini mempunyai kaitan erat

IT
.

dengan peruntukan lahan dan meminimumkan jarak & biaya


bagi lalu lintas orang maupun kendaraan

7) Moda perjalanan

Peubah ini sering digunakan untuk mengelompokkan macam


perjalanan. Ia termasuk dalam ciri khas fisik tidak kontinu dan
merupakan fungsi dari peubah lain. Setiap moda mempunyai
beberapa keunggulan khusus di samping (juga) kekuarangan.

8) Penggunaan kendaraan
Peubah ini merupakan fungsi yang terkait dengan tujuan
perjalanan, penghasilan keluarga, pemilikan kendaraan dan
jarak ke PKK. Lazimnya penggunaan kendaraan dinyatakan
dengan jumlah (banyaknya) orang per kendaraan.
9) Guna lahan di tempat tujuan
Faktor guna lahan di tempat tujuan adalah ciri khas fisik yang
pada hakikatnya sama dengan penjelasan yang terkait dengan
guna lahan di tempat asal.
Bab III Halaman - 35

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

10) Waktu
Waktu adalah peubah kontinu. Skala waktu harus dipelajari
tidak hanya dalam satuan tahun, bulan atau minggu. Tetapi
juga hari bahkan, jam. Prosedur umum adalah menentukan
volume lalu lintas dalam waktu 24 jamselama hari kerja dan,
menentukan presentasi volume lalu lintas tertentu pada jam
padat.
b. Berbeda dengan pendapat B. Martin yang diuraikan di atas, M.J
Bruton

(1993),

menyederhanakan

susunan

faktor

yang

mempengaruhi bangkitan perjalanan dalam 3 (tiga) kelompok saja,


yaitu:

TP

Faktor-faktor tata guna lahan (land-use factors);


Faktor perumahan (the home);

Faktor-faktor lain (other factors influencing trip generation);

BS

Penjelasan terkait dengan ketiga faktor di atas dapat diterangkan


sebagai berikut.

1) Faktor tata guna lahan.

Kata Bruton (1993), tata guna lahan adalah instrumen paling

IT
.

sederhana digunakan sebagai alat ukur untuk mengklasifikasi


bangkitan perjalanan. Perbedaan kegunaan tanah akan meng
hasilkan karakteristik bangkitan perjalanan yang juga berbeda.

Lahan-lahan yang digunakan untuk tempat membangun pusat


perbelanjaan atau pusat perkantoran, menghasilkan bangkitan
perjalanan lebih besar ketimbang tanah kosong.

2) Faktor perumahan.
Parameter yang banyak digunakan oleh para ahli untuk kajian
faktor perumahan antara lain, adalah: family size; motor vehicle
ownership; types of dwelling unit; occupied residents; and famili
income.
3) Faktor lain.
Termasuk kategori faktor lain, menurut Riza Atiq (1994), adalah
hal-hal di luar kedua faktor di atas yang dipandang dapat
memberi kontribusi signifikan kepada pembentukan bangkitan

Bab III Halaman - 36

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

perjalanan (trip generation); yang dalam hal ini, mencakup


tarikan perjalanan dan keluaran perjalanan (trip distribution).
E. Distribusi perjalanan
Terkait dengan kajian distribusi perjalanan (trip distribution), Bruton (1993)
menjelaskan bahwa trip distribution, or in American terminology interzonal
transfer, is that part of the transportation planning process which relates a
given number of travel origins for every zone of the area under study, to a
given number of travel destinations located within the other zones of the
area. Dari memahami pendapat yang dikemukakan Bruton (1993) di atas,
kita dapat mengidentifikasi bahwa studi Perencanaan Teknis Penyusunan

TP

Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (BSH dan PTP) ini,


adalah identik dengan kajian distribusi perjalanan. Artinya kajian ini akan
dikembangkan dari pengamatan terhadap jumlah titik awal perjalanan

BS

(the number of travel origin) yang ada di dalam area studi dan, jumlah titik
tujuan perjalanan (the number of travel destination) yang ada di dalam
area studi.

Pandangan Bruton (1993) agaknya, sejalan dengan pendapat Warpani

IT
.

(1990) yang menyatakan bahwa tujuan utama menaksir lalu lintas antar
zona adalah untuk mendapat gambaran bagaimana seluruh perjalanan
yang berasal dari setiap zona asal terbagi ke semua zona tujuan. Setelah

hal itu diketahui, dapat diambil langkah-langkah kebijaksanaan untuk


mempengaruhi atau mengubah pembagian yang tidak dikehendaki,
atau merancang jaringan jalan (pelayanan) guna menampung taksiran
volume perjalanan tersebut di atas.
Secara garis besar ada dua kelompok prosedur matematik yang sering
digunakan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi perjalanan,
yaitu:
(1) Analogous or growth factor method.
Di sini faktor pertumbuhan yang terjadi di masa lampau, digunakan
untuk menghitung perjalanan antarzona di masa yang akan datang.
(2) Synthetic or inter-area travel formulae.
Formula ini bertumpu pada pemahaman atas hubungan kausal yang
mendorong terjadinya pola gerakan perjalanan.
Bab III Halaman - 37

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 4
Metode Pengumpulan Data

4.1 TAHAPAN SURVEY


Tahap Persiapan
Kegiatan pokok yang dilakukan peneliti pada tahap ini ialah meliputi:

TP

1. Review metodologi

Metodologi yang sudah disusun, di-review dan diperbaiki di sana sini


sehingga semua tahap dapat dilaksanakan dengan baik.

BS

2. Review program dan penjadwalan pekerjaan

Penjadwalan pekerjaan dikaji ulang sebelum masuk kedalam tahap


pelaksanaan, sehingga semua pekerjaan yang telah diprogramkan
terlaksana sesuai dengan jadwal.

IT
.

3. Persiapan survey

Tahap-tahap persiapan survey antara lain :


a. Penentuan lokasi survey

Lokasi survey dilakukan di dua tempat yaitu Bandara Soekarno

Hatta dan pelabuhan Tanjung Priok.

b. Penentuan waktu pelaksanaan survey

Persiapan Survey
Survey dilakukan berbasis wawancara terstruktur yang dilakukan pada
responden di lapangan untuk mendapatkan informasi menurut daftar
pertanyaan yang telah disiapkan. Hal yang sama juga dilakukan untuk
keperluan

servey

preferensi.

Perbedaannya

terletak

pada

bentuk

pertanyaan. Di dalam pelaksanaan survey preferensi, para responden diberi


ruang untuk mengungkap keinginan mereka sehingga maksud dan tujuan
studi ini mengena pada sasaran yang diprogramkan.

Bab IV Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Adapun alat perlengkapan yang diperlukan pada masing-masing pos


survey adalah:
a. Alat tulis
b. Clip board
c. Formulir survei
d. Surat tugas dan tanda pengenal
Contoh form survey untuk wawancara angkutan pemadu moda di Bandara
Soekatta, tertera pada Gambar 4.1.
Pelaksanaan Survey
a. Seperti telah diungkapkan pada bagian sebelum ini, pelaksanaan
1)

TP

survey di:

Bandara Soekatta, menggunakan 4000 responden dengan 28


orang surveyor, yang disebar secara proporsional pada 7 (tujuh)

BS

pintu kedatangan dan keberangkat terminal 1A; 1B; 1C; 2D; 2E; 2F
dan terminal 3.
2)

Pelabuhan Tg Priok, menggunakan 1000 responden dengan 4 orang


surveyor, yang ditempatkan masing-masing 2 orang pada pintu

IT
.

kedatangan dan 2 orang pada pintu keberangkatan.


b. Guna memungkinkan penelitian ini memperoleh jumlah responden
yang telah ditetapkan maka, durasi survey direncanakan sebagai

berikut:
1)

Bandara Soekatta, selama 7 (tujuh) hari termasuk hari libur

2)

Pelabuhan Tg Priok, selama 3 (tiga) hari termasuk hari libur

Analisis Survey
Setelah melakukan survey lapangan dan kepustakaan maka, pada tahap
berikutnya dilakukan analisis hasil survey, meliputi:
a. Tahapan Pemodelan
Dari hasil survai volume lalu lintas, akan dilakukan pemodelan
transportasi untuk mendapatkan bangkitan dan tarikan perjalanan
(eksisting) sebelum pengoperasian angkutan tambahan pemadu moda
maupun, perkiraan setelah tambahan angkutan pemadu moda
dioperasikan.
Bab IV Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

b. Melakukan analisis hasil survey untuk mendapatkan gambaran pola


pelayanan angkutan pemadu moda di Jabotabek
c.

Menyusun pola pelayanan pemadu moda mencakup jaringan dan


rute, headway, frekuensi, jenis kendaraan yang digunakan, pentarifan,

IT
.

BS

TP

dan waktu operasi yang terintegrasi pada masing-masing moda.

Bab IV Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

DEPARTEMEN

PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


SATUAN KERJA BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN

PEKERJAAN : PERENCANAAN TEKNIS PENYUSUNAN POLA PELAYANAN ANGKUTAN PEMADU MODA DI


JABOTABEK (BANDARA SOEKARNO-HATTA DAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK)
FORMULIR ISIAN SURVEI WAWANCARA
POLA PERJALANAN ORANG DARI DAN KE AIRPORT
Lokasi Survei
Nama Surveyor

Hari / Tanggal

Waktu

I. Identitas Responden
(1) Nama *

(2) Pekerjaan

(3) Telepon

(4) Alamat

Wanita

Pria
* boleh tidak diisi jika atas permintaan responden
01

) Pegawai Negeri

05

) Pelajar/Mahasiswa

02

) Profesional/Dokter/Akuntan/Notaris/Engineer

06

) Ibu Rumah Tangga

03

) Karyawan Swasta

07

) Tidak Bekerja

04

) Wiraswasta

08

) Lainnya, sebutkan .

Jl.

(5) Latar Belakang Pendidikan :


01

) SD / Sederajat

05

) Sarjana / Strata 1

02

) SMP / Sederajat

06

) Pasca Sarjana

03

) SMA / SMU / Sederajat

07

) Lainnya, sebutkan .

04

) Diploma 1

II. Asal Perjalanan


Jl.

(6) Alamat Asal Perjalanan :

** asal perjalanan,misalnya dari rumah dll

TP

**

Lama Perjalanan . menit

Zona * :

II. Tujuan Perjalanan


Jl.

BS

(7) Alamat Tujuan Perjalanan :

** Tujuan perjalanan,misalnya ke rumah dll


Lama Perjalanan . menit

**

Zona * :

III. Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda :

01 (

) Kendaraan Pribadi

(19) Berapa waktu tempuh perjalanan anda dari dan ke airport?

01 (

) < 1 jam

IT
.

(18) Anda dari dan ke airport menggunakan kendaraan apa?

02 (
02 (

) 1 - 2 jam

02 (

) Tidak

) Angkutan Umum
03 (

) > 2 jam

(20) Berapakah biaya transportasi yang Anda keluarkan untuk perjalanan dari dan ke airport?
01

) < 20.000

03

) 51.000 - 100.000

02

) 20.000 - 50.000

04

) > 100.000

01 (

(21) Pilihan terhadap Pemadu Moda Bandara

) Ya

(22) Tarif yang pantas pada pemadu moda bandara untuk wilayah Jabotabek
01

) 20.000 - 50.000

02

) 51.000 - 100.000

03

) > 100.000

(23) Tarif yang pantas pada pemadu moda bandara untuk wilayah diluar Jabotabek
01

) 50.000 - 100.000

02

) 100.000 - 150.000

03

) > 150.000

(24) Ekspetasi utama terhadap Pemadu Moda Bandara


01

) Tarif

02

) Ketepatan Waktu

03

) Keamanan

04

) Kenyamanan

Kode

Nama Zona

Kode

Nama Zona

BANTEN

C.5

Karawang

B. 1

Cilegon

C.6

Purwakarta

B.2

Rangkas Bitung

C.7

Cikampek

B.3

Pandeglang

C.8

Bandung

B.4

Serang

C.9

Sukabumi

B.5

Tangerang

C.10

Cianjur

DKI JAKARTA

C.11

Ciamis

A.1

Blok M

C.12

Garut

A.2

Lebak Bulus

C.13

Tasikmalaya

A.3

Pasar Minggu

C.14

Kuningan

A.4

Gambir

C.15

Subang

A.5

Tanjung Priok

C.16

Sumedang

A.6

Grogol

C.17

Majalengka

A.7

Rawamangun

C.18

Indramayu

A.8

Kemayoran

C.19

Cirebon

A.9

Kampung Rambutan

JAWA TENGAH

JAWA BARAT

D.1

Brebes

C.1

Bekasi

D.2

Tegal

C.2

Cikarang

D.3

Purwokerto

C.3

Depok

Jawa Tengah dan Sekitarnya

C.4

Bogor

Jawa Timur dan Sekitarnya

Gambar 4.1 Contoh Form Survey Wawancara Pemadu Moda Bandara


Bab IV Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

4.2

METODE PENGUMPULAN DATA

A. POPULASI PENGGUNA BANDARA SOEKATTA & PELABUHAN TG PRIOK


Populasi penumpang per hari
Jumlah sampel
Teknik Menghimpun Data:
1.

Survey penumpang pengguna jasa pesawat udara diselenggarakan di


Bandara Soekarno - Hatta; sedangkan servey penumpang kapal laut
dilakukan di Dermaga Kapal Penumpang pada Pelabuhan Indonesia II
Tanjung Priok.

TP

2. Bentuk survey adalah wawancara preferensi terstruktur guna mengetahui


potensi peralihan moda (modal split) dari kendaraan pribadi dan
angkutan jalan lainnya ke jenis angkutan pemadu moda yang dilakukan
para pengguna jasa angkutan udara dari dan ke Bandara Soekarno -

BS

Hatta maupun oleh para pengguna jasa angkutan laut dari dan ke
Pelabuhan Tanjung Priok.

3. Ukuran sampel (sample size)

a. Jumlah rerata populasi penumpang pesawat udara melalui Bandara

IT
.

Soekarno - Hatta per hari dalam tahun 2008 ialah 96.318 orang; sedang
populasi penumpang kapal laut melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada
tahun 2008 adalah 575.496 per tahun atau rerata 1.577 orang per hari.

b. Bertolak dari jumlah populasi di atas dan, dengan mempedomani


pagu yang disarankan melalui beberapa literatur standar, jumlah
sampel (sample size) pada masing-masing titik lokasi survey untuk taraf
kesalahan = 0.01 (1%) adalah:
1) Bandara Soekarno Hatta, sebesar 658 responden yang tersebar
secara proporsional melalui 7 (tujuh) pintu kedatangan dan
keberangkat pada terminal 1A; 1B; 1C; 2D; 2E; 2F dan terminal 3.
2) Pelabuhan Tanjung Priok, sebesar 460 responden yang tersebar
melalui

(satu)

pintu

kedatangan

dan

(satu)

pintu

keberangkatan.
c. Meskipun demikian, sesuai kesepakatan rapat Tim Pendamping Dit BSTP
dan Dit LLAJ Ditjen Perhubungan Darat dan Konsultan, ukuran sampel
pada penelitian ini ditetapkan, masing-masing:
Bab IV Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

1) Bandara Soekarno Hatta sebesar: 4.000 responden


2) Pelabuhan Tanjung Priok sebesar: 1.000 responden
d. Guna memungkinkan penelitian ini memperoleh jumlah responden
yang telah ditetapkan maka, durasi survey diprogramkan, sebagai
berikut:
1) Bandara Soekarno - Hatta, selama 7 (tujuh) hari termasuk hari libur.
2) Pelabuhan Tanjung Priok, selama 3 (tiga) hari termasuk hari libur
4. Jumlah tenaga surveyor
a. Jumlah surveyor di Bandara Soekarno - Hatta adalah 28 orang;
ditempatkan secara proporsional pada semua pintu keberangkatan
dan kedatangan disesuaikan dengan kepadatan rerata penumpang

TP

hari pada terminal yang bersangkutan, masing-masing sebagai berikut.


Tabel 4.1 Sebaran Surveyor di Bandara Soekarno - Hatta
Surveyor (orang)

1B

BS

Pintu

1C

2D

2E

2F

(Terminal)

Keberangkatan

Jumlah

IT
.

1A

Kedatangan

Jumlah:

28

b. Jumlah surveyor di Pelabuhan Tanjung Priok ialah 4 (empat) orang,


dengan sebaran 2 (dua) orang pada pintu kedatangan dan 2 (dua)
orang pada pintu keberangkatan. Waktu penugasan diatur sesuai
dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal.

Bab IV Halaman - 6

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

B. KUESIONER PENGGUNA JASA ANGKUTAN JALAN UNTUK PENUMPANG


ANGKUTAN UDARA DAN ANGKUTAN LAUT
Pengguna jasa angkutan jalan dari / ke Bandara Soekatta
Pengguna jasa angkutan jalan dari / ke Pelabuhan Tg Priok
Teknik Menghimpun Data:
1. Menyusun dan menetapkan zona-zona tujuan dan, (juga adalah) zonazona asal perjalanan responden, dimana Bandara Soekarno - Hatta
dianggap sebagai zona tarikan (pengumpul) perjalanan sekaligus zona
keluaran (distribusi) perjalanan untuk pelayanan perjalanan dengan
sarana angkutan jalan dari Bandara dan/atau ke Bandara Soekarno

TP

Hatta.

2. Menyusun dan menetapkan zona-zona tujuan dan, (juga adalah) zonazona asal perjalanan responden, dimana Pelabuhan Tanjung Priok

BS

dianggap sebagai zona tarikan (pengumpul) perjalanan sekaligus zona


keluaran (distribusi) perjalanan untuk perjalanan dengan sarana angkutan
jalan dari Pelabuhan dan/atau ke Pelabuhan Tanjung Priok.
3. Penentuan zona asal dan atau tujuan perjalanan responden dari dan ke

IT
.

Bandara Soekarno - Hatta atau dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok


dibatasi pada Provinsi DKI Jakarta; Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat dan
Provinsi Jawa Tengah bagian Barat atau, maksimum kota kota di Jawa

Tengah dalam radius separuh jarak kilometer dari Bandara Soekarno Hatta atau Pelabuhan Tg Priok ke Bandara Ahmad Yani atau Pelabuhan
Tg Emas, Semarang.

4. Adapun pilihan zona-zona asal dan tujuan perjalanan yang dilakukan


responden dengan angkutan jalan, tertera di dalam tabel di bawah ini.

Bab IV Halaman - 7

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 4.2 Zona Asal dan Tujuan


Perjalanan Responden dengan Angkutan Jalan dari dan ke Bandara
Soekarno - Hatta dan/atau Pelabuhan Tg Priok
No

Kode

Provinsi

Huruf

Lokasi
Stasiun KA

DKI Jakarta

2.

A2

3.

A3

4.

A4

Tangerang

1.

B1

Serang

2.

B2

Merak

3.

B3

dst

4.

B4

Bekasi

1.

C1

Bogor

2.

C2

Depok

3.

C3

Sukabumi

4.

C4

Cirebon

5.

C5

dst

6.

C6

Tegal

1.

D1

Banyumas

2.

D2

Dst

3.

D3

Semarang

1.

E1

Solo

2.

E2

Yogyakarta

3.

E3

Surabaya

4.

E4

Dst

5.

E5

Rawamangun

BS

Jawa

4.

Jawa Barat

5.

IT
.

3.

TP

dst

Banten

Tengah

Lain-lain
(ring luar)

Zona

A1

Blok M

2.

Angka
1.

Gambir
1.

Kode

5. Pelaksanaan survey O-D untuk sampel penumpang angkutan udara


dipusatkan di Bandara Soekarno - Hatta dengan target minimum 4.000
selama 7 (tujuh) hari berturut turut termasuk hari libur. Sedang sampel
penumpang angkutan laut dipusatkan di Pelabuhan Tg Priok dengan

Bab IV Halaman - 8

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

target minimum sampel sebesar 1.000 selama 3 hari bertutur-turut termasuk


hari libur.
6. Selain menghimpun data yang dimaksud butir 4, survey ini juga akan
mencatat data atau informasi terkait lainnya untuk masukan dalam
rangka analisis konteks responden dan (bila perlu) analisis silang (cross
analysis) seperti, nama, gender, usia, maksud perjalanan, jumlah peserta
perjalanan dan lain-lain sesuai dengan peruntukannya.
7. Jaringan rute yang dilalui kendaraan angkutan jalan dan, jarak O D
kilometer yang ditempuh responden antara Bandara Soekarno - Hatta
atau Pelabuhan Tanjung Priok dengan masing-masing zona yang telah
ditetapkan di wilayah Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa

TP

Barat; dan beberapa kota tertentu yang terletak di belahan Barat Provinsi
Jawa Tengah; dihimpun melalui data sekunder

dari instansi berwenang.

Format wawancara dalam rangka survey Perencanaan Teknis Penyusunan

BS

Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek dengan konsentrasi


Bandara Soekarno - Hatta dan Pelabuhan Tg Priok adalah seperti terlampir.
C. PERSIAPAN DAN CAKUPAN DATA PRIMER SURVEY PREFERENSI PADA

IT
.

BANDARA SOEKARNO - HATTA DAN PELABUHAN TG. PRIOK


Persiapan personil, organisasi dan administrasi survey
Susunan data identitas responden

Susunan data asal dan tujuan perjalanan responden


Teknik Menghimpun Data:

1. Setelah instrumen penelitian yang tertuang dalam draft kuesioner dikoreksi


dan disetujui Tim Pendamping Ditjen Perhubungan Darat, barulah
kegiatan penelitian lapangan (field research) pada kedua lokasi yaitu: 7
(tujuh) pintu kedatangan dan keberangkatan pada Bandara Soekarno Hatta dan 1 (satu) pintu

keberangkatan dan kedatangan pada

Pelabuhan Tg Priok, mulai dilaksanakan secara operasional.


2. Berhubung pelaksanaan survey mengambil tempat di dalam kawasan
restricted area, seperti tempat antri penumpang check in pada pintu
pemberangkatan dan, tempat menunggu barang bawaan pada pintu
kedatangan maka, sebelum penelitian diselenggarakan, Tim Ditjen
Bab IV Halaman - 9

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Perhubungan Darat dan Konsultan harus terlebih dahulu memperoleh izin


masuk untuk keperluan survey dari Kepala Cabang Angkasa Pura 2
Bandara Soekarno - Hatta dan Kepala Cabang Pelabuhan Tanjung Priok
melalui Administrator Bandara dan/atau Pelabuhan setempat.
3. Sebelum diterjunkan ke lapangan semua tenaga surveyor yang telah
disediakan, sebanyak 28 + 4 = 32 orang diberi pengarahan, mencakup
substansi penelitian maupun etika, tata tertib, penampilan dan adab
ketika wawancara. Satuan kerja surveyor dipimpin seorang penanggung
jawab.
4. Susunan data hasil penelitian lapangan (field research) harus sesuai
a. Identitas responden
1) Nama
3) Pekerjaan

BS

2) Gender

TP

program dengan komposisi sebagai berikut.

4) Pendidikan terakhir

b. Asal perjalanan responden

1) Dari zona X ke Bandara Soekarno - Hatta

IT
.

2) Dari zona X ke Pelabuhan Tg. Priok


c. Tujuan perjalanan responden

1) Dari Bandara Soekarno - Hatta ke zona X

2) Dari Pelabuhan Tg Priok ke zona X

d. Determinan perjalanan responden dengan sarana angkutan jalan,


berupa:

1) Jenis kendaraan yang digunakan


2) Waktu tempuh (interval)
3) Jarak O D kilometer (interval)
4) Ability to pay atau ATP (interval)
5) Willingness to pay atau WTP (interval)

Bab IV Halaman - 10

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

D. KONFIGURASI DATA HASIL SURVEY LAPANGAN DI BANDARA SOEKARNO


HATTA DAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK
Identitas responden;
Jumlah perjalanan dari tiap-tiap zona ke Bandara Soekarno - Hatta;
Jumlah perjalanan dari Bandara Soekarno - Hatta ke tiap-tiap zona;
Jumlah perjalanan dari tiap-tiap zona ke Pelabuhan Tg. Priok;
Jumlah perjalanan dari Pelabuhan Tg Priok ke tiap-tiap zona;
Perolehan Data Primer:
Pelaksanaan penelitian lapangan (field research) oleh 28 + 4 = 32 orang
surveyor di Bandara Soekarno - Hatta dan Pelabuhan Tanjung. Priok,

TP

diperkirakan mampu merekam data primer yang substansial, terdiri atas:


1. Sekurang-kurangnya 4.000 sampel data yang berisi keterangan tentang
dengan konfigurasi:
a. Nama
b. Gender
c. Pekerjaan

BS

identitas penumpang angkutan udara pada Bandara Soekarno - Hatta,

IT
.

d. Pendidikan terakhir

2. Sekurang-kurangnya 1.000 sampel data yang berisi keterangan tentang


identitas penumpang angkutan laut pada Pelabuhan Tanjung Priok,

dengan konfigurasi:
a. Nama

b. Gender

c. Pekerjaan
d. Pendidikan terakhir
3. Memperoleh sedikitnya 2.000 sampel data yang memuat zona asal
penumpang angkutan udara yang menggunakan fasilitas angkutan jalan
menuju ke Bandara Soekarno - Hatta, dengan konfigurasi:

Bab IV Halaman - 11

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 4.3
Sampel Zona Asal Perjalanan ke Bandara Soekarno - Hatta
No

Provinsi

Zona Asal

sampel

A1, A2, A3, . Ai

n1, n2, n3, . ni

B1, B2, B3, . Bi

n1, n2, n3, . ni

1.

DKI Jakarta

2.

Banten

3.

Jawa Barat

C1, C2, C3, . Ci

n1, n2, n3, . ni

4.

Jawa Tengah

D1, D2, D3, . Di

n1, n2, n3, . ni

5.

Lain-lain (ring luar)

E1, E2, E3, .... Ei

n1, n2, n3, . ni

4. Memperoleh minimal 2.000 sampel data yang memuat zona tujuan


penumpang angkutan udara yang menggunakan jasa angkutan jalan

TP

dari Bandara Soekarno - Hatta, dengan konfigurasi:


Tabel 4.4
No

BS

Sampel Zona Tujuan Perjalanan dari Bandara Soekarno - Hatta


Provinsi

Zona Tujuan

sampel

A1, A2, A3, . Ai

n1, n2, n3, . ni

B1, B2, B3, . Bi

n1, n2, n3, . ni

DKI Jakarta

2.

Banten

3.

Jawa Barat

C1, C2, C3, . Ci

n1, n2, n3, . ni

4.

Jawa Tengah

D1, D2, D3, . Di

n1, n2, n3, . ni

5.

Lain-lain (ring luar)

E1, E2, E3, .... Ei

n1, n2, n3, . ni

IT
.

1.

5. Memperoleh sedikitnya 500 sampel data yang memuat zona asal


penumpang angkutan laut yang menggunakan fasilitas angkutan jalan
menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok, dengan konfigurasi:
Tabel 4.5
Sampel Zona Asal Perjalanan ke Pelabuhan Tg Priok
No

Provinsi

Zona Asal

sampel

A1, A2, A3, . Ai

n1, n2, n3, . ni

B1, B2, B3, . Bi

n1, n2, n3, . ni

1.

DKI Jakarta

2.

Banten

3.

Jawa Barat

C1, C2, C3, . Ci

n1, n2, n3, . ni

4.

Jawa Tengah

D1, D2, D3, . Di

n1, n2, n3, . ni

Bab IV Halaman - 12

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

5.

Lain-lain (ring luar)

E1, E2, E3, .... Ei

n1, n2, n3, . Ni

6. Mendapatkan minimal 500 sampel data yang memuat zona tujuan


penumpang angkutan laut yang menggunakan fasilitas angkutan jalan
dari Pelabuhan Tanjung Priok, dengan konfigurasi:
Tabel 4.6 Zona Tujuan Responden dari Pelabuhan Tanjung Priok
No

Provinsi

Zona Tujuan

sampel

A1, A2, A3, . Ai

n1, n2, n3, . Ni

B1, B2, B3, . Bi

n1, n2, n3, . Ni

DKI Jakarta

2.

Banten

3.

Jawa Barat

C1, C2, C3, . Ci

n1, n2, n3, . Ni

4.

Jawa Tengah

D1, D2, D3, . Di

n1, n2, n3, . Ni

5.

Lain-lain (ring luar)

E1, E2, E3, .... Ei

n1, n2, n3, . Ni

TP

1.

BS

7. Memperoleh informasi secara lengkap & reliable atas minimal 4.000


responden penumpang angkutan udara yang menggunakan jasa
angkutan jalan dari dan ke Bandara Soekarno - Hatta, terkait dengan:
Jenis sarana angkutan jalan yang mereka gunakan

b.

Interval waktu tempuh antar O D

c.

Interval jarak O D kilometer

d.

Ability to pay atau ATP

e.

Willingness to pay atau WTP

IT
.

a.

8. Memperoleh informasi secara lengkap & reliable atas minimal 1.000


responden penumpang angkutan laut yang menggunakan jasa angkutan
jalan dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok, khususnya mengenai:
a.

Jenis sarana angkutan jalan yang mereka gunakan

b.

Interval waktu tempuh antar O D

c.

Interval jarak O D kilometer

d.

Ability to pay atau ATP

e.

Willingness to pay atau WTP

Bab IV Halaman - 13

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

4.3

TEKNIK ANALISIS DATA


Langkah I
Menghitung proyeksi populasi penumpang tahun

1. Data sekunder dalam bentuk time series yang memuat rekaman realisasi
jumlah penumpang pengguna jasa angkutan udara melalui Bandara
Soekarno - Hatta selama 5 (lima) tahun berturut-turut dari tahun 2004 s/d
2008 akan diolah melalui teknik peramalan trend linear (Sofjan Assauri,
2008 : 199) dengan rumus:

TP

Y = a + bX ,
(dimana X = skala tahun; dan Y = jumlah penumpang)
Untuk keperluan menghitung nilai konstanta (a) dan harga koefisien regresi

BS

(b), digunakan rumus, yaitu:

Y = na + bX

XY = aX + bX

Melalui penggunaan teknik analisis trend linear di atas, konsultan akan

IT
.

membuat gambaran proyeksi penumpang yang menggunakan fasilitas


jasa angkutan udara melalui Bandara Soekarno - Hatta tahun 2009, 2010,
2011 dst.

2. Apabila dalam proses data collecting di Bandara Soekarno - Hatta dan di


Pelabuhan Tg Priok, konsultan mendapatkan rekaman data time series

berpasangan berupa program dan realisasi penumpang dari 2004 s/d


2008

maka

keluaran

peramalan

dapat

lebih

diperhalus

melalui

penggunaan teknik analisis first order exponential smoothing (Adam &


Ebert, 1996 : 96), dengan rumus:
Ft = D(t-1) + (1 )F(t-1)
dimana Ft = demand forecast tahun yang akan datang; D(t-1) = actual
demand tahun terakhir; dan, F(t-1) = demand forecast tahun terakhir.
3. Tahap-tahap

penggunaan

teknik

analisis

yang

sama,

juga

akan

diterapkan untuk menghitung proyeksi jumlah populasi penumpang yang


menggunakan angkutan laut melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun
2009, 2010, 2011 dst
Bab IV Halaman - 14

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Langkah 2
Mengolah data sampling Penumpang per Zona
1. Sampel data yang diperoleh dari survey lapangan (field research), lebih
lanjut

akan

diolah,

disusun

dan

diperluas

(enlargement)

sesuai

peruntukannya, untuk mengetahui besaran secara proporsional, dari


sampel:
a. Tarikan perjalanan Bandara Soekarno - Hatta.
Demand pengguna jasa angkutan jalan yang datang dari masing
masig zona di dalam wilayah provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat,
belahan Barat Jawa Tengah, dan ring luar (bila ada) ke Bandara
Soekarno - Hatta.

TP

b. Keluaran (distribusi) perjalanan Bandara Soekarno - Hatta.


Demand pengguna jasa angkutan jalan yang pergi dari Bandara
Soekarno - Hatta ke masing-masing zona di dalam wilayah provinsi DKI
luar (jika ada).

BS

Jakarta, Banten, Jawa Barat, belahan Barat Jawa Tengah, dan ring
c. Tarikan perjalanan Pelabuhan Tanjung Priok.
Demand pengguna jasa angkutan jalan yang datang dari masing-

IT
.

masing zona di dalam wilayah provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa


Barat, belahan Barat Jawa Tengah, dan ring luar (bila ada) ke
Pelabuhan Tanjung Priok.

d. Keluaran (distribusi) perjalanan Pelabuhan Tanjung Priok


Demand pengguna jasa angkutan jalan yang pergi dari Pelabuhan

Tanjung Priok ke masing-masing zona di dalam wilayah provinsi DKI


Jakarta, Banten, Jawa Barat, belahan Barat Jawa Tengah, dan ring
luar (jika ada).

2. Menyiapkan rekapitulasi identitas konteks responden berisi nama yang


biasanya diubah menjadi nomor rersponden, jenis kelamin atau gender,
pekerjaan dan, pendidikan terakhir untuk membuat tabel analisis silang
(cross

analysis)

yang

menggambarkan

proporsi

tiap-tiap

identitas

dihadapkan tarikan maupun keluaran perjalanan di Bandara Soekarno Hatta maupun di Pelabuhan Tanjung Priok.

Bab IV Halaman - 15

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Contoh: Model Cross Analysis:


Tabel 4.7 Analisis Silang Gender & Tarikan Bandara
Gender
Dari

Jumlah
Laki-laki

Perempuan

(per
zona)

A1
A2
dst
B1
B2
dst

TP

C1
C2

D1
D2
dst
Ring luar

BS

dst

IT
.

Jumlah besar

3. Membuat perkiraan (prediksi) rerata populasi penumpang hari dalam

tahun 2009, 2010 dan 2011 melalui penggunaan model:

APzona ( ) EPhari

Dalam model ini:


AP zona = Populasi rerata penumpang per zona per hari
EP hari

= Prediksi rerata populasi penumpang hari

(beta) = Persentase zona menurut sample acak


Aplikasi model yang telah disiapkan di atas, digunakan untuk membuat
perkiraan dalam skala zona permintaan jasa angkutan jalan yang datang
dari dan menuju ke semua zona provinsi yang telah diprogramkan.

Bab IV Halaman - 16

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Langkah 3
Perolehan Analisis Data Populasi
Berangkat dari aplikasi model-model yang dikembangkan di atas maka,
keluaran dari teknik analisis ini akan menyajikan proyeksi tarikan dan keluaran
(distribusi) perjalanan per zona sebagai berikut.
1. Lokasi Bandara Soekarno - Hatta
a. Tarikan Perjalanan
Rerata proyeksi populasi permintaan pasar setiap hari dari masingmasing zona pada provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, belahan
Barat Jawa Tengah dan ring luar menuju ke Bandara Soekarno - Hatta.

No

A1

...........

...........

...........

A2

...........

...........

...........

A3

...........

...........

...........

Ai

...........

...........

...........

B1

...........

...........

...........

B2

...........

...........

...........

B3

...........

...........

...........

B1

...........

...........

...........

C1

...........

...........

...........

C2

...........

...........

...........

C3

...........

...........

...........

Ci

...........

...........

...........

D1

...........

...........

...........

Jawa Tengah

D2

...........

...........

...........

(Belahan Barat)

D3

...........

...........

...........

Di

...........

...........

...........

E1

...........

...........

...........

E2

...........

...........

...........

E3

...........

...........

...........

Ei

...........

...........

...........

BS

2011

DKI Jakarta

Banten

D
4.

5.

Tahun
2010

2.

3.

Zona

2009

IT
.

1.

Provinsi

TP

Tabel 4.8 Proyeksi Pasar Tarikan Perjalanan Bandara Soekarno - Hatta

Jawa Barat

Lain lain (ring luar)

Bab IV Halaman - 17

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

b. Keluaran Perjalanan
Rerata proyeksi populasi permintaan pasar setiap hari dari Bandara
Soekarno - Hatta menuju ke semua zona pada masing-masing provinsi
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, belahan Barat Jawa Tengah dan ring
luar.
Tabel 4.9 Proyeksi Pasar Keluaran Perjalanan Bandara
Soekarno - Hatta per Hari
No

2011

A1

...........

...........

...........

A2

...........

...........

...........

A3

...........

...........

...........

Ai

...........

...........

...........

B1

...........

...........

...........

B2

...........

...........

...........

B3

...........

...........

...........

B1

...........

...........

...........

C1

...........

...........

...........

C2

...........

...........

...........

C3

...........

...........

...........

Ci

...........

...........

...........

D1

...........

...........

...........

Jawa Tengah

D2

...........

...........

...........

(Belahan Barat)

D3

...........

...........

...........

Di

...........

...........

...........

E1

...........

...........

...........

E2

...........

...........

...........

E3

...........

...........

...........

Ei

...........

...........

...........

DKI Jakarta

Banten

IT
.

5.

TP

2010

Jawa Barat

D
4.

Tahun
2009

2.

3.

Zona

BS

1.

Provinsi

Lain lain (ring luar)

Bab IV Halaman - 18

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

2. Pelabuhan Tanjung Priok


a. Tarikan perjalanan
Rerata proyeksi populasi permintaan pasar setiap hari dari semua zona
pada masing-masing provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, bagian
Barat Jawa Tengah dan ring luar menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Tabel 4.10 Proyeksi Pasar Tarikan Perjalanan Pelabuhan Tg Priok
per Hari
No

2011

A1

...........

...........

...........

A2

...........

...........

...........

A3

...........

...........

...........

Ai

...........

...........

...........

B1

...........

...........

...........

B2

...........

...........

...........

B3

...........

...........

...........

B1

...........

...........

...........

C1

...........

...........

...........

C2

...........

...........

...........

C3

...........

...........

...........

Ci

...........

...........

...........

D1

...........

...........

...........

Jawa Tengah

D2

...........

...........

...........

(Belahan Barat)

D3

...........

...........

...........

Di

...........

...........

...........

E1

...........

...........

...........

E2

...........

...........

...........

E3

...........

...........

...........

Ei

...........

...........

...........

DKI Jakarta

Banten

IT
.

5.

TP

2010

Jawa Barat

D
4.

Tahun
2009

2.

3.

Zona

BS

1.

Provinsi

Lain lain (ring luar)

b. Keluaran perjalanaan
Rerata proyeksi populasi permintaan pasar setiap hari untuk perjalanan
dari Pelabuhan Tg Priok menuju semua zona pada masing-masing
Bab IV Halaman - 19

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, belahan Barat Jawa Tengah
dan ring uar.
Tabel 4.11 Proyeksi Pasar Tarikan Perjalanan Pelabuhan Tg Priok per Hari
No

2010

2011

A1

...........

...........

...........

A2

...........

...........

...........

A3

...........

...........

...........

Ai

...........

...........

...........

B1

...........

...........

...........

B2

...........

...........

...........

B3

...........

...........

...........

B1

...........

...........

...........

C1

...........

...........

...........

C2

...........

...........

...........

C3

...........

...........

...........

Ci

...........

...........

...........

D1

...........

...........

...........

Jawa Tengah

D2

...........

...........

...........

(Belahan Barat)

D3

...........

...........

...........

Di

...........

...........

...........

E1

...........

...........

...........

E2

...........

...........

...........

E3

...........

...........

...........

Ei

...........

...........

...........

DKI Jakarta

BS

Banten

IT
.

Jawa Barat

4.

5.

Tahun
2009

2.

3.

Zona

TP

1.

Provinsi

Lain lain (ring luar)

Langkah - 4
Pengumpulan Data Sekunder sebagai Pendukung
Sejalan dengan arahan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), penelitian
dengan topik Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda
di Jabotabek ini perlu didukung data sekunder yang mendasar dari berbagai
sumber. Adapun jenis-jenis data sekunder yang diperlukan, minimal adalah:
Bab IV Halaman - 20

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

1. Jaringan trayek angkutan umum melalui jalan di dalam kota maupun,


antar kota antar provinsi dan, antar kota dalam provinsi; antara lain
meliputi:
a. Jarak O-D kilometer antara Bandara Soekarno - Hatta dan/atau
Pelabuhan Tg Priok dengan zona-zona related yang tersebar pada
semua provinsi terpilih; peta jaringan jalur utama (trunk), jalur
pengumpan dan sub pengumpan (feeder dan sub feeder).
b. Komposisi jaringan jalan yang ada dan, mempunyai potensi digunakan
untuk lalu-lintas armada pemadu-moda meliputi jalan nasional, jalan
propvinsi atau jalan kabupaten yang berperan sebagai jalan arteri,
kolektor dan lokal.
lintas

TP

c. Rerata laju kecepatan kendaraan termasuk potensi kemacetan lalu


(jam) pada trayek yang menghubungkan lokasi zona provinsi

terpilih dengan Bandara Soekarno - Hatta dan/atau Pelabuhan Tg

BS

Priok.

d. Waktu sibuk dan waktu sepi (peak & off peak) konteks permintaan
pasar berikut data sekunder lain yang dipandang perlu.
e. Sistem atau pola pentarifan (eksisting) pada angkutan pemadu moda

IT
.

melalui jalan yang telah ada ataupun angkutan antar kota dalam
provinsi dan antar kota dalam provinsi; alternatif tarif datar (flatfare),
tarif berjenjang (graduated flatfare) tarif mengikuti jarak (distance

based fare), tarif zona (zoning fare) dan lain sebagainya

2. Tahap-tahap

perencanaan dan pelaksanaan

(time

frame) proses

pembangunan dan pengoperasian infrastruktur, prasarana maupun


sarana kereta api LRT dari lokasi stasiunnya di Jakarta menuju ke Bandara
Soekarno

Hatta

sebagai

pemadu

moda

alternatif

bagi

calon

penumpang kawasan provinsi DKI Jakarta.


3. Jadwal

keberangkatan

dan

kedatangan

pesawat

(domestik

&

internasional) pada Bandara Soekarno - Hatta serta keberangkatan dan


kedatangan kapal yang mengangkut penumpang di Pelabuhan Tanjung
Priok.

Bab IV Halaman - 21

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

4. Rerata data sosial ekonomi penduduk pada semua zona terpilih sebagai
bahan pertimbangan untuk mengukur tingkat ability to pay dan willingness
to pay para calon pengguna angkutan pemadu moda.
5. Dalam konteks kajian literatur, selain perangkat peraturan perundangundangan yang berlaku, konsultan juga akan memperhatikan kajiankajian, atau pandangan ahli (pakar) tentang kemungkinan penerapan
city check in sebagai wacana pengembangan sistem bagi pengguna
jasa angkutan udara dan angkutan laut.
KERANGKA KELUARAN ANALISIS KAJIAN TEKNIS POLA PELAYANAN
ANGKUTAN PEMADU MODA DI JABOTABEK

TP

Langkah 1

EVALUASI KELENGKAPAN, VALIDITAS DAN RELIABILITAS DATA


1. Mengevaluasi data berikut hasil olahan data sekunder dan primer yang
baik

dalam

bentuk

kualitatif

BS

tersedia

maupun

kuantitatif,

guna

mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas data dalam memberi


jawaban terhadap substansi tujuan studi pola pelayanan pemadu moda
di Jabotabek, mencakup:

IT
.

a. Jaringan dan rute angkutan pemadu moda


b. Headway (jarak antara pemadu moda yang satu dengan lain)
c. Frekuensi perjalanan antar O D O (trip)

d. Jenis dan ukuran kendaraan yang digunakan


e. Pola pentarifan
f.

Waktu operasi yang terintegrasi dengan jadwal masing-masing moda.

2. Mempedomani, menampung dan menyesuaikan draft perencanaan


teknis pola pelayanan angkutan pemadu moda di Jabotabek dengan
berbagai ketentuan yang diamanatkan melalui:
a. Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
b. Undang-undang No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
c. Peraturan Pemerintah No. 44 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan
Umum terutama yang menyangkut Kendaraan dan Pengemudi
d. Peraturan Pemerintah dan/atau Peraturan Menteri Perhubungan yang
terkait dengan perencanaan pembangunan jalur Kererta Api ke
Bandara Soekarno - Hatta.
Bab IV Halaman - 22

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

e. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 43 tahun 2005 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan yo No. KM 35
tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan
dengan Kendaraan
f.

Peraturan Gubernur dan Bupati/Walikota setempat

3. Mencukupi dan melengkapi kekurangan data atau, data yang tersedia


belum lengkap melalui peggunaan berbagai saluran komunikasi dan
sistem informasi yang tersedia.
Langkah 2
KELUARAN BUTIR BUTIR PERENCANAAN TEKNIS

TP

Berangkat dari himpunan dan hasil analisis data yang disajikan di atas maka,
studi ini dapat menyajikan draft perencanaan teknis pola pelayanan
angkutan pemadu moda di Bandara Soekarno - Hatta dan Pelabuhan Tg

BS

Priok, melalui beberapa prinsip dasar perencanaan teknis sebagai berikut.


1. Perencanaan jaringan dan rute
f.

Pengembangan jaringan berasaskan permintaan pasar aktual dan


potensial pada masing-masing zona provinsi;

IT
.

g. Indeks seat load factor minimum adalah 70%


h. Syarat minimal pembukaan satu trayek adalah demand 2 (dua) kali
besaran seat load factor perjalanan pulang pergi.
Rute perjalanan penumpang harus point to point. Tidak ada

i.

penumpang yang naik atau turun pada ruang antara titik O dan D.

2. Perencanaan headway
a. Ketentuan mengenai jarak antara kendaraan satu dengan lain yang
melayani trayek sama, disesuaikan dengan waktu sibuk dan waktu sepi
(peak & off peak) dalam satuan jam, hari, maupun bulan (peak & off
peak season) dari frekuensi kedatangan atau keberangkatan pesawat
udara maupun kapal laut terkait; dengan alternatif interval:

10 sampai 15

>15 sampai 30

>30 sampai 60 (1 jam)

>1 jam sampai 2 jam

>2 jam sampai 5 jam


Bab IV Halaman - 23

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Di atas 5 jam.

b. Mempertimbangkan jarak kilometer antara Origin dengan Destination


yaitu sekitar 400 km ke timur Jabotabek atau sekitar setengah jarak
antara kota Jakarta Semarang.
c. Mempertimbangkan volume penumpang atau tingkat permintaan
pasar

aktual

dan

potensial

pada

zona-zona

provinsi

yang

bersangkutan.
3. Perencanaan frekuensi
Perencanaan frekuensi perjalanan pulang pergi dalam skala O D O
disusun berdasarkan pertimbangan:
a. Tingkat permintaan pasar aktual dan potensial

TP

b. Jarak O D kilometer

c. Rerata kecepatan kendaraan.

d. Tingkat kepadatan lalu lintas pada jaringan jalan yang dilalui

BS

4. Perencanaan jumlah, jenis dan ukuran kendaraan

a. Jumlah bus Siap Guna Operasi atau SGO (fleet available) dan Siap
Operasi atau SO (fleet in service) disusun dengan mempertimbangkan:
1) Indeks permintaan pasar

IT
.

2) Interval perjalanan

3) Waktu kedatangan dan keberangkatan pesawat dan/atau kapal


b. Jenis sarana angkutan yang digunakan adalah standar bus besar

dengan kapasitas angkut sekitar 36 s/d 39 tempat duduk reclining seat,

dilengkapi penyejuk udara (AC) dan fasilitas tempat barang bawaan


penumpang .

5. Perencanaan pola pentarifan


a. Kebijakan

tarif

yang

berlaku

ditetapkan

berdasarkan

indeks

perhitungan tarif non ekonomi, sesuai dengan jarak kilometer yang


digunakan penumpang berasaskan pendekatan point to point.
b. Berhubung jarak (km) antara Bandara Soekarno - Hatta dan/atau
Pelabuhan Tg Priok dengan zona-zona provinsi bervariasi maka, pola
pentarifan diatur berasas pendekatan kelompok jarak dengan interval
tertentu, contoh:
10 km
> 10 km s/d 15 km
Bab IV Halaman - 24

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

> 15 km s/d 20 km
> 20 km s/d 25 km
> 25 km s/d 30 km
> 35 km s/d 40 km
> 40 km s/d .......dst
Dengan pendekatan ini, besaran tarif bagi zona-zona provinsi dengan
interval jarak km ke Bandara Soekarno - Hatta atau Pelabuhan Tg Priok
sama jauhnya, akan dikenakan tarif yang sama pula.
c. Kebijakan tarif yang menganut asas flat dengan pola point to point
seperti di atas, lazimnya dikenal sebagai tarif rata berjenjang atau oleh
6. Perencanaan waktu operasi

TP

beberapa kota besar di dunia disebut the graduated flatfare.


a. Kegiatan operasional angkutan pemandu moda yang menempuh
jarak 200 km lebih atau 3 jam perjalanan antar O D ialah 24 jam per

BS

hari; mengingat jadwal kedatangan & keberangkatan pesawat


terbang di Bandara Soekarno - Hatta berlangsung sepanjang hari dari
pukul 05.00 sampai pukul 22.00. Pelayanan angkutan pemadu moda
bagi penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok diatur mengikuti jadwal

IT
.

kedatangan dan keberangkatan kapal.


b. Sedangkan waktu operasi bagi unit angkutan pemadu moda yang
melayani jarak < 200 km diatur sesuai dengan kondisi teknis operasional

setempat.

Bab IV Halaman - 25

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 5
Hasil Survey

5.1

HASIL SURVEY BANDARA

5.1.1 Identitas Responden


Pekerjaan Responden

TP

Jumlah rerata populasi penumpang pesawat udara melalui Bandara


Soekarno Hatta perhari dalam tahun 2005 ialah 72.524 orang sedang
populasi penumpang kapal laut melalu Pelabuhan Tanjung Priok pada

BS

tahun 2008 adalah 575.496 per tahun atau rerata 1577 orang per hari.
Seperti yang telah dijelaskan pada BAB III, untuk survey Perencanaan
Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda Jabotabek

IT
.

(Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok) sesuai


kesepakatan Tim Ditjen Perhubungan Darat dan Konsultan, ukuran sampel
pada studi ini ditetapkan lebih besar, yaitu masing masing :
a. Bandara Soekarno Hatta sebesar 4000 responden

A.

b. Pelabuhan Tanjung Priok sebesar 1000 responden


Di dalam survey wawancara pemadu moda bandara terdiri dari 3 (tiga)
bagian pertanyaan, terdiri dari :
1. Identitas Responden
2. Asal Perjalanan
3. Tujuan Perjalanan
4. Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda
Pada bagian pertama yaitu Indentitas responden, dilihat dari segi
pekerjaan responden melihat hasil survey pada gambar 5.1, responden
terbanyak

pada

survey

wawancara

pemadu

moda

di

bandara

Bab V Halaman -1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

mempunyai pekerjaan sebagai karyawan swasta yang merupakan urutan


terbesar pertama sebanyak 34 %, diurutan kedua bekerja sebagai
wiraswasta sebanyak 19% dan diurutan ketiga adalah bekerja sebagai
pegawai negeri dengan prosentase sebesar 14%.Disamping itu masih
banyak lagi jenis pekerjaan pada responden namun mempunyai
prosentasi yang kecil. Terlihat bahwa pengguna bandara sebagian besar
adalah para pekerja.

Pekerjaan Responden

12%

2% 2%

12%

TP

Pegaw ai

14%

Profesional

5%

Karyaw an Sw asta

34%

Pelajar/Mahasisw a
Ibu Rumah Tangga
Tidak Bekerja
Lainnya

IT
.

19%

BS

Wirasaw asta

Gambar 5.1 Pekerjaan Responden

Pendidikan Responden

B.

Selain dilihat dari segi pekerjaan responden, maka identitas responden


dilihat juga dari segi latar belakang pendidikan responden. Pada survey
pemadu moda terdiri dari berbagai tingkatan pendidikan, dan dapat
dilihat pada gambar 5.2 nilai terbesar dari latar belakang pendidikan
responden adalah Sarjana/Strata 1 yaitu sebesar 38%, nilai tertinggi kedua
adalah berlatar belakang pendidikan SLA/sederajat yaitu sebesar 32% dan
nilai tertinggi terbesar ketiga masing masing responden berlatar
belakang pendidikan Diploma 1 dan Pasca Sarjana dengan masing
masing prosentase yaitu sebesar 9%. Hal ini menunjukan pengguna
bandara jika dilihat dari segi pendidikan mempunya latar belakang

Bab V Halaman -2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

pendidikan yang cukup tinggi. Untuk melihat hasil survey latar belakang
pendidikan responden dapat dilihat pada gambar 5.2.

Pendidikan Responden

7%

9%

SD/Sederajat

1% 4%

SLP/Sederajat
32%

SLA/sederajat
Diploma 1
sarjana /Starata 1

38%

Pasca sarjana

TP

9%

Lainnya

BS

Gambar 5.2 Pendidikan Responden

5.1.2 Asal Tujuan Perjalanan


Asal Perjalanan

IT
.

Asal perjalanan pada survey ini adlah dari mana para responden tersebut
terbangkit sebelum mereka sampai ke bandara karena survey ini terjadi di
bandara yang merupakan tujuan dari perjalanan mereka. Pada studi ini,
kita batasi dengan zona zona asal tujuan agar mempermudah dalam

A.

pembagian wilayahnya.
Pada survey ini untuk asal perjalanan kita mengambil 5 (lima) wilayah
terbesar dari asal perjalanan responden. Untuk urutan terbesar pertama
asal perjalanan dari responden adalah wilayah Bekasi dengan jumlah
prosentase sebesar 31%, diurutan kedua asal perjalanan adalah Depok
dengan jumlah prosentase sebesar 23%, urutan ketiga asal perjalanan
adalah Bogor dengan jumlah prosentase 19%, diurutan keempat asal
perjalanan adalah Bandung dengan jumlah prosentase sebesar 15% dan
diurutan kelima adalah asal perjalanan Serang dengan jumlah prosentase
sebesar 12%. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada gambar 5.3.

Bab V Halaman -3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Asal Perjalanan

12%

31%

15%

Bekasi
Depok
Bogor
Bandung

TP

19%

Serang

BS

23%

Gambar 5.3 Gambar Asal Perjalanan

Tujuan Perjalanan

IT
.

Tujuan perjalanan pada survey pemadu moda di bandara adalah tarifan


dari responden setelah dari bandara. Sama seperti asal perjalanan, dalam
menentukan tujuan perjalanan juga di bagi bagi menjadi zona wilayah
seperti yang sudah ditentukan.

B.

Pada tujuan perjanan didalam survey pemadu moda bandara ini diambil
sebanyak 5 (lima) wilayah tujuan terbesar. Masing masing wilayah itu
terdiri dari Bekasi, Depok, Bogor, Bandung, Bintaro. Untuk urutan tertinggi
terbesar tujuan perjalanan adalah Bekasi dengan jumlah prosentasi
sebesar 36%, diurutan kedua terbesar tujuan perjalanan adalah Depok
dengan jumlah prosentase sebesar 23%, diurutan ketiga terbesar tujuan
perjalanan adalah Bogor dengan jumlah prosentase sebesar 18%, diurutan
ke empat tujuan perjalanan adalah Bandung dengan jumlah prosentase
sebesar 13% dan diurutan terbesar kelima adalah Bintaro dengan jumlah
prosentase sebesar 10%. Lebih lengkapnya gambar dapat dilihat pada
gambar 5.4.

Bab V Halaman -4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tujuan Perjalanan

10%
13%

36%

Bekasi
Depok
Bogor
Bandung

18%

Bintaro

TP

23%

BS

Gambar 5.4 Gambar Tujuan Perjalanan

5.1.3 Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda


Kendaraan yang digunakan dari (ke) Bandara

IT
.

Dalam persepsi responden terhadap pemadu moda terlebih dahulu kita


ketahui, sejauh ini jenis kendaraan yang digunakan dari (ke) bandara
dengan adanya pemadu moda yang sudah ada dapat terlihat bahwa
nilai terbesar kendaraan yang digunakan dari dan ke bandara pengguna

A.

bandara menggunakan kendaraan umum sebesar 62% dan yang


menggunakan kendaraan pribadi sebesar 38%. Berarti dapat disiimpulkan,
pentingnya angkutan pemadu moda bandara. Dapat dilihat pada
gambar 5.5.

Bab V Halaman -5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

KENDARAAN YANG DI GUNAKAN

38%
UMUM
PRIBADI
62%

Biaya Transport Untuk Perjalanan dari dan (ke) Bandara


Saat ini (dalam rupiah)

BS

Biaya transportasi untuk perjalanan dari dan (ke) bandara saat ini menurut
responden terbesar adalah mengeluarkan biaya sebesar Rp 20.000 Rp
50.000

sebanyak

59%

responden,

diurutan

kedua

responden

mengeluarkan biaya sebesar Rp 51.000 Rp 100.000 sebanyak 24%,

IT
.

diurutan ketiga responden mengeluarkan biaya untuk perjalanan dari dan


ke bandara sebesar > Rp 100.000 sebanyak 10% responden dan diurutan
terakhir responden mengeluarkan biaya perjalanan sebesar < Rp 20.000
sebanyak 7% responden. Dapat dilihat pada gambar 5.6.

B.

TP

Gambar 5.5 Kendaraan yang Digunakan

Biaya Transportasi

10%

7%

< 20.000

24%

20.000 -50.000
51.000 - 100.000
59%

> 100.000

Gambar 5.6 Biaya Transportasi dari dan ke Bandara


Bab V Halaman -6

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

C.

Tarif Maksimal Untuk Bus Bandara yang Melayani


Penumpang Daerah Jabotabek
Dalam survey wawancara pemadu moda pada bandara ditetapkan lah
suatu tarif maksimal, dan dalam menentukan tarif pemadu moda dibagi
menjadi dua, yaitu khusus responden wilayah Jabotabek dan khusus
wilayah luar Jabotabek. Untuk wilayah Jabotabek kemampuan responden
dalam membayar tarif maksimal sebesar Rp.30.000 untuk pemadu moda
bdndara, sebesar 68 % responden tidak setuju dan sebesar 32% responden
setuju. Hal ini menunjukan merupakan parameter kita dalam menentukan

TP

tarif pemadu moda berikutnya. Tarif maksimal untuk bus bandara yang

BS

melayani penumpang daerah Jabotabek dapat dilihat pada gambar 5.7.

IT
.

Setuju Tarif Maksim al Rp 30.000

32%
Ya
Tidak

68%

Gambar 5.7 Tarif Maksimal Untuk Bus Bandara

D.

Wilayah yang Perlu Dilayani oleh Bus Bandara dari Wilayah


yang Sudah Ada (Jabotabek)
Untuk saat ini bus bandara atau pemadu moda yang sudah ada terdiri
dari DAMRI dan PRIMAJASA. Damri melayani trayek Bandara - wilayah
Jabotabek dan Primajasa melayani wilayah Bandara Bandung atau
sebaliknya.

Saat ini Damri sudah melayani 13 trayek yang tersebar


Bab V Halaman -7

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

diwilayah Jabotabek dan untuk wilayah diluar Jabotabek hanya Primajasa


yang melayaninya dengan tujuan Bandung. Oleh karena itu untuk
merencanakan

pola

pelayanan

angkutan

pemadu

moda,

trayek

pemadu moda yang sudah ada saat ini perlu dikembangkan ke


beberapa daerah baik di wilayah Jabotabek maupun wilayah diluar
Jabotabek. Untuk merekomendasikan semua itu maka didapat hasil survey
wiilayah yang perlu dilayani oleh pemadu moda dari wilayah wilayah
yang sudah ada saat ini.
Dari hasil survey didapat 5 (lima) terbesar yang perlu dilayani oleh bus
bandara untuk wilayah Jabotabek dari wilayah wilayah yang sudah

TP

dilayani oleh bus bandara adalah diurutan terbesar pertama adalah


Bintaro dengan jumlah prosentase sebesar 31%, diurutan kedua adalah
wilayah Tangerang sebesar 24%, diurutan ketiga adalah wilayah Cibitung

BS

dengan jumlah prosentase sebesar 20%, diurutan ke empat adalah


wilayah Cilengsi dengan jumlah prosentase sebesar 14% dan diurutan
kelima adalah wilayah Depok dengan jumlah prosentase sebesar 11%.

IT
.

Wilayah mana yang perlu ditambah (JABOTABEK)

11%

31%

14%

Bintaro
Tangerang
Cibitung

20%

Cilengsi
24%

Depok

Gambar 5.8 Wilayah yang perlu Dilayani Bus Bandara Wilayah Jabotabek

Bab V Halaman -8

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

E.

Wilayah yang Perlu Dilayani oleh Bus Bandara Pada


(Luar Wilayah Jabotabek)
Pemadu moda yang sudah ada saat ini adalah hanya menjangkau
wilayah DKI Jakarta, dan untuk wilayah luar Jakarta hanya melayani
wilayah Bandung. Menurut hasil survey, wilayah yang perlu dilayani oleh
bus bandara diluar wilayah Jabotabek adalah diambil 5 (lima) wilayah
terbesar. Urutan pertama adalah wilayah Karawang dengan jumlah
responden sebesar 27%, urutan ketiga adalah wilayah Serang dengan
jumlah responden sebesar 22%, diurutan ketiga wilayah Tasikmalaya

TP

dengan jumlah responden sebesar 21%, diurutan ke empat wilayah


Cikampek dengan jumlah responden sebesar 17% dan diurutan kelima
adalah wilayah Cirebon dengan jumlah responden sebesar 13%. Wilayah
yang perlu dilayani oleh bus bandara pada wilayah diluar Jabotabek

BS

dapat dilihat pada gambar 5.9

Wilayah mana yang perlu ditambah (LUAR JABOTABEK)

IT
.

13%

27%

Serang

17%

21%

Karaw ang
Tasikmalaya
Cikampek

22%

Cirebon

Gambar 5.9 Wilayah yang perlu Dilayani Bus Bandara Pada Luar Wilayah
Jabotabek

F.

Tarif Bus Bandara yang Sesuai dengan Wilayah yang


Dilayani (Luar Wilayah Jabotabek)
Pada saat ini pemadu moda yang ada hanya melayani pada wilayah
wilayah seputar DKI Jakarta dengan tariff sebesar RP 20.000 per jalan, dan
untuk pemadu moda yang dilayani oleh primajasa yang melayani trayek
bandara BSMdikenakan tariff sebesar Rp 75.000 per jalan. Sebagai
Bab V Halaman -9

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

bahan perbandingan dan masukan dari masyarakat akan kemampuan


dan keinginan dalam membayar taris maka dilakukan sebuah survey.
Berdasarkan hasil survey, tarif untuk pemadu moda yang melayani diluar
Jabotabek berdasarkan wilayahnya diurutan pertama adalah sebesar Rp
30.000 dengan jumlah persentasi sebesar 33%, diurutan kedua sebesar Rp
35.000 dengan prosentase sebesar 24%, diurutan ketiga sebesar Rp 40.000
dengan prosentase sebesar 18%, diurutan keempat sebesar Rp 45.000
dengan prosentase sebesar 14% dan diurutan kelima dalah Rp 50.000
dengan prosentase sebesar 11%. Tarif bandara yang sesuai dengan

TP

wilayah yang dilayani dapat dilihat pada gambar 5.10

Tarif Luar JABODETABEK

14%

IT
.

18%

BS

11%

33%

24%

30.000
35.000
40.000
45.000
50.000

Gambar 5.10 Tarif Bus Bandara yang Sesuai Dengan Wilayah yang Dilayani

5.2

Pada Luar Wilayah Jabotabek

HASIL SURVEY PELABUHAN

5.2.1 Identitas Responden


A.

Pekerjaan Responden
Survey pada pelabuhan sama seperti pada survey bandara, hanya
terdapat perbedaan sedikit pada pertanyaan pertanyaan formulir
surveynya. Sama seperti pada survey di bandara, survey pelabuhan pun
dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
1. Identitas responden
2. Asal perjalanan
Bab V Halaman -10

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

3. Tujuan Perjalanan
4. Persepsi Responden terhadap Pemadu Moda
Pekerjaan pada responden survey pemadu moda pelabuhan bermacam
macam jenisnya,seperti pada gambar 5.11 didapat bahwa jumlah
terbesar jenis

pekerjaan responden diurutan teratas adalah pegawai

swasta dengan jumlah prosentase sebesar 35%, diurutan kedua adalah


bekerja sebagai wiraswasta yaitu dengan prosentase sebesar 29% dan
diurutan ketiga adalah sebagai ibu rumah tangga dengan prosentase
sebesar 145.

Pekerjaan Responden

12%

2%

Profesional

6% 2%

Karyawan Swasta

BS

14%

0%

TP

Pegawai

35%

IT
.

29%

Wirasawasta
Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Tidak Bekerja
Lainnya

B.

Gambar 5.11 Pekerjaan Responden pada Pelabuhan

Pendidikan Responden

Pendidikan responden pada pengguna pelabuhan terdiri dari bermacam


macam tingkatan pendidikan. Disini akan dijelaskan berdasarkan tiga
nilai terbesar dari hasil survey. Pada urutan pertama adalah tingkat
pendidikan strata 1 dengan jumlah prosentase sebesar 42%, diurutan
kedua adalah tingkat pendidikan SLTA dengan jumlah prosentase sebesar
41% dan diurutan ketiga adalah Diploma dengan jumlah prosentase
sebesar 13%.

Bab V Halaman -11

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Pendidikan Responden
SD/Sederajat

0%
2% 0% 2%

SLP/Sederajat
41%

42%

SLA/sederajat
Diploma 1
sarjana /Starata 1
Pasca sarjana

13%

Lainnya

Asal Perjalanan

Asal perjalanan responden pada pelabuhan terdiri dari bermacam


macam asal perjalanan yang tersebar baik di wilayah Jabotabek maupun
di luar Jabotabek. Dalam studi ini dijabarkan berdasarkan 5 (lima) wilayah

IT
.

terbanyak dari asal perjalanan pengguna pelabuhan. Pada urutan


pertama

asal

perjalanan

terbesar

adalah

Bekasi

dengan

jumlah

prosentase sebesar 30%, diurutan kedua wilayah pondok gede dengan


jumlah prosentase sebesar 25%, diurutan ketiga wilayah Depok dengan

A.

BS

5.2.2 Asal Tujuan Perjalanan

TP

Gambar 5.12 Pendidikan Responden pada Pelabuhan

jumlah prosentase sebesar 19%, dan diurutan keempat dan kelima masing
masing pada wilayah Bogor dan jatinegara dengan masing masing
jumlah prosentase sama sebesar 13%. Asal perjalanan dapat dilihat pada
gambar 5.13.

Bab V Halaman -12

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Asal Perjalanan

13%
30%

13%

Bekasi
Pondok Gede
Depok
Bogor

19%

Jati Negara

25%

Tujuan Perjalanan

Sama seperti pada asal perjalanan, tujuan perjalanan pun menurut hasil

BS

survey bermacam macam wilayahnya. Menurut hasil survey tujuan


perjalanan dibagi menjadi 5 (lima) wilayah terbesar. Wilayah tujuan
perjalanan terbesar pertama adalah Bekasi dengan jumlah prosentase
sebesar 45%, diurutan kedua wilayah Depok dengan prosentase sebesar

IT
.

22%, diurutan ketiga wilayah Bogor dengan jumlah prosentase sebesar


15%, diurutan keempat wilayah Cikarang dengan jumlah responden
sebesar 11% dan diurutan kelima wilayah Tangerang dengan jumlah
prosentase sebesar 7%. Tujuan perjalanan dapat dilihat pada tabel 5.14

A.

TP

Gambar 5.13 Asal Perjalanan

berikut.

Tujuan Perjalanan

11%

7%

Bekasi
45%

Depok
Bogor

15%

Cikarang
22%

Tangerang

Gambar 5.14 Tujuan Perjalanan


Bab V Halaman -13

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

5.2.3 Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda


A.

Kendaraan yang Digunakan dari (ke) Pelabuhan


Survey Kendaraan yang digunakan dari dan ke pelabuhan terdiri dari
kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Menurut hasil survey,
kendaraan yang digunakan oleh para responden pengguna pelabuhan
terbesar adalah 60% menggunakan kendaraan umum dan 40%
menggunakan kendaraan pribadi. Sperti yang terlihat pada gambar
5.15.

TP

KENDARAAN YANG DI GUNAKAN

UMUM
PRIBADI

60%

IT
.

BS

40%

Gambar 5.15 Kendaraan yang Digunakan

Biaya Transport dari dan ke Pelabuhan

B.

Biaya transport saat ini yang sudah dikeluarkan oleh para responden
untuk menuju atau dari pelabuhan dapat dikelompokan menjadi 4
(empat) bagian. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 20.000 50.000
merupakan

biaya

terbanyak

yang

dikeluarkan

oleh

pengguna

pelabuhan dengan jumlah prosentase sebesar 45%,sebagai biaya


transportasi, Rp 51.000 Rp 100.000 jumlah biaya yang dikelurkan diurutan
kedua, dengan prosentase sebesar 36%, diurutan ketiga sebesar > Rp
100.000 dengan prosentase sebesar 11% dan diurutan keempat sebesar
8% dengan biaya yang dikeluarkan < Rp 20.000. untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 5.16.

Bab V Halaman -14

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Biaya Transport dari (ke) Pelabuhan

11%

8%

< 20.000
20.000 -50.000

36%

45%

51.000 - 100.000
> 100.000

Setuju Tidaknya Bus Pelabuhan

BS

Mengingat pada pelabuhan belum terdapat pemadu moda seperti


pada bandara, maka perlu dilakukan survey terhadap responden.
Seberap perlunya pemadu moda atau bus pelabuhan untuk pengguna
kapal penumpang khususnya. Menurut hasil survey 88% responden

IT
.

mengatakan setuju apabila diadakannya bus pelabuhan dan 12%


mengatakan tidak setuju dengan adanya bus pelabuhan. Hal ini
disebabkan mungkin faktor ketakutannya responden akan tarif yang
tinggi berlaku pada bus pelabuhan tersebut. Setuju atau tidaknya

C.

TP

Gambar 5.16 Biaya Transport dari dan ke Pelabuhan

adanya bus pelabuhan dapat dilihat pada gambar 5.17

Setuju Adanya Bus Pelabuhan

12%
Ya
Tidak
88%

Gambar 5.17 Setuju Tidaknya Bus Pelabuhan


Bab V Halaman -15

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Wilayah yang Perlu Dilayani oleh Bus Pelabuhan


Pemadu moda pada pelabuhan belum terdapat untuk saat ini, oleh
karena itu dalam studi ini akan dikaji lebih lanjut lagi apakah layak atau
tidak adanya bus pada pelabuhan mengingat jadwal kedatangan dan
keberangkatan kapal penumpang yang tidak setiap hari. Dari segi
pengguna pelabuhan, apabila dilaksanakan bus pelabuhan maka
wilayah yang perlu di priorotasnkan adalah Bekasi dengan prosentase
sebesar 36%, kedua adalah Bogor dengan prosentase sebesar 21%,
ketiga adalah Depok dengan prosentase sebesar 19%, keempat adalah
Kampung Melayu dengan prosentase sebesar 14% dan kelima adalah

TP

Pondok gede dengan prosentase sebesar 10%. Untuk lebih jelasnya

BS

dapat dilihat pada gambar 5.18.

Wilayah yang Perlu Dilayani Bus Pelabuhan

10%

IT
.

14%

19%

D.

21%

36%

Bekasi
Bogor
Depok
Kampung melayu
Pondok Gede

Gambar 5.18 Wilayah yang Perlu Dilayani

Bab V Halaman -16

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tarif Bus Pelabuhan


Tarif bus pelabuhan seperti pada gambar 5.19 yang terbesar responden
memilih Rp 20.000 sebanyak 34%, diurutan kedua sebesar Rp 25.000
sebanyak 23%, diurutan ketiga sebesar Rp 30.000 sebanyak 18%, diurutan
keempat sebesar Rp 40.000 sebanyak 14% dan diurutan kelima sebesar
Rp 50.000 sebanyak 11%.

Tarif Bus Pelabuhan

11%

TP

34%

18%

BS

14%

23%

20.000
25.000
30.000
40.000
50.000

IT
.

Gambar 5.19 Tarif Bus Pelabuhan

E.

Bab V Halaman -17

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 6
Identifikasi Potensi Demand

6.1

BERDASARKAN HASIL SURVEY

6.1.1 Bandara Soekarno Hatta


Untuk mengetahui pola pergerakan penumpang pada bandara Soekarno -

TP

Hatta perlu dilakukan suatu survei. Yang bertujuan untuk mengetahui asal dan
tujuan dari pergerakannya. Dalam menghitung jumlah penumpang rata rata
setiap hari nya pada bandara konsultan mengambil data dari hasil survei

BS

langsung di bandara.

Dari Survey Asal Tujuan yang dilakukan, pola pergerakan orang dari bandara
tinjauan studi dapat dilihat pada matriks asal tujuan yang disajikan pada Tabel

IT
.

6.1.

Data yang diperoleh dari survey lapangan, lebih lanjut akan diolah, disusun

dan diperluas sesuai peruntukannya, untuk mengetahui besaran secara


proporsional dari sample :
a. Tarikan perjalanan Bandara Soekarno - Hatta
Demand pengguna jasa angkutan jalan yang datang dari masing
masing zona di dalam wilayah propinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat,
belahan Barat Jawa Tengah, dan ring luar (bila ada) ke Bandara Sokerano
Hatta
b. Keluaran (distribusi) perjalanan Bandara Soekarno Hatta
Demand pengguna jasa angkutan jalan yang pergi dari bandara
Soekarno Hatta ke masing masing zona di dalam wilayah propinsi DKI
Jakarta, Banten, Jawa Barat, belahan Barat Jawa Tengah dan ring luar
(bila ada).

Bab VI Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Untuk mengetahui besarnya demand pada bandara Soekarno Hatta per


hari, maka dapat melalui perhitungan sebagai berikut :

Bekasi

Jumlah penumpang bandara per hari sebesar 96318 penumpang

Jumlah sample 4000 dan survey dilaksanakan selama 7 hari, jadi dalam
sehari jumlah sample adalah 571 sample

Jumlah penumpang asal tujuan Bekasi sebesar 17 penumpang Jumlah


demand per hari = 96318 / 571 x 17 / 7 = 410
Depok

Jumlah penumpang bandara per hari sebesar 96318 penumpang

Jumlah sample 4000 dan survey dilaksanakan selama 7 hari, jadi dalam

TP

sehari jumlah sample adalah 571 sample

Jumlah penumpang asal tujuan Depok sebesar 45 penumpang

BS

Jumlah demand per hari = 96318 / 571 x 45/ 7 = 1084


Demand selama 7 (tujuh) hari asal tujuan tiap tiap wilayah dari dan ke

IT
.

Bandara Soekarno Hatta adalah seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 6.1 Asal Tujuan Perjalanan Penumpang Bandara


NO

WILAYAH

OD

POPULASI

ANCOL

35

5904

ANYER

1518

BABELAN

337

BANDENGAN

169

BANDUNG

50

8434

BANJARNEGARA

21

3542

BANTAR GEBANG

1012

BANTUL

23

3880

BANTEN

506

10

BEKASI

17

2868

11

BINTARA

16

2699

12

BINTARO

65

10964

13

BLOK M

21

3542

14

BOGOR

23

3880

15

BOJONG

1012

16

BREBES

29

4892

17

BUARAN

17

2868
Bab VI Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

BULUNGAN

18

3036

19

BSD

25

4217

20

BUKIT DURI

843

21

BULAK KAPAL

17

2868

22

BUNGUR RAYA

169

23

CAKUNG

10

1687

24

CAWANG

29

4892

25

CEMPAKA PUTIH

843

26

CENGKARENG

16

2699

27

CENGKEH BARAT

1518

28

CIAMIS

26

4386

29

CIANJUR

30

5060

30

CIAWI

843

31

CIBARENGKAK

30

5060

32

CIBINONG

30

5060

33

CIBODAS

337

34

CIBUBUR

42

7085

35

CIGANJUR

36

CIJANTUNG

37

CIKAMPEK

38

CIKARANG

39

CIKARET

40

CIKEAS

41

TP

18

21

3542

17

2868
7591

65

10964

19

3205

25

4217

CIKINI

337

42

CIKOPO

45

7591

43

CILACAP

25

4217

44

CILANDAK

17

2868

45

CILEDUK

19

3205

46

CILEGON

1518

47

CILENGSI

11

1856

48

CILILITAN

16

2699

49

CILIMUS

18

3036

50

CILINCING

169

51

CILOSARI

24

4048

52

CIMAHI

50

8434

53

CIMANGGIS

23

3880

54

CINERE

14

2362

55

CIPANAS

24

4048

56

CIPAYUNG

23

3880

57

CIPETE

17

2868

58

CIPINANG

20

3374

59

CIPONDOH

21

3542

60

CIPULIR

337

61

CIREBON

22

3711

62

CISALAK

20

3374

63

CISARUA

25

4217

64

CITEUREP

18

3036

65

CONDET

22

3711

66

CUT MUTIA

675

67

CUPANG

13

2193

68

CURUG NANGKA

169

IT
.

BS

45

Bab VI Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

DAAN MOGOT

35

5904

70

DEPOK

45

7591

71

DUREN SAWIT

14

2362

72

DURIAN I

16

2699

73

GADJAH MADA

506

74

GALAXY

21

3542

75

GAMBIR

1518

76

GAMPRIT

35

5904

77

GANDA AGUNG

17

2868

78

GARUT

29

4892

79

GLODOK

1181

80

GROGOL

42

7085

81

GUNUNG SAHARI

675

82

H.SUDIRMAN

1349

83

HAJI ROHIM

13

2193

84

HALIM

14

2362

85

HARAPAN BARU

169

86

HARAPAN INDAH

87

HARMONI

88

INDRAMAYU

89

JAGAKARSA

90

JAKARTA BARAT

91

JAKARTA PUSAT

12

2024

92

JAKARTA TIMUR

15

2530

JAKARTA UTARA

35

5904

94

JATI ASIH

843

95

JATI BENING

1181

96

JATI KUNINGAN

13

2193

97

JATI KERAMAT

1518

98

JATINEGARA

42

7085

99

JATI SAMPURNA

675

100

JATIWARINGIN

843

101

JATILUHUR

23

3880

102

JAWA TENGAH

1012

103

JOGJAKARTA

1518

104

JOHAR BARU

12

2024

105

KALIBATA

337

106

KALIDERES

843

107

KALIMALANG

32

5398

108

KALISARI

11

1856

109

KAMPUNG RAMBUTAN

1518

110

KAMPUNG HANKAM

169

111

KAMPUNG MAKASAR

337

112

KAMPUNG MELAYU

21

3542

113

KAMPUNG MUJI

14

2362

114

KAMPUNG PEMUDA

17

2868

115

KARANG ASEM

13

2193

116

KARAWANG

17

2868

117

KARAWACI

17

2868

118

KARET

13

2193

119

KAYU MANIS

337

120

KEBAGUSAN

11

1856

TP

69

169

13

2193
1349
4723

45

7591

IT
.

BS

28

Bab VI Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

KEBAYORAN BARU

15

122

KEBAYORAN LAMA

843

123

KEBON JERUK

45

7591

124

KEBON KACANG

16

2699

125

KEBON SIRIH

843

126

KELAPA GADING

337

127

KLENDER

17

2868

128

KEMANG

18

3036

129

KEMAYORAN

506

130

KEMBANGAN

22

3711

131

KENCANA

1349

132

KERANJI

13

2193

133

KERANGGAN

22

3711

134

KOJA

1349

135

KOLONEL SUTARTO

337

136

KOPO

40

6747

137

KOTA

15

2530

138

KAMPUNG BANDAN

139

KRAMAT LONTAR

140

KERAMAT RAYA

141

KAMPUNG MELAYU

142

KERAMAT JATI

143

KERAMAT SENTIONG

1518

144

KUNINGAN

11

1856

145

LEBAK BULUS

1349

146

LENTENG AGUNG

18

3036

147

LIPO CIKARANG

38

6410

148

MAJALENGKA

14

2362

149

MAMPANG

22

3711

150

MANGGA BESAR

1012

151

MANGGA DUA

31

5229

152

MANGGARAI

10

1687

153

MARGONDA

42

7085

154

MATRAMAN

10

1687

155

MENTENG

17

2868

156

MERAK

10

1687

157

MERUYA

17

2868

158

MUARA CIPINANG

20

3374

159

NAROGONG

337

160

OTISTA

14

2362

161

PULO GADUNG

13

2193

162

PANDEGLANG

1181

163

PADEMANGAN

10

1687

164

PAHLAWAN

1181

165

PALMERAH

19

3205

166

PAMULANG

20

3374

167

PANCORAN

23

3880

168

PARUNG

10

1687

169

PASAR BARU

1181

170

PASAR MINGGU

20

3374

171

PASAR REBO

19

3205

172

PATI

337

15

2530

1518

35

5904

675

30

5060

BS

IT
.
D

2530

TP

121

Bab VI Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

PONDOK GEDE

337

174

PONDOK KOPI

1012

175

PONDOK KELAPA

30

5060

176

PEJOMPONGAN

1181

177

506

178

PEKALONGAN
PENGASINAN
KAMPUNG

25

4217

179

PEDONGKELAN

14

2362

180

PENGGILINGAN

32

5398

181

PEJATEN

17

2868

182

506

183

PERMATA HIJAU
PERUM HARAPAN
INDAH

1012

184

PERUM II

18

3036

185

PESANGGRAHAN

11

1856

186

PERUMAHAN CIPTO

675

187

PERUMAHAN GALAXY

1181

188

PERUMPUNG

35

5904

189

PETUKANGAN

169

190

PINANG RANTI

20

3374

191

PISANGAN MAS

17

2868

192

PLUIT

169

193

PLUMPANG

194

PONDOK MELATI

1518

195

PONDOK AREN

1349

196

PONDOK INDAH

337

197

PONDOK PINANG

1349

198

PONDOK UNGU

12

2024

199

PONDOK WAKI

21

3542

200

PORIS

1518

201

PULO MAS

13

2193

202

PURI INDAH

506

203

PURWAKARTA

16

2699

204

PURWOKERTO

1349

205

RAWAMANGUN

19

3205

206

RAGUNAN

11

1856

207

RANGKAS BITUNG

1181

208

RAWA BAMBU

1181

209

RAWA BEBEK

169

210

RAWA BELONG

506

211

RAWA BUAYA

337

212

RAWASARI

1349

213

RAWA BADAK

337

214

RAYA CIRACAS

169

215

ROXY

1349

216

SALEMBA

1518

217

SARINAH

14

2362

218

SAWAH BESAR

506

219

SAWANGAN

29

4892

220

SEMARANG

16

2699

221

SEMPER

843

222

SENAYAN

17

2868

223

SENEN

32

5398

TP

173

IT
.

BS

337

Bab VI Halaman - 6

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

SERANG

20

3374

225

SEROSA

1518

226

SERPONG

10

1687

227

SETIA BUDI

675

228

SITU PANDANG

10

1687

229

SLIPI

50

8434

230

SUBANG

1012

231

SUKABUMI

1518

232

SUMEDANG

337

233

SUMUR BATU

1181

234

SUNDA KELAPA

12

2024

235

SUNTER

13

2193

236

TAMAN KOTA

1349

237

TAMAN PURING

19

3205

238

TAMBUN

169

239

TANAH ABANG

1012

240

TANAH KUSIR

60

10121

241

TANGERANG

242

TANJUNG PRIOK

243

TAMAN MINI

244

TAMBORA

245

TARUNA

246

TASIKMALAYA

247
248

TP

224

1518

10

1687

675
675

33

5567

BS

4554

TEBET

1349

TEGAL

17

2868

249

TEGAL ALUR

21

3542

250

TENGKU UMAR

1012

251

TIGA RAKSA

1012

252

TIMUR III

30

5060

253

VETERAN

65

10964

254

WARAKAS

1518

4000

674395

IT
.

27

JUMLAH

Setelah mengetahui demand demand perwilayah yang dari dan ke


bandara maka langkah selanjutnya adalah demand demang tersebut
menjadi dua yaitu demand yang menggunakan angkutan pribadi dan
demand yang menggunakan angkutan umum.
Untuk mengatahui demand asal tujuan dan jumlah populasi dari masing
masing wilayah dari dan ke bandara yang menggunkana angkutan pribadi
dan angkutan umum maka dapat dilihat pada tabel 6.2 berikut.

Bab VI Halaman - 7

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

OD

POPULASI

OD
Angkutan
Pribadi

ANCOL

35

5904

20

3374

482

15

361

ANYER

1518

843

120

96

BABELAN

337

337

48

BANDENGAN

169

24

BANDUNG

50

8434

40

6747

964

10

241

BANJARNEGARA

21

3542

11

1856

265

10

241

BANTAR GEBANG

1012

675

96

48

BANTUL

23

3880

13

2193

313

10

241

BANTEN

506

337

48

24

10

BEKASI

17

2868

12

2024

289

120

11

BINTARA

16

2699

11

1856

265

120

12

BINTARO

65

10964

50

8434

1205

15

361

13

BLOK M

21

3542

15

2530

361

14

BOGOR

23

3880

15

BOJONG

1012

16

BREBES

29

4892

17

BUARAN

17

2868

18

BULUNGAN

18

3036

TP

Tabel 6.2 Jumlah Populasi Pengguna Bandara

19

BSD

25

20

BUKIT DURI

21

BULAK KAPAL

17

22

BUNGUR RAYA

23

CAKUNG

10

24

CAWANG

29

25

CEMPAKA PUTIH

26

CENGKARENG

27

CENGKEH BARAT

28

CIAMIS

29

CIANJUR

30

CIAWI

31

Populasi
Angkutan
Pribadi Per hari

OD
Angkutan
Umum

Populasi
Angkutan
Umum Per hari

145

17

2868

410

145

675

96

48

19

3205

458

10

241

1349

193

217

1518

217

217

BS

WILAYAH

4217

17

2868

410

193

843

337

48

72

2868

14

2362

337

72
24

169

1687

1012

145

96

4892

20

3374

482

217

IT
.

NO

Populasi
Angkutan
Pribadi

843

675

96

24

16

2699

11

1856

265

120

1518

1012

145

72

26

4386

23

3880

554

72

30

5060

20

3374

482

10

241

843

675

96

24

CIBARENGKAK

30

5060

25

4217

602

120

32

CIBINONG

30

5060

25

4217

602

120

33

CIBODAS

337

169

24

24

34

CIBUBUR

42

7085

35

5904

843

169

35

CIGANJUR

21

3542

16

2699

386

120

36

CIJANTUNG

17

2868

10

1687

241

169

37

CIKAMPEK

45

7591

41

6916

988

96

38

CIKARANG

65

10964

55

9278

1325

10

241

39

CIKARET

19

3205

13

2193

313

145

40

CIKEAS

25

4217

19

3205

458

145

41

CIKINI

337

337

48

42

CIKOPO

45

7591

35

5904

843

10

241

43

CILACAP

25

4217

21

3542

506

96

44

CILANDAK

17

2868

1518

217

193

45

CILEDUK

19

3205

11

1856

265

193

46

CILEGON

1518

1012

145

72

47

CILENGSI

11

1856

1012

145

120

48

CILILITAN

16

2699

1349

193

193

Bab VI Halaman - 8

49

CILIMUS

18

3036

14

2362

337

50

CILINCING

169

169

24

51

CILOSARI

24

4048

14

2362

337

10

241

52

CIMAHI

50

8434

35

5904

843

15

361

53

CIMANGGIS

23

3880

20

3374

482

72

54

CINERE

14

2362

10

1687

241

96

55

CIPANAS

24

4048

20

3374

482

96

56

CIPAYUNG

23

3880

18

3036

434

120

57

CIPETE

17

2868

14

2362

337

72

58

CIPINANG

20

3374

15

2530

361

120

59

CIPONDOH

21

3542

15

2530

361

145

60

CIPULIR

337

337

48

61

CIREBON

22

3711

11

1856

265

11

265

62

CISALAK

20

3374

10

1687

241

10

241

63

CISARUA

25

4217

15

2530

361

10

241

64

CITEUREP

18

3036

14

2362

337

96

65

CONDET

22

3711

17

2868

410

66

CUT MUTIA

675

67

CUPANG

13

2193

68

CURUG NANGKA

169

69

DAAN MOGOT

35

5904

70

DEPOK

45

7591

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

96

71

DUREN SAWIT

14

72

DURIAN I

16

73

GADJAH MADA

74

GALAXY

21

75

GAMBIR

76

GAMPRIT

35

77

GANDA AGUNG

78

GARUT

79

GLODOK

80

GROGOL

81

GUNUNG SAHARI

82

H.SUDIRMAN

83

120

506

72

24

1518

217

96

169

24

28

4723

675

169

40

6747

120

10

1687

241

96

2699

10

1687

241

145

506

337

48

24

3542

17

2868

410

96

1518

1012

145

72

5904

30

5060

723

120

17

2868

14

2362

337

72

29

4892

19

3205

458

10

241

1181

675

96

72

42

7085

30

5060

723

12

289

675

506

72

24

1349

1181

169

24

HAJI ROHIM

13

2193

1518

217

96

84

HALIM

14

2362

11

1856

265

72

85

HARAPAN BARU

169

169

24

86

HARAPAN INDAH

169

169

24

87

HARMONI

13

2193

1349

193

72

88

INDRAMAYU

1349

843

120

72

89

JAGAKARSA

28

4723

20

3374

482

193

90

JAKARTA BARAT

45

7591

35

5904

843

10

241

91

JAKARTA PUSAT

12

2024

10

1687

241

48

92

JAKARTA TIMUR

15

2530

13

2193

313

48

JAKARTA UTARA

35

5904

28

4723

675

169

94

JATI ASIH

843

506

72

48

95

JATI BENING

1181

675

96

72

96

JATI KUNINGAN

13

2193

10

1687

241

72

97

JATI KERAMAT

1518

843

120

96

98

JATINEGARA

42

7085

30

5060

723

12

289

99

JATI SAMPURNA

675

506

72

24

100

JATIWARINGIN

843

675

96

24

IT
.

BS

964

2362

Bab VI Halaman - 9

101

JATILUHUR

23

3880

13

2193

313

10

241

102

JAWA TENGAH

1012

675

96

48

103

JOGJAKARTA

1518

1012

145

72

104

JOHAR BARU

12

2024

1181

169

120

105

KALIBATA

337

337

48

106

KALIDERES

843

675

96

24

107

KALIMALANG

32

5398

18

3036

434

14

337

108

KALISARI

11

1856

1518

217

48

109

KAMPUNG RAMBUTAN

1518

843

120

96

110

KAMPUNG HANKAM

169

169

24

111

KAMPUNG MAKASAR

337

169

24

24

112

KAMPUNG MELAYU

21

3542

15

2530

361

145

113

KAMPUNG MUJI

14

2362

10

1687

241

96

114

KAMPUNG PEMUDA

17

2868

10

1687

241

169

115

KARANG ASEM

13

2193

10

1687

241

72

116

KARAWANG

17

2868

11

1856

265

145

117

KARAWACI

17

2868

12

2024

289

118

KARET

13

2193

119

KAYU MANIS

337

120

KEBAGUSAN

11

1856

121

KEBAYORAN BARU

15

2530

122

KEBAYORAN LAMA

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

123

KEBON JERUK

45

124

KEBON KACANG

16

125

KEBON SIRIH

126

KELAPA GADING

127

KLENDER

17

128

KEMANG

18

129

KEMAYORAN

130

KEMBANGAN

131

KENCANA

132

KERANJI

133

KERANGGAN

134

KOJA

135

193

120

337

48

1518

217

48

1181

169

120

506

72

48

BS

120

1349

7591

40

6747

964

120

2699

12

2024

289

96

843

675

96

24

337

169

24

24

2868

14

2362

337

72

3036

14

2362

337

96

506

337

48

24

22

3711

18

3036

434

96

1349

843

120

72

13

2193

1349

193

120

22

3711

17

2868

410

120

1349

843

120

72

KOLONEL SUTARTO

337

337

48

136

KOPO

40

6747

30

5060

723

10

241

137

KOTA

15

2530

1518

217

145

138

KAMPUNG BANDAN

15

2530

10

1687

241

120

139

KRAMAT LONTAR

1518

1349

193

24

140

KERAMAT RAYA

35

5904

25

4217

602

10

241

141

KAMPUNG MELAYU

675

506

72

24

142

KERAMAT JATI

30

5060

20

3374

482

10

241

143

KERAMAT SENTIONG

1518

1012

145

72

144

KUNINGAN

11

1856

1518

217

48

145

LEBAK BULUS

1349

843

120

72

146

LENTENG AGUNG

18

3036

14

2362

337

96

147

LIPO CIKARANG

38

6410

25

4217

602

13

313

148

MAJALENGKA

14

2362

12

2024

289

48

149

MAMPANG

22

3711

18

3036

434

96

150

MANGGA BESAR

1012

843

120

24

151

MANGGA DUA

31

5229

26

4386

627

120

152

MANGGARAI

10

1687

1012

145

96

IT
.

843

Bab VI Halaman - 10

153

MARGONDA

42

7085

30

5060

723

12

289

154

MATRAMAN

10

1687

1012

145

96

155

MENTENG

17

2868

13

2193

313

96

156

MERAK

10

1687

1012

145

96

157

MERUYA

17

2868

13

2193

313

96

158

MUARA CIPINANG

20

3374

18

3036

434

48

159

NAROGONG

337

337

48

160

OTISTA

14

2362

1518

217

120

161

PULO GADUNG

13

2193

10

1687

241

72

162

PANDEGLANG

1181

843

120

48

163

PADEMANGAN

10

1687

1012

145

96

164

PAHLAWAN

1181

843

120

48

165

PALMERAH

19

3205

17

2868

410

48

166

PAMULANG

20

3374

14

2362

337

145

167

PANCORAN

23

3880

13

2193

313

10

241

168

PARUNG

10

1687

1181

169

72

169

PASAR BARU

1181

843

120

170

PASAR MINGGU

20

3374

171

PASAR REBO

19

3205

172

PATI

337

173

PONDOK GEDE

337

174

PONDOK KOPI

1012

TP

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

175

PONDOK KELAPA

30

176

PEJOMPONGAN

177

PEKALONGAN

178

PENGASINAN KAMPUNG

25

179

PEDONGKELAN

14

180

PENGGILINGAN

32

181

PEJATEN

17

182

PERMATA HIJAU

183

PERUM HARAPAN INDAH

184

PERUM II

185

PESANGGRAHAN

186

PERUMAHAN CIPTO

187

48

2530

361

120

10

1687

241

217

337

48

169

24

24

120

24

5060

20

3374

482

10

241

1181

1012

145

24

506

337

48

24

4217

15

2530

361

10

241

2362

10

1687

241

96

5398

25

4217

602

169

2868

14

2362

337

72

506

337

48

24

1012

843

120

24

18

3036

12

2024

289

145

11

1856

1349

193

72

675

506

72

24

PERUMAHAN GALAXY

1181

843

120

48

188

PERUMPUNG

35

5904

22

3711

530

13

313

189

PETUKANGAN

169

169

24

190

PINANG RANTI

20

3374

10

1687

241

10

241

191

PISANGAN MAS

17

2868

10

1687

241

169

192

PLUIT

169

169

24

193

PLUMPANG

337

45

7591

1084

72

194

PONDOK MELATI

1518

843

120

96

195

PONDOK AREN

1349

1012

145

48

196

PONDOK INDAH

337

337

48

197

PONDOK PINANG

1349

843

120

72

198

PONDOK UNGU

12

2024

1012

145

145

199

PONDOK WAKI

21

3542

11

1856

265

10

241

200

PORIS

1518

843

120

96

201

PULO MAS

13

2193

1349

193

120

202

PURI INDAH

506

337

48

24

203

PURWAKARTA

16

2699

13

2193

313

72

204

PURWOKERTO

1349

843

120

72

IT
.

843

BS

15

Bab VI Halaman - 11

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

205

RAWAMANGUN

19

3205

10

1687

241

217

206

RAGUNAN

11

1856

1181

169

96

207

RANGKAS BITUNG

1181

675

96

72

208

RAWA BAMBU

1181

843

120

48

209

RAWA BEBEK

169

169

24

210

RAWA BELONG

506

337

48

24

211

RAWA BUAYA

337

169

24

24

212

RAWASARI

1349

1012

145

48

213

RAWA BADAK

337

337

48

214

RAYA CIRACAS

169

20

3374

482

96

215

ROXY

1349

843

120

72

216

SALEMBA

1518

1012

145

72

217

SARINAH

14

2362

11

1856

265

72

218

SAWAH BESAR

506

337

48

24

219

SAWANGAN

29

4892

19

3205

458

10

241

220

SEMARANG

16

2699

12

2024

289

96

221

SEMPER

843

96

24

222

SENAYAN

17

2868

223

SENEN

32

5398

224

SERANG

20

3374

225

SEROSA

1518

226

SERPONG

10

1687

227

SETIA BUDI

228

SITU PANDANG

10

229

SLIPI

50

230

SUBANG

231

SUKABUMI

232

SUMEDANG

233

SUMUR BATU

234

SUNDA KELAPA

235

SUNTER

236

TAMAN KOTA

237

TAMAN PURING

238

TAMBUN

239

675

TP

2362

337

72

20

3374

482

12

289

15

2530

361

120

843

120

96

1012

145

96

24

BS

14

506

72

1687

1181

169

72

8434

40

6747

964

10

241

1012

675

96

48

1518

1012

145

72

337

169

24

24

1181

843

120

48

12

2024

10

1687

241

48

13

2193

10

1687

241

72

1349

843

120

72

19

3205

10

1687

241

217

169

169

24

TANAH ABANG

1012

843

120

24

240

TANAH KUSIR

60

10121

45

7591

1084

15

361

241

TANGERANG

1518

843

120

96

242

TANJUNG PRIOK

10

1687

1012

145

96

243

TAMAN MINI

675

506

72

24

244

TAMBORA

675

337

48

48

245

TARUNA

33

5567

18

3036

434

15

361

246

TASIKMALAYA

27

4554

20

3374

482

169

247

TEBET

1349

843

120

72

248

TEGAL

17

2868

14

2362

337

72

249

TEGAL ALUR

21

3542

15

2530

361

145

250

TENGKU UMAR

1012

843

120

24

251

TIGA RAKSA

1012

675

96

48

252

TIMUR III

30

5060

20

3374

482

10

241

253

VETERAN

65

10964

44

7422

1060

18

434

254

WARAKAS

1518

843

120

96

4000

674395

2900

491880

70269

1100

27544

IT
.

JUMLAH

675

Bab VI Halaman - 12

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Setelah dibagi menjadi demand demand antara pengguna angkutan umum


dan angkutan pribadi, diapat bahwa yang menggunakan angkutan umum
adalah sebanyak 27.544 per hari dari 4000 sample selama 7 hari. Maka tahap
selanjutnya adalah mengelompokan demand demand yang menggunakan
angkutan umum tersebut. Pengelompokan pengelompokan demand
berdasarkan pengguna angkutan umum dikelompokan berdasarkan zona
zona wilayah terdekat atau yang dilewati dengan pemadu moda yang sudah
ada dan pemadu moda rencana, pada studi ini diambil 14 wilayah yang
dilayani pemadu moda atau jalur eksisting dan 7 wilayah rencana trayek
pemadu moda untuk dianalisis lebih lanjut. Wilayah - wilayah pengelompokan

IT
.

BS

TP

berdasarkan trayek pemadu moda dapat dilihat pada tabel berikut.

Bab VI Halaman - 13

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 6.3 Pengelompokan OD tiap tiap wilayah berdasarkan trayek Pemadu Moda

Gambir

Rawamangun

Blok M

Tanjung Priok

Kemayoran

Kp. Rambutan

Ps.Minggu

Bogor

Bekasi

Lebak Bulus

Serang

Mangga Dua

Bandung

Grogol

Jatinegara

Bukit Duri

Buaran

Blok M

Bandengan

Bungur Raya

Cengkeh Barat

Ciganjur

Bogor

Babelan

Cilandak

Banten

Ancol

Bandung

Daan Mogot

Jatinegara

Cikini

Cipinang

Bulungan

Cilincing

Cempaka Putih

Cijantung

Condet

Bojong

Bantar Gebang

Cinere

Cilegon

Jakarta Utara

Cibarengkak

Grogol

Kalimalang

Cipulir

Cupang

Duren Saw it

Cipete

Koja

Gunung Sahari

Cililitan

Kalibata

Ciaw i

Bekasi

Jakarta Timur

Kebayoran Baru

Plumpang

Johar Baru

Halim

Kebagusan

Cibodas

Bintara

Gambir

Klender

Kemang

Raw a Badak

Kayu Manis

Kalisari

Lenteng Agung

Cikaret

Bulak Kapal

Glodok

Muara Cipinang

Mampang

Semper

Kelapa Gading

Kp Rambutan

Pahlaw an

Cilosari

Cakung

H.Sudirman

Pulo Gadung

Senayan

Sunda Kelapa

Kemayoran

Kp Hankam

Pancoran

Cipanas

Galaxy

Harmoni

Pedongkelan

Taman Puring

Sunter

Kencana

Kp Makasar

Pasar Minggu

Cipayung

Gamprit

Jakarta Pusat

Pulo Mas

Tegal Alur

Karet

Raw amangun

Kebon Kacang
Kebon Sirih
Kota

Tanjung Priok Keramat Lontar

Kp Melayu

Pejaten

Cisarua

Ganda Agung

Mangga Besar

Mahoni

Ragunan

Citeurep

H.Rohim

Raw asari

Pademangan

Pasar Rebo

Parung

Harapan Baru

cakung

Pasar Baru

Pinang Ranti

Cilengsi

Harapan Indah

Sumur batu

Pondok Melati

Warakas

Jati Asih

Raya Ciracas

Jati Bening

Keramat Sentiong

Taman Mini

Jati Keramat

Manggarai

Situ Pandang

Otista
Pejompongan
Perumahan Cipto
Raw a bambu
Roxy
Salemba
Sarinah
Saw ah Besar
Setia Budi
Tanah Abang

Depok

Cibubur

Jagakarsa

Gamprit

Cileduk

Perumpung

Ganda Agung

Cipondoh

Kopo

Pesanggrahan

Serang

Lebak Bulus

anyer

Cibodas

Kebon jeruk Kampung Melayu


Palmerah

Durian I

Veteran

Depok

Cikeas

Margonda

Cilengsi

Pondok Kelapa

Cimanggis Pengasinan Kampung

Pisangan Mas

Karaw aci

Cisalak

Saw angan

Caw ang

Kembangan

Keranggan

Timur III

Tebet

Meruya
Perum II
Pluit
Pondok Aren
Poris
Puri Indah
Raw a Buaya
Serpong

Jati Sampurna

serosa

Jati Waringin

Taman Kota

Keranji

Tangerang

Narogong

Tiga Raksa

Pondok Gede

IT

Matraman

Pondok Kopi

Perum Harapan Indah


Perumahan Galaxy
Pondok Ungu

Menteng

Cibinong

Penggilingan

Cimahi

Raw a Belong

Bintaro

Slipi

Senen

Pondok Pinang

BSD

Jakarta Barat

Keramat Raya

merak

Cikarang

Lippo Cikarang Cengkareng Tanah Kusir

Cikopo

Pandeglang

Kalideres

Cibubur

Cikampek

Rangkas Bitung

Petukangan

Bintaro

Keramat Jati

Pamulang

Pondok Indah

Tangerang

Mangga Dua

Permata Hijau

.B

Kampung Bandan

Kebayoran Lama Curug Nangka

ST
P

Cut Mutia
Gadjah Mada

Cikarang

Raw a Bebek
Tambun

Tambora
Tengku Umar

Bab VI Halaman - 14

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Berdasarkan hasil survey dan identifikasi potensi demand maka di


rekomendasikan trayek trayek baru untuk pemadu moda bandara pada
beberapa wilayah seperti Grogol, Jatinegara, Tangerang, Bintaro dan
Cibubur, karena pada wilayah wilayah itulah yang mempunyai jumlah
demand yang cukup tinggi berdasarkan identifikasi potensi demand.
Untuk mengetahui besaran demand pada jalur eksisting dan jalur rencana
pemadu moda bandara adalah seperti pada tabel 6.4.
Tabel 6.4 OD tiap tiap wilayah berdasarkan trayek Pemadu Moda
NO

BULAN
AGUSTUS

TRAYEK

OD
PERHARI

JALUR EKSISTING
BLOK M

RAWAMANGUN

GAMBIR

KEMAYORAN

MANGGA DUA

BEKASI

8
9
10
11

2573

75898

2530

110346

3678

4251

142

2491

83

74310

2477

BOGOR

74100

2470

KAMPUNG RAMBUTAN

69665

2322

PASAR MINGGU

56291

1876

TANJUNG PRIOK

22589

753

572

19

28004

933

BS

77198

TP

MERAK

LEBAK BULUS

13

CIKARANG

6911

230

14

BANDUNG

40500

1350

IT
.

12

JALUR RENCANA

GROGOL

1005

JATINEGARA

1018

TANGERANG

950

BINTARO

950

5
6

CIBUBUR
DEPOK

800
1002

6.1.2 Pelabuhan Tanjung Priok


Sama seperti pada survey di bandara. Survey pada pelabuhan pun
disusun dan diperluas sesuai peruntukannya, untuk mengetahui besaran
secara proporsional, dari sample :
a. Tarikan perjalanan Pelabuhan Tanjung Priok

Bab VI Halaman - 15

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Demand pengguna jasa angkutan jalan yang datang dari masing


masing zona di dalam wilayah propinsi DKI Jakarta, Banten Jawa Barat,
belahan Barat Jawa Tengah, dan ring luar (bila ada) ke Pelabuhan
Tanjung Priok
a. Keluaran (distribusi) perjalanan Pelabuhan Tanjung priok
Demand pengguna jasa angkutan jalan yang pergi dari Pelabuhan
Tanjung priok ke masing masing zona di dalam wilayah propinsi DKI
Jakarta, Banten, Jawa Barat, belahan Barat Jawa, belahan Jawa
Tengah dan ring luar (jika ada)
Hasil dari asal tujuan pada pelabuhan tanjung priok dapat dilihat pada

BS

TP

Tabel 6.5

Bekasi

Jumlah penumpang pelabuhan per hari sebesar 1446 penumpang

Jumlah sample 1000 dan survey dilaksanakan selama 3 hari, jadi

IT
.

dalam sehari jumlah sample adalah 333 sample


-

Jumlah penumpang asal tujuan Bekasi sebesar 250 penumpang per 3

hari sehingga dalam sehari 83 penumpang


Jumlah demand per hari = 250 / 333 x 1446/3 = 362

Depok

Jumlah penumpang pelabuhan per hari sebesar 1446 penumpang

Jumlah sample 1000 dan survey dilaksanakan selama 3 hari, jadi


dalam sehari jumlah sample adalah 333 sample

Jumlah penumpang asal tujuan Depok sebesar 120 penumpang per


3 hari sehingga dalam sehari 40 penumpang
Jumlah demand per hari = 120 / 333 x 1575 / 3 = 184

Bab VI Halaman - 16

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Contoh hasil analisis diatas menyebutkan bahwa jumlah demand per hari
pada daerah Bekasi dan Depok masing masing sebesar 362 dan 184.
Untuk lebih jelasnya jumlah demand dari masing masing wilayah dari dan
ke pelabuhan Tanjung Priok adalah seperti pada tabel 6.5.
Tabel 6.5 Asal Tujuan Perjalanan Pelabuhan
No

Tujuan Perjalanan

OD

POPULASI
PER TIGA
HARI

POPULASI
PER HARI

Bantar gebang

25

109

36

Bekasi

250

1086

362

blok M

25

109

36

Bogor

35

152

51

Cibitung

20

87

29

Cikampek

25

109

36

Cikarang

23

100

33

Ciputat

20

87

29

Depok

120

10

TP

174

26

38

Jatiwaringin

27

117

39

Jatinegara

20

87

29

Kalibata

20

87

29

BS

521

Gambir

113

Karawang

24

104

35

15

Kebayoran lama

23

100

33

16

Lenteng Agung

26

113

38

17

Mampang Prapatan

23

100

33

18

Pasar Minggu

22

96

32

19

Pasar Rebo

24

104

35

20

Pondok Gede

75

326

109

21

Pikbar

22

96

32

22

Purwakarta

27

117

39

23

Serang

25

109

36

24

Tangerang

23

100

33

25

Tanjung Barat

25

109

36

26

Tasikmalaya

25

109

36

1000

4342

1447

11
12
13

IT
.

14

Jumlah

Bab VI Halaman - 17

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Berdasarkan tabel 6.5 dengan jumlah sample 1000 pada pelabuhan


Tanjung Priok di dapat jumlah demand sebesar 4342 selama satu minggu
dan 1447 selama satu hari.
Saat ini pemadu moda pada pelabuhan belum tersedia, sehingga
dilakukan survey dan berdasarkan survey maka didapat wilayah wilayah
mana sajakah yang mempunyai demand yang tinggi dibandingkan
dengan wilayah wilayah lainnya. Berdasarkan identifikasi potensi
demand

wilayah wilayah tersebut adalah Bekasi, Bogor, Depok,

Kampung Melayu, Pondok Gede. Tetapi belum tentu dapat direalisasikan


rute rute rencana tersebut mengingat perlu adanya analisis terlebih

TP

dahulu apakah dengan demand yang ada saat ini pemadu moda
pelabuhan dapat maksimal. Untuk lebih lengkapnya perlu dilakukan
identifikasi rute dan pola operasi terlebih dahulu yang akan dijelaskan

IT
.

BS

pada bab selanjutnya.

Bab VI Halaman - 18

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 7
Identifikasi Rute

PENETAPAN RUTE RENCANA


Pada bab terdahulu telah menerangkan besarnya bangkitan dan tarikan
dari dan ke bandara maupun dari dan ke pelabuhan, yang digunakan
untuk mencerminkan kebutuhan akan transportasi di dalam suatu kajian

TP

pemadu moda. Bab 7 ini akan menjelaskan proses pemilihan rute dari
setiap pergerakan yang terjadi dalam proses pencapaian zona tujuannya.

BS

Sistem jaringan transportasi angkutan umum dapat didefinisikan dalam


bentuk yang sama dengan sistem jaringan transportasi angkutan pribadi.
Tetapi, terdapat beberapa spesifikasi khusus untuk menyatakan kondisi
operasi dan pelayanan berupa rute, kapasitas, frekuensi atau secara ideal

IT
.

ditambah dengan kualitas, kehandalan dan keteraturan.


Pada sistem transportasi dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan dapat
terjadi

pada

beberapa

7.1

tingkat.

Yang

paling

sederhana

adalah

keseimbangan pada sistem jaringan jalan, setiap pelaku perjalanan


mencoba mencari rute terbaik masing masing yang meminimumkan
biaya perjalanannya (misalnya waktu). Hasilnya, mereka mencoba
mencari beberapa rute yang stabil (kondisi keseimbangan) setelah
beberapa kali mencoba.
Proses pengakolasian pergerakan tersebut menghasilkan suatu pola rute
yang arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam keadaan
keseimbangan jika setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute
yang lebih baik untuk mencapai zona tujuannya karena mereka telah
bergerak pada rute terbaik yang tersedia.

Bab VII Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Fenomena lain terjadi pada sistem jaringan transportasi angkutan umum,


penumpang

berusaha

mencari

rute

yang

meminimumkan

biaya

perjalanan yang terdiri dari biaya kemacetan, waktu tunggu dan berjalan
kaki, serta waktu berada di atas kendaraan (angkutan umum). Tetapi, hal
tertentu dapat terjadi. Jika kemacetan pada ruas jalan yang diakibatkan
oleh angkutan pribadi meningkat, bus yang beroperasi pada ruas jalan
yang sama akan meningkat pula waktu perjalanannya.
Rute Angkutan Umum berdasarkan Pola Pelayanan
Rute angkutan umum berdasarkan pola pelayanan yang menekankan
1. Rute tetap (fixed routes).

TP

pada maksud pelayanan (CUTA, 1985:10-3), terdiri dari:


Lintasan pelayanan yang dilalui rute ini tidak berubah atau, tetap

BS

seperti yang ditetapkan pemerintah.

2. Rute tetap dengan deviasi khusus (fixed routes with spatial purpose
deviation)

Pelayanan jasa angkutan umum pada rute ini pada prinsipnya melalui

IT
.

lintas tetap terutama pada jam-jam sibuk (peak-hours), tetapi ketika di


luar jam-jam sibuk (off peak hors) sarana angkutan yang dialokasikan

dapat dialihkan untuk melayani rute yang lain.


3. Rute koridor (corridor routes)
Rute ini melayani pergerakan penduduk (orang) di dalam koridor atau
pada jalan-jalan utama. Kemungkinan adanya deviasi pergerakan
untuk melayani lintas lain, dibatasi karena lazimnya jalan-jalan utama
yang dilayaninya selalu padat dengan permintaan perjalanan.
4. Rute bedasarkan kebutuhan (demand responsive routes)
Rute ini ditetapkan secara khusus sesuai permintaan perjalanan. Di sini
kendaraan

biasanya mengumpulkan penumpang pada tempat-

tempat yang telah disepakati sebelumnya. Biasanya pelayanan


angkutan cara ini digunakan untuk pegawai kantor ataupun pegawai
perusahaan.
Bab VII Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Rute Angkutan Umum berdasarkan Hirarki Pelayanan


Hirarki pelayanan rute angkutan umum, lazimnya dibedakan berdasarkan
pendekatan berapa sering frekuensi pelayanan angkutan perkotaan yang
beroperasi pada rute atau lintasan tersebut (spatial & temporal).
Peringkat-peringkat perbedaan tersebut adalah sebagai berikut (Cuta,
1985; 10-6):
1. Rute-rute primer (trunk routes)
Pada rute peringkat ini, pelayanan angkutan umum berlangsung
secara menerus baik siang maupun malam. Pengoperasian rute-rute
primer biasanya berada pada jalur-jalur utama di dalam wilayah

TP

perkotaan.

2. Rute-rute penting (principal routes)

BS

Rute angkutan umum dengan kriteria ini juga beroperasi secara


menerus dalam rentang waktu tertentu. misalnya, pada siang hari dan
pada jam-jam tertentu tetapi tidak pada malam hari. Jaringan yang

IT
.

dilayani biasanya adalah jalur-jalur utama angkutan perkotaan.


3. Rute-rute sekunder (secondary routes)
Adalah rute-rute angkutan umum perkotaan yang dilayani rerata

kurang dari 15 jam sehari. Daerah operasi rute ini biasanya berada
pada jaringan radial kota atau pada rute-rute yang melalui CBD.

4. Rute tersier (feeder routes)


Adalah rute-rute angkutan lokal yang bermuara atau berawal dari ruterute

utama,

rute-rute

penting

dan

rute-rute

sekunder

yang

menghubungkan kawasan tertentu di jalur-jalur utama kota.

7.1.1 Bandara Soekarno Hatta


Pada bab sebelumnya telah diketahui identitas dari potensi demand,
sehingga setelah mengetahui potensi demand nya maka ditentukan oleh
rute rute alternative sebagai realisasi dari hasil wilayah potensi demand
yang harus dilayani oleh pemadu moda pada bandara Soekarno Hatta.
Bab VII Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Wilayah yang perlu dilayani oleh pemadu moda dari wilayah wilayah
lainnya yang sudah ada berdasarkan hasil survey dan identifikasi potensi
demand pada bab sebelumnya adalah Grogol, Jatinegara, Cikarang,
Tangeramg, Bintaro, Cibubur.

7.1.2 Pelabuhan Tanjung Priok


Saat ini pada pelabuhan tanjung priok belum terdapat pemadu moda,
hanya ada kendaraan umum lainnya seperti angkutan umum, ojek, kereta
api dan bus. Berdasarkan hasil survey wawancara terhadap responden
pengguna pelabuhan, maka sebagian besar mengatakan perla adanya

TP

pemaadu moda pada pelabuhan. Adapun wilayah wilayah yang perla


dilayani cukup lah banyak, sehingga diambilah wilayah wilayah terbesar
demandnya, yang mana wilayah wilayah yang direkomendasikan untuk
dilayani

oleh

pemadu

moda

apabila

pemadu

moda

itu

layak

Pondok Gede.

IT
.

BERDASARKAN RUTE TERCEPAT

Arus lalu lintas pada suatu ruas jalan dalam suatu jaringan dapat
diperkirakan sebagai hasil proses pengkombinasian MAT, deskripsi sistem
jaringan, dan pemodelan pemilihan rute. Prosedur pemilihan rute

7.2

BS

dioperasikan antara lain Bekasi, Bogor, Depok, Kampung Melayu dan

bertujuan memodel perilaku pelaku pergerakan dalam memilih rute yang


menurut mereka merupakan rute terbaiknya. Dengan kata lain, dalam
proses pemilihan rute, pergerakan antara dua zona (yang didapat dari
tahap sebaran pergerakan) untuk moda tertentu (yang didapat dari
tahap pemilihan moda) dibebankan ke rute tertentu yang terdiri dari ruas
jaringan jalantertentu. Jadi, dalam pemodelan pemilihan rute ini dapat
diidentifikasi rute yang akan digunakan oleh setiap pengendara sehingga
akhirnya didapat jumlah pergerakan pada setiap ruas jalan.
Tujuan tahapan ini adalah mengalokasikan setiap pergerakan antar zona
kepada berbagai rute yang paling sering digunakan oleh seseorang yang
bergerak dari zona asal ke zona tujuan. Keluaran tahapan ini adalah
Bab VII Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

informasi arus lalulintas pada setiap ruas jalan, termasuk biaya perjalanan
antar zonanya.
Dengan mengasumsikan bahwa setiap pengendara memilih rute yang
meminimumkan biaya perjalanannya (rute tercepat jika dia lebih
mementingkan waktu dibandingkan dengan jarak atau biaya), maka
adanya penggunaan ruas yang lain mungkin disebabkan oleh perbedaan
persepsi pribadi tentang biaya atau mungkin juga disebabkan oleh
keinginan menghindari kemacetan.
Hal utama dalam proses pembebanan rute adalah memperkirakan asumsi
pengguna jalan mengenai pilihannya yang terbaik. Terdapat beberapa

TP

factor yang mempengaruhi pemilihan rute pada saat kita melakukan


perjalanan. Beberapa diantaranya adalah waktu tempuh, jarak, biaya
(bahan baker dan lainnya), kemacetan dan antrian, jenis manuver yang

BS

dibutuhkan, jenis jalan raya, pemandangan, kelengkapan rambu dan


marka jalan, serta kebiasaan. Sangatlah sukar menghasilkan persamaan
biaya gabungan yang menggabungkan semua faktor tersebut. Selain itu,
tidaklah praktis memodel semua faktor sehingga harus digunakan

Salah

IT
.

beberapa asumsi atau pendekatan.


satu

pendekatan

yang

paling

sering

digunakan

adalah

mempertimbangkan dua faktor utama dalam pemilihan rute, yaitu biaya


pergerakan dan nilai waktu biaya pergerakan dianggap proporsional
dengan

jarak

tempuh.

Dalam

beberapa

model

pemilihan

rute

dimungkinkan penggunaan bobot yang berbeda bagi faktor waktu


tempuh dan faktor jarak tempuh untuk menggambarkan persepsi
pengendara dalam kedua faktor tersebut. Terdapat bukti kuat yang
menunjukan bahwa waktu tempuh mempunyai bobot lebih dominan
daripada jarak tempuh bagi pergerakan di dalam kota.

7.2.1 Bandara Soekarno Hatta


Rute terpendek adalah belum tentu menjadi rute tercepat, dalam
merencanakan pola pelayanan pemadu moda untuk rute adalah memilih

Bab VII Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

rute terbaik, analisis pemilihan rute tersebut terdiri dari beberapa bagian
utama, yaitu :
a. alas an pemakai jalan memilih suatu rute dibandingkan dengan rute
lainnya
b. pengembangan model yang menggabungkan sistem transportasi
dengan alas an pemakai jalan memilih rute tertentu
c. kemungkinan pengendara berbeda persepsinya mengenai rute yang
terbaik Beberapa pengendara mungkin mengasumsikannya sebagai
rute dengan jarak tempuh terpendek, rute dengan waktu tempuh
tersingkat, atau mungkin juga kombinasi keduanya
jalan tersebut
Disini

dalam

menentukan

TP

d. kemacetan dan ciri fisik ruas jalan membatasi jumlah arus lalu lintas di

rute

rencana

dari

jalur

jalur

yang

BS

direkomendasikan untuk jalur pemadu moda kami menetapkan sebagian


besar melalui jalan tol dalam kota dikarenakan merupakan jalan bebas
hambatan yang mana merupakan rute tercepat dari rute rute yang

IT
.

lainnya.

Untuk rekomendasi rute dari dan ke bandara pada wilayah wilayah

yang direkomendasikan dapat dilihat pada gambar 7.2.

7.2.2 Pelabuhan Tanjung Priok


Seperti pemilihan moda, pemilihan rute dipengaruhi oleh alternative
terpendek, tercepat, dan termurah dan juga diasumsikan bahwa pemakai
jalan mempunyai informasi yang cukup (tentang kemacetan jalan)
sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik. Untuk angkutan
umum, rute telah ditentukan berdasarkan moda transportasi. Pemilihan
rute pada rekomendasi wilayah wilayah yang perlu dilayani oleh
pemadu moda di p-elabuhan apabila pada hasil analisis pemadu moda
pelabuhan ini layak direalisasikan adalah seperti pada gambar 7.2.

Bab VII Halaman - 6

IT

.B

ST

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Gambar 7.1 Peta Rute Eksisting Pemadu Moda Bandara Soekarno-Hatta

Bab VII Halaman - 7

IT

.B

ST

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Gambar 7.2 Peta Rute Rekomendasi Pemadu Moda Bandara Soekarno-Hatta

Bab VII Halaman - 8

IT

.B

ST

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Gambar 7.3 Peta Rute Rekomendasi Pemadu Moda Pelabuhan Tanjung Priok

Bab VII Halaman - 9

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 8
Pola Operasi

MINIMAL HEADWAY, FREKUENSI DAN JUMLAH BUS YANG


DIPERLUKAN

.B
ST
P

Frekuensi dan Headway


Frekuensi dan headway adalah dua sisi dari satu mata uang. Dimaksud
dengan frekuensi ialah jumlah perjalanan pulang-pergi antara Origin ke
Destination dan/atau sebaliknya yang dilakukan angkutan perkotaan
dalam satuan waktu. Tinggi atau rendahnya frekuensi dipengaruhi
sedikitnya oleh tiga faktor, yaitu:
a. Jarak O - D kilometer

IT

Semakin jauh jarak kilometer antara terminal awal (Origin) dengan


terminal akhir (Destination), semakin kecil potensi produksi trip atau rit yang
dapat dicapai oleh kendaraan. Sebaliknya, semakin pendek jarak tersebut

8.1

akan semakin besar potensi produksi trip atau rit yang dapat dicapai
dalam satuan hari.
b. Kepadatan lalu lintas
Kemacetan lalu lintas merupakan problem utama yang dihadapi kotakota besar di dunia. Kemampuan sarana angkutan umum perkotaan
mencapai produksi rit yang diprogramkan sering terganggu

(sulit

terlaksana) karena sebagian jaringan jalan yang dilalui kendaraan


tersebut mengalami kemacetan yang parah

Bab VIII Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

c. Headway (interval jarak)


Lazimnya pengaturan mengenai interval atau headway pelayanan
angkutan umum dikorelasikan dengan tingkat permintaan (demand).
Jarak (waktu) headway pada demand yang tinggi lazimnya lebih pendek
di banding ketika demand atau tingkat permintaan rendah. Dengan
demikian, frekuesi pelayanan angkutan umum akan mencapai tingkat
optimal pada jam-jam padat atau pada rute-rute padat dan akan rendah
pada jam-jam sepi atau pada rute-rute sepi.
Kapasitas Kendaraan Angkutan Umum Penumpang
Sebelum menghitung jumlah armada maka perlu dilihat terlebih dahulu

.B
ST
P

kapasitas penumpang perkendaraan dan kapasitas penumpang perhari


untuk setiap kendaraan.

Faktor Muat atau Load Factor Penumpang

Load Factor merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan


kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam
persen (%). Dalam perencanaan angkutan umum dikenal 2 (dua)
pendekatan perhitungan load factor, yaitu load factor dinamis dan load

IT

factor statis.

Load factor Dinamis didapat dengan melakukan survei penumpang naik


turun di dalam kendaraan untuk satu perjalanan. Prosentase Load factor
Dinamis dihitung dengan membandingkan kumulatif penumpang naik
dan kapasitas kendaraan. Hasil yang didapat memungkinkan angka load
factor di atas 100%.
Load factor Statis didapat dengan melakukan survei jumlah penumpang
di dalam kendaraan pada saat melewati titik tertentu. Prosentase load
factor statis dihitung dengan membandingkan jumlah penumpang di atas
kendaraan tersebut pada saat melewati titik survei dan kapasitas

Bab VIII Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

kendaraan. Hasil yang didapat dipastikan angka load factor di bawah


100%.
Dari kedua pendekatan tersebut, pendekatan load factor dinamis
dianggap lebih rasional dalam menentukan jumlah armada yang akan
dioperasikan dan juga besaran tarif akan menjadi lebih murah karena
faktor pembagi yang lebih besar. Untuk perencanaan awal Bus, besaran
Load factor yang akan diberikan berupa beberapa kemungkinan, dan
akan dilihat pengaruhnya terhadap jumlah armada dan besaran
headway berdasarkan potensi penumpang yang akan diangkut.

.B
ST
P

Waktu Sirkulasi Bus

Waktu sirkulasi Bus ditentukan oleh jarak tempuh, kecepatan rata-rata,


deviasi waktu, dan waktu berhenti bus di terminal.
Daya Angkut Penumpang

Besaran daya angkut penumpang per bus dapat diperkirakan setelah


menetapkan jenis armada berikut kapasitas angkut dan factor muat.
Untuk mengetahui daya angkut penumpang per hari atau pada satu jam

IT

perencanaan, diperlukan data tambahan yaitu headway, waktu sirkulasi,

dan jam operasi Bus.

8.1.1 Bandara Soekarno Hatta


1. Jumlah Bus
Hingga saat ini, kegiatan pelayanan Angkutan Pemadu Moda, khususnya
untuk trayek antar kota antar provinsi dengan bus standar, sebagian besar
didominasi DAMRI, khususnya bus-bus DAMRI Bandara Soekarno-Hatta.
Satu

satunya

mengoperasikan

angkutan

pemadu

moda

di

luar

DAMRI

yang

angkutan jenis ini ialah Primajasa dengan alokasi 30

armada untuk jurusan Bandung Supermall Bandara Soekatta. Dewasa ini


bus DAMRI telah diberi izin untuk melayani 13 trayek dengan alokasi bus
sebesar 115 unit. Adapun rincian lengkap tentang rute dan karakteristik

Bab VIII Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

lain terkait pelayanan angkutan Pemadu Moda Bandara Soekatta, adalah


sebagai berikut.
Tabel 8.1 Rute dan karakteristik Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta
No

Jumlah

Trayek

Tarif

Bus

Jam Brgkt
(Trip I)

Interval

Operator

Gambir

19

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Rawamangun

14

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Blok M

15

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Tanjung Priok

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Kemayoran

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Kp. Rambutan

15

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Pasar Minggu

12

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Bogor

16

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Bekasi

16

Rp 28.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

10

Lebak Bulus

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

11

Serang-Banten

Rp 28.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

12

Mangga Dua

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

13

Cikarang

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

1 14

Bandung

IT

.B
ST
P

30

Rp 75.000,-

02.00 WIB

60 menit

Primajasa

Sumber : Hasil Survey

2. Jumlah Demand
Berdasarkan analisis pada bab 6 maka di dapat demand pada wilayah
wilayah

yang

dilayani

pemadu

moda

ssaat

ini

pada

bandara,

berdasarkan jumlah penumpang turun naik di Bandara Soekarno-Hatta


tahun 2008, adalah sebagai berikut :
-

Bekasi

: 2477 orang per hari

Bogor

: 2470 orang per hari

Serang

: 19 orang per hari

Gambir

: 3678 orang per hari

Blok M

: 2573 orang per hari

Bab VIII Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Rawamangun

: 2530 orang per hari

Pasar Minggu

: 1876 orang per hari

Kampung Rambutan : 2322 orang per hari

Lebak Bulus

: 933 orang per hari

Tanjung Priok

: 753 orang per hari

Kemayoran

: 142 orang per hari

Cikarang

: 230 orang per hari

Mangga Dua

: 83 orang per hari

Jumlah demand pada wilayah wilayah yang akan di rekomendasikan


untuk jalur pemadu moda bandara adalah sebagai berikut :
Grogol

: 1005 orang per hari

Jatinegara : 850 orang per hari

Tangerang : 1018 orang per hari

Bintaro

: 950 orang per hari

Cibubur

: 800 orang per hari

Depok

: 1002 orang per hari

.B
ST
P

3. Operasional dan Kapasitas

IT

Setiap bus mempunyai kapasitas tempat duduk 39. Pemberangkatan


pertama dari Gambir dimulai pukul 04.00 WIB dan terakhir berangkat pada

pukul 19.00 WIB, sedangkan dari bandara pemberangkatan terakhir pada


pukul 24.00 WIB.

JUMLAH ARMADA
Untuk

mengetahui

jumlah

armada

pada

trayek

rencana

kami

menganalisis menggunakan gambar seperti gambar dibawah ini. Untuk


daerah daerah seperti Grogol, Jatinegara, Tangerang, Bintaro, Cibubur
dan Depok dengan jumlah demand masing masing adalah 1105, 850,
1018, 950, 800, 1002 diasumsikan bahwa headway nya adalah sebesar 30
menit. Sehingga jumlah armada yang dibutuhkan untuk trayek trayek
tersebut adalah sebagai berikut :

Bab VIII Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Grogol
WAKTU

SOEKARNO - HATTA
BERANGKAT TIBA

IT

.B
ST
P

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
7.30
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30
24.00

GROGOL
BERANGKAT TIBA

Keterangan :
: Bus 1
: Bus 2
: Bus 3
: Bus 4

Bab VIII Halaman - 6

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

: Bus 5
: Bus 6
Jatinegara
WAKTU

SOEKARNO - HATTA
BERANGKAT
TIBA

IT

.B
ST
P

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
7.30
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30
24.00

JATINEGARA
BERANGKAT
TIBA

Keterangan :
: Bus 1
: Bus 2
: Bus 3
: Bus 4

Bab VIII Halaman - 7

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

: Bus 5
: Bus 6
Tangerang
WAKTU

SOEKARNO - HATTA
BERANGKAT
TIBA

IT

.B
ST
P

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
7.30
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30
24.00

TANGERANG
BERANGKAT
TIBA

Keterangan :
: Bus 1
: Bus 2
: Bus 3
: Bus 4

Bab VIII Halaman - 8

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

: Bus 5
: Bus 6
Bintaro
WAKTU

TIBA

SOEKARNO - HATTA
BERANGKAT
TIBA

IT

.B
ST
P

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
7.30
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30
24.00

BINTARO
BERANGKAT

Keterangan :
: Bus 1
: Bus 2
: Bus 3
: Bus 4

Bab VIII Halaman - 9

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

: Bus 5
: Bus 6
Cibubur
WAKTU

TIBA

SOEKARNO - HATTA
BERANGKAT
TIBA

.B
ST
P

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
7.30
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30
24.00

CIBUBUR
BERANGKAT

IT

Keterangan :
: Bus 1
: Bus 2
: Bus 3
: Bus 4

Bab VIII Halaman - 10

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

: Bus 5
: Bus 6
: Bus 7
: Bus 8
: Bus 9
: Bus 10
ANALISIS PERHITUNGAN HEADWAY DAN LOAD FAKTOR
Jalur eksisting :
1.

Bogor :

Jumlah penumpang = 2440 penumpang


Trip = 73 kali
Kapasitas = 36

.B
ST
P

Waktu operasi = 19 jam = 1140 menit


Jumlah Armada eksisting = 17

Headway = waktu operasi / trip


= 1140 / 73 = 16 menit

Load Faktor = jumlah penumpang / (trip x kapasitas)


= 2440 / (73 x 36) = 0,93 = 93 %

Jalur rencana :
Grogol :

IT

1.

Jumlah Penumpang = 1005 penumpang

Waktu operasi = 19 jam = 1140 menit


Kapasitas = 36

Asumsi Headway 30 menit


Trip = waktu operasi / trip
=1140 / 30 = 38 kali
Load Faktor = jumlah penumpang / (trip x kapasitas)
= 1005 / (38 x 36) = 73%

Jumlah armada = 6 (lihat tabel)

Untuk lebiih jelasnya hasil perhitungan di atas untuk semua wilayah


wilayah yang dilayani oleh pemadu moda dan juga wilayah wilayah

Bab VIII Halaman - 11

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

yang akan di rekomendasikan untuk penamabahan jalur pemadu moda

IT

.B
ST
P

dapat dilihat pada tabel berikut.

Bab VIII Halaman - 12

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 8.2 Headway, Jumlah bus, Kemampuan perjalanan Pemadu moda Bandara

Trip

Kapasitas

Load Factor

17
17
20
16
15
14
16
8
5
3
6
3
4
30

15
14
10
13
13
17
15
26
29
52
45
195
66
30

77
81
113
90
85
67
76
44
40
22
25
6
17
38

36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
39

44%
42%
45%
39%
41%
40%
42%
35%
30%
13%
19%
5%
9%
48%

5
5
5
5
10
10

30
30
30
30
30
30

38
38
38
38
38
38

36
36
36
36
36
36

37%
31%
37%
35%
29%
37%

16
16
19
15
14
12
15
9
5
2
6
3
3
33

ST
P

SGO

.B

2440
2480
3624
2512
2501
1920
2317
1115
855
205
350
20
110
1417

Headway (menit)

SO

IT

Bogor
Bekasi
Gambir
Blok M
Rawamangun
Pasar Minggu
Kampung Rambutan
Lebak Bulus
Tanjung Priok
Kemayoran
Cikarang
Serang - Banten
Mangga Dua
Bandung
Jalur Rencana
Grogol
Jatinegara
Tangerang
Bintaro
Cibubur
Depok

Jumlah
Penumpang

Jalur Eksisting

Jumlah Armada
Eksisting

1005
850
1018
950
800
1002

Bab VIII Halaman - 13

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Dari hasil analisis operasional pada pemadu moda di bandara seperti


pada kajian sebelumnya didapat bahwa trayek di bagi menjadi dua yaitu
trayek eksisiting dan trayek rencana yang mana diambil berdasarkan
jumlah demand yang cukup besar. Pada trayek trayek eksisting pemadu
moda mempunyai nilai load factor yang cukup bagus dimana bus
dengan headway di bawah satu jam maka bus akan terisi penuh.
Beberapa wilayah ini terdiri dari wilayah yang sudah dilayani oleh pemadu
moda dan ada wilayah yang belum dilayani oleh pemadu moda. Pada
wilayah yang sudah dilayani pemadu moda seperti Bekasi, Serang dan
Bogor menurut hasil analisis beberapa armada sudah cukup baik dalam

.B
ST
P

melayani penumpang. Kecuali untuk wilayah layanan Serang-Merak untuk


saat ini hanya dilayani 3 kali dalam sehari yaitu pada sore hari. Untuk jalur
eksisting jumlah penumpang, jumlah armada dan trip di dapat dari data
data jumlah penumpang pada bulan agustus yang di dapat dari instansi
yang terkait. Masing masing wilayah eksisting mempunyai nilai load faktor
yang bagus, sehinggga dalam artian untuk saat ini pemadu moda yang
ada sudah cukup memenuhi dalam melayani penumpang dari dan ke

IT

bandara, denga headway dibawah satu jam.

Melihat dari hasil identifikasi potensi demand untuk wilayah yang belum

dilayani oleh pemadu moda maka direkomendasikan perlu adanya


pelayanan trayek baru dari pemadu moda seperti pada wilayah
Tangerang, Depok, Bintaro, Grogol, Jatinegara dan Cibubur. Jumlah
penumpang di dapat dari hasil survey langsung dilapangan, disini kita
mengasumsi headway masing masing daerah rencana adalah sebesar
30 menit, dengan waktu operasi dalam sehari adalah 19 jam atau 1140
menit maka di dapat trip masing masing wilayah adalah sebanyak 38
kali. Dengan menggunakan kapasitas bus 36 maka di dapat jumlah
kebutuhan armada nya adalah masing masing wilayah sebanyak 5 bus,
kecuali untuk wilayah Cibubur dan Depok dibutuhkan 10 bus. Waktu
headway masing masing 30 menit dan jumlah armada masing masing
5 bus dan 10 bus maka di dapat nila load faktor yang cukup baik, dalam

Bab VIII Halaman - 14

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

artian bus dapat maksimal dalam melayani penumpang bandara yang


apabila nanti dapat direalisasikan.

8.1.2 Pelabuhan Tanjung Priok


1. Kondisi Eksisting
Pada pelabuhan Tanjung Priok berbeda dengan kondisi eksisting di
bandara, karena pada pelabuhan belum terdapat pemadu moda yang
beroperasi hingga saat ini. Oleh karena itu pada bab ini akan dianalisis
apakah diperlukan pemadu moda untuk beroperasi pada pelabuhan
Tanjung Priok.

.B
ST
P

2. Jumlah demand

Berdasarkan analisis pada bab 6 maka di dapat demand saat ini pada
pelabuhan adalah sebagai berikut :
-

Bekasi

: 362 orang per hari

Depok

Pondok Gede : 109 orang per hari

Bogor

Jatinegara

Tangerang

: 33 orang per hari

Cikarang

: 33 orang per hari

: 174 orang per hari

: 51 orang per hari

IT

: 29 orang per hari

ANALISIS PERHITUNGAN HEADWAY DAN LOAD FAKTOR


Jalur rencana :
1. Bekasi
Jumlah Penumpang = 362 penumpang
Waktu operasi = 19 jam = 1140 menit
Kapasitas = 36
Asumsi Headway 30 menit
Trip = waktu operasi / trip
=1140 / 30 = 38 kali
Load Faktor = jumlah penumpang / (trip x kapasitas)
= 362 / (38 x 36) = 0,26 %
Bab VIII Halaman - 15

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Adapun hasil analisa tersebut bersumber dari hasil survey, menurut hasil
survey, demand terbesar dari dan ke pelabuhan adalah wilayah Bekasi,
Depok, Pondok Gede, Bogor, Jatinegara, Tangerang dan Cikarang.
Setelah dianalisis

ternyata masing masing wilayah didapat nilai load

factor yang cukup kecil, seperti pada contoh diatas adalah untuk wilayah
Bekasi dengan jumlah demand sebesar 362 maka didapat nilai load faktor
sebesar 0,26% atau tidak memenuhi syarat sehingga untuk penerapannya
bahwa pada pelabuhan Tanjung Priok tidak terlalu diperlukan pemadu
moda yang sejenis bus DAMRI yang sudah diterapkan di bandara,
alternatif lain adalah dengan menggunakan feeder pada pelabuhan
yang mana operasi feeder tersebut mengikuti jadwal kapal yang tentatif

.B
ST
P

atau tidak rutin setiap hari kapal tersebut datang dan pergi dari
pelabuhan Tanjung Priok.
berikutnya.

Lebih jelasnya akan di bahas pada bab

Setelah di dapat hasil analisis pada wilayah eksisting dan wilayah rencana
pemadu moda maka langkah selanjutnya adalah menetukan standar bus
dan halte nya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub bab standar

STANDAR BUS DAN HALTE

8.2

IT

bus dan halte berikut.

8.2.1 Bus

Sistem angkutan pemadu moda yang akan digunakan di bandara

ditetapkan menggunakan moda angkutan bus. Selain prasarana, perlu


dilakukan

perencanaan

sarana

bus

yang

dibutuhkan

dalam

pengoperasian pemadu moda. Sarana bus yang akan dianalisis adalah


desain teknis dari armada bus yang meliputi jumlah bus yang dibutuhkan,
kapasitas bus, hingga pada potensi kebutuhan armada bus untuk masa
yang akan datang. Bus pemadu moda pada wilayah eksiting dan
rencana

menggunakan

bus

yang

berukuran

besar

yaitu

yang

kapasitasnya berjumlah 36 orang.

Bab VIII Halaman - 16

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

A. Kapasitas Kendaraan Angkutan Pemadu Moda


Setelah menghitung jumlah armada, mengetahui kapasitas penumpang
perkendaraan dan kapasitas penumpang perhari untuk setiap kendaraan.
Perhitungan kapasitas didasarkan pada luas lantai berdiri adalah 0,17 m2
/penumpang dan ruang berdiri untuk bus dengan ketinggian > 1,17 m dari
lantai dalam bus.
Melihat pada potensi jumlah penumpang yang ada saat ini dan sudah
adanya bus pemadu moda bandara sehingga untuk rencana pemadu
moda yang akan datang dengan adanya kemungkinan pertambahan
jumlah penumpang maka jenis bus yang mungkin digunakan sebagai

.B
ST
P

armada pemadu moda adalah Bus Besar.


B. Rekomendasi Jenis Bus

Sarana angkutan umum yang akan digunakan harus mempertimbangkan


beberapa hal diantaranya daya angkut dan potensi penumpang,
kapasitas jalur dan dimensi, anggaran serta persyaratan teknis.
Melihat pada potensi jumlah penumpang dan kondisi lapangan dari dan

IT

ke bandara yang ada saat ini seperti lebar jalan dari dan ke bandara,
jumlah potensi demand saat ini dan adanya kemungkinan pertambahan

jumlah penumpang maka jenis bus yang mungkin digunakan sebagai


pemadu moda adalah jenis Bus Besar.
Bus besar yang akan digunakan dalam perencanaan penambahan
pemadu moda mempunyai kapasitas total 36 orang. Adapun sketsa bus
besar yang akan digunakan pada pemadu moda bandara dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Beberapa spesifikasi dan konfigurasi tempat duduk untuk jenis sarana
angkutan umum dapat dilihat pada Gambar berikut.

Bab VIII Halaman - 17

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

8.2.2 Halte

.B
ST
P

Gambar 8.1 Konfigurasi Tempat Duduk 2 3 untuk Bus besar

A. Perencanaan Halte

Kriteria Penempatan, Jenis, dan Penentuan Jarak Halte

Kriteria halte bus menurut Goiannopoulos G.A adalah sebagai berikut:


Tidak ada bangunan atau pohon yang menghalangi sehingga sulit

IT

1.

dilihat terutama oleh Bus yang mendekati halte tersebut.


2.

Jarak antara Bus Stop dari arah yang berlawanan minimum 20 meter

untuk jalan yang tidak terpisah antara kedua arahnya.

3.

Kelandaian pada lokasi halte tidak lebih dari 4 %.

4.

Jarak halte minimum terhadap simpang 50 meter

5.

Sebaiknya lokasi halte ada pada tata guna lahan sekolah

atau

rumah sakit
Berdasarkan letaknya, terdapat beberapa jenis halte yaitu :
1)

Halte yang berada setelah simpang (Far Side)

2)

Halte yang berada mendekati simpang (Near Side)

3)

Halte yang jauh dari Simpang (Midblock)

Melihat pada ketiga tipe halte di atas maka masing-masing dari ketiga
halte tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing.
Bab VIII Halaman - 18

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tata letak dari halte terhadap ruang lalu lintas dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki adalah
100 meter.
b. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter atau
bergantung pada panjang antrean.
c. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang
membutuhkan ketenangan adalah 100 meter.
d. Peletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu antara

.B
ST
P

sesudah persimpangan (farside) dan sebelum persimpangan (nearside).


B. Rekomendasi Lokasi Halte

Bandara Soekarno Hatta merupakan kawasan diluar wilayah DKI Jakarta


yang mana pada daerah sekitarnya padat aktivitas, sehingga jarak halte
harus sedapat mungkin mengakomodasi penumpang yang berasal dari
kawasan aktivitas tersebut yang akan dan dari bandara. Perencanaan
lokasi halte untuk pemadu moda Soekarno Hatta khususnya didasarkan
pada kriteria berikut ini :

IT

a. Penempatan halte tersebut harus memperhatikan kemampuan dan


kemauan orang untuk berjalan kaki mencapai halte tersebut.

b. Faktor jarak dengan persimpangan harus diperhitungkan, karena


apabila ruas jalan lain tersebut merupakan akses dari angkutan lain
(feeder) maka kembali harus dipertimbangkan kemauan orang untuk
berjalan kaki. Tetapi juga harus memperhitungkan jarak antar halte
50 m.
c. Diharapkan agar halte dekat dengan fasilitas pendukung seperti zebra
cross atau jembatan penyeberangan orang
d. Lokasi Halte yang dipilih sedapat mungkin dihitung secara efisien
dengan melihat potensi bangkitan dan tarikan pada masing-masing
tata guna lahan yang dilewatinya.
e. Pada bandara, lokasi halte telah berada pada masing masing
terminal baik di kedatangan ataupun di keberangkatan. Sementara ini

Bab VIII Halaman - 19

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

sudah cukup melayani kebutuhan penumpang namun apabila


dibutuhkan maka akan ditambahkan kembali halte halte lainnya.
Pada

jalur

rencana

pemadu

moda

bandara

direkomendasikan

penentuan lokasi halte. Adapun lokasi lokasi halte tersebut harus strategis
dan mudah dijangkau oleh pengguna pemadu moda. Lokasi lokasi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Grogol

: Rencana lokasi halte pada daerah grogol adalah di


Mall Taman Anggrek

2. Jatinegara

: Rencana lokasi halte pada daerah Jatinegara adalah


di Mall Ramayana
: Rencana lokasi halte pada daerah Tangerang adalah

.B
ST
P

3. Tangerang

di Mall Sumarecon

4. Bintaro

: Rencana lokasi halte pada daerah Bintaro adalah


di Bintaro Junction

5. Cibubur

: Rencana lokasi halte pada daerah Cibubur adalah di


Cibubur Junction

6. Depok

: Rencana lokasi halte pada daerah Depok adalah di

IT

Margo City

C. Desain Arsitektural Halte

Untuk menentukan bentuk arsitektural dari halte maka perlu diperhatikan


beberapa hal yaitu :
1. Fasilitas yang harus disediakan di dalam halte seperti loket pembelian
karcis dan area tempat menunggu penumpang (ruang tunggu
penumpang).
2. Jumlah penumpang yang diperkirakan berada didalam halte pada
saat (waktu) yang bersamaan.
3. Ketinggian ruang halte yang tergantung kepada ruang terbuka yang
tersedia, ketinggian maksimum penumpang dan kebutuhan ruang
terbuka dalam halte.
4. Ketinggian lantai dari halte yang tergantung kepada ketinggian lantai
sarana atau bus.

Bab VIII Halaman - 20

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

5. Posisi dari halte yang tergantung kepada letaknya apakah berada


kepada sisi bahu jalan atau pada median jalan
6. Perencanaan sirkulasi penumpang yang meliputi penumpang naik dan
penumpang turun dari kedua arah pengoperasian bus
7. Ketersediaan material atau bahan bangunan di wilayah dimana lokasi
halte tersebut berada.
8. Ketersediaan anggaran untuk biaya pembangunan halte tersebut
9. Sirkulasi udara atau kenyamanan di dalam halte
10. Keindahan bentuk dan disain yang umum dari pada halte yang
pernah ada

.B
ST
P

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dari point 1 sampai 10 diatas


maka akan direkomendasikan bentuk tampak arsitektural dari halte untuk

IT

pengoperasian pemadu moda bandara seperti pada gambar 8.2.

Gambar 8.2 Tipikal Arsitektural Halte

Bab VIII Halaman - 21

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

8.3

ANALISA TARIF
A. Tarif Eksisting
Tarif eksisting saat ini untuk pemadu moda dari dan ke bandara untuk
masing masing wilayah pelayanan yaitu rata rata sebesar Rp 20.000.
Lebih lengkapnya tarif eksisting yang dikenakan untuk tiap tipa wilayah
adalah seperti pada tabel berikut.
Tabel 8.3 Tarif Eksisting
RUTE

JARAK (KM)
37
46
38
20
37
50
40
87
57
40
85
30
65

TARIF
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 30.000
RP 28.000
RP 20.000
RP 28.000
RP 20.000
RP 30.000
Rp 75.000

IT

.B
ST
P

Gambir
Rawamangun
Blok M
Tanjung Priok
Kemayoran
Kp. Rambutan
Pasar Minggu
Bogor
Bekasi
Lebak Bulus
Serang-Banten
Mangga Dua
Cikarang
Bandung

B. Usulan Tarif Rencana

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Tarif rencana adalah tarif yang diusulkan berdasarkan hasil analisis,


mengacu pada biaya operasional kendaraan dan kebutuhan lainnya.
yang mana nanti tarif tersebut dapat menutupi semua biaya
operasional dari kendaraan yang akan di operasikan.
Pada studi pemadu moda di Jabotabek (Bandara dan Pelabuhan)
akan dilakukan analisis tarif, pada sub bab ini akan dijelaskan
mengenai perhitungan biaya pokok angkutan pemadu moda dari
tiap tiap trayek pemadu moda rencana yang mana hasil dari studi
ini. Perhitungan biaya pokok angkutan pemadu moda dari tiap tiap

trayek rencana dapat di lihat sebagai berikut :

Bab VIII Halaman - 22

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 8.4 Perhitungan Tarif Trayek Bandara Bintaro


PERHITUNGAN BIAYA POKOK ANGKUTAN KOTA
NO
1

KARAKTERISTIK KENDARAAN

1)

Tipe

Bus Besar

2)

Jenis Pelayanan

Eksekutif

3)

Kapasitas/ daya angkut penumpang

39

orang

PRODUKSI PER BUS


1)

km-tempuh/ trip

50,00

km

2)

Frekuensi/ hari

4,00

trip

3)

km-tempuh/ hari

206,00

km

... [ 1) x 2) ] + 3 %

4)

Penumpang/ rit

25,00

pnp

[ 0,7 x kapasitas ]

10

5)

Penumpang/ hari

950

pnp

[ 2) x 4) ]

11

6)

Hari operasi/ bulan

25,00

hari

12

7)

km-tempuh/ bulan

5.150,00

km

[ 3) x 6) ]

13

8)

Penumpang/ bulan

23.750,00

pnp

[ 5) x 6) ]

14

9)

km-tempuh/ tahun

61.800,00

km

[ 7) x 12 bln ]

15

10)

penumpang/ tahun

285.000,00

pnp

[ 8) x 12 bln ]

800.000.000,00

Rp.

17
18

BIAYA PER BUS-KM


1)

Biaya Langsung
a)

(1)

20
21
22
23

Biaya penyusutan

Harga kendaraan

19

IT

16

.B
ST
P

b)

(2)

Masa penyusutan

5,00

thn

(3)

Nilai residu

20,00

(4)

Penyusutan per bus-km

2.071,20

Rp.

13,00

Bunga Modal

24

(1)

Suku Bunga

25

(2)

Bunga Modal/ tahun

Rp.

(3)

Bunga Modal/ bus - km

Rp.

26
27
28

c)

Gaji dan tunjangan awak bus


(1)

Susunan awak bus

29

Sopir

1,2

orang

30

Kondektur

1,2

orang

31
32
33

(2)

Biaya awak bus/ tahun


-

Gaji
Sopir

2.000.000,00

Rp.

per bulan
Bab VIII Halaman - 23

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

34

Kondektur
Tunjangan kerja
operasi

750.000,00

Rp.

per bulan

36

Sopir

1.750.000,00

Rp.

per bulan

37

Kondektur

750.000,00

Rp.

per bulan

35

38

Tunjangan Sosial
Sopir

75.000,00

Rp.

per bulan

40

Kondektur

35.000,00

Rp.

per bulan

Gaji/ upah
Uang dinas jasa/
tunjangan

39.600.000,00

Rp.

per tahun

kerja operasi

36.000.000,00

Rp.

per tahun

41

42

43
44

.B
ST
P

39

Tunjangan sosial

1.584.000,00

Rp.

per tahun

Jumlah

77.184.000,00

Rp.

per tahun

(3)
Biaya awak/ bus-km
Biaya Bahan Bakar Minyak
(BBM)

1.248,93

Rp.

48

(1)

km-tempuh/ hari

206,00

49

(2)

2,60

50

(3)

Pemakaian BBM
Pemakaian BBM/ bus /
hari

km
km/
liter

79,23

51

(4)

Harga BBM

4.500,00

liter
Rp./
liter

52

(5)

Biaya BBM/ bus/ hari

356.538,46

Rp.

53

(6)

Biaya BBM/ bus - km

1.730,77

Rp.

(1)

Jumlah pemakaian ban

6,00

buah

56

(2)

Daya tahan ban

50.000,00

km

57

(3)

Harga ban/ buah

2.000.000,00

Rp.

58

(4)

Biaya ban/ bus - km

240,00

Rp.

5.000,00

km

47

54

d)

e)

55

59

f)

46

IT

45

Ban

60

service kecil
Service kecil dilakukan
(1)
setiap

61

(2)

Biaya bahan

62

Olie mesin

240.000,00

Rp.

63

Gemuk

80.000,00

Rp.

64

Air Accu

10.000,00

Rp.

65

Air Radiator

10.000,00

Rp.
Bab VIII Halaman - 24

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

66

67

Jumlah
Biaya Service Kecil/ bus km

68
69

(3)
g)

Minyak rem

70

Service Besar
Service besar dilakukan
(1)
setiap

71

(2)

50.000,00

Rp.

390.000,00

Rp.

78,00

Rp.

20.000,00

km

Biaya bahan
-

Olie gardan

120.000,00

Rp.

73

Olie Transmisi

120.000,00

Rp.

74

Busi

240.000,00

Rp.

75

Filter Oli & Udara

500.000,00

Rp.

76

Jumlah
Biaya Service Besar/ bus km

980.000,00

Rp.

49,00

Rp.

100.000,00

km

77
78

(3)
h)

.B
ST
P

72

79

Overhaul
Overhaul dilakukan
(1)
setiap

80

(2)

Biaya bahan

81

Timing belt (2 x)

700.000,00

Rp.

82

Ring Seher

1.500.000,00

Rp.

83

Packing

1.500.000,00

Rp.

2.750.000,00

Rp.

6.450.000,00

Rp.

Biaya Overhaul/ bus - km

64,50

Rp.

Penambahan olie mesin


Penambahan olie mesin/
(1)
hari

0,25

liter

89

(2)

km-tempuh/ hari

206,00

km

90

(3)

40.000,00

Rp.

91

(4)

harga olie/ liter


Biaya penambahan olie/
bus-km

48,54

Rp.

(3)

85

Jumlah

(4)

i)

88

92

j)

86
87

Upah

IT

84

Cuci Bus

93

(1)

Biaya cuci bus/ hari

15.000,00

Rp.

94

(2)

Biaya cuci bus/ bus-km

72,82

Rp.

95

k)

Retribusi terminal

96

(1)

Retribusi terminal/ hari

10.000,00

Rp.

97

(2)

Retribusi terminal/ bus-km

48,54

Rp.

98

l)

STNK/ Pajak Kendaraan


Bab VIII Halaman - 25

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

99
100
101

m)

(1)

Biaya STNK/ bus

3.500.000,00

Rp.

(2)

Biaya STNK/ bus-km

56,63

Rp.

Kir

102

(1)

Frekuensi kir/ tahun

2,00

103

(2)

Biaya / kir

75.000,00

Rp.

104

(3)

Biaya kir/ tahun

150.000,00

Rp.

(4)

Biaya kir/ bus-km

2,43

Rp.

107

Asuransi
Asuransi kendaraan/
(1)
tahun

20.000.000,00

Rp.

108

(2)

Asuransi awak bus/ tahun

1.500.000,00

Rp.

Jumlah

21.500.000,00

Rp.

347,90

Rp.

Gaji

22.140.000,00

Rp.

115

Lembur

15.000.000,00

Rp.

116

Tunjangan sosial

10.560.000,00

Rp.

Sub total (1)

47.700.000,00

Rp.

Keterangan:
Rasio pegawai
selain awak bus/
bus

1,10

121

Rasio teknisi/ bus

0,80

122

Gaji pegawai

123

- Administrasi

950.000,00

Rp.

124

- Teknisi

1.000.000,00

Rp.

125

Tunjangan Sosial

126

- Administrasi

400.000,00

Rp.

127

- Teknisi
Lembur
Diperkirakan
dalam 1 tahun

550.000,00

Rp.

15.000.000,00

Rp.

15.000.000,00

Rp.

106

n)

109
110
111
112
113

(3)
2)

IT

(a)

117

118

120

128
129
130

Biaya asuransi/ bus-km

1.5 % dari nilai


kendaraan

BIAYA TIDAK LANGSUNG


Biaya tidak langsung per
a)
segmen usaha/ tahun
Biaya pegawai selain
(1)
awak bus

114

119

.B
ST
P

105

(2)

Biaya Pengelolaan
Penyusutan
(a)
bangunan kantor

Bab VIII Halaman - 26

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

(b)

132

133

(d)

134

(e)

135

(f)

136

(g)

137

(h)

138

(i)

139

(j)

140

Penyusutan pool
dan bengkel
Penyusutan
Peralatan kantor
Penyusutan
sarana bengkel
Biaya administrasi
kantor
Biaya
pemeliharaan
kantor
Biaya
pemeliharaan
pool dan
bengkel
Biaya listrik dan
air

7.500.000,00

Rp.

4.000.000,00

Rp.

3.000.000,00

Rp.

5.000.000,00

Rp.

1.600.000,00

Rp.

3.200.000,00

Rp.

16.000.000,00

Rp.

4.000.000,00

Rp.

(k)

Biaya tilpon
Biaya perjalanan
dinas selain awak
bus
Pajak
perusahaan

141

(l)

142

.B
ST
P

131

16.000.000,00

Rp.

15.000.000,00

Rp.

Izin trayek

350.000,00

Rp.

(m)

Izin usaha

750.000,00

Rp.

143

(n)

3.500.000,00

Rp.

144

(o)

Biaya pemasaran
Lain-lain (diluar
unsur biaya
peng.)

7.500.000,00

Rp.

145

Sub total (2)


Total biaya tidak
langsung per segmen
usaha/ tahun
Biaya tidak langsung/
bus - tahun
Biaya tidak langsung/
bus - km

102.400.000,00

Rp.

150.100.000,00

Rp.

15.010.000,00

Rp.

242,88

Rp.

(3)

146

IT

147

(4)

148

(5)

REKAPITULASI
A

BIAYA LANGSUNG PER BUS-KM


1

Penyusutan

Bunga Modal

Gaji dan tunjangan awak bus

BBM

2.071,20

Rp.

32,86

Rp.

1.248,93

Rp.

19,82

1.730,77

Rp.

27,46

Ban

240,00

Rp.

3,81

Service kecil

78,00

Rp.

1,24

Service besar

49,00

Rp.

0,78

Bab VIII Halaman - 27

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Overhaul

64,50

Rp.

1,02

Penambahan olie mesin

48,54

Rp.

0,77

10

Cuci bus

72,82

Rp.

1,16

11

Retribusi terminal

48,54

Rp.

0,77

12

STNK/ Pajak kendaraan

56,63

Rp.

0,90

13

Kir

2,43

Rp.

0,04

14

Asuransi

347,90

Rp.

5,52

6.059,26

Rp.

JUMLAH

BIAYA TIDAK LANGSUNG PER BUS-KM

BIAYA POKOK PER BUS-KM

BIAYA POKOK PER PNP-KM

TARIF B.E.P.

TARIF

242,88

.B
ST
P

3,85

100,00

6.302,14

Rp.

269,32

Rp.

13.466,11

Rp.

14.812,72

Rp.

15.000,00

Rp.

IT

PEMBULATAN

Rp.

Bab VIII Halaman - 28

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Dari hasil perhitungan analisis tarif

untuk trayek trayek rencana

didapat bahwa untuk daerah Tangerang dengan jarak 15 km dari


bandara usulan biayanya adalah sebesar Rp 6.000, untuk Grogol yang
mempunyai jarak 25 km dengan bandara hasil analisis biaya nya
sebesar Rp 10.000, Jatinegara yang berjarak 37 km dengan bandara
hasil analisis biaya nya sebesar Rp 11.000, Bintaro yang berjarak 50 km
dari bandara hasil analisisnya biaya nya sebesar Rp 15.000, Cibubur
mempunya jarak 60 km dari bandara hasil analisis biayanya adalah
Rp16.000 dan Depok yang berjarak 75 km dari bandara mempunyai
hasil analisis biayanya sebesar Rp 21.000, tetapi mengingat tarif
rencana minimum adalah sebesar Rp 20.000 maka dibulatkan menjadi

.B
ST
P

Rp 20.000, kecuali untuk Depok karena hasil analisis lebih dari Rp 20.000
maka dibulatkan menjadi Rp 25.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 8.5 Hasil Analisa Tarif

2
3
4

Usulan
20.000

1005

31%

10.000

20.000

37

850

37%

11.000

20.000

Bintaro

50

950

35%

15.000

20.000

Cibubur

60

800

29%

16.000

20.000

Depok

75

1002

37%

21.000

25.000

Km

Pnp

LF

Tangerang

15

1018

Grogol

25

Jatinegara

37%

Hasil
Analisa
6.000

Rute

IT

No
1

Bab VIII Halaman - 29

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Bab 9
Feeder Bus

9.1. Feeder Bus


Umum
Bagaimana menciptakan angkutan umum yang nyaman efisien dan

TP

efektif senyaman angkutan pribadi, sehingga dapat menarik penumpang


angkutan pribadi (mobil, motor) menjadi penumpang angkutan umum
secara tetap. Langkah dan terobosan untuk ini dikenal dengan melakukan
sistem angkutan umum yang terpadu (multimoda), terkombinasikan

BS

dengan baik, efisien dan efektif sehingga orang dapat berpindah dari satu
jenis angkutan ke angkutan lainnya dengan cepat, murah dan nyaman.
Bagaimana membuat pergantian dari satu jenis angkutan umum (moda)

IT
.

ke angkutan umum lainnya dengan cepat Kemudian, bila melihat posisi


negara

berkembang sekarang,
sistemnya,

bagaimana

segala

keterbatasan

angkutan

umum

dan

dapat

kekurangan

dengan

dikembangkan Sebaiknya angkutan umum tidak dikembangkan secara


unimodal, tetapi sudah dipersiapkan kearah multimodal. Karena apa Bila
pengembangan angkutan umum seperti saat ini, dengan konsep
unimodal, maka akan terjadi banyak kendala pada pelaksanaannya
nanti. Orang malas menggunakan angkutan umum karena sulit pada saat
pergantian moda, waktu menunggu yang lama, tempat pergantian yang
tidak nyaman, jumlah pergantian angkutan yang tidak menentu dan
akhirnya menyuburkan tumbuhnya angkutan umum yang tidak resmi
seperti ojek, dsb.
Moda Penghubung (Connecting modes)
Moda penghubung didefinisikan sebagi moda penghubung sebelum dan
sesudah moda utama yang sedang digunakan (Krygsman 2004). Moda
Bab IX Halaman - 1

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

sebelum

atau

access

mode

didefinisikan

sebagai

moda

yang

digunakan dari rumah ke tempat perhentian angkutan umum (busstop/station/terminal) seperti jalan kaki, sepeda, mobil atau motor, dan
taxi. Moda sesudah atau egress mode didefinisikan sebagai moda yang
digunakan dari tempat perhentian (bus-stop/station/terminal) ke tempat
tujuan.
Moda Utama (Main Modes)
Moda utama biasanya yang digunakan dalam perjalanan paling panjang
dan paling lama dari moda lainnya. Sudah banyak penelitian dan
pengembangan moda utama ini, tentang pengembangan alat angkutan

TP

umum, sinkronisasi jadwal antara moda satu dengan lainnya.


Dalam suatu kombinasi moda, banyak hal dapat terjadi, seperti

BS

keterlambatan jadwal angkutan umum, ketidak harmonisan jadwal antara


moda utama dan moda rute pengumpan (feeder route). Sementara itu, di
banyak kota negara berkembang angkutan umum beroperasi tanpa
aturan

tempat

berhenti

dan

jadwal.

Langkah

pertama

adalah

IT
.

menegakkan jadwal waktu pada skema angkutan umum. Selain itu, cara
lain untuk memendekkan waktu perjalanan adalah menggantikan sistem
pembayaran tunai dan tiket dengan kartu cerdas (smart card). Waktu

untuk membayar atau membeli tiket setiap kali berganti moda dapat
dihilangkan, sehingga memungkinkan pergantian yang flexible dan
mengurangi ketidak nyamanan (Chira-Chavala and Coifman, 1996, Yoh,
2006). Memang smasrt card relatif mahal, namun dengan sistem isi ulang,
justru lebih efisien dan murah. Selain itu teknologi smart card juga dapat
bermanfaat untuk meningkatkan metode pengumpulan data untuk
maksud perencanaan (Yoh et al., 2006). Lehtonen dkk (2002) sudah
memulai penggunaan data system pembayaran dengan smart card
untuk menggantikan survey angkutan umum tradisional di Finlandia.
Penggunaan smart card ini juga berguna di negara berkembang bagi
keamanan uang hasil jerih payah sopir yang banyak dipotong oleh
pungutan liar dijalan, baik oleh oknum maupun oleh preman yang
berkuasa di rute yang dilaluinya.
Bab IX Halaman - 2

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Jaringan Multimoda (Multimodal Network: Main route, Feeder Route)


Hal yang paling mendasar dari komponen multimoda adalah tersedianya
jaringan yang terpadu antara moda moda (multimodal network). Nes
(2002) meneliti tentang konsekuensi dari perjalanan multimoda untuk
sebuah perancangan jaringan multimoda. Karakteristik utama dari
jaringan multimoda adalah memiliki jaringan yang tersambung antar jenis
(moda) dan mengenal adanya perbedaan level atau jenjang dari
jaringan. Jaringan level tertinggi adalah untuk kecepatan tinggi dan akses
terbatas sedangkan tingkatan yang terendah adalah untuk jarak pendek,
adanya akses ke jaringan yang lebih tinggi, kecepatan rendah,
kepadatan jaringan yang lebih tinggi. Bagaimana membuat jaringan
yang

efisien,

bagaimana

pengaruh

multimoda

TP

multimoda

pada

rancangan jaringan transportasi. Dari data Survey Home Interview yang


dilakukan

secara

Nasional

di

Belanda,

Nes

(2002)

mendeteksi

BS

multimodality di Belanda. Multimodality pada angkutan umum di Belanda


diperoleh sebesar 2,9%. Tidak mengherankan karena penggunaan
angkutan pribadi seperti sepeda dan mobil sangat tinggi di Belanda ini.
Faktor

utama

yang

mempengaruhi

angkutan

multimoda

adalah

IT
.

panjangnya trip, daerah yang dituju dan maksud perjalanan.


Fasilitas peralihan moda (Transfer Point)

Fasilitas peralihan moda juga sangat penting untuk menarik penumpang


angkutan pribadi yang dapat berintegrasi dengan angkutan umum.
Fasilitas parkir yang cukup untuk menampung kebutuhan akan dapat
menarik penumpang angkutan pribadi untuk meninggalkan mobil
pribadinya ditempat ini dan selanjutnya menyambung dengan angkutan
umum. Terlebih lagi jika ongkos parkir dipusat kota mahal. Daamen (2004)
mengembangkan model simulasi untuk memodelkan arus penumpang di
dalam fasilitas angkutan multimoda yang lebih besar.

Bab IX Halaman - 3

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Fasilitas peralihan antar moda dengan jaringan berbeda (Intermodal


Tranfer Point)
Fasilitas

Intermodal

Transfer

Point

adalah

sangat

penting

karena

merupakan titik sambung antara dua jenis moda dari dua jenis jaringan
yang berbeda. Contohnya antara jaringan sungai dan jaringan jalan, atau
kereta api.

Spek (2001) sudah mengkaji tentang teori pengembangan

arsitektur bangunan transfer antar moda (Intermodal Transfer Point).


Hasilnya adalah konsep rancangan bangunan arsitektur system multimoda
yang terpadu, terkombinasi dan fleksibel dan mempunyai jaringan

9.2. Feeder Bus Pada Bandara

TP

multilayer.

Pada bab ini akan mengkaji lebih lanjut mengenai hasil analisis dari bab
sebelumnya.

Hasil

analisis

untuk

pemadu

moda

pada

bandara

BS

direkomendasikan wilayah wilayah yang perlu dilayani atau ditingkatkan


lagi apabila wilayah tersebut sudah dilayani oleh pemadu moda
berdasarkan

hasil

survey

terdiri

dari

20

wilayah

yaitu

Gambir,

Rawamangun, Blok M, Tanjung Priok, Kemayoran, Kampung Rambutan,

IT
.

Pasar Minggu, Bogor, Bekasi, Lebak Bulus, Grogol, Jatinegara, Serang,


Merak, Cikarang, Bandung, Tangerang, Bintaro, Cibubur, Depok. Menurut
hasil analisis, untuk wilayah Bekasi saat ini sudah dilayani oleh pemadu

moda namun jumlah armada sudah memenuhi kebutuhan. Untuk Depok,


saat

ini

belum

dilayani

oleh

pemadu

moda,

sehingga

kami

merekomendasikannya untuk dilayani oleh pemadu moda bandara yang


sesuai dengan hasil analisis pada bab sebelumnya. Kota Bogor sama
seperti Bekasi karena saat ini sudah dilayani oleh pemadu moda. untuk
kota Bandung, berdasarkan hasil analisis armada yang saat ini juga sudah
sesuai dengan demand yang ada, Pemadu moda yang melayani ke
wilayah Serang menurut hasil analisis nilai load factor nya kecil sehingga
tidak memerluka jumlah armada yang cukup banyak. Bisa diatur dalam
sehari hanya 1 2 kali pemberangkatan. Berbeda dengan wilayah grogol
dan jatinegara, jumlah demand dari dan ke bandara cukup banyak, dan
wilayah ini saat ini belum dilayani oleh pemadu moda bandara, namun
hasil analisis bahwa tidaklah perlu adanya pemadu moda bandara yang
Bab IX Halaman - 4

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

melayani wilayah ini, mengingat nilai load factor dan demand yang cukup
besar. Sehingga kami merekomendasikan bahwa untuk wilayah grogol
dan jatinegara perlu disediakan pemadu moda dari dan ke bandara.
Untuk wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah angka load factor nya kecil
sehingga tidak efektif apabila di sediakan pemadu moda sehingga kami
mengusulkan dioperasikannya suatu feeder yang mana feeder tersebut
berangkat dan pergi dari satu titik ke bandara atau sebaliknya,
selanjutnya penumpang dapat menggunakan kendaraan umum lainnya
untuk meneruskan perjalanan atau multimoda.

TP

9.3. Feeder Bus Pada Pelabuhan


Berbeda dengan bandara, pada pelabuhan saat ini belum terdapat
pelayanan pemadu moda. Menurut hasil survey terdapat 7 (tujuh) wilayah
dengan demand terbesar dari dan ke pelabuhan yaitu Bekasi, Depok,

BS

Pondok Gede, Bogor, Jatinegara, Tangerang, Cikarang. Selanjutnya


dilakukan analisis dari 7 wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis bahwa
ke 7 wilayah tersebut tidak layak untuk dilayani oleh pemadu moda,
karena tidak memenuhi standar occupancy yang telah ditentukan.

IT
.

Keseluruhan wilayah mempunyai nilai occupancy kurang dari 60%.


Melihat kondisi diatas dan kondisi eksisting saat ini dipelabuhan, dengan

tidak adanya pemadu moda sehingga aksesibilitas penumpang menjadi


sulit untuk dari dan ke pelabuhan maka kami merekomendasikan untuk
dioperasikannya suatu feeder, yang mana dapat berupa bus kecil yang
dapat melayani para penumpang dari dan ke pelabuhan tapi dengan
waktu waktu tertentu sesuai dengan jadwal kapal baik keberangkatan
ataupun kedatangan. Diharapakan dengan adanya feeder aksesibilitas
menjadi mudah dan tidak ada lagi kemacetan dan angkutan angkutan
umum yang tidak resmi beroperasi di sekitar daerah pelabuhan.
Direkomendasikan suatu feeder dari pelabuhan yang menuju stasiun atau
terminal yang masih ada disekitar daerah pelabuhan atau sebaliknya,
karena jarak dari pelabuhan kapal penumpang menuju stasiun, terminal
atau tempat lainnya yang untuk mencapai akses kendaraan umum
Bab IX Halaman - 5

Laporan Akhir
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

sangatlah jauh. Feeder feeder tersebut agar efektif beroperasi hanya


pada jam jam dimana kapal penumpang itu datang atau pergi dari
pelabuhan tanjung priok. Fedeer tidak memungkinkan untuk melayani 7
(tujuh) wilayah demand terbesar yang menurut hasil survey yaitu Bekasi,
Depok,

Pondok

Gede,

Bogor,

Jatinegara,

Tangerang,

Cikarang,

dikarenakan tidak akan efektif dari segi biaya dan operasional kendaraan,
mengingat

jumlah

penumpang

pada

pelabuhan

tidak

sebanyak

penumpang bandara dan waktu kedatangan dan keberangkatan kapal

IT
.

BS

TP

penumpang pada pelabuhan frekuensi nya tidak setiap hari.

Bab IX Halaman - 6

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN
Satuan Kerja Pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Perkotaan

IT

.B

ST
P

LAPORAN AKHIR

NOVEMBER 2009

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar

1.1

Lokasi Studi ________________________________________

I-5

Gambar

2.1

Layout Bandara Soekarno Hatta __________________

II-1

Gambar

2.2

Perbandingan Penumpang Pesawat BSH Perhari


dengan Kapasitas Angkutan Umum ________________

II- 2
II-6

Gambar

2.3

Layout Pelabuhan Tanjung Priok ____________________

Gambar

2.4

Data Arus Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok


Tahun 2000 2008 _________________________________

II-7
II-7

2.5

Daerah Hinterland Pelabuhan Tanjung Priok ________

Gambar

2.6

Bus Damri Bandara Soekarno Hatta Trayek Gambir

Gambar

2.7

Tempat duduk pada Damri Bandara Soekarno Hatta

II-10

Gambar

2.8

Bus Damri Bandara Soekarno Hatta Trayek Blok M __

II-11

Gambar

2.9

Bus Damri Bandara Soekarno Hatta _______________

II-12

Gambar

2.10

Ruang Tunggu Damri ______________________________

II-12

Gambar

2.11

Bus Primajasa Bandara Soekarno Hatta ___________

II-14

Gambar

2.12

Tempat duduk Bus Primajasa Bandara Soekarno Hatta

II-14

Gambar

2.13

Kondisi Pelataran Parkir di Pelabuhan Penumpang

.B
ST
P

Gambar

Gambar
Gambar

II-16

2.14

Kapal Penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok ______

II-17

2.15

Akses Keluar Masuk Pelabuhan Penumpang ________

II-17

2.16

Peta Rute Eksisting Pemadu Moda Bandara

Gambar

IT

Tanjung Priok ______________________________________

II-10

Soekarno - Hatta ___________________________________

II-18

Gambar

2.17

Model Sistem Zona Permintaan Perjalanan __________

II-21

Gambar

3.1

Jalur KA Bandara Soekarno Hatta _________________

III-14

Gambar

3.2

Gambar Perspektif Stasiun Bandara ________________

III-15

masyarakat di tempat yang lebih memerlukan _____

III-30

Gambar

3.3

Grafik Hubungan antara Total Produksi oleh Masyarakat


di tempat yang lebih memerlukan __________________

Gambar

3.4

III-30

Garfik Perbedaan kemajuan antara dua produksi pada


satu titik ___________________________________________

III-30

Gambar

3.5

Metodologi Perencanaan Transport ________________

III-31

Gambar

3.6

Grafik Potensi Kepadatan Lalu lintas pada suatu Zona

III-33
iv

Gambar

4.1

Contoh Form Survey Wawancara Pemadu Moda


Bandara __________________________________________

IV-4

Gambar

5.1

Pekerjaan Responden ______________________________

V-2

Gambar

5.2

Pendidikan Responden ____________________________

V-3

Gambar

5.3

Asal Perjalanan ____________________________________

V-4

Gambar

5.4

Tujuan Perjalanan _________________________________

V-5

Gambar

5.5

Kendaraan yang Digunakan _______________________

V-6

Gambar

5.6

Biaya Transportasi Dari dan Ke Bandara _____________

V-6

Gambar

5.7

Tarif Maksimal Untuk Bus Bandara ___________________

V-7

Gambar

5.8

Wilayah yang perlu Dilayani Bus Bandara


Wilayah Jabotabek ________________________________

Gambar

5.9

Wilayah yang perlu Dilayani Bus Bandara Pada Luar

5.10

.B
ST
P

Wilayah Jabotabek _______________________________


Gambar

V-8
V-9

Tarif Bus Bandara yang Sesuai Dengan Wilayah yang


Dilayani Pada Luar Wilayah Jabotabek _____________

V-10

5.11

Pekerjaan Responden pada Pelabuhan ____________

V-11

Gambar

5.12

Pekerjaan Responden pada Pelabuhan ____________

V-12

Gambar

5.13

Asal Perjalanan ____________________________________

V-13

Gambar

5.14

Tujuan Perjalanan _________________________________

V-13

Gambar

5.15

Kendaraan yang Digunakan _______________________

V-14

Gambar

5.16

Biaya Transportasi Dari dan Ke Pelabuhan __________

V-15

5.17

Setuju Tidaknya Bus Pelabuhan _____________________

V-15

5.18

Wilayah yang Perlu Dilayani ________________________

V-16

Gambar

Gambar

IT

Gambar

Gambar

5.19

Tarif Bus Pelabuhan ________________________________

Gambar

7.1

Peta Rute Eksisting Pemadu Moda Bandara


Soekarno-Hatta ___________________________________

Gambar

7.2
7.3

VII -7

Peta Rute Rekomendasi Pemadu Moda Bandara


Soekarno - Hatta ___________________________________

Gambar

V-17

VII -8

Peta Rute Rekomendasi Pemadu Moda Pelabuhan


Tanjung Priok ______________________________________

VII-9

Gambar

8.1

Konfigurasi Tempat Duduk 2 3 untuk Bus besar ______

VIII-18

Gambar

8.2

Tipikal Arsitektur Halte ______________________________

VIII-21

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel

2.1

Data Jumlah Penumpang Yang Melalui Basoetta ________

II-1

Tabel

2.2

Jumlah Penumpang pada Bandara Soetta Tahun 2008 ___

II-2

Tabel

2.3

Tahapan Pengembangan Bandara Soekarno-Hatta _____

II-5

Tabel

2.4

Rute dan karakteristik Pemadu Moda


Bandara Soekarno Hatta ______________________________

II-8

2.5

Kodefikasi dan Nama Zona _____________________________

II-20

Tabel

3.1

Rencana Jadwal Pelaksanaan __________________________

III-14

Tabel

4.1

Sebaran Surveyor di Bandara Soekarno Hatta __________

IV-6

Tabel

4.2

Zona Asal dan Tujuan Perjalanan Responden dengan

.B
ST
P

Tabel

Angkutan Jalan dari dan ke Bandara Soekarno - Hatta


dan/atau Pelabuhan Tg Priok ___________________________

IV-8
IV-12

Tabel

4.3

Sampel Zona Asal Perjalanan ke Bandara Soekarno Hatta

Tabel

4.4

Sampel Zona Tujuan Perjalanan dari Bandara

Soekarno Hatta _______________________________________

IV-12

4.5

Sampel Zona Asal Perjalanan ke Pelabuhan Tg Priok ______

IV-12

Tabel

4.6

Zona Tujuan Responden dari Pelabuhan Tanjung Priok ____

I V-13

Tabel

4.7

Analisis Silang Gender & Tarikan Bandara ________________

IV-16

Tabel

4.8

Tabel

4.9

IT

Tabel

Proyeksi Pasar Tarikan Perjalanan Bandara Soekarno Hatta IV-17


Proyeksi Pasar Keluaran Perjalanan Bandara

Soekarno - Hatta per Hari _______________________________

Tabel

4.10 Proyeksi Pasar Tarikan Perjalanan Pelabuhan Tg Priok


per Hari ________________________________________________

Tabel

IV-18
IV-19

4.11 Proyeksi Pasar Tarikan Perjalanan Pelabuhan Tg Priok


per Hari ________________________________________________

IV-20

Tabel

6.1

Asal Tujuan PerjalananPenumpang Bandara _____________

VI - 2

Tabel

6.2

Jumlah Populasi Pengguna Bandara ____________________

VI -8

Tabel

6.3

Pengelompokan OD tiap Wilayah Berdasarkan Trayek ____

VI-14

Tabel

6.4

OD tiap Wilayah Berdasarkan Trayek ____________________

VI-15

Tabel

6.5

Asal Tujuan Perjalanan Pelabuhan _______________________

VI-17

Tabel

8.1

Rute dan karakteristik Pemadu Moda Bandara


Soekarno Hatta _________________________________________ VIII-4
vi

Tabel

8.2

Headway, Jumlah bus, Kemampuan perjalanan Pemadu --- VIII-13

Tabel

8.3

Tarif Eksisting ___________________________________________ VIII -22

Tabel

8.4

Perhitungan Tarif Trayek Bandara Bintaro _______________

Tabel

8.5

Hasil Analisa Tarif _______________________________________ VIII -29

IT

.B
ST
P

VIII-23

vii

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi ______________________________________________________________

Daftar Gambar ________________________________________________________

iv

Daftar Tabel ___________________________________________________________

vi

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang ________________________________________________

I -1

1.2.

Maksud dan Tujuan ____________________________________________

I -3

1.3.

Ruang Lingkup ________________________________________________

I -3

1.4.

Lokasi Studi ___________________________________________________

I -5

1.5.

Keluaran ______________________________________________________

I -6

BAB II

.B
ST
P

1.1.

GAMBARAN OBJEK STUDI

Karakteristik Bandara Soekarno Hatta _________________________

II -1

2.2.

Karakteristik Pelabuhan Tanjung Priok ___________________________

II -5

2.3.

Kondisi Angkutan Pemadu Moda Saat Ini _______________________

II -8

2.3.1. Pemadu Moda Bandara Soekarno Hatta _______________

II -8

IT

2.1.

2.3.2. Angkutan Umum di Tanjung Priok ________________________ II -15

2.4.

Penentuan Batas Wilayah Studi dan Sistem Zona _______________ II -19

BAB III LANDASAN LEGALITAS DAN TEORI


3.1.

UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan ____

III -1

3.2.

UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian __________________ II -11

3.3.

Penyelenggaraan Kereta Api Bandara Soekarno Hatta ________ III -13


3.3.1. Jarak km, trase dan stasiun KA BSH _______________________ III -13
3.3.2. Jadwal Pekerjaan Persiapan ____________________________ III -14

3.4.

PP No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan ------ III -15

3.5.

PP No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi ______ III -20

3.6.

Tinjauan Literatur ______________________________________________ III -27


3.6.1. Transportasi dan Masyarakat ____________________________ III -27
i

3.6.2. Perjalanan dan Trip _____________________________________ III -28


3.6.3. Lalu lintas dan Angkutan ________________________________ III -28
3.6.4. Produsen dan Konsumen ________________________________ III -29

BAB IV METODE PENGUMPULAN DATA


4.1.

Tahapan Survey _______________________________________________ IV -1

4.2.

Metode Pengumpulan Data ___________________________________ IV -5

4.3.

Teknik Analisis Data ____________________________________________ IV -14

5.1.

5.2.

HASIL SURVEY
Hasil Survey Bandara __________________________________________

V -1

5.1.1. Identitas Responden_____________________________________

V -1

5.1.2. Asal Tujuan Perjalanan __________________________________

V -3

5.1.3. Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda ___________

V -5

.B
ST
P

BAB V

Hasil Survey Pelabuhan ________________________________________ V -10


5.2.1. Identitas Responden ____________________________________ V -10
5.2.2. Asal Tujuan Perjalanan __________________________________ V -12

IT

5.2.3. Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda ___________ V -14

BAB VI IDENTIFIKASI POTENSI DEMAND


6.1.

Berdasarkan hasil survey _______________________________________ VI -1

6.1.1. Bandara Soekarno Hatta ______________________________ VI -1


6.1.2. Pelabuhan Tanjung Priok ________________________________ VI -15

BAB VII INDENTIFIKASI RUTE


7.1.

Berdasarkan Rute terpendek ___________________________________ VII -1


7.1.1. Bandara Soekarno Hatta ______________________________ VII -3
7.1.2. Pelabuhan Tanjung Priuk ________________________________ VII -4

7.2.

Berdasarkan Rute Tercepat ____________________________________ VII -4


7.2.1. Bandara Soekarno Hatta ______________________________ VII -5
7.2.2. Pelabuhan Tanjung Priok ________________________________ VII -6

ii

BAB VIII POLA OPERASI


8.1

Minimal Headway, Frekuensi dan Jumlah Bus yang diperlukan ___ VIII -1

8.2

8.1.1

Bandara Soekarno - Hatta _______________________________ VIII -3

8.1.2

Pelabuhan Tanjung Priok ________________________________ VIII -15

Standar Bus dan Halte _________________________________________ VIII -16


8.2.1

Bus _____________________________________________________ VIII -16

8.2.2

Halte ___________________________________________________ VIII -18

Analisis Taris ___________________________________________________ VIII -22

8.3

BAB IX FEEDER BUS


Fedeer Bus ____________________________________________________

IX -1

9.2

Fedeer Bus Pada Bandara _____________________________________

IX -4

9.3

Fedeer Bus Pada Pelabuhan ___________________________________

IX -5

.B
ST
P

9.1

BAB X KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan ___________________________________________________

X -1

10.2

Rekomendasi _________________________________________________

X -4

IT

10.1

iii

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

1.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
ebagaimana kita maklumi, kondisi pelayanan angkutan pemadu moda dewasa ini
belum sepenuhnya tertata dengan baik, belum terpola secara integral terhadap
semau jenis moda yang ada. Fenomena tersebut dapat dilihat melalui beberapa
indikasi, antara lain: belum adanya keterpaduan layanan antar maupun intra moda
dalam hal jadwal (frekuensi maupun headway), sistem tiket, sistem informasi, jaminan
kemudahan, fasilitas perpindahan dan lain sebagainya, sehingga terjadi ketidak
nyamanan di kalangan pengguna jasa. Belum tersusunnya atau terpolanya
pelayanan angkutan pemadu moda di wilayah perkotaan tadi, dapat pula menjadi

TP

salah satu pemicu dari besarnya minat masyarakat memilih penggunaan kendaraan
pribadi dibanding harus menggunakan angkutan pemadu moda.

Wilayah operasional dari jaringan pelayanan angkutan pemadu moda yang ada saat
ini juga belum memadai dan tepat guna. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya

BS

pengguna kendaraan pribadi yang memasuki area terminal, bandara, pelabuhan


maupun stasiun dibanding pengguna angkutan pemadu moda. Selain itu, pola
pelayanan angkutan pemadu moda yang ada cenderung belum terintegrasi secara
penuh terhadap penyelenggaraan operasional semua moda angkutan, baik darat,

IT
.

rel, laut maupun udara.

Menyadari kekurangan itu maka perlu dalam waktu dekat dilakukan peningkatan
pelayanan angkutan pemadu moda di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan

melakukan review pola pelayanan, mencakup rute, headway, frekuensi, pentarifan,


sistem tiket, jenis kendaraan, jam operasi, fasilitas perpindahan penumpang, serta
kebijakan kepengusahaan yang tepat guna.

1.2

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari kegiatan Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan
Angkutan

Pemadu

Moda

di

Jabotabek

(Bandara

Soekarno

Hatta

&

PelabuhanTanjung Priok) adalah sebagai berikut :


1. Maksud kegiatan :
Tersedianya Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda
2. Tujuan kegiatan ini adalah :

Bab VI Halaman - 1

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Menyusun pola pelayanan angkutan pemadu moda untuk Bandara Soekarno


Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok

RUANG LINGKUP
Susunan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam studi Perencanaan Teknis
Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara
Soekarno Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok) ini adalah sebagai berikut :
1. Uraian Kegiatan, meliputi :
a. Studi Literatur;
b. Pengumpulan Data Sekunder antara lain :
c. Penentuan cakupan wilayah Pelayanan dan Penzonaan dari Angkutan

TP

Pemadu Moda Bandara Soeakrno Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok;


d. Melakukan survey-survey yang diperlukan.

2. Bentangan pekerjaan dimaksud terdiri dari 6 (enam) tahap, yaitu :


a. Tahap persiapan, untuk mereview metodologi dan rencana kerja serta

BS

persiapan menuju tahap selanjutnya

b. Tahap inventarisasi data, berupa data sekunder dan data primer yang
diperoleh dari hasil survei lapangan
c. Tahap

analisis

awal,

meliputi

analisis

terhadap

kinerja

dan

evaluasi

IT
.

pelaksanaan angkutan pemadu moda saat ini


d. Tahap pemodelan transportasi untuk menggambarkan kondisi jaringan
alternatif rute angkutan pemadu moda, bertumpu pada perkiraan potensi
penumpang saat ini dan yang akan datang
e. Tahap

penyusunan

1.3

Penyusunan

konsep

Pola Pelayanan

lengkap mengenai Perencanaan


Angkutan

Pemadu Moda di

Teknis

Jabotabek

(Bandara Soekarno Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

f.

Tahap rekomendasi, yaitu tahap akhir yang akan menyajikan keluaran


sebagaimana tertera di dalam maksud, tujuan, dan sasaran studi yang
tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)

3. Batasan Kegiatan
Wilayah kajian meliputi Bandara Soekarno Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok
berikut beberapa wilayah lain yang berpotensi memberi kontribusi signifikan
terhadap penggunaan Angkutan Pemadu Moda di Bandara Soekarno Hatta &
Pelabuhan Tanjung Priok.

Bab VI Halaman - 2

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

LOKASI STUDI
Adapun tempat pelaksanaan kegiatan Perencanaan Teknis Pola Pelayanan Angkutan
Pemadu Moda di Jabotabek (Bandara Soekarno Hatta dan Tanjung Priok) ini adalah

BS

TP

di DKI Jakarta.

IT
.

Gambar 1.1 Lokasi Studi

1.4

Bab VI Halaman - 3

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

KARAKTERISTIK BANDARA SOEKARNO - HATTA


Bandara Soekarno Hatta mencatat laju pertumbuhan arus penumpang domestik dan
internasional cukup besar dalam lima tahun terakhir, yaitu naik dari 24,703 pada tahun
2004 menjadi 35,156 juta pada tahun 2008 atau naik rata-rata 10,57% per tahun; lihat
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Data Jumlah Penumpang Melalui Basoetta

Domestik (juta)
Internanal (juta)
Jumlah (juta)
Pertumbuhan (%)

Realisasi tahun
2004

2005

2006

2007

2008

19,150
5,969
24,703
-

19,905
6,566
26,471
7,16

23,322
7,262
30,584
15,54

24,526
7,933
32,459
6,13

26,661
8,495
35,156
8,31

Sumber: Angkasa Pura II, 2009 (diolah)

TP

Penumpang

BS

Sementara itu, berdasarkan hasil analisis Direktorat LLAJ Departemen Perhubungan yang
menampilkan perbandingan antara kapasitas jasa angkutan umum (bus dan taksi)
yang tersedia (supply) dihadapkan tingkat permintaan (demand), dalam hal ini, jumlah
penumpang pesawat udara yang datang dan/atau berangkat ke/dari Bandara
Soekarno Hatta pada gambar di bawah ini, terlihat dengan jelas ikhwal adanya
kepincangan mencolok antara kedua faktor tersebut, minimal pada kurun waktu antara

IT
.

2.1

GAMBARAN OBJEK STUDI

tahun 2002 s/d 2005, sebagai berikut:

2.

Sumber : Hasil Analisis Direktorat LLAJ, Departermen Perhubungan


Gambar 2.1 Perbandingan Penumpang Pesawat BSH per hari dengan
Kapasitas Angkutan Umum
Bab VI Halaman - 4

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

KARAKTERISTIK PELABUHAN TANJUNG PRIOK


Saat ini pelabuhan Tanjung Priok mempunyai wilayah perairan seluas 424 ha dan
wilayah daratan seluas 604 ha. Mempunyai tiga jenis terminal, yaitu terminal
penumpang, terminal barang konvensional dan terminal peti kemas.
Arus penumpang kapal laut melalui terminal penumpang pelabuhan Tanjung Priok
selama tahun 2008 mencapai 527.669 penumpang yang berasal dari debarkasi
277.042 penumpang dan embarkasi 250.627 penumpang. Jumlah itu meningkat sekitar
12% dibanding tahun 2007 yang tercatat sebesar 459.198 penumpang dengan rincian
debarkasi

222.103

penumpang

dan

embarkasi

237.095

penumpang.

Seluruh

penumpang angkutan laut di pelabuhan Priok dalam tahun 2008 diangkut dengan

TP

1.135 unit kapal penumpang atau meningkat 35% dibanding jumlah kapal yang
mengangkut penumpang tahun 2007 sebesar 862 unit.

Kapasitas terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Priok adalah 5000 orang dengan

BS

luas 7.266 m2. Jumlah penumpang 7 tahun terakhir terus menurun dari 1,67 juta pada
tahun 2000 menjadi 0,43 juta pada tahun 2007; kecuali tahun 2008. Keterangan lebih

IT
.

jelas tertera pada gambar dibawah ini.

2.2

Sumber : www.priokport.co.id
Gambar 2.2 Data Arus Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok
Tahun 2000 2008

Bab VI Halaman - 5

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

2.3

KONDISI ANGKUTAN PEMADU MODA SAAT INI

2.3.1. Pemadu Moda Bandara Soekarno Hatta


Hingga saat ini, kegiatan pelayanan Angkutan Pemadu Moda, khususnya untuk trayek
antar kota antar provinsi dengan bus standar, sebagian besar didominasi DAMRI,
khususnya bus-bus DAMRI Bandara Soekarno-Hatta. Satu satunya angkutan pemadu
moda di luar DAMRI yang mengoperasikan angkutan jenis ini ialah Primajasa dengan
alokasi 30 armada untuk jurusan Bandung Supermall Bandara Soekatta. Dewasa ini
bus DAMRI telah diberi izin untuk melayani 13 trayek dengan alokasi bus sebesar 115
unit. Adapun rincian lengkap tentang rute dan karakteristik lain terkait pelayanan
angkutan Pemadu Moda Bandara Soekatta, adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Rute dan karakteristik Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta
Jumlah

Trayek

Bus

Tarif

Gambir

19

Rp 20.000,-

Rawamangun

14

Rp 20.000,-

Blok M

15

Tanjung Priok

Kemayoran

Kp. Rambutan

15

Pasar Minggu

12

Bogor

Bekasi

10

Lebak Bulus

11

Interval

Operator

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

(Trip I)

BS

Jam Brgkt

TP

No

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

16

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

16

Rp 28.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Serang-Banten

Rp 28.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

12

Mangga Dua

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

13

Cikarang

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

1 14

Bandung

30

Rp 75.000,-

02.00 WIB

IT
.

Rp 20.000,-

60 menit

Primajasa

Sumber : www.damri.co.id
2.3.2

Angkutan Umum di Tanjung Priok


Pegaturan tata guna lahan dan penggunaan berbagai fasilitas yang masih semrawut,
seperti adanya lalu lintas penumpang dalam areal cargo handling, membuat
pelabuhan ini kurang nyaman sebagai tempat transit penumpang kapal laut. Dewasa
ini fasilitas angkutan jalan yang dapat digunakan oleh penumpang kapal laut dari dan
ke Pelabuhan Tg Priok baru dilayani oleh taksi atau angkutan kecil lainnya yang disewa
secara khusus. Pada umumnya tingkat aksesibilitas penumpang kapal laut di
Bab VI Halaman - 6

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

pelabuhan Tanjung Priok masih sulit kecuali mereka yang menggunakan angkutan
pribadi. Fasilitas angkutan umum dalam kota belum memasuki kawasan pelabuhan,
tetapi berhenti hingga sampai ke terminal angkutan kota Tanjung Priok saja.
Terminal bus kota Tanjung Priok, yang memiliki luas 10 ribu meter persegi, juga dipadati
oleh berbagai warung makanan. Keberadaan halte busway yang belum beroperasi
dan dipagari seng menambah ruang dalam terminal menjadi semakin sempit.
Terminal Tanjung Priok terletak persis di sebelah selatan pintu III Pelabuhan Tanjung
Priok. Terminal ini kerap menjadi biang macet kawasan tersebut. Bus dan angkutan
umum yang keluar dari terminal sering kali tidak langsung jalan, melainkan mengetem

IT
.

BS

TP

menunggu penumpang di luar terminal.

2.4

Gambar 2.3 Peta Rute Eksisting Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta
PENENTUAN BATAS WILAYAH STUDI DAN SISTEM ZONA
Area atau kawasan yang ditetapkan sebagai wilayah studi ialah Provinsi DKI Jakarta,
Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat dan sisi barat Provinsi Jawa Tengah. Zona
diwakilkan oleh 1 (satu) pusat zona yang dibagi menjadi 2 (dua) zona utama, yakni
zona internal dan zona eksternal. Pembagian zona diambil berdasarkan :
1.

Daerah tangkapan studi diasumsikan meliputi seluruh pulau Jawa, namun untuk
zona internal ke Timur, dibatasi oleh jarak tengah antara dua bandara yaitu
bandara Soekarno Hatta dan bandara Ahmad Yani, Semarang.

2.

Untuk zona eksternal adalah di luar dari zona internal namun dibatasi sampai
pulau jawa mengingat hanya peralihan moda darat dan tidak mencakup antar
pulau

Bab VI Halaman - 7

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

3.

Jumlah penerbangan pada bandara Soekarno Hatta mempunyai frekuensi atau


jadwal penerbangan yang paling padat dibandingkan dengan bandarabandara lain di Indonesia

4.

Zona-zona yang dipilih dalam Laporan Pendahuluan ini, akan ditinjau kembali
untuk disesuaikan dengan besaran demand minimal setelah survey lapangan
dilakukan.

Data keterangan dan wilayah zona untuk wilayah studi selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kodefikasi dan Nama Zona
Kode

Nama Zona
Cilegon

B.2

Rangkas Bitung

B.3

Pandeglang

B.4

Serang

B.5

Tangerang
DKI JAKARTA

C.5

Karawang

C.6

Purwakarta

C.7

Cikampek

C.8

Bandung

C.9

Sukabumi

C.10

Cianjur

C.11

Ciamis

C.12

Garut

C.13

Tasikmalaya

BS

B. 1

Nama Zona

TP

BANTEN

Kode

Blok M

A.2

Lebak Bulus

A.3

Pasar Minggu

C.14

Kuningan

A.4

Gambir

C.15

Subang

A.5

Tanjung Priok

C.16

Sumedang

A.6

Grogol

C.17

Majalengka

A.7

Rawamangun

C.18

Indramayu

A.8

Kemayoran

C.19

Cirebon

A.9

Kampung Rambutan

IT
.

A.1

JAWA TENGAH

JAWA BARAT

D.1

Brebes

C.1

Bekasi

D.2

Tegal

C.2

Cikarang

D.3

Purwokerto

C.3

Depok

Jawa Tengah dan Sekitarnya

C.4

Bogor

Jawa Timur dan Sekitarnya

Bab VI Halaman - 8

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

IT
.

BS

TP

Gambar 2.4 Model Sistem Zona Permintaan Perjalanan

Bab VI Halaman - 9

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


1. Pasal 2
Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan memperhatikan;
a. asas transparan;
b. asas akuntabel;
c. asas berkelanjutan;
d. asas partisipatif;
e. asas bermanfaat;
f.

asas efisien dan efektif;

g. asas seimbang;
asas mandiri.

2.

Pasal 3

BS

i.

TP

h. asas terpadu; dan

Lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan dengan tujuan:


a. terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar

dan

pererkonomian

terpadu

dengan

nasional,

moda

memajukan

angkutan

kesejahteraan

lain

untuk

umum,

mendorong
memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa ser-ta mampu menjunjung tinggi martabat


bangsa;

IT
.

3.1

LANDASAN LEGALITAS DAN TEORI

b. terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan


c. terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
3.

3.

Pasal 7

(1) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam kegiatan pelayanan
langsung kepada masyarakat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
badan hukum, dan / atau masyarakat.
(2) Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
insdtansi masing-masing meliputi:
a. urusan pemerintahan di bidang Jalan oleh kementerian negara yang
bertanggung jawab di bidang Jalan.
b. urusan pemerintah di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana
dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Bab VI Halaman - 10

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian


1.

Pasal 4

Kereta api menurut jenisnya terdiri dari:


a. kereta api kecepatan normal;
b. kereta api kecepatan tinggi;
c. kereta api monorel;
d. kereta api motor induksi liear;
e. kereta api gerak udara;
f.

kereta api levitasi magnetik;

g. trem; dan

2.

Pasal 5

TP

h. kereta gantung

(1) Perkeretaapian menurut fungsinya terdiri atas:


a. perkeretaapian umum; dan

BS

b. perkeretaapian khusus

(2) Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. perkeretaapian perkotaan; dan
b. perkeretaapian antarkota

(3) Perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya

IT
.

digunakan secara khusus oleh badan usaha tertentu untuk menunjang kegiatan
pokok badan usaha tersebut.
3.

Pasal 6

3.2

(1) Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1)
huruf a meliputi:

a. perkeretaapian nasional;
b. perkeretaapian provinsi; dan
c. perkeretaapian kabupaten/kota.
(2) Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
satu kesatuan sistem perkeretaapian yang disebut tatanan perkeretaapian
nasional.
(3) Sistem perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus terintegrasi
dengan moda transportasi lainnya.

Bab VI Halaman - 11

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan


1.

Pasal 7

(1) Jaringan transportasi jalan diwujudkan dengan menetapkan rencana umum


jaringan transportasi jalan.
(2) Rencana umum jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
meliputi:
a. rencana umum jaringan transportasi jalan primer;
b. rencana umum jaringan transportasi jalan sekunder.
(3) Rencana umum jaringan traansportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), memuat hal-hal sebagai berikut:
a. rencana lokasi ruang kegiatan yang harus dihubungkan oleh ruang lalu lintas;
perjalanan;

TP

b. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal dan tujuan


c. arah dan kebijaksanaan peranan transportasi di jalan dalam keseluruhan
moda transportasi;

BS

d. rencana kebutuhan lokasi simpul;

e. rencana kebutuhan ruang lalu lintas.


2.

Pasal 9

(1) Rencana

umum

jaringan

transportasi

jalan

merupakan

pedoman

dalam

jalan

IT
.

penyusunan rencana umum dan perwujudan unsur-unsur jaringan transportasi


(2) Unsur-unsur jaringan transportasi jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi:

3.3

a. simpul berupa terminal transportasi jalan, terminal angkutan sungai dan danau,
setasiun kereta api, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, dan bandar
udara;
b. ruang

kegiatan

pertanian,

berupa

kehutanan,

kawasan

pemukiman, industri, pertambangan,

perkantoran,

perdagangan,

pari-wisata

dan

sebagainya;
c. ruang lalu lintas berupa jalan, jembatan atau, lintas penyeberangan.
3.

Pasal 14

(1) Jaringan trayek ditetapkan dengan memperhatikan:


a. kebutuhan angkutan;
b. kelas jalan yang sama dan atau yang lebih tinggi;
c. tipe terminal yang sama atau lebih tinggi;
Bab VI Halaman - 12

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

d. tingkat pelayanan jalan;


e. jenis pelayanan angkutan;
f.

rencana umum tata ruang;

g. kelestarian lingkungan.
(2) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Menteri.
3.4

PP No 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi


1.

Pasal 1
..

4. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk penge-mudi, baik dengan

TP

maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.


..

7. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk


..

BS

dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

3.5

Tinjauan Literatur

3.5.1

Transportasi dan masyarakat

IT
.

Menurut pendapat beberapa ahli di bidang ini, diantaranya Michael J Bruton (1993),
transpor diperlukan untuk membuat masyarakat menjadi lebih berfungsi. Ia (transpor)
mempengaruhi lokasi dan jarak antara kegiatan yang produktif dan tidak produktif. Ia
mempengaruhi

lokasi

juga

pemukiman

penduduk; mempengaruhi

jarak

dan

penyediaan barang dan jasa yang diperlukan. Satu hal yang tidak dapat disangkal
bahwa, ia juga mempengaruhi kualitas hidup manusia (Transport is essential to the
functioning of any society. It influence the location and range of productive and leisure
activities; it effects the location of residence; it influences the range and provision of
goods and services available for consumption. It inevitably influences the quality of
life).
3.5.2

Perjalanan dan Trip


Berdasarkan pendapat sejumlah ahli, meskipun perjalanan dan trip tidak dapat
dipisahkan, tetapi diantara keduanya ada perbedaan. Menurut Swardjoko Warpani
(1990), perjalanan adalah proses perpindahan (orang atau barang) dari satu tempat
ke tempat lain. Perpindahan tersebut dilakukan untuk tujuan menikmati kegiatan
perjalanan itu sendiri atau karena ada maksud tertentu. Pendapat tersebut mudah
Bab VI Halaman - 13

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

difahami karena permintaan jasa perjalanan adalah

derived demand atau

permintaan turunan; artinya demand tersebut terjadi karena konsumen mempunyai


kepentingan untuk berada di tempat lain.
Sedangkan trip menurut Creighton (1970) adalah pergerakan orang atau barang
antara

dua

tempat

kegiatan

yang

terpisahkan

karena

mempertemukan kegiatan perorangan atau kelompok, misalnya

dirasakan

perlu

(perdagangan,

pemerintahan) di dalam masyarakat. Dari pandangan kedua ahli ini, dapat dikatakan
bahwa perjalanan merupakan bagian dari trip.
3.5.3 Lalu Lintas dan Angkutan
Menurut Blunden (1971) lalu lintas ialah kegiatan lalu lalang orang dan /atau
kendaraan; sedangkan angkutan atau transpor merupakan usaha memindahkan

TP

orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Karena itu, kata beliau pula,
lalu lintas adalah medium kegiatan, akibat daripada gabungan potensi tata guna

Produsen dan konsumen

Dari uraian yang diungkap pada bagian sebelum ini dapat kita katakan bahwa
pengangkutan merupakan mata rantai yang menghubungkan dua kegiatan atau
lebih. Pengangkutan berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan produsen

IT
.

dengan konsumen; meniadakan jarak antara keduanya. Jarak di sini, dapat


dinyatakan melalui satuan waktu ataupun jarak dalam arti geografi.

3.5.4

BS

lahan dihadapkan kemampuan angkutan.

Bab VI Halaman - 14

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

4.

METODE PENGUMPULAN DATA

4.1

TAHAPAN SURVEY
Tahap Persiapan
Kegiatan pokok yang dilakukan peneliti pada tahap ini ialah meliputi:
1. Review metodologi
Metodologi yang sudah disusun, di-review dan diperbaiki di sana sini sehingga semua
tahap dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Review program dan penjadwalan pekerjaan
Penjadwalan pekerjaan dikaji ulang sebelum masuk kedalam tahap pelaksanaan,
sehingga semua pekerjaan yang telah diprogramkan terlaksana sesuai dengan
jadwal.

TP

3. Persiapan survey

Tahap-tahap persiapan survey antara lain :


a.

Penentuan lokasi survey

BS

Lokasi survey dilakukan di dua tempat yaitu Bandara Soekarno Hatta dan
pelabuhan Tanjung Priok.
b.

Penentuan waktu pelaksanaan survey

Persiapan Survey

IT
.

Survey dilakukan berbasis wawancara terstruktur yang dilakukan pada responden di


lapangan untuk mendapatkan informasi menurut daftar pertanyaan yang telah
disiapkan. Hal

yang

sama

juga

dilakukan

untuk

keperluan

servey preferensi.

Perbedaannya terletak pada bentuk pertanyaan. Di dalam pelaksanaan survey


preferensi, para responden diberi ruang untuk mengungkap keinginan mereka sehingga
maksud dan tujuan studi ini mengena pada sasaran yang diprogramkan.
Adapun alat perlengkapan yang diperlukan pada masing-masing pos survey adalah:
a. Alat tulis
b. Clip board
c. Formulir survei
d. Surat tugas dan tanda pengenal
Contoh form survey untuk wawancara angkutan pemadu moda di Bandara Soekatta,
tertera pada Gambar 4.1.
Pelaksanaan Survey
a.

Seperti telah diungkapkan pada bagian sebelum ini, pelaksanaan survey di:

Bab VI Halaman - 15

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

1)

Bandara Soekatta, menggunakan 4000 responden dengan 28 orang surveyor,


yang disebar secara proporsional pada 7 (tujuh) pintu kedatangan dan
keberangkat terminal 1A; 1B; 1C; 2D; 2E; 2F dan terminal 3.

2)

Pelabuhan Tg Priok, menggunakan 1000 responden dengan 4 orang surveyor,


yang ditempatkan masing-masing 2 orang pada pintu kedatangan dan 2
orang pada pintu keberangkatan.

b.

Guna memungkinkan penelitian ini memperoleh jumlah responden yang telah


ditetapkan maka, durasi survey direncanakan sebagai berikut:
1)

Bandara Soekatta, selama 7 (tujuh) hari termasuk hari libur

2)

Pelabuhan Tg Priok, selama 3 (tiga) hari termasuk hari libur

Analisis Survey
dilakukan analisis hasil survey, meliputi:
a.

Tahapan Pemodelan

TP

Setelah melakukan survey lapangan dan kepustakaan maka, pada tahap berikutnya

Dari hasil survai volume lalu lintas, akan dilakukan pemodelan transportasi untuk

BS

mendapatkan bangkitan dan tarikan perjalanan (eksisting) sebelum pengoperasian


angkutan tambahan pemadu moda maupun, perkiraan setelah tambahan
angkutan pemadu moda dioperasikan.
b.

Melakukan analisis hasil survey untuk mendapatkan gambaran pola pelayanan


angkutan pemadu moda di Jabotabek

IT
.

Menyusun pola pelayanan pemadu moda mencakup jaringan dan rute, headway,
frekuensi, jenis kendaraan yang digunakan, pentarifan, dan waktu operasi yang
terintegrasi pada masing-masing moda.

c.

Bab VI Halaman - 16

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

DEPARTEMEN

PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


SATUAN

KERJA BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN

PEKERJAAN : PERENCANAAN TEKNIS PENYUSUNAN POLA PELAYANAN ANGKUTAN PEMADU MODA DI


JABOTABEK (BANDARA SOEKARNO-HATTA DAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK)
FORMULIR ISIAN SURVEI WAWANCARA
POLA PERJALANAN ORANG DARI DAN KE AIRPORT
Lokasi Survei
Nama Surveyor

Hari / Tanggal

Waktu

I. Identitas Responden
(1) Nama *

(2) Pekerjaan

(3) Telepon

(4) Alamat

Wanita

Pria
* boleh tidak diisi jika atas permintaan responden
01

) Pegawai Negeri

05

) Pelajar/Mahasiswa

02

) Profesional/Dokter/Akuntan/Notaris/Engineer

06

) Ibu Rumah Tangga

03

) Karyawan Swasta

07

) Tidak Bekerja

04

) Wiraswasta

08

) Lainnya, sebutkan .

Jl.

(5) Latar Belakang Pendidikan :


01

) SD / Sederajat

05

) Sarjana / Strata 1

02

) SMP / Sederajat

06

) Pasca Sarjana

03

) SMA / SMU / Sederajat

07

) Lainnya, sebutkan .

04

) Diploma 1

II. Asal Perjalanan


Jl.

(6) Alamat Asal Perjalanan :


1

**

** asal perjalanan,misalnya dari rumah dll


Lama Perjalanan . menit

Zona * :

II. Tujuan Perjalanan


Jl.

(7) Alamat Tujuan Perjalanan :


1

** Tujuan perjalanan,misalnya ke rumah dll


Lama Perjalanan . menit

Zona * :

**

III. Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda :


01 (

(19) Berapa waktu tempuh perjalanan anda dari dan ke airport?

01 (

(20)

02

) Kendaraan Pribadi

) Angkutan Umum

TP

(18) Anda dari dan ke airport menggunakan kendaraan apa?

) < 1 jam

02 (

) 1 - 2 jam

02

) Tidak

03 (

) > 2 jam

Berapakah biaya transportasi yang Anda keluarkan untuk perjalanan dari dan ke airport?
01

) < 20.000

03

02

) 20.000 - 50.000

04

) 51.000 - 100.000

) > 100.000

01 (

(21) Pilihan terhadap Pemadu Moda Bandara

) Ya

(22) Tarif yang pantas pada pemadu moda bandara untuk wilayah Jabotabek
01

) 20.000 - 50.000

02

) 51.000 - 100.000

03

) > 100.000

(23) Tarif yang pantas pada pemadu moda bandara untuk wilayah diluar Jabotabek
(

) 50.000 - 100.000

02

) 100.000 - 150.000

03

) > 150.000

BS

01

(24) Ekspetasi utama terhadap Pemadu Moda Bandara

Kode

B. 1

01

) Tarif

02

) Ketepatan Waktu

03

) Keamanan

04

) Kenyamanan

Nama Zona

Kode

Nama Zona

BANTEN

C.5

Karawang

Cilegon

C.6

Purwakarta

B.2

Rangkas Bitung

C.7

Cikampek

B.3

Pandeglang

C.8

Bandung

B.4

Serang

C.9

Sukabumi

B.5

Tangerang

DKI JAKARTA

C.11

Ciamis

A.1

Blok M

C.12

Garut

A.2

Lebak Bulus

C.10

C.13

Tasikmalaya

A.3

Pasar Minggu

C.14

Cianjur

Kuningan

Gambir

C.15

Subang

Tanjung Priok

C.16

Sumedang

A.6

Grogol

C.17

Majalengka

A.7

Rawamangun

C.18

Indramayu

A.8

Kemayoran

C.19

A.9

Kampung Rambutan

IT
.

A.4
A.5

JAWA BARAT

Cirebon

JAWA TENGAH

D.1

Brebes

C.1

Bekasi

D.2

Tegal

C.2

Cikarang

D.3

Purwokerto

C.3

Depok

Jawa Tengah dan Sekitarnya

C.4

Bogor

Jawa Timur dan Sekitarnya

Gambar 4.1 Form Survey Pemadu Moda

4.2

METODE PENGUMPULAN DATA

A. POPULASI PENGGUNA BANDARA SOEKATTA & PELABUHAN TG PRIOK

Populasi penumpang per hari

Jumlah sampel

B. KUESIONER PENGGUNA JASA ANGKUTAN JALAN UNTUK PENUMPANG ANGKUTAN UDARA


DAN ANGKUTAN LAUT

Pengguna jasa angkutan jalan dari / ke Bandara Soekatta

Pengguna jasa angkutan jalan dari / ke Pelabuhan Tg Priok

Bab VI Halaman - 17

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

C. PERSIAPAN DAN CAKUPAN DATA PRIMER SURVEY PREFERENSI PADA

BANDARA

SOEKARNO - HATTA DAN PELABUHAN TG. PRIOK


Persiapan personil, organisasi dan administrasi survey
Susunan data identitas responden
Susunan data asal dan tujuan perjalanan responden
D. KONFIGURASI DATA HASIL SURVEY LAPANGAN DI BANDARA SOEKARNO HATTA DAN
PELABUHAN TANJUNG PRIOK
Identitas responden;

Jumlah perjalanan dari tiap-tiap zona ke Bandara Soekarno - Hatta;

Jumlah perjalanan dari Bandara Soekarno - Hatta ke tiap-tiap zona;

Jumlah perjalanan dari tiap-tiap zona ke Pelabuhan Tg. Priok;

Jumlah perjalanan dari Pelabuhan Tg Priok ke tiap-tiap zona;

TP

4.3

TEKHNIK ANALISA DATA

BS

Tekhnik analisa mealalu langkah langkah sebagai berikut :


Langkah I

Menghitung proyeksi populasi penumpang tahun


Langkah 2

Langkah 3

IT
.

Mengolah data sampling Penumpang per Zona

Perolehan Analisis Data Populasi


Langkah - 4
Pengumpulan Data Sekunder sebagai Pendukung
KERANGKA KELUARAN ANALISIS KAJIAN TEKNIS POLA PELAYANAN ANGKUTAN PEMADU
MODA DI JABOTABEK
Langkah 1
Evaluasi kelengkapan,validitas dan rehabilitas data
Langkah 2
Keluaran butir butir perencanaan teknis

Bab VI Halaman - 18

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

5.

HASIL SURVEY

5.1

HASIL SURVEY BANDARA

5.1.1 Identitas Responden


A.

Pekerjaan Responden
Pada bagian pertama yaitu Indentitas responden, dilihat dari segi pekerjaan
responden melihat hasil survey pada gambar 5.1, responden terbanyak pada survey
wawancara pemadu moda di bandara mempunyai pekerjaan sebagai karyawan
swasta yang merupakan urutan terbesar pertama sebanyak 34 %, diurutan kedua
bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 19% dan diurutan ketiga adalah bekerja
sebagai pegawai negeri dengan prosentase sebesar 14%.Disamping itu masih banyak
lagi jenis pekerjaan pada responden namun mempunyai prosentasi yang kecil. Terlihat

TP

bahwa pengguna bandara sebagian besar adalah para pekerja.

BS

Pekerjaan Responden

12%
12%

2% 2%

D
B.

5%

34%

IT
.

19%

14%

Pegaw ai
Profesional
Karyaw an Sw asta
Wirasaw asta
Pelajar/Mahasisw a
Ibu Rumah Tangga
Tidak Bekerja
Lainnya

Gambar 5.1 Pekerjaan Responden

Pendidikan Responden
Pada survey pemadu moda terdiri dari berbagai tingkatan pendidikan, dan dapat
dilihat pada gambar 5.2 nilai terbesar dari latar belakang pendidikan responden
adalah Sarjana/Strata 1 yaitu

sebesar 38%, nilai tertinggi kedua adalah berlatar

belakang pendidikan SLA/sederajat yaitu sebesar 32% dan nilai tertinggi terbesar
ketiga masing masing responden berlatar belakang pendidikan Diploma 1 dan
Pasca Sarjana dengan masing masing prosentase yaitu sebesar 9%. Untuk melihat
hasil survey latar belakang pendidikan responden dapat dilihat pada gambar 5.2.

Bab VI Halaman - 19

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Pendidikan Responden

9%

7%

SD/Sederajat

1% 4%

SLP/Sederajat
32%

SLA/sederajat
Diploma 1
sarjana /Starata 1

38%

Pasca sarjana

9%

Lainnya

Gambar 5.2 Pendidikan Responden


5.1.2 Asal Tujuan Perjalanan
A.

Asal Perjalanan

TP

Pada survey ini untuk asal perjalanan kita mengambil 5 (lima) wilayah terbesar dari
asal perjalanan responden. Untuk urutan terbesar pertama asal perjalanan dari
responden adalah wilayah Bekasi dengan jumlah prosentase sebesar 31%, diurutan
kedua asal perjalanan adalah Depok dengan jumlah prosentase sebesar 23%, urutan

BS

ketiga asal perjalanan adalah Bogor dengan jumlah prosentase 19%, diurutan
keempat asal perjalanan adalah Bandung dengan jumlah prosentase sebesar 15%
dan diurutan kelima adalah asal perjalanan Serang dengan jumlah prosentase sebesar
12%. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada gambar 5.3.

IT
.

Asal Perjalanan

12%

15%

19%

31%

Bekasi
Depok
Bogor
Bandung

23%

Serang

Gambar 5.3 Gambar Asal Perjalanan

B.

Tujuan Perjalanan
Pada tujuan perjanan didalam survey pemadu moda bandara ini diambil sebanyak 5
(lima) wilayah tujuan terbesar. Masing masing wilayah itu terdiri dari Bekasi, Depok,
Bogor, Bandung, Bintaro. Untuk urutan tertinggi terbesar tujuan perjalanan adalah
Bekasi dengan jumlah prosentasi sebesar 36%, diurutan kedua terbesar tujuan
perjalanan adalah Depok dengan jumlah prosentase sebesar 23%, diurutan ketiga
terbesar tujuan perjalanan adalah Bogor dengan jumlah prosentase sebesar 18%,
diurutan ke empat tujuan perjalanan adalah Bandung dengan jumlah prosentase
Bab VI Halaman - 20

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

sebesar 13% dan diurutan terbesar kelima adalah Bintaro dengan jumlah prosentase
sebesar 10%. Lebih lengkapnya gambar dapat dilihat pada gambar 5.4.

Tujuan Perjalanan

10%
13%

Bekasi

36%

Depok
Bogor
Bandung

18%

Bintaro
23%

TP

Gambar 5.4 Gambar Tujuan Perjalanan

5.1.3

Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda

A.

Kendaraan yang digunakan dari (ke) Bandara

BS

sebesar 62% dan yang menggunakan kendaraan pribadi sebesar 38%. Berarti dapat
disiimpulkan, pentingnya angkutan pemadu moda bandara. Dapat dilihat pada
gambar 5.5.

IT
.

KENDARAAN YANG DI GUNAKAN

38%

UMUM
PRIBADI

62%

Gambar 5.5 Kendaraan yang Digunakan


B.

Biaya Transport Untuk Perjalanan dari dan (ke) Bandara Saat ini (dalam rupiah)
Biaya transportasi untuk perjalanan dari dan (ke) bandara saat ini menurut responden
terbesar adalah mengeluarkan biaya sebesar Rp 20.000 Rp 50.000 sebanyak 59%
responden, diurutan kedua responden mengeluarkan biaya sebesar Rp 51.000 Rp
100.000 sebanyak 24%, diurutan ketiga responden mengeluarkan biaya untuk
perjalanan dari dan ke bandara sebesar > Rp 100.000 sebanyak 10% responden dan
diurutan terakhir responden mengeluarkan biaya perjalanan sebesar < Rp 20.000
sebanyak 7% responden. Dapat dilihat pada gambar 5.6.

Bab VI Halaman - 21

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Biaya Transportasi

10%

7%

< 20.000

24%

20.000 -50.000
51.000 - 100.000
> 100.000

59%

Gambar 5.6 Biaya Transportasi dari dan ke Bandara


C.

Tarif Maksimal Untuk Bus Bandara yang Melayani Penumpang Daerah Jabotabek
Untuk wilayah Jabotabek kemampuan responden dalam membayar tarif maksimal

TP

sebesar Rp.30.000 untuk pemadu moda bdndara, sebesar 68 % responden tidak setuju
dan sebesar 32% responden setuju. Hal ini menunjukan merupakan parameter kita
dalam menentukan tarif pemadu moda berikutnya. Tarif maksimal untuk bus bandara

BS

yang melayani penumpang daerah Jabotabek dapat dilihat pada gambar 5.7.
Setuju Tarif Maksim al Rp 30.000

IT
.

32%
Ya
Tidak

68%

Gambar 5.7 Tarif Maksimal Untuk Bus Bandara

D.

Wilayah yang Perlu Dilayani oleh Bus Bandara dari Wilayah yang Sudah Ada
(Jabotabek)
Dari hasil survey didapat 5 (lima) terbesar yang perlu dilayani oleh bus bandara untuk
wilayah Jabotabek dari wilayah wilayah yang sudah dilayani oleh bus bandara
adalah diurutan terbesar pertama adalah Bintaro dengan jumlah prosentase sebesar
31%, diurutan kedua adalah wilayah Tangerang sebesar 24%, diurutan ketiga adalah
wilayah Cibitung dengan jumlah prosentase sebesar 20%, diurutan ke empat adalah
wilayah Cilengsi dengan jumlah prosentase sebesar 14% dan diurutan kelima adalah
wilayah Depok dengan jumlah prosentase sebesar 11%.

Bab VI Halaman - 22

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Wilayah mana yang perlu ditambah (JABOTABEK)

11%

Bintaro

31%

14%

Tangerang
Cibitung
Cilengsi

20%

24%

Depok

Gambar 5.8 Wilayah yang perlu Dilayani Bus Bandara


Wilayah Jabotabek

E.

Wilayah yang Perlu Dilayani oleh Bus Bandara Pada (Luar Wilayah Jabotabek) Menurut

TP

hasil survey, wilayah yang perlu dilayani oleh bus bandara diluar wilayah Jabotabek
adalah diambil 5 (lima) wilayah terbesar. Urutan pertama adalah wilayah Karawang
dengan jumlah responden sebesar 27%, urutan ketiga adalah wilayah Serang dengan
jumlah responden sebesar 22%, diurutan ketiga wilayah Tasikmalaya dengan jumlah

BS

responden sebesar 21%, diurutan ke empat wilayah Cikampek dengan jumlah


responden sebesar 17% dan diurutan kelima adalah wilayah Cirebon dengan jumlah
responden sebesar 13%. Wilayah yang perlu dilayani oleh bus bandara pada wilayah
diluar Jabotabek dapat dilihat pada gambar 5.9

IT
.

Wilayah mana yang perlu ditambah (LUAR JABOTABEK)

13%

27%

Serang

17%

Karaw ang
Tasikmalaya
Cikampek

21%

22%

Cirebon

Gambar 5.9 Wilayah yang perlu Dilayani Bus Bandara Pada Luar
Wilayah Jabotabek
F.

Tarif Bus Bandara yang Sesuai dengan Wilayah yang Dilayani (Luar Wilayah Jabotabek)
Berdasarkan hasil survey, tarif untuk pemadu moda yang melayani diluar Jabotabek
berdasarkan wilayahnya diurutan pertama adalah sebesar Rp 30.000 dengan jumlah
persentasi sebesar 33%, diurutan kedua sebesar Rp 35.000 dengan prosentase sebesar
24%, diurutan ketiga sebesar Rp 40.000 dengan prosentase sebesar 18%, diurutan
keempat sebesar Rp 45.000 dengan prosentase sebesar 14% dan diurutan kelima
dalah Rp 50.000 dengan prosentase sebesar 11%. Tarif bandara yang sesuai dengan
wilayah yang dilayani dapat dilihat pada gambar 5.10
Bab VI Halaman - 23

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tarif Luar JABODETABEK

11%
33%

14%

30.000
35.000
40.000
45.000

18%

50.000

24%

Gambar 5.10 Tarif Bus Bandara yang Sesuai Dengan Wilayah yang Dilayani Pada Luar
Wilayah Jabotabek

5.2

HASIL SURVEY PELABUHAN

A.

TP

5.2.1 Identitas Responden


Pekerjaan Responden

Pekerjaan pada responden survey pemadu moda pelabuhan bermacam macam

BS

jenisnya,seperti pada gambar 5.11 didapat bahwa jumlah terbesar jenis pekerjaan
responden diurutan teratas adalah pegawai swasta dengan jumlah prosentase
sebesar 35%, diurutan kedua adalah bekerja sebagai wiraswasta yaitu dengan
prosentase sebesar 29% dan diurutan ketiga adalah sebagai ibu rumah tangga

IT
.

dengan prosentase sebesar 145.

Pekerjaan Responden

14%

Pegaw ai
Profesional

2%
0%6% 2%

Karyaw an Sw asta
Wirasaw asta

12%

35%
29%

Pelajar/Mahasisw a
Ibu Rumah Tangga
Tidak Bekerja
Lainnya

Gambar 5.11 Pekerjaan Responden pada Pelabuhan

B.

Pendidikan Responden
Pendidikan responden pada pengguna pelabuhan terdiri dari bermacam macam
tingkatan pendidikan. Disini akan dijelaskan berdasarkan tiga nilai terbesar dari hasil
survey. Pada urutan pertama adalah tingkat pendidikan strata 1 dengan jumlah
prosentase sebesar 42%, diurutan kedua adalah tingkat pendidikan SLTA dengan
jumlah prosentase sebesar 41% dan diurutan ketiga adalah Diploma dengan jumlah
prosentase sebesar 13%.

Bab VI Halaman - 24

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Pendidikan Responden
SD/Sederajat
2%
0%
2%

SLP/Sederajat
41%

42%

SLA/sederajat
Diploma 1
sarjana /Starata 1
Pasca sarjana

13%

Lainnya

Gambar 5.12 Pendidikan Responden pada Pelabuhan

5.2.2

Asal Tujuan Perjalanan

A.

Asal Perjalanan

TP

Asal perjalanan responden pada pelabuhan terdiri dari bermacam macam asal
perjalanan yang tersebar baik di wilayah Jabotabek maupun di luar Jabotabek.
Dalam studi ini dijabarkan berdasarkan 5 (lima) wilayah terbanyak dari asal perjalanan
pengguna pelabuhan. Pada urutan pertama asal perjalanan terbesar adalah Bekasi

BS

dengan jumlah prosentase sebesar 30%, diurutan kedua wilayah pondok gede
dengan jumlah prosentase sebesar 25%, diurutan ketiga wilayah Depok dengan jumlah
prosentase sebesar 19%, dan diurutan keempat dan kelima masing masing pada
wilayah Bogor dan jatinegara dengan masing masing jumlah prosentase sama

IT
.

sebesar 13%. Asal perjalanan dapat dilihat pada gambar 5.13.


asal Perjalanan

13%

30%

13%

Bekasi
Pondok Gede
Depok
Bogor

19%
25%

Jati Negara

Gambar 5.13 Asal Perjalanan

A.

Tujuan Perjalanan
Sama seperti pada asal perjalanan, tujuan perjalanan pun menurut hasil survey
bermacam macam wilayahnya. Menurut hasil survey tujuan perjalanan dibagi
menjadi 5 (lima) wilayah terbesar. Wilayah tujuan perjalanan terbesar pertama adalah
Bekasi dengan jumlah prosentase sebesar 45%, diurutan kedua wilayah Depok dengan
prosentase sebesar 22%, diurutan ketiga wilayah Bogor dengan jumlah prosentase
sebesar 15%, diurutan keempat wilayah Cikarang dengan jumlah responden sebesar
Bab VI Halaman - 25

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

11% dan diurutan kelima wilayah Tangerang dengan jumlah prosentase sebesar 7%.
Tujuan perjalanan dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut.
Tujuan Perjalanan

7%

11%

Bekasi
45%

Depok
Bogor

15%

Cikarang
Tangerang

22%

Gambar 5.14 Tujuan Perjalanan

Persepsi Responden Terhadap Pemadu Moda

A.

Kendaraan yang Digunakan dari (ke) Pelabuhan

TP

5.2.3

Survey Kendaraan yang digunakan dari dan ke pelabuhan terdiri dari kendaraan
pribadi dan kendaraan umum. Menurut hasil survey, kendaraan yang digunakan oleh

BS

para responden pengguna pelabuhan terbesar adalah 60% menggunakan


kendaraan umum dan 40% menggunakan kendaraan pribadi. Sperti yang terlihat
pada gambar 5.15.

IT
.

KENDARAAN YANG DI GUNAKAN

40%

UMUM
60%

PRIBADI

Gambar 5.15 Kendaraan yang Digunakan

B.

Biaya Transport dari dan ke Pelabuhan


Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 20.000 50.000 merupakan biaya terbanyak yang
dikeluarkan

oleh

pengguna

pelabuhan

dengan

jumlah

prosentase

sebesar

45%,sebagai biaya transportasi, Rp 51.000 Rp 100.000 jumlah biaya yang dikelurkan


diurutan kedua, dengan prosentase sebesar 36%, diurutan ketiga sebesar > Rp
100.000 dengan prosentase sebesar 11% dan diurutan keempat sebesar 8% dengan
biaya yang dikeluarkan < Rp 20.000. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
5.16.
Bab VI Halaman - 26

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Biaya Transport dari (ke) Pelabuhan

11%

8%

< 20.000
20.000 -50.000

36%

45%

51.000 - 100.000
> 100.000

Gambar 5.16 Biaya Transport dari dan ke Pelabuhan

C.

Setuju Tidaknya Bus Pelabuhan

TP

Menurut hasil survey 88% responden mengatakan setuju apabila diadakannya bus
pelabuhan dan 12% mengatakan tidak setuju dengan adanya bus pelabuhan. Hal ini
disebabkan mungkin faktor ketakutannya responden akan tarif yang tinggi berlaku
dilihat pada gambar 5.17

BS

pada bus pelabuhan tersebut. Setuju atau tidaknya adanya bus pelabuhan dapat

Setuju Adanya Bus Pelabuhan

Ya
Tidak
88%

IT
.

12%

Gambar 5.17 Setuju Tidaknya Bus Pelabuhan

D.

Wilayah yang Perlu Dilayani oleh Bus Pelabuhan


Dari segi pengguna pelabuhan, apabila dilaksanakan bus pelabuhan maka wilayah
yang perlu di priorotasnkan adalah Bekasi dengan prosentase sebesar 36%, kedua
adalah Bogor dengan prosentase sebesar 21%, ketiga adalah Depok dengan
prosentase sebesar 19%, keempat adalah Kampung Melayu dengan prosentase
sebesar 14% dan kelima adalah Pondok gede dengan prosentase sebesar 10%. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.18.

Bab VI Halaman - 27

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Wilayah yang Perlu Dilayani Bus Pelabuhan

10%

14%

Bekasi

36%

Bogor
Depok
Kampung melayu

19%

Pondok Gede

21%

Gambar 5.18 Wilayah yang Perlu Dilayani

Tarif Bus Pelabuhan

TP

Tarif bus pelabuhan seperti pada gambar 5.19 yang terbesar responden memilih Rp
20.000 sebanyak 34%, diurutan kedua sebesar Rp 25.000 sebanyak 23%, diurutan
ketiga sebesar Rp 30.000 sebanyak 18%, diurutan keempat sebesar Rp 40.000

BS

sebanyak 14% dan diurutan kelima sebesar Rp 50.000 sebanyak 11%.

Tarif Bus Pelabuhan

11%

34%

IT
.

14%

20.000
25.000
30.000
40.000

18%

E.

23%

50.000

Gambar 5.19 Tarif Bus Pelabuhan

Bab VI Halaman - 28

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

6.

IDENTIFIKASI POTENSI DEMAND

6.1

BERDASARKAN HASIL SURVEY

6.1.1

Bandara Soekarno Hatta


Untuk mengetahui besarnya demand pada bandara Soekarno Hatta per hari, maka
dapat melalui perhitungan sebagai berikut :

Bekasi

Jumlah penumpang bandara per hari sebesar 96318 penumpang

Jumlah sample 4000 dan survey dilaksanakan selama 7 hari, jadi dalam sehari
jumlah sample adalah 571 sample

Jumlah penumpang asal tujuan Bekasi sebesar 17 penumpang Jumlah demand

TP

per hari = 96318 / 571 x 17 / 7 = 410


Depok

Jumlah penumpang bandara per hari sebesar 96318 penumpang

Jumlah sample 4000 dan survey dilaksanakan selama 7 hari, jadi dalam sehari

BS

jumlah sample adalah 571 sample


-

Jumlah penumpang asal tujuan Depok sebesar 45 penumpang


Jumlah demand per hari = 96318 / 571 x 45/ 7 = 1084

IT
.

Demand selama 7 (tujuh) hari asal tujuan tiap tiap wilayah dari dan ke Bandara

Soekarno Hatta adalah seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 6.1 Asal Tujuan Perjalanan Penumpang Bandara


NO

WILAYAH

OD

POPULASI

ANCOL

35

5904

ANYER

1518

BABELAN

337

BANDENGAN

169

BANDUNG

50

8434

BANJARNEGARA

21

3542

BANTAR GEBANG

1012

BANTUL

23

3880

BANTEN

506

10

BEKASI

17

2868

11

BINTARA

16

2699

Bab VI Halaman - 29

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

BINTARO

65

10964

13

BLOK M

21

3542

14

BOGOR

23

3880

15

BOJONG

1012

16

BREBES

29

4892

17

BUARAN

17

2868

18

BULUNGAN

18

3036

19

BSD

25

4217

20

BUKIT DURI

843

21

BULAK KAPAL

17

2868

22

BUNGUR RAYA

169

23

CAKUNG

10

1687

24

CAWANG

29

4892

25

CEMPAKA PUTIH

843

26

CENGKARENG

16

2699

27

CENGKEH BARAT

1518

28

CIAMIS

26

4386

29

CIANJUR

30

5060

30

CIAWI

843

31

CIBARENGKAK

30

5060

32

CIBINONG

30

5060

33

CIBODAS

337

IT
.

BS

TP

12

CIBUBUR

42

7085

35

CIGANJUR

21

3542

36

CIJANTUNG

17

2868

37

CIKAMPEK

45

7591

38

CIKARANG

65

10964

39

CIKARET

19

3205

40

CIKEAS

25

4217

41

CIKINI

337

42

CIKOPO

45

7591

43

CILACAP

25

4217

44

CILANDAK

17

2868

45

CILEDUK

19

3205

46

CILEGON

1518

47

CILENGSI

11

1856

48

CILILITAN

16

2699

49

CILIMUS

18

3036

50

CILINCING

169

51

CILOSARI

24

4048

34

Bab VI Halaman - 30

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

CIMAHI

50

8434

53

CIMANGGIS

23

3880

54

CINERE

14

2362

55

CIPANAS

24

4048

56

CIPAYUNG

23

3880

57

CIPETE

17

2868

58

CIPINANG

20

3374

59

CIPONDOH

21

3542

60

CIPULIR

337

61

CIREBON

22

3711

62

CISALAK

20

3374

63

CISARUA

25

4217

64

CITEUREP

18

3036

65

CONDET

22

3711

66

CUT MUTIA

675

67

CUPANG

13

2193

68

CURUG NANGKA

169

69

DAAN MOGOT

35

5904

70

DEPOK

45

7591

71

DUREN SAWIT

14

2362

72

DURIAN I

16

2699

73

GADJAH MADA

506

IT
.

BS

TP

52

GALAXY

21

3542

75

GAMBIR

1518

76

GAMPRIT

35

5904

77

GANDA AGUNG

17

2868

78

GARUT

29

4892

79

GLODOK

1181

80

GROGOL

42

7085

81

GUNUNG SAHARI

675

82

H.SUDIRMAN

1349

83

HAJI ROHIM

13

2193

84

HALIM

14

2362

85

HARAPAN BARU

169

86

HARAPAN INDAH

169

87

HARMONI

13

2193

88

INDRAMAYU

1349

89

JAGAKARSA

28

4723

90

JAKARTA BARAT

45

7591

91

JAKARTA PUSAT

12

2024

74

Bab VI Halaman - 31

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

JAKARTA TIMUR

15

2530

JAKARTA UTARA

35

5904

94

JATI ASIH

843

95

JATI BENING

1181

96

JATI KUNINGAN

13

2193

97

JATI KERAMAT

1518

98

JATINEGARA

42

7085

99

JATI SAMPURNA

675

100

JATIWARINGIN

843

101

JATILUHUR

23

3880

102

JAWA TENGAH

1012

103

JOGJAKARTA

1518

104

JOHAR BARU

12

2024

105

KALIBATA

337

106

KALIDERES

843

107

KALIMALANG

32

5398

108

KALISARI

11

1856

109

KAMPUNG RAMBUTAN

1518

110

KAMPUNG HANKAM

169

111

KAMPUNG MAKASAR

337

112

KAMPUNG MELAYU

21

3542

113

KAMPUNG MUJI

14

2362

IT
.

BS

TP

92

KAMPUNG PEMUDA

17

2868

115

KARANG ASEM

13

2193

116

KARAWANG

17

2868

117

KARAWACI

17

2868

118

KARET

13

2193

119

KAYU MANIS

337

120

KEBAGUSAN

11

1856

121

KEBAYORAN BARU

15

2530

122

KEBAYORAN LAMA

843

123

KEBON JERUK

45

7591

124

KEBON KACANG

16

2699

125

KEBON SIRIH

843

126

KELAPA GADING

337

127

KLENDER

17

2868

128

KEMANG

18

3036

129

KEMAYORAN

506

130

KEMBANGAN

22

3711

131

KENCANA

1349

114

Bab VI Halaman - 32

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

KERANJI

13

2193

133

KERANGGAN

22

3711

134

KOJA

1349

135

KOLONEL SUTARTO

337

136

KOPO

40

6747

137

KOTA

15

2530

138

KAMPUNG BANDAN

15

2530

139

KRAMAT LONTAR

1518

140

KERAMAT RAYA

35

5904

141

KAMPUNG MELAYU

675

142

KERAMAT JATI

30

5060

143

KERAMAT SENTIONG

1518

144

KUNINGAN

11

1856

145

LEBAK BULUS

1349

146

LENTENG AGUNG

18

3036

147

LIPO CIKARANG

38

6410

148

MAJALENGKA

14

2362

149

MAMPANG

22

3711

150

MANGGA BESAR

1012

151

MANGGA DUA

31

5229

152

MANGGARAI

10

1687

153

MARGONDA

42

7085

IT
.

BS

TP

132

MATRAMAN

10

1687

155

MENTENG

17

2868

156

MERAK

10

1687

157

MERUYA

17

2868

158

MUARA CIPINANG

20

3374

159

NAROGONG

337

160

OTISTA

14

2362

161

PULO GADUNG

13

2193

162

PANDEGLANG

1181

163

PADEMANGAN

10

1687

164

PAHLAWAN

1181

165

PALMERAH

19

3205

166

PAMULANG

20

3374

167

PANCORAN

23

3880

168

PARUNG

10

1687

169

PASAR BARU

1181

170

PASAR MINGGU

20

3374

171

PASAR REBO

19

3205

154

Bab VI Halaman - 33

PATI

337

173

PONDOK GEDE

337

174

PONDOK KOPI

1012

175

PONDOK KELAPA

30

5060

176

PEJOMPONGAN

1181

177

PEKALONGAN

506

178

PENGASINAN KAMPUNG

25

4217

179

PEDONGKELAN

14

2362

180

PENGGILINGAN

32

5398

181

PEJATEN

17

2868

182

PERMATA HIJAU

506

183

PERUM HARAPAN INDAH

1012

184

PERUM II

18

3036

185

PESANGGRAHAN

11

1856

186

PERUMAHAN CIPTO

675

187

PERUMAHAN GALAXY

1181

188

PERUMPUNG

35

5904

189

PETUKANGAN

169

190

PINANG RANTI

20

3374

191

PISANGAN MAS

17

2868

192

PLUIT

169

193

PLUMPANG

337

BS

TP

172

IT
.

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

PONDOK MELATI

1518

195

PONDOK AREN

1349

196

PONDOK INDAH

337

197

PONDOK PINANG

1349

198

PONDOK UNGU

12

2024

199

PONDOK WAKI

21

3542

200

PORIS

1518

201

PULO MAS

13

2193

202

PURI INDAH

506

203

PURWAKARTA

16

2699

204

PURWOKERTO

1349

205

RAWAMANGUN

19

3205

206

RAGUNAN

11

1856

207

RANGKAS BITUNG

1181

208

RAWA BAMBU

1181

209

RAWA BEBEK

169

210

RAWA BELONG

506

211

RAWA BUAYA

337

194

Bab VI Halaman - 34

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

RAWASARI

1349

213

RAWA BADAK

337

214

RAYA CIRACAS

169

215

ROXY

1349

216

SALEMBA

1518

217

SARINAH

14

2362

218

SAWAH BESAR

506

219

SAWANGAN

29

4892

220

SEMARANG

16

2699

221

SEMPER

843

222

SENAYAN

17

2868

223

SENEN

32

5398

224

SERANG

20

3374

225

SEROSA

1518

226

SERPONG

10

1687

227

SETIA BUDI

675

228

SITU PANDANG

10

1687

229

SLIPI

50

8434

230

SUBANG

1012

231

SUKABUMI

1518

232

SUMEDANG

337

233

SUMUR BATU

1181

IT
.

BS

TP

212

SUNDA KELAPA

12

2024

235

SUNTER

13

2193

236

TAMAN KOTA

1349

237

TAMAN PURING

19

3205

238

TAMBUN

169

239

TANAH ABANG

1012

240

TANAH KUSIR

60

10121

241

TANGERANG

1518

242

TANJUNG PRIOK

10

1687

243

TAMAN MINI

675

244

TAMBORA

675

245

TARUNA

33

5567

246

TASIKMALAYA

27

4554

247

TEBET

1349

248

TEGAL

17

2868

249

TEGAL ALUR

21

3542

250

TENGKU UMAR

1012

251

TIGA RAKSA

1012

234

Bab VI Halaman - 35

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

252

TIMUR III

30

5060

253

VETERAN

65

10964

254

WARAKAS

1518

4000

674395

JUMLAH

Setelah mengetahui demand demand perwilayah yang dari dan ke bandara maka
langkah selanjutnya adalah demand demang tersebut menjadi dua yaitu demand
yang menggunakan angkutan pribadi dan demand yang menggunakan angkutan
umum. Untuk mengatahui demand asal tujuan dan jumlah populasi dari masing
masing wilayah dari dan ke bandara yang menggunkana angkutan pribadi dan
angkutan umum maka dapat dilihat pada tabel 6.2 berikut.

WILAYAH

OD

Populasi

Angkutan

Angkutan

Pribadi

Pribadi

Populasi

Angkutan

Pribadi Per
hari

OD
Angkutan
Umum

Populasi
Angkutan
Umum Per

OD

POPULASI
5904

20

3374

482

15

361

1518

843

120

96

337

337

48

169

24

BS

NO

TP

Tabel 6.2 Jumlah Populasi Pengguna Bandara

hari

ANCOL

35

ANYER

BABELAN

BANDENGAN

BANDUNG

50

8434

40

6747

964

10

241

BANJARNEGARA

21

3542

11

1856

265

10

241

BANTAR GEBANG

1012

675

96

48

BANTUL

23

3880

13

2193

313

10

241

BANTEN

506

337

48

24

10

BEKASI

17

2868

12

2024

289

120

11

BINTARA

16

2699

11

1856

265

120

12

BINTARO

65

10964

50

8434

1205

15

361

13

BLOK M

21

3542

15

2530

361

145

14

BOGOR

23

3880

17

2868

410

145

15

BOJONG

1012

675

96

48

16

BREBES

29

4892

19

3205

458

10

241

17

BUARAN

17

2868

1349

193

217

18

BULUNGAN

18

3036

1518

217

217

19

BSD

25

4217

17

2868

410

193

20

BUKIT DURI

843

337

48

72

21

BULAK KAPAL

17

2868

14

2362

337

72

22

BUNGUR RAYA

169

24

IT
.

Bab VI Halaman - 36

CAKUNG

10

1687

1012

145

96

24

CAWANG

29

4892

20

3374

482

217

25

CEMPAKA PUTIH

843

675

96

24

26

CENGKARENG

16

2699

11

1856

265

120

27

CENGKEH BARAT

1518

1012

145

72

28

CIAMIS

26

4386

23

3880

554

72

29

CIANJUR

30

5060

20

3374

482

10

241

30

CIAWI

843

675

96

24

31

CIBARENGKAK

30

5060

25

4217

602

120

32

CIBINONG

30

5060

25

4217

602

120

33

CIBODAS

337

169

24

24

34

CIBUBUR

42

7085

35

5904

843

169

35

CIGANJUR

21

3542

16

2699

386

120

36

CIJANTUNG

17

2868

10

1687

241

169

37

CIKAMPEK

45

7591

41

6916

988

96

38

CIKARANG

65

10964

55

9278

1325

10

241

39

CIKARET

19

3205

13

2193

313

145

40

CIKEAS

25

4217

19

3205

458

145

41

CIKINI

337

337

48

42

CIKOPO

45

7591

35

5904

843

10

241

43

CILACAP

25

4217

21

3542

506

96

44

CILANDAK

17

2868

1518

217

193

45

CILEDUK

46

CILEGON

47

CILENGSI

48

CILILITAN

49

CILIMUS

50

IT
.

BS

23

TP

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

3205

11

1856

265

193

1518

1012

145

72

11

1856

1012

145

120

16

2699

1349

193

193

18

3036

14

2362

337

96

CILINCING

169

169

24

51

CILOSARI

24

4048

14

2362

337

10

241

52

CIMAHI

50

8434

35

5904

843

15

361

53

CIMANGGIS

23

3880

20

3374

482

72

54

CINERE

14

2362

10

1687

241

96

55

CIPANAS

24

4048

20

3374

482

96

56

CIPAYUNG

23

3880

18

3036

434

120

57

CIPETE

17

2868

14

2362

337

72

58

CIPINANG

20

3374

15

2530

361

120

59

CIPONDOH

21

3542

15

2530

361

145

60

CIPULIR

337

337

48

61

CIREBON

22

3711

11

1856

265

11

265

62

CISALAK

20

3374

10

1687

241

10

241

19

Bab VI Halaman - 37

CISARUA

25

4217

15

2530

361

10

241

64

CITEUREP

18

3036

14

2362

337

96

65

CONDET

22

3711

17

2868

410

120

66

CUT MUTIA

675

506

72

24

67

CUPANG

13

2193

1518

217

96

68

CURUG NANGKA

169

169

24

69

DAAN MOGOT

35

5904

28

4723

675

169

70

DEPOK

45

7591

40

6747

964

120

71

DUREN SAWIT

14

2362

10

1687

241

96

72

DURIAN I

16

2699

10

1687

241

145

73

GADJAH MADA

506

337

48

24

74

GALAXY

21

3542

17

2868

410

96

75

GAMBIR

1518

1012

145

72

76

GAMPRIT

35

5904

30

5060

723

120

77

GANDA AGUNG

17

2868

14

2362

337

72

78

GARUT

29

4892

19

3205

458

10

241

79

GLODOK

1181

675

96

72

80

GROGOL

42

7085

30

5060

723

12

289

81

GUNUNG SAHARI

675

506

72

24

82

H.SUDIRMAN

1349

1181

169

24

83

HAJI ROHIM

13

2193

1518

217

96

84

HALIM

14

2362

11

1856

265

72

85

HARAPAN BARU

86

HARAPAN INDAH

87

HARMONI

88

INDRAMAYU

89

IT
.

BS

63

TP

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

169

169

24

169

169

24

13

2193

1349

193

72

1349

843

120

72

JAGAKARSA

28

4723

20

3374

482

193

90

JAKARTA BARAT

45

7591

35

5904

843

10

241

91

JAKARTA PUSAT

12

2024

10

1687

241

48

92

JAKARTA TIMUR

15

2530

13

2193

313

48

JAKARTA UTARA

35

5904

28

4723

675

169

94

JATI ASIH

843

506

72

48

95

JATI BENING

1181

675

96

72

96

JATI KUNINGAN

13

2193

10

1687

241

72

97

JATI KERAMAT

1518

843

120

96

98

JATINEGARA

42

7085

30

5060

723

12

289

99

JATI SAMPURNA

675

506

72

24

100

JATIWARINGIN

843

675

96

24

101

JATILUHUR

23

3880

13

2193

313

10

241

102

JAWA TENGAH

1012

675

96

48

Bab VI Halaman - 38

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

103

JOGJAKARTA

1518

1012

145

72

104

JOHAR BARU

12

2024

1181

169

120

105

KALIBATA

337

337

48

106

KALIDERES

843

675

96

24

107

KALIMALANG

32

5398

18

3036

434

14

337

108

KALISARI

11

1856

1518

217

48

1518

843

120

96

169

169

24

KAMPUNG
109

RAMBUTAN
KAMPUNG

110

HANKAM
KAMPUNG
MAKASAR

337

169

24

24

112

KAMPUNG MELAYU

21

3542

15

2530

361

145

113

KAMPUNG MUJI

14

2362

10

1687

241

96

TP

111

KAMPUNG
PEMUDA

17

2868

10

1687

241

169

115

KARANG ASEM

13

2193

10

1687

241

72

116

KARAWANG

17

2868

11

1856

265

145

117

KARAWACI

17

2868

12

2024

289

120

118

KARET

13

2193

1349

193

120

119

KAYU MANIS

337

337

48

120

KEBAGUSAN

11

1856

1518

217

48

121

KEBAYORAN BARU

15

2530

1181

169

120

122

KEBAYORAN LAMA

843

506

72

48

123

KEBON JERUK

45

7591

40

6747

964

120

124

KEBON KACANG

16

2699

12

2024

289

96

125

KEBON SIRIH

843

675

96

24

126

KELAPA GADING

337

169

24

24

127

KLENDER

17

2868

14

2362

337

72

128

KEMANG

18

3036

14

2362

337

96

129

KEMAYORAN

506

337

48

24

130

KEMBANGAN

22

3711

18

3036

434

96

131

KENCANA

1349

843

120

72

132

KERANJI

13

2193

1349

193

120

133

KERANGGAN

22

3711

17

2868

410

120

134

KOJA

1349

843

120

72

IT
.

BS

114

KOLONEL
135

SUTARTO

337

337

48

136

KOPO

40

6747

30

5060

723

10

241

137

KOTA

15

2530

1518

217

145

Bab VI Halaman - 39

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

KAMPUNG
138

BANDAN

15

2530

10

1687

241

120

139

KRAMAT LONTAR

1518

1349

193

24

140

KERAMAT RAYA

35

5904

25

4217

602

10

241

KAMPUNG
141

MELAYU

675

506

72

24

142

KERAMAT JATI

30

5060

20

3374

482

10

241

KERAMAT
143

SENTIONG

1518

1012

145

72

144

KUNINGAN

11

1856

1518

217

48

145

LEBAK BULUS

1349

843

120

72

LENTENG
AGUNG

18

3036

14

2362

337

96

147

LIPO CIKARANG

38

6410

25

4217

602

13

313

148

MAJALENGKA

14

2362

12

2024

289

48

149

MAMPANG

22

3711

18

3036

434

96

150

MANGGA BESAR

1012

843

120

24

151

MANGGA DUA

31

5229

26

4386

627

120

152

MANGGARAI

10

1687

1012

145

96

153

MARGONDA

42

7085

30

5060

723

12

289

154

MATRAMAN

155

MENTENG

156

MERAK

157

MERUYA

BS

IT
.
10

1687

1012

145

96

17

2868

13

2193

313

96

10

1687

1012

145

96

17

2868

13

2193

313

96

MUARA

TP

146

158

CIPINANG

20

3374

18

3036

434

48

159

NAROGONG

337

337

48

160

OTISTA

14

2362

1518

217

120

161

PULO GADUNG

13

2193

10

1687

241

72

162

PANDEGLANG

1181

843

120

48

163

PADEMANGAN

10

1687

1012

145

96

164

PAHLAWAN

1181

843

120

48

165

PALMERAH

19

3205

17

2868

410

48

166

PAMULANG

20

3374

14

2362

337

145

167

PANCORAN

23

3880

13

2193

313

10

241

168

PARUNG

10

1687

1181

169

72

Bab VI Halaman - 40

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

169

PASAR BARU

1181

843

120

48

170

PASAR MINGGU

20

3374

15

2530

361

120

171

PASAR REBO

19

3205

10

1687

241

217

172

PATI

337

337

48

173

PONDOK GEDE

337

169

24

24

174

PONDOK KOPI

1012

843

120

24

175

PONDOK KELAPA

30

5060

20

3374

482

10

241

176

PEJOMPONGAN

1181

1012

145

24

177

PEKALONGAN

506

337

48

24

PENGASINAN
KAMPUNG

25

4217

15

2530

361

10

241

179

PEDONGKELAN

14

2362

10

1687

241

96

180

PENGGILINGAN

32

5398

25

4217

602

169

181

PEJATEN

17

2868

14

2362

337

72

182

PERMATA HIJAU

506

337

48

24

183

HARAPAN INDAH

184

PERUM II

18

185

PESANGGRAHAN

11

186

CIPTO
PERUMAHAN

1012

843

120

24

3036

12

2024

289

145

1856

1349

193

72

IT
.

PERUMAHAN

BS

PERUM

TP

178

675

506

72

24

1181

843

120

48

35

5904

22

3711

530

13

313

GALAXY

188

PERUMPUNG

189

PETUKANGAN

169

169

24

190

PINANG RANTI

20

3374

10

1687

241

10

241

191

PISANGAN MAS

17

2868

10

1687

241

169

192

PLUIT

169

169

24

193

PLUMPANG

337

45

7591

1084

72

194

PONDOK MELATI

1518

843

120

96

195

PONDOK AREN

1349

1012

145

48

196

PONDOK INDAH

337

337

48

187

PONDOK
197

PINANG

1349

843

120

72

198

PONDOK UNGU

12

2024

1012

145

145

199

PONDOK WAKI

21

3542

11

1856

265

10

241

Bab VI Halaman - 41

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

200

PORIS

1518

843

120

96

201

PULO MAS

13

2193

1349

193

120

202

PURI INDAH

506

337

48

24

203

PURWAKARTA

16

2699

13

2193

313

72

204

PURWOKERTO

1349

843

120

72

205

RAWAMANGUN

19

3205

10

1687

241

217

206

RAGUNAN

11

1856

1181

169

96

BITUNG

1181

675

96

72

208

RAWA BAMBU

1181

843

120

48

209

RAWA BEBEK

169

169

24

210

RAWA BELONG

506

337

48

24

211

RAWA BUAYA

337

169

24

24

212

RAWASARI

1349

1012

145

48

213

RAWA BADAK

337

337

48

214

RAYA CIRACAS

169

20

3374

482

96

215

ROXY

1349

843

120

72

216

SALEMBA

1518

1012

145

72

217

SARINAH

14

2362

11

1856

265

72

218

SAWAH BESAR

506

337

48

24

219

SAWANGAN

220

SEMARANG

221

SEMPER

222

SENAYAN

223

SENEN

224

IT
.

BS

207

TP

RANGKAS

4892

19

3205

458

10

241

16

2699

12

2024

289

96

843

675

96

24

17

2868

14

2362

337

72

32

5398

20

3374

482

12

289

SERANG

20

3374

15

2530

361

120

225

SEROSA

1518

843

120

96

226

SERPONG

10

1687

1012

145

96

227

SETIA BUDI

675

506

72

24

228

SITU PANDANG

10

1687

1181

169

72

229

SLIPI

50

8434

40

6747

964

10

241

230

SUBANG

1012

675

96

48

231

SUKABUMI

1518

1012

145

72

232

SUMEDANG

337

169

24

24

233

SUMUR BATU

1181

843

120

48

234

SUNDA KELAPA

12

2024

10

1687

241

48

29

Bab VI Halaman - 42

SUNTER

13

2193

10

1687

241

72

236

TAMAN KOTA

1349

843

120

72

237

TAMAN PURING

19

3205

10

1687

241

217

238

TAMBUN

169

169

24

239

TANAH ABANG

1012

843

120

24

240

TANAH KUSIR

60

10121

45

7591

1084

15

361

241

TANGERANG

1518

843

120

96

242

TANJUNG PRIOK

10

1687

1012

145

96

243

TAMAN MINI

675

506

72

24

244

TAMBORA

675

337

48

48

245

TARUNA

33

5567

18

3036

434

15

361

246

TASIKMALAYA

27

4554

20

3374

482

169

247

TEBET

1349

843

120

72

248

TEGAL

17

2868

14

2362

337

72

249

TEGAL ALUR

21

3542

15

2530

361

145

250

TENGKU UMAR

1012

843

120

24

251

TIGA RAKSA

1012

675

96

48

252

TIMUR III

30

5060

20

3374

482

10

241

253

VETERAN

65

10964

44

7422

1060

18

434

254

WARAKAS

1518

843

120

96

491880

70269

1100

27544

IT
.

JUMLAH

BS

235

TP

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

4000

674395

2900

Setelah dibagi menjadi demand demand antara pengguna angkutan umum dan
angkutan pribadi, diapat bahwa yang menggunakan angkutan umum adalah
sebanyak 27.544 per hari dari 4000 sample selama 7 hari. Maka tahap selanjutnya
adalah mengelompokan demand demand yang menggunakan angkutan umum
tersebut. Pengelompokan pengelompokan demand berdasarkan pengguna
angkutan umum dikelompokan berdasarkan zona zona wilayah terdekat atau yang
dilewati dengan pemadu moda yang sudah ada dan pemadu moda rencana, pada
studi ini diambil 14 wilayah yang dilayani pemadu moda atau jalur eksisting dan 7
wilayah rencana trayek pemadu moda untuk dianalisis lebih lanjut. Wilayah - wilayah
pengelompokan berdasarkan trayek pemadu moda dapat dilihat pada tabel berikut.

Bab VI Halaman - 43

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 6.3 Pengelompokan OD tiap tiap wilayah berdasarkan trayek Pemadu Moda

Gambir

Rawamangun

Blok M

Tanjung Priok

Kemayoran

Kp. Rambutan

Ps.Minggu

Bogor

Bekasi

Lebak Bulus

Serang

Mangga Dua

Bandung

Grogol

Jatinegara

Cikarang

Tangerang

Bintaro

Cibubur

Depok

Bukit Duri

Buaran

Blok M

Bandengan

Bungur Raya

Cengkeh Barat

Ciganjur

Bogor

Babelan

Cilandak

Banten

Ancol

Bandung

Daan Mogot

Jatinegara

Cikarang

BSD

Bintaro

Cibinong

Depok

Cikini

Cipinang

Bulungan

Cilincing

Cempaka Putih

Cijantung

Condet

Bojong

Bantar Gebang

Cinere

Cilegon

Jakarta Utara

Cibarengkak

Grogol

Kalimalang

Lippo Cikarang

Cengkareng

Tanah Kusir

Cibubur

Jagakarsa

Veteran

Cut Mutia

Duren Sawit

Cipete

Koja

Gunung Sahari

Cililitan

Kalibata

Ciawi

Bekasi

Cipulir

Cupang

Keramat Jati

Cikampek

Slipi

Penggilingan

Gamprit

Cileduk

Cikeas

Margonda

Gadjah Mada

Jakarta Timur

Kebayoran Baru

Plumpang

Johar Baru

Halim

Kebagusan

Cibodas

Bintara

Kebayoran Lama

Curug Nangka

Mangga Dua

Cikopo

Jakarta Barat

Perumpung

Ganda Agung

Cipondoh

Cilengsi

Pondok Kelapa

Klender

Kemang

Rawa Badak

Kayu Manis

Kalisari

Lenteng Agung

Cikaret

Bulak Kapal

Pamulang

Pandeglang

Keramat Raya

Cimahi

Kebon jeruk

Kampung Melayu

Durian I

Cimanggis

Pengasinan Kampung

Glodok

Muara Cipinang

Mampang

Semper

Kelapa Gading

Kp Rambutan

Pahlawan

Cilosari

Cakung

Permata Hijau

Rangkas Bitung

Senen

Kopo

Palmerah

Pisangan Mas

Karawaci

Cisalak

Sawangan

H.Sudirman

Pulo Gadung

Senayan

Sunda Kelapa

Kemayoran

Kp Hankam

Pancoran

Cipanas

Galaxy

Pesanggrahan

Serang

Cawang

Kembangan

Keranggan

Timur III

Harmoni

Pedongkelan

Taman Puring

Sunter

Kencana

Kp Makasar

Pasar Minggu

Cipayung

Gamprit

Lebak Bulus

anyer

Tebet

Meruya

Jakarta Pusat

Pulo Mas

Tegal Alur

Tanjung Priok

Keramat Lontar

Kp Melayu

Pejaten

Cisarua

Ganda Agung

Petukangan

merak

Karet

Rawamangun

Warakas

Mangga Besar

Mahoni

Ragunan

Citeurep

H.Rohim

Pondok Indah

Kalideres

Kebon Kacang

Rawasari

Pademangan

Pasar Rebo

Parung

Harapan Baru

Pondok Pinang

Kebon Sirih

cakung

Pasar Baru

Pinang Ranti

Cilengsi

Harapan Indah

Rawa Belong

Sumur batu

Pondok Melati

Kota

ST
P

Gambir

Cibodas

Perum II
Pluit
Pondok Aren
Poris

Jati Asih

Puri Indah

Raya Ciracas

Jati Bening

Rawa Buaya

Keramat Sentiong

Taman Mini

Jati Keramat

Serpong

Manggarai

Situ Pandang

Otista
Pejompongan
Perumahan Cipto
Rawa bambu
Roxy
Salemba
Sarinah
Sawah Besar
Setia Budi
Tanah Abang
Tambora
Tengku Umar

serosa

Jati Waringin

Taman Kota

Keranji

Tangerang

Narogong

Tiga Raksa

Pondok Gede
Pondok Kopi

Perum Harapan Indah

IT

Matraman

Jati Sampurna

Perumahan Galaxy
Pondok Ungu
Rawa Bebek
Tambun

Menteng

.B

Kampung Bandan

Bab VI Halaman - 44

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Berdasarkan hasil survey dan identifikasi potensi demand maka di rekomendasikan


trayek trayek baru untuk pemadu moda bandara pada beberapa wilayah
seperti Grogol, Jatinegara, Tangerang, Bintaro dan Cibubur,

karena pada

wilayah wilayah itulah yang mempunyai jumlah demand yang cukup tinggi
berdasarkan identifikasi potensi demand. Untuk mengetahui besaran demand
pada jalur eksisting dan jalur rencana pemadu moda bandara adalah seperti
pada tabel 6.4.
Tabel 6.4 OD tiap tiap wilayah berdasarkan trayek Pemadu Moda
NO

TRAYEK

BULAN

OD

AGUSTUS

PERHARI

JALUR EKSISTING
77198

2573

RAWAMANGUN

75898

2530

GAMBIR

110346

3678

KEMAYORAN

4251

142

MANGGA DUA

2491

83

BEKASI

74310

2477

BOGOR

74100

2470

KAMPUNG RAMBUTAN

69665

2322

PASAR MINGGU

56291

1876

10

TANJUNG PRIOK

22589

753

11

MERAK

572

19

12

LEBAK BULUS

28004

933

13

CIKARANG

6911

230

BANDUNG

40500

1350

IT
.
D
14

JALUR RENCANA

GROGOL

1005

JATINEGARA

1018

TANGERANG

950

BINTARO

950

CIBUBUR

800

6.1.2

TP

BLOK M

BS

DEPOK

1002

Pelabuhan Tanjung Priok


Sama seperti pada survey di bandara. Survey pada pelabuhan pun disusun dan
diperluas sesuai peruntukannya, untuk mengetahui besaran secara proporsional,
dari sample :

Bab VII Halaman - 45

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

a. Tarikan perjalanan Pelabuhan Tanjung Priok


Demand pengguna jasa angkutan jalan yang datang dari masing masing
zona di dalam wilayah propinsi DKI Jakarta, Banten Jawa Barat, belahan Barat
Jawa Tengah, dan ring luar (bila ada) ke Pelabuhan Tanjung Priok
a. Keluaran (distribusi) perjalanan Pelabuhan Tanjung priok
Demand pengguna jasa angkutan jalan yang pergi dari Pelabuhan Tanjung
priok ke masing masing zona di dalam wilayah propinsi DKI Jakarta, Banten,
Jawa Barat, belahan Barat Jawa, belahan Jawa Tengah dan ring luar (jika
ada)
Hasil dari asal tujuan pada pelabuhan tanjung priok dapat dilihat pada Tabel 6.5
Bekasi

Jumlah penumpang pelabuhan per hari sebesar 1446 penumpang

Jumlah sample 1000 dan survey dilaksanakan selama 3 hari, jadi dalam sehari

TP

BS

jumlah sample adalah 333 sample

Jumlah penumpang asal tujuan Bekasi sebesar 250 penumpang per 3 hari
sehingga dalam sehari 83 penumpang

Jumlah demand per hari = 250 / 333 x 1446/3 = 362


Depok

Jumlah penumpang pelabuhan per hari sebesar 1446 penumpang

Jumlah sample 1000 dan survey dilaksanakan selama 3 hari, jadi dalam sehari

IT
.

jumlah sample adalah 333 sample

Jumlah penumpang asal tujuan Depok sebesar 120 penumpang per 3 hari

sehingga dalam sehari 40 penumpang


Jumlah demand per hari = 120 / 333 x 1575 / 3 = 184

Contoh hasil analisis diatas menyebutkan bahwa jumlah demand per hari pada
daerah Bekasi dan Depok masing masing sebesar 362 dan 184. Untuk lebih
jelasnya jumlah demand dari masing masing wilayah dari dan ke pelabuhan
Tanjung Priok adalah seperti pada tabel 6.5.

Bab VII Halaman - 46

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 6.5 Asal Tujuan Perjalanan Pelabuhan


POPULASI
PER TIGA
No

Tujuan Perjalanan

OD

HARI

POPULASI
PER HARI

Bantar gebang

25

109

36

Bekasi

250

1086

362

blok M

25

109

36

Bogor

35

152

51

Cibitung

20

87

29

Cikampek

25

109

36

Cikarang

23

100

33

Ciputat

20

87

29

Depok

120

521

174

10

Gambir

26

113

38

11

Jatiwaringin

27

117

39

12

Jatinegara

20

87

29

13

Kalibata

20

87

29

14

Karawang

24

104

35

15

Kebayoran lama

23

100

33

16

Lenteng Agung

26

113

38

17

Mampang Prapatan

23

100

33

18

Pasar Minggu

22

96

32

IT
.

BS

TP

Pasar Rebo

24

104

35

20

Pondok Gede

75

326

109

21

Pikbar

22

96

32

22

Purwakarta

27

117

39

23

Serang

25

109

36

24

Tangerang

23

100

33

25

Tanjung Barat

25

109

36

26

Tasikmalaya

25

109

36

1000

4342

1447

19

Jumlah

Berdasarkan tabel 6.5 dengan jumlah sample 1000 pada pelabuhan Tanjung Priok
di dapat jumlah demand sebesar 4342 selama satu minggu dan 1447 selama satu
hari.
Saat ini pemadu moda pada pelabuhan belum tersedia, sehingga dilakukan
survey dan berdasarkan survey maka didapat wilayah wilayah mana sajakah
yang mempunyai demand yang tinggi dibandingkan dengan wilayah wilayah
Bab VII Halaman - 47

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

lainnya. Berdasarkan identifikasi potensi demand

wilayah wilayah tersebut

adalah Bekasi, Bogor, Depok, Kampung Melayu, Pondok Gede. Tetapi belum
tentu dapat direalisasikan rute rute rencana tersebut mengingat perlu adanya
analisis terlebih dahulu apakah dengan demand yang ada saat ini pemadu
moda pelabuhan dapat maksimal. Untuk lebih lengkapnya perlu dilakukan
identifikasi rute dan pola operasi terlebih dahulu yang akan dijelaskan pada bab

IT
.

BS

TP

selanjutnya.

Bab VII Halaman - 48

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

7.

IDENTIFIKASI RUTE

7.1

PENETAPAN RUTE RENCANA


Proses pengakolasian pergerakan tersebut menghasilkan suatu pola rute yang
arus pergerakannya dapat dikatakan berada dalam keadaan keseimbangan jika
setiap pelaku perjalanan tidak dapat lagi mencari rute yang lebih baik untuk
mencapai zona tujuannya karena mereka telah bergerak pada rute terbaik yang
tersedia.
Fenomena lain terjadi pada sistem jaringan transportasi angkutan umum,
penumpang berusaha mencari rute yang meminimumkan biaya perjalanan yang
terdiri dari biaya kemacetan, waktu tunggu dan berjalan kaki, serta waktu berada

TP

di atas kendaraan (angkutan umum). Tetapi, hal tertentu dapat terjadi. Jika
kemacetan pada ruas jalan yang diakibatkan oleh angkutan pribadi meningkat,
bus yang beroperasi pada ruas jalan yang sama akan meningkat pula waktu

BS

perjalanannya.
7.1.1 Bandara Soekarno Hatta

Pada bab sebelumnya telah diketahui identitas dari potensi demand, sehingga
setelah mengetahui potensi demand nya maka ditentukan oleh rute rute

IT
.

alternative sebagai realisasi dari hasil wilayah potensi demand yang harus dilayani
oleh pemadu moda pada bandara Soekarno Hatta. Wilayah yang perlu dilayani
oleh pemadu moda dari wilayah wilayah lainnya yang sudah ada berdasarkan

hasil survey dan identifikasi potensi demand pada bab sebelumnya adalah
Grogol, Jatinegara, Cikarang, Tangeramg, Bintaro, Cibubur.
7.1.2

Pelabuhan Tanjung Priok


Saat ini pada pelabuhan tanjung priok belum terdapat pemadu moda, hanya
ada kendaraan umum lainnya seperti angkutan umum, ojek, kereta api dan bus.
Berdasarkan hasil survey wawancara terhadap responden pengguna pelabuhan,
maka sebagian besar mengatakan perla adanya pemaadu moda pada
pelabuhan. Adapun wilayah wilayah yang perla dilayani cukup lah banyak,
sehingga diambilah wilayah wilayah terbesar demandnya, yang mana wilayah
wilayah yang direkomendasikan untuk dilayani oleh pemadu moda apabila
pemadu moda itu layak dioperasikan antara lain Bekasi, Bogor, Depok, Kampung
Melayu dan Pondok Gede.

Bab VII Halaman - 49

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

7.2

BERDASARKAN RUTE TERCEPAT


Hal utama dalam proses pembebanan rute adalah memperkirakan asumsi
pengguna jalan mengenai pilihannya yang terbaik. Terdapat beberapa factor
yang mempengaruhi pemilihan rute pada saat kita melakukan perjalanan.
Beberapa diantaranya adalah waktu tempuh, jarak, biaya (bahan baker dan
lainnya), kemacetan dan antrian, jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan raya,
pemandangan, kelengkapan rambu dan marka jalan, serta kebiasaan. Sangatlah
sukar menghasilkan persamaan biaya gabungan yang menggabungkan semua
faktor tersebut. Selain itu, tidaklah praktis memodel semua faktor sehingga harus
digunakan beberapa asumsi atau pendekatan.
Salah

satu

pendekatan

yang

paling

sering

digunakan

adalah

TP

mempertimbangkan dua faktor utama dalam pemilihan rute, yaitu biaya


pergerakan dan nilai waktu biaya pergerakan dianggap proporsional dengan
jarak tempuh. Dalam beberapa model pemilihan rute dimungkinkan penggunaan

BS

bobot yang berbeda bagi faktor waktu tempuh dan faktor jarak tempuh untuk
menggambarkan persepsi pengendara dalam kedua faktor tersebut. Terdapat
bukti kuat yang menunjukan bahwa waktu tempuh mempunyai bobot lebih
dominan daripada jarak tempuh bagi pergerakan di dalam kota.

Bandara Soekarno Hatta

IT
.

7.2.1

Disini dalam menentukan rute rencana dari jalur jalur yang direkomendasikan
untuk jalur pemadu moda kami menetapkan sebagian besar melalui jalan tol

dalam kota dikarenakan merupakan jalan bebas hambatan yang mana


merupakan rute tercepat dari rute rute yang lainnya.
Untuk rekomendasi rute dari dan ke bandara pada wilayah wilayah yang
direkomendasikan dapat dilihat pada gambar 7.2.

7.2.2

Pelabuhan Tanjung Priok


Seperti pemilihan moda, pemilihan rute dipengaruhi oleh alternative terpendek,
tercepat, dan termurah dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai
informasi yang cukup (tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat
menentukan rute yang terbaik. Untuk angkutan umum, rute telah ditentukan
berdasarkan moda transportasi. Pemilihan rute pada rekomendasi wilayah
wilayah yang perlu dilayani oleh pemadu moda di p-elabuhan apabila pada
Bab VII Halaman - 50

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

hasil analisis pemadu moda

pelabuhan ini layak direalisasikan adalah seperti

IT
.

BS

TP

pada gambar 7.2.

Gambar 7.1 Peta Rute Eksisting Pemadu Moda Bandara Soekarno-Hatta

Bab VII Halaman - 51

.B
ST
P

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

IT

Gambar 7.2 Peta Rute Rekomendasi Pemadu Moda Bandara Soekarno-Hatta

Bab VIII Halaman - 52

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

8.

POLA OPERASI

8.1

MINIMAL HEADWAY, FREKUENSI DAN JUMLAH BUS YANG DIPERLUKAN

8.1.1 Bandara Soekarno Hatta


1. Jumlah Bus
Hingga saat ini, kegiatan pelayanan Angkutan Pemadu Moda, khususnya untuk
trayek antar kota antar provinsi dengan bus standar, sebagian besar didominasi
DAMRI, khususnya bus-bus DAMRI Bandara Soekarno-Hatta. Satu satunya
angkutan pemadu moda di luar DAMRI yang mengoperasikan angkutan jenis ini
ialah Primajasa dengan alokasi 30 armada untuk jurusan Bandung Supermall
Bandara Soekatta. Dewasa ini bus DAMRI telah diberi izin untuk melayani 13 trayek
dengan alokasi bus sebesar 115 unit. Adapun rincian lengkap tentang rute dan

.B
ST
P

karakteristik lain terkait pelayanan angkutan Pemadu Moda Bandara Soekatta,


adalah sebagai berikut.

Tabel 8.1 Rute dan karakteristik Pemadu Moda Bandara Soekarno - Hatta
No

Trayek
Gambir

Rawamangun

Blok M

Bus

Tarif

Jam Brgkt
(Trip I)

Interval

Operator

19

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

14

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

15

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Tanjung Priok

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Kemayoran

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Kp. Rambutan

15

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Pasar Minggu

12

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Bogor

16

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

Bekasi

16

Rp 28.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

10

Lebak Bulus

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

11

Serang-Banten

Rp 28.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

12

Mangga Dua

Rp 20.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

13

Cikarang

Rp 30.000,-

04.00 WIB

15 30 menit

Damri

1 14

Bandung

30

Rp 75.000,-

02.00 WIB

IT

Jumlah

60 menit

Primajasa

Sumber : Hasil Survey

Bab VIII Halaman - 53

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

2. Jumlah Demand
Berdasarkan analisis pada bab 6 maka di dapat demand pada wilayah wilayah
yang dilayani pemadu moda ssaat ini pada bandara, berdasarkan jumlah
penumpang turun naik di Bandara Soekarno-Hatta tahun 2008, adalah sebagai
berikut :
Bekasi

: 2477 orang per hari

Bogor

: 2470 orang per hari

Serang

: 19 orang per hari

Gambir

: 3678 orang per hari

Blok M

: 2573 orang per hari

Rawamangun

: 2530 orang per hari

Pasar Minggu

: 1876 orang per hari

Kampung Rambutan : 2322 orang per hari

Lebak Bulus

Tanjung Priok

Kemayoran

Cikarang

Mangga Dua

.B
ST
P

: 933 orang per hari

: 753 orang per hari

: 142 orang per hari

: 230 orang per hari

: 83 orang per hari

Jumlah demand pada wilayah wilayah yang akan di rekomendasikan untuk jalur
pemadu moda bandara adalah sebagai berikut :
Grogol

: 1005 orang per hari

Jatinegara : 850 orang per hari

Tangerang : 1018 orang per hari

Bintaro

: 950 orang per hari

Cibubur

: 800 orang per hari

Depok

: 1002 orang per hari

IT

3. Operasional dan Kapasitas


Setiap bus mempunyai kapasitas tempat duduk 39. Pemberangkatan pertama
dari Gambir dimulai pukul 04.00 WIB dan terakhir berangkat pada pukul 19.00 WIB,
sedangkan dari bandara pemberangkatan terakhir pada pukul 24.00 WIB.
JUMLAH ARMADA
Untuk mengetahui jumlah armada pada trayek rencana kami menganalisis
menggunakan gambar seperti gambar dibawah ini. Untuk daerah daerah
seperti Grogol, Jatinegara, Tangerang, Bintaro, Cibubur dan Depok dengan
Bab VIII Halaman - 54

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

jumlah demand masing masing adalah 1105, 850, 1018, 950, 800, 1002
diasumsikan bahwa headway nya adalah sebesar 30 menit. Sehingga jumlah
armada yang dibutuhkan untuk trayek trayek tersebut adalah sebagai berikut :
Grogol
GROGOL
WAKTU

BERANGKAT

SOEKARNO - HATTA
TIBA

BERANGKAT

TIBA

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30

IT

13.00

.B
ST
P

7.30

13.30
14.00
14.30

15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00

Bab VIII Halaman - 55

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

22.30
23.00
23.30
24.00

Keterangan :
: Bus 1
: Bus 2
: Bus 3
: Bus 4
: Bus 5

Jatinegara

JATINEGARA

WAKTU
5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
7.30

TIBA

BERANGKAT

TIBA

IT

8.00

BERANGKAT

SOEKARNO - HATTA

8.30
9.00
9.30

.B
ST
P

: Bus 6

10.00
10.30

11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
Bab VIII Halaman - 56

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30

Keterangan :

.B
ST
P

24.00

: Bus 1
: Bus 2

: Bus 3

: Bus 4

: Bus 5
: Bus 6

IT

Tangerang

TANGERANG

WAKTU

BERANGKAT

TIBA

SOEKARNO - HATTA
BERANGKAT

TIBA

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
7.30
8.00
8.30

9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
Bab VIII Halaman - 57

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00

.B
ST
P

19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30

IT

24.00

Keterangan :

: Bus 1
: Bus 2

: Bus 3
: Bus 4
: Bus 5
: Bus 6

Bintaro
BINTARO
WAKTU

BERANGKAT

SOEKARNO - HATTA
TIBA

BERANGKAT

TIBA

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
Bab VIII Halaman - 58

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

7.30
8.00
8.30

9.00
9.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00

IT

19.30

.B
ST
P

14.00

20.00
20.30

21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30
24.00

Keterangan :
: Bus 1
: Bus 2
: Bus 3
: Bus 4
: Bus 5
: Bus 6
Bab VIII Halaman - 59

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Cibubur
CIBUBUR
WAKTU

BERANGKAT

SOEKARNO - HATTA
TIBA

BERANGKAT

TIBA

5.00
5.30
6.00
6.30
7.00
7.30
8.00
8.30
9.00
9.30
10.00
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
14.00
14.30
15.00

IT

15.30

.B
ST
P

10.30

16.00
16.30

17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.30
23.00
23.30
24.00

Bab VIII Halaman - 60

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Keterangan :
: Bus 1
: Bus 2
: Bus 3
: Bus 4
: Bus 5
: Bus 6
: Bus 7
: Bus 8
: Bus 9
: Bus 10

Jalur eksisting :

.B
ST
P

ANALISIS PERHITUNGAN HEADWAY DAN LOAD FAKTOR


1.

Bogor :

Jumlah penumpang = 2440 penumpang

Trip = 73 kali

Kapasitas = 36

Waktu operasi = 19 jam = 1140 menit

Jumlah Armada eksisting = 17

Headway = waktu operasi / trip

IT

= 1140 / 73 = 16 menit

Load Faktor = jumlah penumpang / (trip x kapasitas)

= 2440 / (73 x 36) = 0,93 = 93 %

Jalur rencana :
1.

Grogol :

Jumlah Penumpang = 1005 penumpang

Waktu operasi = 19 jam = 1140 menit

Kapasitas = 36

Asumsi Headway 30 menit

Trip = waktu operasi / trip


=1140 / 30 = 38 kali

Load Faktor = jumlah penumpang / (trip x kapasitas)


= 1005 / (38 x 36) = 73%

Jumlah armada = 6 (lihat tabel)

Bab VIII Halaman - 61

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Untuk lebiih jelasnya hasil perhitungan di atas untuk semua wilayah wilayah yang
dilayani oleh pemadu moda dan juga wilayah wilayah yang akan di
rekomendasikan untuk penamabahan jalur pemadu moda dapat dilihat pada

IT

.B
ST
P

tabel berikut.

Bab VIII Halaman - 62

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Tabel 8.2 Headway, Jumlah bus, Kemampuan perjalanan Pemadu moda Bandara

Jumlah
Penumpang

Headway (menit)

Trip

Kapasitas

Load Factor

17

15

77

36

44%

17

14

81

36

42%

20

10

113

36

45%

16

13

90

36

39%

15

13

85

36

41%

14

17

67

36

40%

16

15

76

36

42%

26

44

36

35%

29

40

36

30%

52

22

36

13%

45

25

36

19%

195

36

5%

66

17

36

9%

33

30

30

38

39

48%

SO

SGO

2440

16

Bekasi

2480

16

Gambir

3624

19

Blok M

2512

15

Rawamangun

2501

14

Pasar Minggu

1920

12

Kampung Rambutan

2317

15

Lebak Bulus

1115

Tanjung Priok

855

Kemayoran

205

Cikarang

350

Serang - Banten

20

Mangga Dua

110

Bandung

1417

IT

.B

Bogor

ST
P

Jalur Eksisting

Jumlah Armada
Eksisting

1005

30

38

36

37%

850

30

38

36

31%

Tangerang

1018

30

38

36

37%

Bintaro

950

30

38

36

35%

Cibubur

800

10

30

38

36

29%

Depok

1002

10

30

38

36

37%

Jalur Rencana
Grogol
Jatinegara

Bab VIII Halaman - 63

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Dari hasil analisis operasional pada pemadu moda di bandara seperti pada kajian
sebelumnya didapat bahwa trayek di bagi menjadi dua yaitu trayek eksisiting dan
trayek rencana yang mana diambil berdasarkan jumlah demand yang cukup besar.
Pada trayek trayek eksisting pemadu moda mempunyai nilai load factor yang
cukup bagus dimana bus dengan headway di bawah satu jam maka bus akan terisi
penuh.
Beberapa wilayah ini terdiri dari wilayah yang sudah dilayani oleh pemadu moda
dan ada wilayah yang belum dilayani oleh pemadu moda. Pada wilayah yang
sudah dilayani pemadu moda seperti Bekasi, Serang dan Bogor menurut hasil analisis
beberapa armada sudah cukup baik dalam melayani penumpang. Kecuali untuk
wilayah layanan Serang-Merak untuk saat ini hanya dilayani 3 kali dalam sehari yaitu

.B
ST
P

pada sore hari. Untuk jalur eksisting jumlah penumpang, jumlah armada dan trip di
dapat dari data data jumlah penumpang pada bulan agustus yang di dapat dari
instansi yang terkait. Masing masing wilayah eksisting mempunyai nilai load faktor
yang bagus, sehinggga dalam artian untuk saat ini pemadu moda yang ada sudah
cukup memenuhi dalam melayani penumpang dari dan ke bandara, denga
headway dibawah satu jam.

Melihat dari hasil identifikasi potensi demand untuk wilayah yang belum dilayani oleh
pemadu moda maka direkomendasikan perlu adanya pelayanan trayek baru dari

IT

pemadu moda seperti pada wilayah Tangerang, Depok, Bintaro, Grogol, Jatinegara
dan Cibubur. Jumlah penumpang di dapat dari hasil survey langsung dilapangan,

disini kita mengasumsi headway masing masing daerah rencana adalah sebesar
30 menit, dengan waktu operasi dalam sehari adalah 19 jam atau 1140 menit maka
di dapat trip masing masing wilayah adalah sebanyak 38 kali. Dengan
menggunakan kapasitas bus 36 maka di dapat jumlah kebutuhan armada nya
adalah masing masing wilayah sebanyak 5 bus, kecuali untuk wilayah Cibubur dan

Depok dibutuhkan 10 bus. Waktu headway masing masing 30 menit dan jumlah
armada masing masing 5 bus dan 10 bus maka di dapat nila load faktor yang
cukup baik, dalam artian bus dapat maksimal dalam melayani penumpang
bandara yang apabila nanti dapat direalisasikan.

8.1.2 Pelabuhan Tanjung Priok


1. Kondisi Eksisting
Pada pelabuhan Tanjung Priok berbeda dengan kondisi eksisting di bandara, karena
pada pelabuhan belum terdapat pemadu moda yang beroperasi hingga saat ini.

Bab VIII Halaman-64

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Oleh karena itu pada bab ini akan dianalisis apakah diperlukan pemadu moda
untuk beroperasi pada pelabuhan Tanjung Priok.
2. Jumlah demand
Berdasarkan analisis pada bab 6 maka di dapat demand saat ini pada pelabuhan
adalah sebagai berikut :
-

Bekasi

: 362 orang per hari

Depok

: 174 orang per hari

Pondok Gede : 109 orang per hari

Bogor

Jatinegara

: 29 orang per hari

Tangerang

: 33 orang per hari

Cikarang

: 33 orang per hari

.B
ST
P

: 51 orang per hari

ANALISIS PERHITUNGAN HEADWAY DAN LOAD FAKTOR


Jalur rencana :
1. Bekasi

Jumlah Penumpang = 362 penumpang

Waktu operasi = 19 jam = 1140 menit

Kapasitas = 36

Asumsi Headway 30 menit

Trip = waktu operasi / trip

IT

=1140 / 30 = 38 kali

Load Faktor = jumlah penumpang / (trip x kapasitas)

= 362 / (38 x 36) = 0,26 %

Adapun

hasil analisa tersebut bersumber dari hasil survey, menurut hasil survey,

demand terbesar dari dan ke pelabuhan adalah wilayah Bekasi, Depok, Pondok
Gede, Bogor, Jatinegara, Tangerang dan Cikarang. Setelah dianalisis

ternyata

masing masing wilayah didapat nilai load factor yang cukup kecil, seperti pada
contoh diatas adalah untuk wilayah Bekasi dengan jumlah demand sebesar 362
maka didapat nilai load faktor sebesar 0,26% atau tidak memenuhi syarat sehingga
untuk penerapannya bahwa pada pelabuhan Tanjung Priok tidak terlalu diperlukan
pemadu moda yang sejenis bus DAMRI yang sudah diterapkan di bandara, alternatif
lain adalah dengan menggunakan feeder pada pelabuhan yang mana operasi
feeder tersebut mengikuti jadwal kapal yang tentatif atau tidak rutin setiap hari
kapal tersebut datang dan pergi dari pelabuhan Tanjung Priok. Lebih jelasnya akan
di bahas pada bab berikutnya.
Bab VIII Halaman-65

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Setelah di dapat hasil analisis pada wilayah eksisting dan wilayah rencana pemadu
moda maka langkah selanjutnya adalah menetukan standar bus dan halte nya,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub bab standar bus dan halte berikut.
8.2

STANDAR BUS DAN HALTE

8.2.1 Bus
Rekomendasi Jenis Bus
Sarana angkutan umum yang akan digunakan harus mempertimbangkan beberapa
hal diantaranya daya angkut dan potensi penumpang, kapasitas jalur dan dimensi,
anggaran serta persyaratan teknis.

.B
ST
P

Melihat pada potensi jumlah penumpang dan kondisi lapangan dari dan ke
bandara yang ada saat ini seperti lebar jalan dari dan ke bandara, jumlah potensi
demand saat ini dan adanya kemungkinan pertambahan jumlah penumpang maka
jenis bus yang mungkin digunakan sebagai pemadu moda adalah jenis Bus Besar.
Bus besar yang akan digunakan dalam perencanaan penambahan pemadu moda
mempunyai kapasitas total 36 orang.

Adapun sketsa bus besar yang akan

digunakan pada pemadu moda bandara dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

IT

Beberapa spesifikasi dan konfigurasi tempat duduk untuk jenis sarana angkutan

umum dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 8.1 Konfigurasi Tempat Duduk 2 3 untuk Bus besar

Bab VIII Halaman-66

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Halte
Rekomendasi Lokasi Halte
Bandara Soekarno Hatta merupakan kawasan diluar wilayah DKI Jakarta yang
mana pada daerah sekitarnya padat aktivitas, sehingga jarak halte harus sedapat
mungkin mengakomodasi penumpang yang berasal dari kawasan aktivitas tersebut
yang akan dan dari bandara. Perencanaan lokasi halte untuk pemadu moda
Soekarno Hatta khususnya didasarkan pada kriteria berikut ini :
a.

Penempatan halte tersebut harus memperhatikan kemampuan dan kemauan


orang untuk berjalan kaki mencapai halte tersebut.

b. Faktor jarak dengan persimpangan harus diperhitungkan, karena apabila ruas


jalan lain tersebut merupakan akses dari angkutan lain (feeder) maka kembali
harus dipertimbangkan kemauan orang untuk berjalan kaki. Tetapi juga harus
c.

.B
ST
P

memperhitungkan jarak antar halte 50 m.

Diharapkan agar halte dekat dengan fasilitas pendukung seperti zebra cross
atau jembatan penyeberangan orang

a.

Lokasi Halte yang dipilih sedapat mungkin dihitung secara efisien dengan
melihat potensi bangkitan dan tarikan pada masing-masing tata guna lahan
yang dilewatinya.

b.

Pada bandara, lokasi halte telah berada pada masing masing terminal baik di
kedatangan ataupun di keberangkatan. Sementara ini sudah cukup melayani
kebutuhan penumpang namun apabila dibutuhkan maka akan ditambahkan

IT

kembali halte halte lainnya.

Pada jalur rencana pemadu moda bandara direkomendasikan penentuan lokasi

8.2.2

halte. Adapun lokasi lokasi halte tersebut harus strategis dan mudah dijangkau oleh
pengguna pemadu moda. Lokasi lokasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grogol

: Rencana lokasi halte pada daerah grogol adalah di Mall Taman


Anggrek

2. Jatinegara

: Rencana lokasi halte pada daerah Jatinegara adalah di

Mall

Ramayana
3. Tangerang

: Rencana lokasi halte pada daerah Tangerang adalah di Mall


Sumarecon

4. Bintaro

: Rencana lokasi halte pada daerah Bintaro adalah di Bintaro


Junction

5. Cibubur

: Rencana lokasi halte pada daerah Cibubur adalah di Cibubur


Junction

6. Depok

: Rencana lokasi halte pada daerah Depok adalah di Margo City

Bab VIII Halaman-67

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

C. Desain Arsitektural Halte


Untuk menentukan bentuk arsitektural dari halte maka perlu diperhatikan beberapa
hal yaitu :
1. Fasilitas yang harus disediakan di dalam halte seperti loket pembelian karcis dan
area tempat menunggu penumpang (ruang tunggu penumpang).
2. Jumlah penumpang yang diperkirakan berada didalam halte pada saat (waktu)
yang bersamaan.
3. Ketinggian ruang halte yang tergantung kepada ruang terbuka yang tersedia,
ketinggian maksimum penumpang dan kebutuhan ruang terbuka dalam halte.
4. Ketinggian lantai dari halte yang tergantung kepada ketinggian lantai sarana
atau bus.
5. Posisi dari halte yang tergantung kepada letaknya apakah berada kepada sisi

.B
ST
P

bahu jalan atau pada median jalan


6. Perencanaan

sirkulasi

penumpang

yang

meliputi

penumpang

naik

dan

penumpang turun dari kedua arah pengoperasian bus

7. Ketersediaan material atau bahan bangunan di wilayah dimana lokasi halte


tersebut berada.

8. Ketersediaan anggaran untuk biaya pembangunan halte tersebut


9. Sirkulasi udara atau kenyamanan di dalam halte

10. Keindahan bentuk dan disain yang umum dari pada halte yang pernah ada

IT

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dari point 1 sampai 10 diatas maka akan
direkomendasikan bentuk tampak arsitektural dari halte untuk pengoperasian

pemadu moda bandara seperti pada gambar 8.2.

Gambar 8.2 Tipikal Arsitektural Halte

Bab VIII Halaman-68

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

8.3

ANALISA TARIF
A. Tarif Eksisting
Tarif eksisting saat ini untuk pemadu moda dari dan ke bandara untuk masing
masing wilayah pelayanan yaitu rata rata sebesar Rp 20.000. Lebih lengkapnya tarif
eksisting yang dikenakan untuk tiap tipa wilayah adalah seperti pada tabel berikut.
Tabel 8.3 Tarif Eksisting
RUTE

JARAK (KM)
37
46
38
20
37
50
40
87
57
40
85
30
65

TARIF
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 20.000
RP 30.000
RP 28.000
RP 20.000
RP 28.000
RP 20.000
RP 30.000
Rp 75.000

IT

.B
ST
P

Gambir
Rawamangun
Blok M
Tanjung Priok
Kemayoran
Kp. Rambutan
Pasar Minggu
Bogor
Bekasi
Lebak Bulus
Serang-Banten
Mangga Dua
Cikarang
Bandung

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Bab VIII Halaman-69

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

B. Usulan Tarif Rencana


Tabel 8. 3 Perhitunga Tarif Trayek Bintaro - Bandara
PERHITUNGAN BIAYA POKOK ANGKUTAN KOTA

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

km

2)

Frekuensi/ hari

4,00

trip

3)

km-tempuh/ hari

206,00

km

4)

Penumpang/ rit

25,00

pnp

... [ 1) x 2) ] + 3 %
[ 0,7 x
kapasitas ]

5)

Penumpang/ hari

950

pnp

[ 2) x 4) ]

6)

Hari operasi/ bulan

25,00

hari

7)

km-tempuh/ bulan

5.150,00

km

8)

Penumpang/ bulan

23.750,00

pnp

[ 3) x 6)
]
[ 5) x 6)
]

9)

km-tempuh/ tahun

61.800,00

km

[ 7) x 12 bln ]

10)
penumpang/ tahun
BIAYA PER BUS-KM
1)
Biaya Langsung
a)
Biaya penyusutan

285.000,00

pnp

[ 8) x 12 bln ]

(1)

Harga kendaraan

800.000.000,00

Rp.

(2)

Masa penyusutan

5,00

thn

Nilai residu
Penyusutan per bus(4)
km
Bunga Modal

20,00

2.071,20

Rp.

(1)
(2)

=
=

13,00

%
Rp.

(3)

b)

26

32

orang

50,00

25

31

39

24

28
29
30

km-tempuh/ trip

22

27

Bus Besar
Eksekutif

1)

21

23

=
=

.B
ST
P

KARAKTERISTIK KENDARAAN
1)
Tipe
2)
Jenis Pelayanan
Kapasitas/ daya angkut
3)
penumpang
PRODUKSI PER BUS

IT

NO
1
2
3

c)

Suku Bunga
Bunga Modal/ tahun
Bunga Modal/ bus (3)
km
Gaji dan tunjangan awak
bus
(1)
Susunan awak bus
Sopir
Kondektur
Biaya awak bus/
(2)
tahun
Gaji

=
=

Rp.

1,2
1,2

orang
orang

Bab VIII Halaman-70

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

33

Sopir

2.000.000,00

Rp.

Kondektur

750.000,00

Rp.

Sopir

1.750.000,00

Rp.

Kondektur
Tunjangan
Sosial

750.000,00

Rp.

Sopir

75.000,00

Rp.

Kondektur

35.000,00

Rp.

Gaji/ upah
Uang dinas
jasa/
tunjangan

39.600.000,00

Rp.

kerja operasi
Tunjangan
sosial

36.000.000,00

Rp.

1.584.000,00

Rp.

Jumlah

77.184.000,00

Rp.

(3)
Biaya awak/ bus-km
Biaya Bahan Bakar Minyak
(BBM)

1.248,93

Rp.

(1)

km-tempuh/ hari

206,00

(2)

2,60

(3)

Pemakaian BBM
Pemakaian BBM/ bus
/ hari

km
km/
liter

79,23

(4)

Harga BBM

4.500,00

liter
Rp./
liter

(5)

Biaya BBM/ bus/ hari

356.538,46

Rp.

(6)
Ban

Biaya BBM/ bus - km

1.730,77

Rp.

(1)

Jumlah pemakaian
ban

6,00

buah

(2)

Daya tahan ban

50.000,00

km

(3)

Harga ban/ buah

2.000.000,00

Rp.

240,00

Rp.

5.000,00

km

34
36
37
38

39
40
41

42
43
44

45
46
47

d)

48
49

IT

50

53
54

51
52

e)

55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65

.B
ST
P

f)

(4)
Biaya ban/ bus - km
service kecil
Service kecil
(1)
dilakukan setiap
(2)
Biaya bahan
-

Olie mesin

240.000,00

Rp.

Gemuk

80.000,00

Rp.

Air Accu

10.000,00

Rp.

Air Radiator

10.000,00

Rp.

per
bulan
per
bulan
per
bulan
per
bulan

per
bulan
per
bulan
per
tahun

per
tahun
per
tahun
per
tahun

Bab VIII Halaman-71

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

66

67
68
g)

70
71

50.000,00

Rp.

Jumlah
Biaya Service Kecil/
(3)
bus - km
Service Besar
Service besar
(1)
dilakukan setiap
(2)
Biaya bahan

390.000,00

Rp.

78,00

Rp.

20.000,00

km

72
73
74
75

77
h)

79
80
81

84

90

j)

93
94
k)

96
97

100

120.000,00

Rp.

Busi
Filter Oli &
Udara

240.000,00

Rp.

500.000,00

Rp.

980.000,00

Rp.

49,00

Rp.

100.000,00

km

700.000,00

Rp.

1.500.000,00

Rp.

Packing

1.500.000,00

Rp.

2.750.000,00

Rp.

Jumlah
Biaya Overhaul/ bus (4)
km
Penambahan olie mesin
Penambahan olie
(1)
mesin/ hari

6.450.000,00

Rp.

64,50

Rp.

0,25

liter

(2)

206,00

km

harga olie/ liter


Biaya penambahan
(4)
olie/ bus-km
Cuci Bus

40.000,00

Rp.

48,54

Rp.

(1)

Biaya cuci bus/ hari


Biaya cuci bus/ bus(2)
km
Retribusi terminal

15.000,00

Rp.

72,82

Rp.

(1)

10.000,00

Rp.

Upah

km-tempuh/ hari

(3)

91

99

Olie Transmisi

IT
i)

89

98

86

95

Rp.

Ring Seher

(3)

85

92

120.000,00

83

88

Jumlah
Biaya Service Besar/
(3)
bus - km
Overhaul
Overhaul dilakukan
(1)
setiap
(2)
Biaya bahan
Timing belt (2
x)

82

87

Olie gardan

76

78

.B
ST
P

69

Minyak rem

l)

Retribusi terminal/ hari

Retribusi terminal/
(2)
bus-km
STNK/ Pajak Kendaraan

48,54

Rp.

(1)

Biaya STNK/ bus

3.500.000,00

Rp.

(2)

Biaya STNK/ bus-km

56,63

Rp.
Bab VIII Halaman-72

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

101

m)

102
103
104
105
106

n)

107
108
109
110

112
113

2)

(1)

Frekuensi kir/ tahun

2,00

(2)

Biaya / kir

75.000,00

Rp.

(3)

Biaya kir/ tahun

150.000,00

Rp.

(4)
Biaya kir/ bus-km
Asuransi
Asuransi kendaraan/
(1)
tahun
Asuransi awak bus/
(2)
tahun

2,43

Rp.

20.000.000,00

Rp.

1.500.000,00

Rp.

21.500.000,00

Rp.

347,90

Rp.

Jumlah
Biaya asuransi/ bus(3)
km
BIAYA TIDAK LANGSUNG
Biaya tidak langsung per
a)
segmen usaha/ tahun
Biaya pegawai selain
(1)
awak bus

.B
ST
P

111

Kir

114

(a)

115
116
117

121
122
123

120

124
125
126
127

128
129
130

131

22.140.000,00

Rp.

Lembur
Tunjangan
sosial

15.000.000,00

Rp.

10.560.000,00

Rp.

Sub total (1)

47.700.000,00

Rp.

1,10

0,80

- Administrasi

950.000,00

Rp.

- Teknisi
Tunjangan
Sosial

1.000.000,00

Rp.

- Administrasi

400.000,00

Rp.

550.000,00

Rp.

15.000.000,00

Rp.

15.000.000,00

Rp.

7.500.000,00

Rp.

Keterangan:
Rasio
pegawai
selain awak
bus/ bus
Rasio teknisi/
bus
Gaji pegawai

IT

118
119

Gaji

(2)

- Teknisi
Lembur
Diperkirakan
dalam 1
tahun
Biaya Pengelolaan
Penyusutan
bangunan
(a)
kantor
Penyusutan
pool dan
(b)
bengkel

1.5 % dari nilai


kendaraan

Bab VIII Halaman-73

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

132

4.000.000,00

Rp.

3.000.000,00

Rp.

5.000.000,00

Rp.

1.600.000,00

Rp.

3.200.000,00

Rp.

16.000.000,00

Rp.

4.000.000,00

Rp.

(k)

Biaya tilpon
Biaya
perjalanan
dinas selain
awak bus
Pajak
perusahaan

(l)

(m)

133
(d)
134
(e)
135
(f)
136
(g)
137

(h)

138

Penyusutan
Peralatan
kantor
Penyusutan
sarana
bengkel
Biaya
administrasi
kantor
Biaya
pemeliharaan
kantor
Biaya
pemeliharaan
pool dan
bengkel
Biaya listrik
dan air

.B
ST
P

(i)

139

(j)
140
141
142
143

(n)

144

16.000.000,00

Rp.

15.000.000,00

Rp.

Izin trayek

350.000,00

Rp.

Izin usaha
Biaya
pemasaran
Lain-lain
(diluar unsur
biaya peng.)

750.000,00

Rp.

3.500.000,00

Rp.

7.500.000,00

Rp.

102.400.000,00

Rp.

150.100.000,00

Rp.

15.010.000,00

Rp.

242,88

Rp.

IT

(o)

145

146

Sub total (2)


Total biaya tidak
langsung per segmen
usaha/ tahun
Biaya tidak langsung/
bus - tahun
Biaya tidak langsung/
bus - km

(3)

147

(4)

148

(5)

REKAPITULASI
A
BIAYA LANGSUNG PER BUS-KM

Penyusutan

Bunga Modal

Gaji dan tunjangan awak bus

BBM

2.071,20

Rp.

32,86

Rp.

1.248,93

Rp.

19,82

1.730,77

Rp.

27,46

Ban

240,00

Rp.

3,81

Service kecil

78,00

Rp.

1,24

Service besar

49,00

Rp.

0,78

Bab VIII Halaman-74

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

Overhaul

64,50

Rp.

1,02

Penambahan olie mesin

48,54

Rp.

0,77

10

Cuci bus

72,82

Rp.

1,16

11

Retribusi terminal

48,54

Rp.

0,77

12

STNK/ Pajak kendaraan

56,63

Rp.

0,90

13

Kir

2,43

Rp.

0,04

14

Asuransi

347,90

Rp.

5,52

6.059,26

Rp.

JUMLAH

242,88

.B
ST
P

Rp.

3,85

100,00

BIAYA POKOK PER BUS-KM

6.302,14

Rp.

BIAYA POKOK PER PNP-KM

269,32

Rp.

TARIF B.E.P.

13.466,11

Rp.

14.812,72

Rp.

15.000,00

Rp.

TARIF

PEMBULATAN

IT

BIAYA TIDAK LANGSUNG PER BUS-KM

Tarif rencana adalah tarif yang diusulkan berdasarkan hasil analisis, mengacu pada

biaya operasional kendaraan dan kebutuhan lainnya. yang mana nanti tarif tersebut
dapat menutupi semua biaya operasional dari kendaraan yang akan di operasikan.
Pada studi pemadu moda di Jabotabek (Bandara dan Pelabuhan) akan dilakukan
analisis tarif, pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai perhitungan biaya pokok
angkutan pemadu moda dari tiap tiap trayek pemadu moda rencana yang mana
hasil dari studi ini. Perhitungan biaya pokok angkutan pemadu moda dari tiap tiap

trayek rencana dapat di lihat sebagai berikut :


ari hasil perhitungan analisis tarif

untuk trayek trayek rencana didapat bahwa

untuk daerah Tangerang dengan jarak 15 km dari bandara usulan biayanya adalah
sebesar Rp 6.000, untuk Grogol yang mempunyai jarak 25 km dengan bandara hasil
analisis biaya nya sebesar Rp 10.000, Jatinegara yang berjarak 37 km dengan
bandara hasil analisis biaya nya sebesar Rp 11.000, Bintaro yang berjarak 50 km dari
bandara hasil analisisnya biaya nya sebesar Rp 15.000, Cibubur mempunya jarak 60
Bab VIII Halaman-75

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

km dari bandara hasil analisis biayanya adalah Rp16.000 dan Depok yang berjarak
75 km dari bandara mempunyai hasil analisis biayanya sebesar Rp 21.000, tetapi
mengingat tarif rencana minimum adalah

sebesar Rp 20.000 maka dibulatkan

menjadi Rp 20.000, kecuali untuk Depok karena hasil analisis lebih dari Rp 20.000
maka dibulatkan menjadi Rp 25.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 8.5 Hasil Analisa Tarif
Rute

Km

Pnp

LF

Hasil
Analisa

Usulan

Tangerang

15

1018

37%

6.000

20.000

Grogol

25

1005

31%

10.000

20.000

Jatinegara

37

850

37%

11.000

20.000

Bintaro

50

950

35%

15.000

20.000

Cibubur

60

800

29%

16.000

20.000

Depok

75

1002

37%

21.000

25.000

IT

.B
ST
P

Bab VIII Halaman-76

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

9.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


9.1

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil survey di bandara, dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik


penumpang pewawat terbang adalah seperti terlihat pada gambar berikut:
Pekerjaan Responden

Pegaw ai
2% 2%

12%

14%

12%

Prof esional
Karyaw an Sw asta

5%

Wirasaw asta
Pelajar/Mahasisw a
34%

19%

Ibu Rumah Tangga


Tidak Bekerja

.B
ST
P

Lainnya

2. Sedangkan latar belakang pendidikan penumpang, seperti tergambar di bawah:


Pendidikan Responden

9%

7%

SD/Sederajat

1% 4%

SLP/Sederajat

32%

SLA/sederajat
Diploma 1
sarjana /Starata 1

9%

Pasca sarjana
Lainnya

IT

38%

3. Sedang daerah asal tujuan yang terbesar berdasarkan hasil survey bandara
adalah seperti tersaji dalam Tabel di bawah ini :

Proporsi WIlayah Produksi dan Attraksi


NO

WILAYAH PRODUKSI & ATTRAKSI

BEKASI

22.82%

DEPOK

17.93%

BOGOR

14.30%

BANDUNG

10.73%

BINTARO

5.42%

SERANG

4.56%

BLOK M

0.68%

Bab VIII Halaman-77

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

TANGERANG

0.50%

PASAR MINGGU

0.43%

10

BREBES

0.33%

11

LEBAK BULUS

0.33%

12

SUBANG

0.33%

13

GROGOL

0.30%

14

JATINEGARA

0.30%

15

KEMAYORAN

0.30%

16

RANGKAS BITUNG

0.30%

17

CIBUBUR

0.28%

18

CIKAMPEK

0.28%

19

CILANDAK

0.28%

.B
ST
P

20

MAJALENGKA

0.28%

22

RAWAMANGUN

0.28%

27

GAMBIR

0.23%

35

KAMPUNG RAMBUTAN

0.20%

41

TANJUNG PRIOK

0.20%

4. Berdasarkan hasil survey di atas, wilayah yang dapat diusulkan sebagai tujuan
rute baru adalah, Depok, Bintaro, Tangerang, Grogol, jatinegara dan Cibubur.

IT

5. Secara umum, proporsi penumpang bandara yang menggunakan kendaraan


pribadi dan kendaaan umum, berdasarkan hasil survey adalah kendaraan

umum sebesar 62% dan yang menggunakan kendaraan pribadi sebesar 38%.

KENDARAAN YANG DI GUNAKAN

38%
UMUM
PRIBADI
62%

6. Dari hasil di atas, pengguna kendaraan umum Pemandu moda masih cukup
tinngi diminati masyarakat, sedemikan sehingga Pemandu moda masih tetap
perlu dipertahankan, malah kalau bisa ditambah rutenya, sehingga pengguna
kendaraan umum meningkat.

Bab VIII Halaman-78

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

7. Untuk

Pemandu

Moda

Pelabuhan

masih

kurang

layak

untuk

difasilitasi,

mengingat:
o Jadwal Kapal yang tidak beraturan dan tetap
o Pengguna kapal laut tidak mementingka waktu perjalanan
o Penumpang kapal laut yang dipentingkan perjalanan yang murah
o Bisa menggunakan angkutan bus umum yang reguler
o Dari

hasil

analisa

akupansinya

masih

rendah,

sehingga

belum

layak

dioperasikan atau subsidinya terlalu besar.


Rekomendasi
1. Sistem Pemandu Moda tetap dipertahankan, Bila perlu ditingkatkan atau
ditambah rute baru.

.B
ST
P

2. Usulan rute baru berdasarkan analisa adalah:


o Depok

o Bintaro

o Tangerang
o Cibubur

3. Usulan rute baru disarankan secepat mungkin masuk jalan tol untuk
mempercepat perjalanan. Masing masing rute baru diusulkan seperti tersaji
dalam Bab 7

IT

4. Usulan Tarif rute baru disajikan dalam T abel berikut:

No

Rute

Hasil Analisa

Usulan

Tangerang

6,000

20,000

Grogol

10,000

20,000

Jatinegara

11,000

20,000

Bintaro

15,000

20,000

Cibubur

16,000

20,000

Depok

21,000

25,000

9.2

Tarif dalam kota diusulkan sama dengan tarif eksisting Rp. 20.000,5. Untuk memberi pelayanan yang baik Headway masing-masing bus pemadu
moda maksimal adalah 60 menit.
6. Untuk jalur rencana headway dan jumlah armada masing masing wilayah
adalah sebagai berikut :

Bab VIII Halaman-79

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

NO

WILAYAH

Headway (menit)

Grogol

30

Jatinegara

30

Tangerang

30

Bintaro

30

Cibubur

30

Depok

30

NO

2.
3.
4.
5.
6.

JUMLAH BUS

Grogol

Jatinegara

Tangerang

Bintaro

Cibubur

10

Depok

10

.B
ST
P

1.

WILAYAH

IT

7. Selain di usulkan rute rute baru, ada beberapa wilayah yang mempunyai
demand cukup tinggi tetapi berdasarkan hasil analisa tidak memenuhi syarat
nilai occupancy nya, sehingga kami merekomendasikan wilayah wilayah

tersebut menggunakan feeder dari dan ke bandara. Wilayah wilayah


tersebut adalah :

NO

8.

FASILITAS FEEDER

TITIK PENGUMPUL

1.

Merak

Serang

2.

Cikarang

Bekasi

3.

Grogol

4.

Jatinegara

Ratu Plaza
Gambir

Sarana angkutan bus untuk rute baru spesifikasinya sama dengan yang ada
saat ini dengan kapasitas penumpang 36.

9. Bandara Soekarno Hatta merupakan kawasan diluar wilayah DKI Jakarta


yang mana pada daerah sekitarnya padat aktivitas, sehingga jarak halte
harus sedapat mungkin mengakomodasi penumpang yang berasal dari
Bab VIII Halaman-80

Executive Summary
Perencanaan Teknis Penyusunan Pola Pelayanan Angkutan Pemadu Moda di Jabotabek
(Bandara Soekarno-Hatta & Pelabuhan Tanjung Priok)

kawasan aktivitas tersebut yang akan dan dari bandara. Perencanaan lokasi
halte untuk pemadu moda Soekarno Hatta khususnya didasarkan pada
kriteria berikut ini :
a. Lokasi terminal harus sedapat mungkin lega dan dapat menampung bus
yang sedang menunggu antrian
b. Diharapkan agar halte dekat dengan fasilitas pendukung seperti zebra
cross atau jembatan penyeberangan orang
c. Lokasi Halte yang dipilih sedapat mungkin dihitung secara efisien dengan
melihat potensi bangkitan dan tarikan pada masing-masing tata guna
lahan yang dilewatinya.
d. Halte yang tersedia harus senyaman mungkin, bila perlu beracc,
mengingat demand penumpang adalah calon penumpag pesawat

IT

.B
ST
P

terbang dengan status sosial menengah-atas.

Bab VIII Halaman-81

Anda mungkin juga menyukai