Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan virus polio yang dapat

mengakibatkan terjadinya kelumpuhan permanen, penyakit ini dapat menyerang


semua kelompok umur, namun paling rentan pada kelompok umur kurang dari 3
tahun. Penyakit ini pertama terjadi di Eropa Barat pada abad ke 18 dan menyebar ke
Amerika Serikat sekitar tahun 1952 dengan penderita 20.000 orang. Kemudian
menyebar ke negara maju di belahan bumi utara. Penyakit polio terus meningkat dan
rata-rata orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian
meningkat akibat penyakit ini. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000
anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia. Tapi pada 1988 muncul Gerakan
Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 kasus polio yang
dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya kasus tersebut hanya terjadi di enam
Negara. Kurang dari setahun ini, anggapan dunia bebas polio sudah berakhir.
Kasus polio telah menurun lebih dari 99 persen sejak tahun 1988. Dari
350.000 kasus diperkirakan lebih dari 125 negara endemik. Kemudian untuk 1349
kasus pada tahun 2010. Pada tahun 2011 hanya bagian dari empat Negara di dunia
tetap endemik. Secara keseluruhan sejak Global Polio eradication diluncurkan, jumlah
kasus telah menurun lebih dari 99 persen. Pada tahun 2011 hanya empat Negara di
dunia endemik polio. Pada tahun 1994, wilayah WHO wilayah Amerika serikat (36
negara) telah disertifikasi bebas polio diikuti oleh WHO wilayah pasifik barat (37
negara dan daerah termasuk Cina) pada tahun 2000 dan WHO wilayah Eropa (51
negara) pada bulan Juni 2002.
Pada tahun 2009 lebih dari 361 juta anak-anak diimunisasi di 40 negara
selama 273 kegiatan imunisasi tambahan (SiAs). Kasus polio di Indonesia pada tahun
2005 terjadi pertama di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat yang dengan cepat menyebar
ke Provinsi Banten, DKI Jakarta,Jawa Timur,Jawa Tengah dan Lampung. Data
terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio I tersebar di 10 Provinsi dan
22 Kabupaten/Kota di Indonesia. Kasus polio pertama selama satu dasa warsa.
Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang disandang selama 10 tahun pun
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 1

hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit
ini. Wabah polio di Indonesia yang baru pertama kali terjadi sejak sepuluh tahun
terakhir memaksa pemerintah untuk memberikan vaksinasi polio kepada 6,5 juta
anak-anak. Selanjutnya 24 juta anak-anak di seluruh Indonesia akan mendapatkan
vaksinasi yang akan dimulai 31 Agustus mendatang.
Berdasarkan Proyeksi penduduk dari Sensur BPS pada tahun 2006 dan 2007
ini Provinsi Riau mendapar target penemuan AFP sebanyak 28 kasus. Target ini
dialokasikan ke 9 Kabupaten dan 2 Kota dimana masing-masing Kabupaten / Kota
harus menemukan kasus AFP sesuai target yang diberikan. Pada tahun 2006, telah
berhasil menemukan kasus AFP dan memeriksakannya ke Laboratorium sebanyak 34
kasus dengan 68 spesimen atau AFP Rate (2,4) dan pada tahun 2007 ( sampai 31
Agustus ) telah ditemukan 31 kasus atau AFP rate (3,28) anak usia < 15 tahun artinya
Provinsi Riau telah berhasil melampaui target yang diberikan.
Dari 68 spesimen tahun 2006 dan 62 spesimen tahun 2007 hasil pemeriksaan
dinyatakan Negatif Virus Polio atau Non Polio. Ini menandakan di Riau sudah tidak
lagi mempunyai virus Polio. Namun tidak boleh cepat puas karena ancaman virus
Polio import masih tetap ada karena masih ada negara-negara yang endemis seperti
India, Bangladesh dan Yamen, juga seperti yang terjadi pada tahun 2005 Indonesia
kemasukan virus Polio import dari Negara sudan,
Berdasarkan survey awal dari penelitian sebelumnya di Tawangsari Sukoharjo
pada tahun 2012 jumlah kunjungan ibu yang mengimunisasi polio bayinya sejumlah
277 orang. Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 ibu yang mengimunisasi polio
pada bayinya, hanya 3 orang yang paham tentang imunisasi polio dan 7 orang yang
tidak paham tentang imunisasi polio. Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui
bahwa masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang imunisasi polio.
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengangkat topik Polio sebagai Mini project.

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 2

1.2.

RUMUSAN MASALAH
Bersadarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah

adakah Hubungan pengetahuan,sikap dan perilaku Masyarakat terhadap Penyakit


Polio di Posyandu Semangka.
1.2.1. Adakah hubungan tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Penyakit
Polio di Posyandu Semangka ?
1.2.2. Adakah hubungan Sikap Masyarakat terhadap Penyakit Polio di
Posyandu Semangka ?
1.2.3. Adakah hubungan Perilaku Masyarakat terhadap Penyakit Polio di
Posyandu Semangka ?
1.3.

TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Masyarakat terhadap Penyakit Polio di Posyandu Semangka
1.3.2. TUJUAN KHUSUS
1.3.2.1. Untuk mengetahui

hubungan Pengetahuan

Masyarakat

terhadap Penyakit Polio di Posyandu Semangka


1.3.2.2. Untuk mengetahui hubungan Sikap Masyarakat terhadap
Penyakit Polio di Posyandu Semangka
1.3.2.3. Untuk mengetahui hubungan Perilaku Masyarakat terhadap
Penyakit Polio di Posyandu Semangka
1.4.

MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Bagi Puskesmas Tembilahan Kota
Merupakan bahan masukan untuk

menilai

gambaran

tingkat

pengetahuan Masyarakat terhadap pentingnya imunisasi Polio dengan


kepatuhan melaksanakan Imunisasi di Posyandu Semangka di wilayah kerja
UPT Puskesmas Tembilahan Kota sehingga dapat menjadi acuan dalam hal
meningkatkan program yang ada.
1.4.2. Bagi Masyarakat

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 3

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai gambaran


tingkat pengetahuan Masyarakat terhadap pentingnya imunisasi Polio dengan
kepatuhan melaksanakan Imunisasi di Posyandu Semangka

1.4.3. Bagi Peneliti


Sebagai proses dan melatih kemampuan dalam melaksanakan
penelitian di masyarakat memperoleh gambaran-gambaran untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan Masyarakat tentang pentingnya imunisasi Polio
dengan kepatuhan melaksanakan Imunisasi di Posyandu Semangka

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polio
2.1.1

Defenisi
Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus.

Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke
tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (QQ_Scarlet, 2008). Infeksi virus polio terjadi di dalam saluran
pencernaan yang menyebar ke kelenjar limfe regional sebagian kecil menyebar ke
sistem syaraf (Chin, 2006: 482). Yuwono dalam Arifah (2008) menambahkan bahwa
syaraf yang diserang adalah syaraf motorik otak dibagian grey matter dan kadang
kadang menimbulkan kelumpuhan.
Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok
umur yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus polio (Surya, 2007).
Risiko kelumpuhan meningkat pada usia yang lebih tinggi, terutama bila menyerang
individu lebih dari 15 tahun (Sardjito, 1997 dalam Utami 2006). WHO
memperkirakan adanya 140.000 kasus baru dari kelumpuhan yang diakibatkan oleh
poliomyelitis sejak tahun 1992 dengan jumlah keseluruhan penderita anak yang
menderita lumpuh akibat polio diperkirakan 10 sampai 20 juta orang (Biofarma,
2007).
Pemenuhan kriteria telah ditetapkan WHO dan berhubungan dengan
persyaratan spesimen tinja untuk diuji di laboratorium. Hal yang berhubungan dengan
spesimen tinja surveilans AFP antara lain ketepatan waktu pengambilan sampel yang
optimum yaitu tidak lebih dari 14 hari terjadinya paralysis, jumlah spesimen yang
diambil dengan jumlah yang cukup sebanyak 2 kali, dengan selang waktu 24 jam,
menggunakan wadah khusus untuk diuji di laboratorium, penanganan dan pengiriman
spesimen harus dilakukan sedemikian rupa sehingga suhunya terjaga 2-8 derajat dan
tetap dalam keadaan segar (Ditjen PP & PL, 2006).

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 5

2.1.2

Penyebab penyakit
Poliovirus (genus enterovirus) tipe 1, 2 dan 3, semua tipe dapat menyebabkan

kelumpuhan. Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua kasus kelumpuhan, tipe 3 lebih
jarang, demikian pula tipe 2 paling jarang. Tipe 1 paling sering menyebabkan wabah.
Sebagian besar kasus vaccine associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3. (Surya, 2007).
2.1.3

Gejala Klinis
Menurut Chin (2006: 482485), gejala yang bisa muncul berupa

asimptomatik, poliomyelitis abortif, poliomyelitis Nonparalitik, dan atau poliomyelitis


paralitis. Masa inkubasi penyakit 714 hari, tetapi kadang-kadang terdapat kasus
dengan masa inkubasi 5-35 hari.
Persentase polio tanpa gejala (asimptomatik) lebih dari 90% dan hanya
dideteksi dengan mengisolasi virus dari feses dan orofaring atau pemeriksaan titer
antibody. Poliomyelitis Abortif merupakan sakit yang terjadi secara mendadak
beberapa jam saja. Gejalanya seperti muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan,
konstipasi, nyeri abdomen, malaise dan timbul keluhan seperti anoreksia, nausea.
Diagnosisnya dengan mengembangbiakkan jaringan virus (Chin, 2006: 482 485).
Poliomyelitis Nonparalitik gejala klinisnya sama dengan poliomyelitis abortif
tetapi hanya nyeri kepala, nausea, dan muntah yang lebih berat. Ciri penyakit ini
adalah nyeri dan kaku otot belakang leher, dan tungkai hipertonia. Sedangkan
Poliomyelitis Paralitik merupakan kelumpuhan secara akut, disertai dengan demam
dan gejala seperti Poliomyelitis Nonparalitik (Chin, 2006: 482 485). Sebanyak 4-8%
penderita dapat mengalami demam tinggi, sakit punggung dan otot yang bisa
berlangsung antara 3-7 hari disertai gejala seperti meningitis aseptik yang akan pulih
2-10 hari (Cono dan L.N, 2007).
2. 1.4 Reservoir
Manusia satu-satunya reservoir dan sumber penularan biasanya penderita
tanpa gejala (inapparent infection) terutama anak-anak. Belum pernah ditemukan
adanya pembawa virus liar yang berlangsung lama (Judarwanto, 2006).
2. 1.5 Cara-cara penularan
Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Transmisi
langsung melalui droplet serta feses penderita yang menyebar melalui jari yang
terkontaminasi pada peralatan makan, makanan, dan minuman. Sedangkan penularan
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 6

tidak langsung melalui sumber air dimana virus berada dalam air buangan masuk ke
sumber sumber air tersebut akibat sanitasi yang rendah. (Wahyuhono, 2008)
Peralatan dan barang-barang yang tercemar dapat berperan sebagai media
penularan. Belum ada bukti serangga dapat menularkan virus polio, sedangkan air dan
limbah jarang sekali dilaporkan sebagai sumber penularan. Kontaminasi virus melalui
makanan dan air yang dipakai bersama dalam suatu komunitas untuk semua keperluan
sanitasi dan makan-minum, menjadi ancaman untuk terjadinya wabah (Surya, 2007).
2.1.6

Kerentanan dan kekebalan


Semua orang rentan terhadap infeksi virus polio, namun kelumpuhan terjadi

hanya sekitar 1% dari infeksi. Sebagian dari penderita ini akan sembuh dan yang
masih tetap lumpuh berkisar antara 0,1% sampai 1%. Angka kelumpuhan pada orangorang dewasa non imun yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan anak dan
bayi yang non imun (Chin 2006, 482).
Kekebalan spesifik yang terbentuk bertahan seumur hidup, baik sebagai akibat
infeksi virus polio maupun inapparent. Serangan kedua jarang terjadi dan sebagai
akibat infeksi virus polio dengan tipe yang berbeda. Bayi yang lahir dari ibu yang
sudah diimunisasi mendapat kekebalan pasif yang pendek. Resiko tinggi tertulari
polio adalah kelompok rentan seperti kelompok-kelompok yang menolak imunisasi,
kelompok minoritas, para migran musiman, anak-anak yang tidak terdaftar, kaum
nomaden, pengungsi dan masyarakat miskin perkotaan (Ditjen PP & PL, 2006).
2. 1.7 Faktor Faktor yang Memungkinkan Timbulnya Poliomyelitis
Faktor yang memungkinkan timbulnya poliomyelitis menurut Soerbakti (1989)
antara lain: 1) Tingginya angka Tripple Negatif, 2) Perbaikan Lingkungan, 3)
Perkembangan Pesat dibidang Transportasi, 4) Keadaan Sosial Ekonomi. Angka
Tripple Negatif adalah belum adanya antibodi terhadap virus polio. Asumsi mengenai
tingginya angka tersebut adalah 1) faktor penghambat dari sesama enterovirus
lainnya, 2) faktor penghambat dalam pembentukan antibodi lainnya. Faktor
penghambat dalam pembentukan antibodi salah satu penyebabnya adalah status gizi
yang buruk. Gangguan sistim imunitas pada penderita kurang kalori protein dapat
berupa gangguan selluler yaitu fungsi makrofag dan leukosit serta sifat komplemen
(Sumarno dan Siahaan, M. dalam Arifah, 2008).
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 7

Perbaikan lingkungan diharapkan dapat membebaskan Indonesia dari infeksi


polio. Akan tetapi kenyataannya perbaikan lingkungan masih belum merata, daerah
dengan sanitasi buruk menjadi sumber penularan penyakit. Akses transportasi yang
semakin berkembang mempercepat penyebaran virus dari satu daerah ke daerah
lainnya termasuk import virus dari luar negeri. Keadaan sosial ekonomi tidak
mempengaruhi terjadinya poliomyelitis secara langsung, namun dengan sosial
ekonomi yang rendah tingkat pendidikan juga pasti rendah sehingga pengetahuan
mengenai sumber dan cara penularan penyakit polio sangat kurang. Selain itu dengan
status ekonomi yang rendah juga dapat mempengaruhi terhadap status gizi pada anak
(Arifah, 2008).
2.1.8

Cara-cara penanggulangan
Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan

kepada masyarakat tentang manfaat pemberian imunisasi sedini mungkin semasa


anak-anak sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu (Judarwanto, 2006). Imunisasi
dasar juga perlu diberikan kepada orang dewasa yang sebelumnya belum pernah
mendapatkan imunisasi yang merencanakan untuk bepergian ke negara endemis polio,
selain itu imunisasi juga harus diberikan kepada anggota masyarakat dimana virus
polio masih ada. Para petugas laboratorium yang menangani spesimen yang
mengandung virus polio dan kepada petugas kesehatan yang kemungkinan terpajan
dengan kotoran penderita yang mengandung virus polio liar (Ditjen PP & PL, 2006).
Berdasarkan info penyakit menular Ditjen PP & PL tahun 2004, pengawasan
terhadap para penderita polio dilakukan dengan melaporkan setiap ditemukannya
kasus kelumpuhan kepada instansi kesehatan setempat. WHO menyebutnya sebagai
Disease Under Surveillance, Kelas 1A. Di negara yang sedang melaksanakan
program eradikasi polo, setiap kasus paralisis akut yang bersifat layuh (Accute
Flaccid Paralysis (AFP)), termasuk Guillain-Barre Syndrome, pada anak-anak
berusia kurang dari 15 tahun harus segera dilaporkan. Selain itu investigasi kepada
kontak dan sumber meskipun infeksi hanya ditemukan satu kasus paralitik pada suatu
komunitas harus segera dilakukan investigasi. Pelaksanaan disinfeksi secara serentak
terhadap discharge tenggorokan.

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 8

2.2 AFP ( Acute Flaccid Paralysis)


2.2.1 Identifikasi
Definisi kasus AFP adalah kelumpuhan flaccid (layuh) tanpa penyebab lain
pada anak kurang dari 15 tahun. Flaccid paralysis terjadi pada kurang dari 1% dari
infeksi poliovirus dan lebih dari 90% infeksi tanpa gejala atau dengan demam tidak
spesifik. Meningitis aseptik muncul pada sekitar 1% dari infeksi (Cono, J and L.N.,
2007).
Gejala klinis minor berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah. Apabila
penyakit berlanjut ke gejala mayor, timbul nyeri otot berat, kaku kuduk dan
punggung, serta dapat terjadi flaccid paralysis. Kelumpuhan yang terjadi secara
akutadalah perkembangan kelumpuhan yang berlangsung cepat (rapid progressive)
antara 1-14 hari sejak terjadinya gejala awal (rasa nyeri, kesemutan, rasa tebal/kebas)
sampai kelumpuhan maksimal. Sedangkan kelumpuhan flaccid adalah kelumpuhan
yang bersifat lunglai, lemas atau layuh bukan kaku, atau terjadi penurunan tonus otot
(RSPI, 2007).
Di negara endemis tinggi, kasus polio yang sangat khas dapat dikenal secara
klinis. Di negara di mana polio tidak ada atau terjadi pada tingkat prevalensi yang
rendah, poliomyelitis harus dibedakan dengan paralisis lain dengan melakukan isolasi
virus dari tinja. Enterovirus lain (tipe 70 dan 71), echovirus dan coxackievirus dapat
menyebabkan kesakitan menyerupai paralytic poliomyelitis (Rahardjo, 2011).
Penyebab AFP yang sering terjadi adalah Barre Syndrome (GBS) yang harus
dibedakan dengan poliomyelitis. Sedangkan penyebab penting lain dari AFP antara
lain Mielitis Transvers, Polioencephalitis, Paraplegia, Diplegia, Monoplegia-Upper,
Monoplegia-Lower, Quadriplegia/Tetraplegia, Plegia Unspecified, Plegia-Other,
Flaccid Muscle Paralysis, Transient Paralysis of a limb, Myelitis-Postvaccinal,
Mononeuritis-Upper limb, Mononeuritis-Lower limb (Ditjen PP & PL, 2006).
Diagnosa banding dari acute nonparalytic poliomyelitis antara lain berbagai bentuk
meningitis nonbakterial akut, meningitis purulenta, abses otak, meningitis
tuberkulosa, leptospirosis, lymphocytic choriomeningitis, infectious mononucleosis,
encephalitides, neurosyphilis dan toxic encephalopathy (Rahardjo, 2011).
Kepastian diagnosa laboratorium ditegakkan dengan isolasi virus dari sampel
tinja, sekresi oropharyng dan LCS pada sistem kultur sel dari manusia atau monyet
(primate cells). Diferensiasi dari virus liar dengan strain virus vaksin dapat diagnosis
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 9

presumtif dibuat dengan adanya peningkatan titer antibodi empat kali lipat atau lebih,
namun neutralizing antibodies spesifik mungkin sudah muncul begitu kelumpuhan
terjadi. Respons antibodi setelah pemberian imunisasi sama dengan respons antibodi
sebagai akibat infeksi virus polio liar. Oleh karena pemakaian vaksin polio yang berisi
virus hidup sangat luas, maka interpretasi terhadap respons antibodi menjadi sulit
apakah karena disebabkan virus vaksin ataukah virus liar. Kecuali untuk
mengesampingkan diagnosa polio pada anak-anak dengan immunocompetent namun
tidak terbentuk antibodi (RSPI, 2007).
2.2.2

Penyakit yang dapat menyebabkan AFP

2.2.2.1 Polio Myelitis Anterior Akut


Polio Myelitis Anterior Akut adalah suatu penyakit yang menyebabkan
kerusakan pada sel motorik pada jaringan syaraf di tulang punggung dan batang otak.
Penyakit lebih banyak disebabkan oleh virus polio tetapi bisa juga disebabkan virus
lain (Arifah, 2008).
Penyakit yang termasuk polio myelitis anterior akut diantaranya Virus Polio,
Virus Non Polio, VAPP. Virus polio telah dibahas pada subbab 2.1. Virus non polio
adalah virus yang bukan termasuk kategori polio tetapi menderita kelumpuhan seperti
polio. Virus tersebut ialah Echovirus-3 di Inggris, Enterovirus tipe 70 dan 71 di
Bulgaria. VAPP merupakan mutasi dari virus polio serotype-3 yang telah dilemahkan
dengan OPV (Oral Polio Vaccine) dapat terjadi pada genome virs selama proses
replikasi pada usus kecil penerima vaksin. Hal tersebut meningkatkan neurovirulensi
dari virus sehingga menimbulkan kelumpuhan yang disebut VAPP (WHO, 2008).
WHO mengaklasifikasikan VAPP tersebut sebagai sindrom klinis dari
poliomyelitis paralitik dengan riwayat eksposure OPV (WHO 1995). Hasil penelitian
WHO selama 10 tahun menyebutkan bahwa satu kasus karena paralitik polio karena
vaksinasi dapat terjadi tiap 2 sampai 4 juta dosis OPV yang digunakan (Wahyuhono,
2008).
2.2.2.2 Guillain Bare Syndrom (GBS)
Guillain-Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit saraf, juga
merupakan salah satu polineuropati, karena hingga sekarang belum dapat dipastikan
penyebabnya. Namun karena kebanyakan kasus terjadi sesudah proses infeksi, diduga
GBS terjadi karena sistem kekebalan tidak berfungsi. Gejalanya adalah kelemahan
otot (parese hingga plegia), biasanya perlahan, mulai dari bawah ke atas.
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 10

Jadi gejala awalnya biasanya tidak bisa berjalan, atau gangguan berjalan.
Sebaliknya penyembuhannya diawali dari bagian atas tubuh ke bawah, sehingga bila
ada gejala sisa biasanya gangguan berjalan (Fredericks et all, dalam Ikatan Fisioterapi
Indonesia, 2007).
GBS disebabkan karena adanya infeksi dari virus. Hasil penelitian di
Karnataka, India (tahun 1979) saat terjdi KLB Japanese encephalitis Virus (JEV) pada
daerah endemik JEV untuk melihat apakah infeksi dari JEV adalah kejadian yang
mendahului sebelum timbulnya GBS, menunjukkan bahwa 64% dari 33 pasien
dilaporkan menunjukkan adanya hubungan antara keduanya (WHO, 2008).
2.2.2.3 Myelitis Transvers
Pola kelumpuhan simetris dan statis. Demam kadang-kadang terjadi dan
kadangkadang tidak. Terjadi gangguan sensasi/rasa raba dan refleks tendon berkurang
atau negatif dan akan kembali normal dalam waktu 1 s/d 3 minggu. Gejala khas
penyakit ini adalah gangguan sensoris sesuai tingkat kerusakan, gangguan proses
berkemih dan defekasi, sering sakit yang berhubungan dengan pinggang.
(Wahyuwono, 2008).
2.3

Surveilans
Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2008, surveilans

merupakan mempunyai konsep dasar hampir sama seperti konsep pada manajemen
data didalamnya ada 4 langkah yang dimulai dari pengumpulan, pengolahan, analisa,
penyajian dan umpan balik.
2.3.1 Definisi Kasus
Pada surveilans untuk mendefinisikan suatu kasus diperlukan kriteria standar
gejala klinisnya. Kasus yang hanya berdasarkan gejala klinis di masukkan dalam
kriteria kasus suspek/tersangka. Sedangkan kasus suspek yang secara epidemiologi
berhubungan dengan kasus yang terbukti secara laboratorium dimasukkan dalam
kriteria kasus probable/kemungkinan. Dan kasus suspek dengan isolasi virus atau
terdeteksi adanya antigen dimasukkan dalam kriteria kasus confirmed/pasti. (Ditjen
PPM & PL, 2006).
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 11

2.3.2 Kegunaan Surveilans


Surveilans

dapat

digunakan

untuk

mengamati

kecenderungan

dan

memperkirakan besarnya masalah kesehatan, mendeteksi dan memprediksi adanya


KLB, mengamati kemajuan suatu program pencegahan dan pemberantasan penyakit
yang diperlukan, dapat memperkirakan dampak program intervensi yang ada,
mengevaluasi suatu program intervensi dan mempermudah perencanaan program
pemberantasan (Bahan Ajar Epidemiologi Dasar, 2006).
2.4

Surveilans AFP
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus

lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan kelompok umur
yang rentan terhadap penyakit polio. Dalam hal ada keraguan dalam menentukan sifat
kelumpuhan apakah akut dan flaccid, atau ada hubungannya dengan ruda
paksa/kecelakaan, laporkanlah kasus tersebut sebagai kasus AFP. Semua penderita
berusia < 15 tahun atau lebih yang diduga kuat sebagai kasus poliomielitis oleh
dokter, dilakukan tata laksana seperti kasus AFP (Cono, J ad L.N,, 2007).
Pada surveilans AFP, pengamatan difokuskan pada kasus poliomielitis yang
mudah

diidentifikasikan,

yaitu

poliomielitis

paralitik.

Ditemukannya

kasus

poliomielitis paralitik disuatu wilayah menunjukkan adanya penyebaran virus-polio


liar di wilayah tersebut. Penyakit-penyakit yang mempunyai sifat kelumpuhan seperti
poliomielitis disebut kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) dan pengamatannya
disebut sebagai Surveilans AFP (SAFP) (Cono, J ad L.N, 2007).
Kasus polio pasti (confirmed polio case) adalah kasus AFP yang pada hasil
pemeriksaan tinjanya di laboratorium ditemukan Virus Polio Liar (VPL), cVDPV
(circulating Vaccine Derived Polio Virus), atau hot case dengan salah satu spesimen
kontak positif VPL. Sedangkan kasus polio kompatibel adalah kasus AFP yang tidak
cukup bukti untuk diklarifikasikan sebagai kasus non polio secara laboratoris
(virologis) yang dikarenakan antara lain spesimen tidak adekuat dan terdapat paralisis
residual pada kunjungan ulang 60 hari setelah terjadinya kelumpuhan serta spesimen
tidak adekuat dan kasus meninggal atau hilang sebelum dilakukan kunjungan ulang
60 hari. (Ditjen PP & PL, 2007).
Kasus polio kompatibel hanya dapat ditetapkan oleh Kelompok Kerja Ahli
Surveilans AFP Nasional berdasarkan kajian data/dokumen secara klinis atau
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 12

epidemiologis maupun kunjungan lapangan. Polio kompatibel menunjukkan bahwa


sistem surveilans AFP masih lemah karena spesimen tidak adekuat yang disebabkan
oleh keterlambatan penemuan kasus, keterlambatan pengambilan spesimen, dan atau
pengamanan spesimen yang tidak baik. Berdasarkan rekomendasi WHO tahun 1995
dilakukan kegiatan surveilans AFP yaitu menjaring semua kasus dengan gejala mirip
polio yaitu lumpuh layuh mendadak (Acute Flaccid Paralysis), untuk membuktikan
masih terdapat kasus polio atau tidak dipopulasi. (Ditjen PP & PL, 2007).
Tujuan pelaksanaan surveilans AFP adalah untuk mengidentifikasi daerah
risiko tinggi, untuk mendapatkan informasi tentang adanya transmisi VPL, VDPL
(Virus Dengan Polio Liar), dan daerah dengan kinerja surveilans AFP yang tidak
memenuhi standar/indikator. Tujuan khususnya: menemukan semua kasus AFP yang
ada di suatu wilayah, melacak semua kasus AFP yang ditemukan disuatu wilayah,
mengumpulkan dua spesimen semua kasus AFP sesegera mungkin setelah
kelumpuhan, memeriksa spesimen tinja semua kasus AFP yang ditemukan di
Laboratorium Polio Nasional, dan memeriksa spesimen kontak terhadap Hot Case
untuk mengetahui adanya sirkulasi VPL (Ditjen PP & PL, 2007).
Berdasarkan buku pedoman Surveilans AFP tahun 2006, kegiatan surveilans
AFP meliputi penemuan kasus di Rumah Sakit dan di masyarakat, pengumpulan
specimen kasus AFP, Hot Case, Survey Status Imunisasi Polio, pemberian nomor
Epid, pemberian nomor laboratorium kasus AFP dan kontak, kunjungan ulang 60 hari
bagi yang masih mengalami kelumpuhan, pelaporan dan penyampaian umpan balik.
2.5

Imunisasi
Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme

pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh
dengan benda asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim
imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi
tubuh dari serangan
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) (Musa, 1985).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah
penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas.
Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan
kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal.
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 13

Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan pada program imunisasi yaitu penyakit


tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B (Atmosukarto,
2011).
Imunisasi rutin dilakukan dengan memberikan imunisasi Oral Polio Vaccine
(OPV) yaitu virus polio yang sudah dilemahkan, pada bayi minimal 4 kali pemberian
sebanyak 2 tetes vaksin shabin setiap kali pemberian sesuai dengan jadwal. Cakupan
diharapkan > 80 % bayi berusia satu tahun di setiap desa. Tujuannya adalah
memberikan perlindungan (kekebalan humoral) pada setiap anak (Judarwanto, 2006).
Berbeda dengan strategi imunisasi rutin, PIN adalah pemberian imunisasi
polio (OPV) pada anak usia balita tanpa melihat status imunisasi anak sebelumnya ,
usia ditetapkan berdasarkan kajian epidemiologi. Dilaksanakan secara masal dan
serentak pada saat transmisi terendah yaitu pada bulan Oktober dan November,
dilaksanakan 2 kali putaran dengan interval 4 minggu (Judarwanto, 2006).
2.6

Stategi Eradikasi Polio dengan Perubahan Jenis Vaksin Polio


Berdasarkan data statistic, imunisasi merupakan upaya pencegahan yang

terbukti sangat cost ef-fective. Banyak kematian dan kecacatan yang disebabkan
oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dengan salah satu berupa
imunisasi polio. Eradikasi polio secara global akan memberi keuntungan secara
finansial. Berdasarkan studi, biaya jangka pendek yang dikeluarkan untuk mencapai
tujuan eradikasi tidak akan seberapa dibanding dengan keuntungan yang akan didapat
dalam jangka panjang, seperti terhindarnya anak-anak yang menjadi cacat karena
polio.
Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi bebas polio bersama dengan
negara anggota WHO di South East Asia Region. Namun keberhasilan tersebut masih
menyisakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Diantaranya,
berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan oleh WHO tahun 2011 sampai 2014,
Indonesia dinyatakan berisiko tinggi terhadap importasi virus polio dan Komite
Penasehat Ahli Imunisasi (ITAGI) merekomendasikan Indonesia untuk melaksanakan
kegiatan PIN Polio.
Berdasarkan kondisi diatas, saat ini Indonesia serius melakukan gerakan
eradikasi penyakit polio. Pada bulan Mei 2012, World Health Assembly (WHA)
mendeklarasikan bahwa eradikasi polio adalah salah satu isu kedaruratan kesehatan
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 14

masyarakat dan perlu disusun suatu strategi menuju eradikasi polio (Polio Endgame
Strategy).
Target eradikasi polio dunia sendiri merupakan salah satu komitmen global
yang harus dicapai pada tahun 2018. Salah satu kesepakatan global dalam rangka
mencapai tujuan eradikasi polio, berupa pelaksanaan Strategi Eradikasi Polio (Polio
Endgame Strategy) yang terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan berikut :
1. Pelaksanaan penguatan herd imunity dan intensifikasi rutin imunisasi
dengan sweeping dan backlog fighting
2. Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio pada Maret 2016
3. Penggantian vaksin polio tetes trivalent (toPV) menjadi vaksin polio tetes
bivalen (bOPV) pada April 2016
4. Sosialisasi pelaksanaan vaksin polio suntik (IPV) ke dalam imunisasi rutin
bayi pada Juli 2016
Dalam rangka persiapan untuk penggantian seluruh OPV, WHO dalam
position papernya bulan januari 2014 (Weekly Epidemiological Record,28 Februari
2014) merekomendasikan bahwa semua negara yang menggunakan OPV mulai
memperkua sistem imunisasi dan introduksi IPV (Inactivated Polio Vaccine)
setidaknya satu dosis ke dalam program rutin pada akhir tahun 2015. Hal ini
dikarenakan penggantian tOPV menjadi bOPV sangat penting.
Terkait dengan strategi penggantian vaksin polio tetes trivalent (tOPV)
menjadi vaksin polio bivalen (bOPV) penting untuk kita ketahui, tOPV mengandung
tiga serotipe (1,2,3) dan penggunaannya telah berhasil mengeradikasi virus polio tipe
2 dimana kasus terakhir dilaporkan tahun 1999. Saat ini lebih dari 90 % kasus cVDPV
dan diperkirakan 40% kasus VAPP berkaitan dengan tipe 2 sebagai komponan dari
tOPV
Pemberian minimal satu dosis IPV akan mengurangi risiko VAPP dan cVDPV.
OPV akan diganti secara bertahap dimulai dengan menghilangkan serotipe 2 dari
tOPV menjadi bOPV yang hanya mengandung sero tipe 1 dan 3 sehingga bisa terus
melindungi transmisi virus polio liar tipe 1 dan 3. Penggunaan OPV harus dihentikan
ketika semua virus polio liar sudah dieradikasi.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio dilaksanakan diantaranya dengan
pertimbangan bahwa masih banyak ditemukan cluster dengan banyak sasaran
imunisasi tidak lengkap atau tidak ditemukan catatan status imunisasi polionya
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 15

2.7 Teori Faktor Penentu Status Kesehatan


Blum (2012) mengidentifikasi empat faktor utama yang berpengaruh terhadap
status kesehatan, yaitu keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.
Keturunan termasuk dalam faktor utama, karena sifat genetik diturunkan oleh orang
tua kepada keturunannya, dan sebagian bertanggung-jawab terhadap kapasitas fisik
dan mental keturunannya. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan sosial, dimana
lingkungan fisik dapat menjadi kekuatan yang buruk dan merusak kesehatan manusia
(Blum, 1981: 45)
Di negara-negara yang sedang berkembang yang paling menentukan derajat
kesehatan adalah faktor lingkungan diikuti kemudian berturut-turut oleh faktor gaya
hidup, faktor genetik dan terakhir oleh faktor pelayanan kesehatan. Menurut Blum
semakin maju dan kaya suatu masyarakat maka faktor yang menentukan tingginya
derajat kesehatan bergeser dari faktor lingkungan menjadi faktor gaya hidup. Hal ini
terbukti di Negara-negara maju di mana lingkungan hidup sudah tertata, gaya hidup
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi kesehatan masyarakatnya (Blum,
2012: 45).
Menurut WHO (2008), yang dimaksud dengan perilaku kesehatan (health
behaviour) adalah aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu tanpa memandang
status kesehatan aktualnya maupun status kesehatan menurut persepsi individu
tersebut- yang bertujuan untuk meningkatkan, melindungi atau mempertahankan
kesehatannya, tanpa mempertimbangkan apakah perilaku tersebut efektif untuk
mencapai tujuan tersebut. Istilah ini harus dibedakan dengan perilaku berisiko (risk
behaviour) yang berarti perilaku yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan
terhadap penyakit tertentu.
Sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik, psikologis, dan sosial, tetapi
sehat dalam arti spiritual/agama (WHO dalam Dahlan, 2008). Penyakit adalah hasil
dari kekuatan dalam suatu sistem dinamik yang terdiri dari agen, host dan
environment (FKM UI, 2006).
2.8 Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya Suatu skala atau
instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 16

instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran (Azwar dalam Tniyamani, 2007).
Menurut Sackett (2010), validitas berdasar kriteria menggambarkan seberapa
jauh hasil satu pengukuran sesuai dengan hasil pengukuran lain dengan menggunakan
instrumen yang dianggap standar. Validitas berdasar kriteria dinilai dengan
membandingkan hasil satu pengukuran dengan pengukuran menurut gold standard.
Nazir dalam Tniyamani (2007) membagi validitas dalam beberapa kategori,
yaitu a). concurrent validity adalah validitas hubungan antara skor dengan kinerja, b).
construct validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis
apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk
tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran, c). face validity
adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan
bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur, d). factorial validity dari sebuah
alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan
dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini
diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor, e). empirical validity adalah
validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria (ukuran
yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran), f).
intrinsic validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba
untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat
ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur, g). predictive validity adalah
validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja
seseorang di masa mendatang, h). content validity adalah validitas yang berkenaan
dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi, i). curricular validity adalah
validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai
seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur
aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Koefisien validitas hanya mempunyai makna apabila memiliki harga yang
positif. Semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasiln
ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak pernah mencapai
angka maksimal atau mendekati angka 1. Suatu koefisien validitas yang tinggi lebih
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 17

sulit untuk dicapai dari pada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan
estimasi terhadap validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien validitas
diperoleh hanya dari komputasi statistika antara skor tes dengan standar baku yang
besarnya disimbolkan oleh rxy tersebut (Tniyamani, 2007).
2.9. Pengetahuan,Sikap dan Perilaku
2.9.1 Pengetahuan
2.9.1.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan menurut ahli, menurut Notoatmojo (2010) pengetahuan adalah
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu yang mana pengindraan ini terjadi melalui panca indra manusia
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
2.9.1.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurutp Notoatmojo (20100 ada enam tingkat pengetahuan
yang dicapai dalam domain kognitif yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paing rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, aplikasi diartikan dapat
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 18

sebagai aplikasi atau penggunaaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan


sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat
dilihat dari penggunaaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,
mengelompokkan dan sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi,memisahkan dan sebagainya.
5. Sintesa (Synthesis)
Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari
informasi-informasi yang ada misalnya dpat menyusun,dapat menggunakan,
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan
yang telah ada
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan yang telah ada
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
respon dari kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lihat
sesuai tingkatan-tingkatan di atas.

Fungsi dan Ciri Pengetahuan


Fungsi ilmu pengetahuan :
1. Untuk menerangkan gejala
2. Untuk memahami hakekat gejala
3. Untuk meramalkan kejadian yang akan dating
4. Untuk mengendalikan gejala
Ciri Ilmu pengetahuan
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 19

1.
2.
3.
4.

Mempunyai objek kajian


Mempunyai metode pendekatan
Disusun secara sistematis
Bersifat universal (Legitimated)

2.9.2 Sikap
2.9.2.1 Defenisi Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya
Defenisi sikap menurut L.I. Thurstone. Sikap sebagai tindakan kecendrungan yang
bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi (symbol,katakata,slogan,orang,lembaga,ide dan sebaginya)
2.9.2.2 Komponen sikap
1.Kognitif

: berupa pengetahuan,kepercayaan,fikiran,yang

didasarkan pada

intonasi yang berhubungan dengan objek


2.Afektif

: menunjukkan pada dimensi emosional dari sikap yaitu emosi yang

berhubungan dengan objek. Objek di sini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak
menyenangkan
3.Behavior Konatif : melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak sebagai objek
2.9.2.3 Kategori Sikap
Menurut Heri Purwanto Sikap terdiri dari :
1. Sikap positif : kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
menghadapkan,objek tertentu
2. Sikap negative : terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci,tidak menyukai objek tertentu
2.9.2.4 Fungsi sikap
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri
2. sebagai alat pengatur tingkah laku
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 20

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman


4. Sebagai pernyataan kepribadian
2.9.3 Perilaku
2.9.3.1 Pengertian Perilaku
Penegertian perilaku menurut Notoatmojo (2010) adalah segala perbuatan atau
tindakan yang dilakukan oleh mahluk hidup
2.9.3.2 Proses pembentukan Perilaku
Proses pemebentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal
dari dalam diri individu itu sendiri
1. Persepsi

:Pengalaman

yang

dihasilkan

melalui

indra

penglihatan,pendengaran,penciuman dan sebagainya


2. Motivasi
: Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk
mencapai suatu tujuan tertentu,hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan
dalam bentuk perilaku
3. Emosi
:Perilaku juga dapat timbul karena emosi. aspek psikologis
yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan jasmani, sedangakn
keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan). Manusia dalam
mencapai kedewasaan seluruh aspek yang berhubungan dengan keturunan dan
emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Oleh karena
itu,perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan
4. Belajar
: Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku
dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (2008)
mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan
dari perilaku terdahulu.
3.10. Gambaran Umum UPTD Puskesmas Tembilahan Kota
3.10.1. Kondisi Geografis
UPTD Puskesmas Tembilahan Kota adalah Puskesmas yang terletak di
Ibukota Kabupaten Indragiri Hilir tepatnya di Kecamatan Tembilahan Kota
Jalan Gunung daek No.06. Puskesmas ini didirikan pada tanggal 12 November
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 21

1975, memiliki luas tanah 1052 m2 dan luas wilayah kerja 193,37 Km2.
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tembilahan Kota, meliputi seluruh wilayah
Kecamatan Tembilahan Kota yang berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Tuaka
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Enok
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tembilahan Hulu
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Tuaka
Kecamatan Tembilahan terletak 1-4 meter diatas permukaan laut dan
terdiri dari 3 Kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Tembilahan Kota
2. Kelurahan Seberang Tembilahan
3. Kelurahan Pekan Arba
Keadaan tanah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tembilahan Kota
sebagian besar terdiri dari tanah gambut dan endapan sungai serta rawa-rawa.
Daerah ini dapat digolongkan kepada daerah beriklim tropis basah dengan
udara yang agak lembab, dengan curah hujan tertinggi pada bulan april dan
terendah pada bulan agustus. Untuk mencapai daerah pedesaan, sebagian
harus menyebrangi sungai dengan mempergunakan alat transportasi air.
Table 1. Jarak antara Kelurahan ke Ibukota Kecamatan
No
Kelurahan
1 Tembilahan Kota
2 Pekan Arba
3 Seberang Tembilahan

Jarak (Km2)
1,00
3,00
5,00

Sumber : Kantor Camat Tembilahan

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 22

Table 2. Luas wilayah masing-masing Kelurahan pada wilayah kerja


UPTD Puskesmas Tembilahan Kota
Jarak (Km2)
3,34
81,06
19,11

No
Kelurahan
1 Tembilahan Kota
2 Seberang Tembilahan
3 Pekan Arba
Sumber : Kantor Camat Tembilahan

3.10.2 Demografi
Penduduk asli Kecamatan Tembilahan adalah suku Melayu yang
sering disebut Melayu Riau, sebagaimana halnya suku Melayu yang ada di
daerah Riau lainnya, suku Melayu di daerah ini juga mempunyai system
kekerabatan yang kental dan penganut Agama Islam yang taat. Hal ini ditandai
dengan mudahnya suku-suku pendatang dan berasilimasi dengan penduduk
tempatan.
Jumlah penduduk Kecamatan Tembilahan berdasarkan hasil registrasi
penduduk akhir tahun yang dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sebanyak
63.047 jiwa yang terdiri dari laki-laki 33.644 jiwa dan perempuan 29.430 jiwa
dengan sex ratio 114 serta kepadatan penduduk 320 jiwa / Km2. Disamping
suku Melayu penduduk Kecamatan Tembilahan terdiri dari berbagai macam
suku yaitu: suku Banjar, Bugis, Jawa, Minang, dan suku Laut. Pada umumnya
mereka mempunyai mata pencaharian di bidang Pertanian Pangan,
Perkebunan, Nelayan dan sebagian lagi bergerak dibidang Kerajinan Industri
dan Perdagangan.
Table 3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Kecamatan
Tembilahan Kota.
No

Kelurahan

1 Tembilahan Kota
3 Seb. Tembilahan
4 Pekan Arba
Jumlah

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

13.274
4.084
3.071
33.644

11.309
3.177
2.794
29.430

24.583
7.261
5.865
63.074

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 23

Sumber : Kantor Camat Tembilahan

3.10.3 Visi dan Misi UPT Puskesmas Tembilahan Kota


Visi
Wujudkan Puskesmas Tembilahan Kota sebagai Puskesmas BULD (Badan
Layanan Umum Daerah) Tahun 2016
Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan yang prima dan berkesinambungan bagi
masyarakat Tembilahan dan sekitarnya.
2. Meningkatkan SDM UPTD Puskesmas Tembilahan Kota menjadi insane
yang disiplin dan professional dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
3. Menggerakkan segenap potensi masyarakat dalam pembangunan dibidang
kesehatan di Kecamatan Tembilahan dan sekitarnya.
4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berbasis Komputer
3.10.4 Motto UPTD Puskesmas Tembilahan Kota
Adapun Motto UPTD Puskesmas Tembilahan Kota adalah Kerja adalah
ibadah, kedisiplinan dan profesionalisme dijunjung tinggi.
3.10.5 Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Tembilahan adalah 1 buah
RSUD, 1 buah Puskesmas Induk, 2 buah Puskesmas Pembantu, 4 buah Rumah
Bersalin, 23 buah Posyandu.
3.10.6 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di UPTD Puskesmas Tembilahan Kota terdiri
dari 1 orang S2, 2 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 2 orang Sarjana
Kesehatan Masyarakat, 2 orang Sarjana Ekonomi, 1 orang Sarjana Sain
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 24

Terapan, 18 orang D3 Keperawatan, 4 orang D3 Kebidanan, 1 orang D3


Farmasi, 1 orang D3 Fisioterapi, 1 orang D3 Kesling, 13 orang D1 Kebidanan,
11 orang SPK, 2 orang Perawat Gigi, 2 orang Penilik Hygiene, 2 orang Analis,
1 orang Perawat Gigi, 1 orang Penjenang Kesehatan, dan 7 orang Tenaga
Administrasi.
3.10.7 Situasi Obat dan Bahan Habis Pakai
Obat-obatan di UPTD Puskesmas Tembilaahn Kota dikelola oleh
seorang Asisten Apoteker dan dibantu 3 orang staf. Pengadaan obat-obatan
esensial masih disubsidi dari gudang farmasi Kabupaten disamping itu juga
dari BKCKB Kabupaten terutama untuk obat-obatan KB, PT Askes dan juga
pengadaan sendiri oleh Puskesmas dengan memakai dana Askeskin dan dana
Intern Puskesmas Tembilahan Kota.Kadang kalanya UPTD Puskesmas
Tembilahan Kota juga menerima bantuan obat-obatan dari pihak lain, namun
sifatnya tempori.
Sedangkan bahan habis pakai untuk operasional Puskesmas seperti
ATK siambil dari dana kegiatan Puskesmas (pengobatan gratis dan
Askeskin),yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri
HIlir disamping juga dana intern Puskesmas.
3.10.8 Situasi Alat Kesehatan
Alat-alat kesehatan di UPTD Puskesmas Tembilahan Kota keadaannya
sangat berfariasi. Secara umum masih berfungsi dengan baik dengan artian
tidak mengganggu pelayanan Puskesmas, kemudian untuk alat-alat labor
dilakukan pengadaan alat-alat kimia darah untuk meningkatkan mutu
pelayanan labotarorium. Sebagian besar alat-alat kesehatan ini belum
dikalibrasi karena sulitnya tempat untuk kalibrasi alat tersebut.
Disamping itu untuk alat-alat non medis perlu ditambah seperti
mobiler, 3 unit computer, 1 unit Laptop dan 1 unit Infocus untuk mendukung
program simpus di Puskesmas Tembilahan Kota.
3.10.9 Transportasi dan Komunikasi
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 25

Umumnya alat transportasi yang digunakan masyarakat Tembilahan


adalah kendaraan roda dua dan roda empat serta becak sebagai sarana
transportasi tradisional yang sejak dulu dipergunakan. Untuk menjangkau
daerah terpencil yang merupakan daerah perairan masyarakat Tembilahan
biasanya mempergunakan sarana transportasi air seperti speed boat dan
pompong.
3.10.10 CAKUPAN PROGRAM KESEHATAN
3.10.10.1 Program Kesehatan Dasar (Basic Six)
Upaya Kesehatan Promosi
Adapun upaya Promosi kesehatan yang telah dilakukan oleh
Puskesmas Tembilahan Kota adalah sebagai berikut : penyuluhan kepada
kelompok-kelompok masyarakat, bimbingan teknis kepada kader posyandu,
kegiatan posyandu lengkap dengan 5 programnya, pelatihan kader posyandu
dan rapat koordinasi dengan lintas sector.
Hasil yang dicapai adalah :
Penyuluhan melalui kelompok masyarakat adalah 60%, jumlah posyandu
lengkap dengan 5 program adalah sebanyak 44% dari 44 posyandu yang ada,
kader yang dilatih sebanyak 30, kader yang aktif sebanyak 99%.
Upaya Kesehatan Lingkungan
Untuk kesehatan lingkungan, di Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tembilahan Kota memiliki sejumlah sarana sanitasi antara lain sebagai berikut
: sumur gali 899 buah, sumur pompa tangan 419 buah, tempat penampungan
air hujan 3290 buah, PDAM 3341 buah, jaga sehat 6216, jamban cemplung
5887 buah, SPAL 1601, TP2M (Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman)
58 buah dan TTU (Tempat-Tempat Umum) 224 buah. Disamping itu program
kesehatan lingkungan telah melakukan kegiatan-kegiatan selama 2008 yaitu
pengambilan sample air dengan metode H2S, penyuluhan tentang kebersihan
TTU. Dan dapat diketahui penduduk yang menggunakan air bersih sebanyak
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 26

12588 KK (62%), penduduk yang menggunakan jaga sehat sebanyak 6673


penduduk (66%), SPAL 1601 (25%), TP2M yang diperiksa dan memenuhi
syarat berjumlah 66%, TTU 89%.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
Kegiatan yang dilaksanakan Program Kesehatan Ibu dan Anak serta
Keluarga Berencana selama tahun 2008 ini meliputi pemeriksaan ibu hamil
baik di dalam gedung maupun di luar gedung beserta pemeriksaan
laboratorium ibu hamil, pelayanan KB kesehatan manunggal TNI yang
bekerjasama dengan tim kesehatan dari Kodim, penyuluhan kesehatan
refroduksi remaja di sekolah-sekolah SLTP, SLTA dan sederajat sebanyak 8
sekolah, terdiri SLTP 4 Sekolah, SLTA 4 sekolah, pemeriksaan DDTK
(Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita) dilakukan di puskesmas dan
posyandu di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tembilahan Kota yang terdiri
dari 2 kegiatan yaitu kunjungan bayi kontak pertama DDTK sebanyak 100
orang dan kunjungan anak balita dan anak prasekolah kontak pertama DDTK
sebanyak 188 orang.
Adapun cakupan program kesehatan ibu dan anak serta KB meliputi
sebagai berikut : cakupan kunjungan ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya untuk yang pertama kali (K1) adalah 1992 orang (115%),
cakupan kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya sebanyak 4
kali (K4) adalah 1802 orang (104%), cakupan bumil yang mendapatkan Fe 3
(90 tablet) sebanyak 1465 orang (84%), ibu hamil yang diperiksa gigi dan
mulut sebanyak 497 orang (29%). Persalinan dengan tenaga kesehatan
berjumlah 1683 orang (102%), sedangkan jumlah pasangan usia subur di
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tembilahan Kota berjumlah 10.072 orang,
jumlah KB baru 2843 orang, jumlah KB aktif 9425 orang dengan total jumlah
peserta KB secara keseluruhan berjumlah 12.268 orang.
Table 4. Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Tembilan Kota Tahun
2008
No

BULAN

TOTAL UMUM ASKES ASKESKIN

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 27

1
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Febuari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

4025
4304
3958
4848
4505
4894
4963
4548
3602
4286
4111
2782
50829

3083
3391
2976
3686
3431
3783
3989
3662
2899
3356
3163
2074
39496

462
469
544
666
612
630
576
513
413
464
462
390
6201

480
444
438
496
462
481
398
373
290
466
486
318
5132

Table 5. Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Tembilan Kota Tahun


2009
No
1
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

BULAN
Januari
Febuari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah

TOTAL UMUM ASKES ASKESKIN


2728
1975
397
322
2574
1866
416
292
2457
1807
367
283
2303
1692
387
224
1853
788
701
364
2471
1710
396
365
2469
1722
403
344
2821
2022
434
365
1833
1270
289
273
2669
1883
372
414
2165
1470
326
369
2293
1606
336
351
28636
19811
4824

Tabel 6. Jumlah Penduduk Per kelurahan Menurut Jenis Kelamin


Wilayah kerja UPT Puskesmas Tembilahan Kota
NO Kelurahan

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

Tembilahan Kota

13833

13904

27737

Pekan Arba

5263

5125

10388

Seberang Tembilahan

1911

1927

3838

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 28

Seberang Tembilahan Barat

1284

1267

2551

Seberang Tembilahan Selatan

1085

1071

2156

Jumlah

23376

23294

46670

Tabel 7. Sepuluh Penyakit Terbesar UPT Puskesmas Tembilahan Kota


Tahun 2014
NO

NAMA PENYAKIT

Puskesmas Tembilahan Kota


Jumlah

Laki-

Perempuan

laki
1.

Infeksi saluran pernafasan

4.471

2.334

2.137

30,36

atas
2.

Penyakit gigi dan mulut

1.901

847

1.054

12,91

3.

Hipertensi

1.870

1.034

836

12,70

4.

Gastroenteritis

1.798

850

948

12,21

5.

Infeksi kulit

1.348

615

733

9,15

6.

Penyakit Musculoskeletal

1.160

550

610

7.87

7.

Diabetes Mellitus

738

346

392

5,01

8.

Migren

665

264

371

4,51

9.

Penyakit Mata

643

25

348

4,36

10.

Hiperkolesterol

128

53

75

0,86

14.722

7.218

7.504

100

Jumlah

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 29

BAB III
METODE MINI PROJECT

3.1 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Konsep
Variabel bebas

Variabel terikat

Pengetahuan
Penyakit Polio

Sikap
Perilaku

3.1.2

Hipotesis (H1)

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan Penyakit Polio di wilayah


Posyandu Semangka
2. Ada hubungan antara sikap Masyarakat dengan Penyakit Polio di wilayah
Posyandu Semangka
3. Ada hubungan antara perilaku Masyarakat dengan Penyakit Polio di
wilayah Posyandu Semangka
3.2 . VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable), meliputi:
Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di wilayah kerja Posyandu
Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota.
2. Variable terikat (dependent variable), meliputi :
Penyakit Polio, dimana data kejadian Penyakit Polio di peroleh dari hasil
perhitungan kuisioner tentang kejadian Penyakit Polio di wilayah kerja
Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 30

3.3 RANCANGAN PENELITIAN


Metode penelitian yang dilakukan berupa observasional dengan desain cross
sectional study yaitu rancangan study epidemiologi yang mempelajari hubungan
antara subject penelitian dan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati
subject penelitian dan status paparan pada individu dari populasi tunggal pada
suatu periode.
Status paparan yang dimaksud pada penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap dan
perilaku korespondensi serta Penyakit Polio. Dan populasi tunggal diperoleh dari
Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota.
3.4 WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2016 di Posyandu Semangka
UPT Puskesmas Tembilahan Kota.
3.5 POPULASI DAN SAMPLE
3.5.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit analisis yang karakteristiknya akan diteliti.
Populasi penelitian yaitu Masyarakat di wilayah Posyandu Semangka UPT
Puskesmas Tembilahan Kota.
3.5 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi, penelitian ini mengadopsi
teknik pengambilan sampling dengan menggunakan purposive sampling, yaitu
teknik pengambilan sampling dengan cara menentukan orang yang akan diteliti
dengan kriteria inklusi sampel yang akan diambil adalah:

Berumur > 17 tahun atau sudah menikah


Tidak mengalami gangguan mental dan fisik
Bersedia menjadi responden
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel

adalah menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

Dimana :
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 31

n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
33
0

180,8 =
181

3.6 INSTRUMEN MINI PROJECT


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan
penduduk di Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota.
Data pribadi
Kejadian Penyakit Polio pada Posyandu Polio
12 pertanyaan mengenai pengetahuan masyarakat terhadap Polio pada

Balita.
8 pernyataan mengenai sikap masyarakat terhadap Polio pada Balita.
5 pernyataan mengenai perilaku masyarakat terhadap Polio pada Balita.

3.7 TEKNIK PENILAIAN


Pengukuran tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, dan perilaku serta penyakit
polio wilayah Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota.
Berdasarkan jawaban pertanyaan yang di berikan pada responden menggunakan
skala pengukuran Hadi Pratomo dan Sudarti (1986) dengan definisi sebagai
berikut :
a. Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar > 80 % dari
keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
b. Sedang, apabila responden dapat menjawab dengan benar antara > 61-79%
c.

dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan.


Kurang, apabila responden dapat menjawab benar < 60 % dari nilai
keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

Kunci Jawaban
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 32

a. Pengetahuan tentang Penyakit Polio


Apabila responden menjawab jawaban bernar diberi nilai 1, apabila
responden menjawab jawaban salah diberi nilai 0
b. Sikap tentang Penyakit Polio
Apabila responden menjawab Setuju diberi nilai 1, apabila responden
menjawab Tidak setuju diberi nilai 0.
a. Perilaku tentang Penyakit Polio
Apabila responden menjawab Ya diberi nilai 1, apabila responden
menjawab Tidak diberi nilai 0.
Total skor pengetahuan, sikap dan perilaku tentang Penyakit Polio adalah 25.

3.8

BENTUK KEGIATAN

Bentuk kegiatan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan


pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat serta penyakit polio di Posyandu
Semangka Tembilahan Kota Kecamatan Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir,adalah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

Pengisian Kuisioner
Penyuluhan tentang Polio pada Balita
Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
Diskusi dengan pembimbing.
Menyerahkan laporan penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Analisa Data


4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.1.1
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Posyandu Semangka
UPT Puskesmas Tembilahan Kota

NO

Tingkat Pendidikan

Jumlah Jiwa (%)

SD

47

25,40

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 33

SMP

38

20,54

SMA

48

25,94

D3

26

14,05

SARJANA

26

14,05

185

100

Total
Diagram 4.1.1

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Posyandu Semangka UPT Puskesmas


Tembilahan Kota

Keterangan :
Berdasarkan tabel dan diagram 4.1.1 terlihat bahwa dari 185 responden terdapat 48
responden (25,94 %) berpendidikan SMA, 47 responden (25,40%) berpendidikan SD,
38 responden (20,54%) berpendidikan SMP, 24 responden (14,05%) berpendidikan
D3, 24 responden (14,05%) berpendidikan Sarjana.
Kesimpulan :
Berdasarkan Keterangan di atas, Responden di Posyandu Semangka yang menempati
proporsi tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA sebanyak 48 orang (25,94%)

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 34

4.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur


Tabel 4.1.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Posyandu Semangka UPT
Puskesmas Tembilahan Kota
NO
1
2
3
4

Umur (tahun)
17-25
26-35
36-50
>50

F
37
67
43
38

Jumlah Jiwa (%)


20,00
36,21
23,24
20,54

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 35

Diagram 4.1 2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan
Kota

Keterangan :
Berdasarkan tabel dan diagram 4.2.1 terlihat bahwa dari 185 responden terdapat 67
responden (36,21%) berusia 26-35 tahun, 43 responden (23,34%) berusia 36-50 tahun,
38 responden (20,54%) berusia >50 tahun dan 37 responden (20,00%) berusia 17-25
tahun.
Kesimpulan :
Berdasarkan Keterangan di atas didapatkan bahwa umur responden terbanyak berada
pada rentang usia 26-35 tahun.

4.3.1.Data Suspect Penyakit Polio di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tembilahan

Kota
NO

Tahun

Angka

Jumlah Jiwa (%)

Kejadian
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 36

1
2
3
4
5

Polio
2011
2 orang
2012
1 orang
2013
2 orang
2014
2 orang
2015
5 orang
Jumlah Kejadian Suspect = 12 orang

16,66
8,33
16,66
16,66
41,66

Diagram 4.3.1
Angka kejadian Suspect Polio di Wilayah UPT Puskesmas Tembilahan Kota

Keterangan :

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 37

Berdasarkan Tabel dan diagram 4.3.1 terlihat bahwa angka kejadian polio pada tahun
2015 sebanyak 5 orang (42%), pada tahun 2014 sebanyak 2 orang (16%), pada tahun
2013 sebanyak 2 orang (16%), pada tahun 2012 sebanyak 1 orang (8%) dan pada
tahun 2011 sebanyak 2 orang (16%).
Kesimpulan :
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan angka kejadian suspect polio
terbanyak yakni pada tahun 2015 sebanyak 5 orang
4.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit
Polio Pada Bayi dan Balita di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan
Kota
Tabel 4.4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit
Polio di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
NO

Jumlah Nilai Benar

Jumlah Jiwa

1
2
3
Jumlah

Baik/ > 80 %
Sedang/ > 61-79%
Kurang/ < 60%

73
62
50
185

(%)
39,45
34,59
27,02
100

Diagram 4.4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Polio di
Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 38

Keterangan :
Berdasarkan table dan diagram 4.4.1 terlihat bahwa dari 185 responden, yang
memiliki pengetahuan baik tentang Polio sebanyak 73 orang (39,45%), yang
memiliki pengetahuan sedang tentang Polio sebanyak 62 orang (34,59%) dan yang
memiliki pengetahuan kurang tentang Polio sebanyak 50 orang (27,02%).
Kesimpulan :
Berdasarkan Keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit polio.
4.5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit
Polio Pada Bayi dan Balita di Posyandu Semangka UPT Tembilahan Kota
Tabel 4.5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat tentang Penyakit Polio di
Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota

NO

Jumlah Nilai Benar

Jumlah Jiwa
(%)

Baik/ >80 %

81

43,78

Sedang/ >61-79%

54

29,18

Kurang/ <60 %

50

20,72

185

100

Jumlah

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 39

Diagram 4.5 1
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Polio di Posyandu
Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota

Keterangan :
Berdasarkan table dan diagram 4.5.1 terlihat bahwa dari 185 responden yang memiliki
Sikap Baik tentang Penyakit Polio sebanyak 81 orang (43,78%), yang memiliki
Sikap Sedang tentang Penyakit Polio sebanyak 54 orang (29,18%) dan memiliki
Sikap Kurang tentang Penyakit Polio sebanyak 50 orang (20,72%).
Kesimpulan :
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
sikap yang baik tentang penyakit polio
4.6.1 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit
Polio Pada Bayi dan Balita di Posyandu Semangka UPT Tembilahan Kota
Tabel 4.6.1
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Polio
di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
NO
1
2

Jumlah Nilai Benar


Baik/ > 80 %
Sedang/ > 61-79%

Jumlah Jiwa

83
57

(%)
44,86
30,81

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 40

3
Jumlah

Kurang/ < 60%

45
185

24,32
100

Diagram 4.6 1
Distribusi Responden Menurut Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Polio di Posyandu Semangka
UPT Puskesmas Tembilahan Kota

Keterangan :
Berdasarkan tabel dan diagram 4.6.1 terlihat bahwa dari 185 responden yang memiliki
Perilaku Baik tentang Polio sebanyak 83 orang (44,86%), yang memiliki Perilaku
Sedang tentang Polio sebanyak 57 orang (30,81%) dan yang memiliki Perilaku
Kurang tentang Polio sebanyak 45 orang (24,32%).
Kesimpulan :
Dari Keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
perilaku yang baik tentang penyakit polio

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 41

BAB V
KESIMPULAN

5.1.1

Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian dan Keterangan pada bab IV, maka dapat ditarik

beberapa simpulan sebagai berikut :


1. Dari keseluruhan data yang diperoleh disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pengetahuan masyarakat dengan penyakit polio dimana diperoleh dari
data spss nilai P 0,042 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan
2. Dari keseluruhan data yang diperoleh disimpulkan bahwa ada hubungan antara
sikap masyarakat dengan penyakit polio dimana diperoleh dari data spss nilai
P 0,021 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 42

3. Dari keseluruhan data yang diperoleh disimpulkan bahwa ada hubungan antara
perilaku masyarakat dengan penyakit polio dimana diperoleh dari data spss
nilai P 0,034 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan
4. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 185 orang yang diambil dari populasi
masyarakat di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
5. Dilihat dari usia responden pada umumnya berusia 26-35 tahun (36,21%).
6. Dilihat dari segi pendidikan responden pada umumnya memiliki tingkat
pendidikan terbanyak yakni SMA (25,94%).
7. Data Suspect Penyakit Polio yang didapat selama 5 tahun yang terbanyak
yakni pada tahun 2015 dimana sekitar 5 orang penderita polio (41,66%), tahun
2011 sebanyak 2 orang (16,66%), 2012 sebanyak 1 orang (8,33%), tahun 2013
sebanyak 2 orang (16,66%) dan tahun 2014 sebanyak 2 orang (16,66%)

8. Dari data yang diperoleh tidak ditemukan adanya pasien dengan kasus positif
polio
9. Sebagian besar responden memiliki Pengetahuan baik mengenai penyakit
polio yakni 73 orang (39,45%) yang artinya sebagian besar responden
mengerti mengenai penyakit polio, penyebab polio, penularan polio,
pencegahan polio, dan khususnya mengenai vaksinasi polio
10. Sebagian besar responden memiliki Sikap baik mengenai penyakit polio yakni
81 orang (43,78%) yang artinya sebagian besar responden setuju untuk
memberikan imunisasi polio kepada anak mereka, menyarankan imunisasi
polio kepada orang tua yang lain, tahu bagaimana prosedur bila menemukan
kecurigaan terhadap polio dan responden tidak khawatir terhadap efek
samping vaksin yang diberikan
11. Sebagian besar responden memiliki Perilaku baik mengenai penyakit polio
yakni 83 orang (44,86%) yang artinya sebagian besar anak-anak responden
sudah mendapatkan imunisasi polio, sebagian besar responden sudah
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 43

mengetahui tentang PIN (Pekan Imunisasi Nasional) polio serta dengan


sukarela mengikuti PIN
5.1.2

Saran

1. Meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit polio di


Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
2. Dengan adanya penelitian ini, bagi Puskesmas diharapkan dapat membuat
program yang bersifat promotif dan preventif tentang Polio kepada seluruh
masyarakat di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
3. Melakukan pendekatan dan motivasi kepada masyarakat yang belum ikut serta
dalam upaya pencegahan,sehingga seluruh masyarakat di Posyandu Semangka
UPT Puskesmas Tembilahan Kota dapat ikut serta dalam usaha pencegahan
angka kesakitan akibat Polio

DAFTAR PUSTAKA

Arifah. 2008. Tinjaun Plaksanaan Surveilans AFP dan Karakteristik Kasus AFP Serta
Hasil Diagnosis Polio Klinis di propinsi Jawa Barat 2007. (Skripsi). Program
Sarjana Falkultas Kesehatab Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Blum, Hedrik L. 2012. Planning For Health Development and Aplication of Social
Change Theory. Human science Press.
Chin, James. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Infomedika. Jakarta
Cono J and Alexander L.N. 2007. Poliomyelitis, Vaccine Preventable Diseases
Surveilans Manual, 3rd Edition, Chapter 10. CDC Publications. Atlanta.
Ditjen PP & PL. 2007. Poliomyelitis Akut.
Judarwanto, Widodo. 2006. Manifestasi Klinis dan penyebaran Polio.
Pt. Biofarma. 2007. Vaksinasi Polio.
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 44

RSPI, 2007. Pusat Informasi Infeksi Khususnya HIV/AIDS 2007. Mengenal Penyakit
Polio.
Sackett, David L., et all. 2010. Evidance Base Medicine. How to practice and Teach
EBM. Churchill Livingstone.
Surya, Thomas Lukky. 2007. Gambaran Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penyakit Poliodi Kabupaten Bogor Tahun. (Skripsi). Program Sarjana Fakultas
Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Wahyuwono, Gendro. 2008. Penelitian Isolasi dan Differensiasi intratypic virus Polio
pada Kasus Kelumpuhan dan Kontak Person di Jawa dan Sumatra. Jakarta.

LAMPIRAN 1

Kuesioner
Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Mengenai
Penyakit Polio di Posyandu Semangka

Identitas responden
Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Penghasilan perbulan :
Jumlah anak dalam keluarga :
Pengetahuan Responden

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 45

1. Menurut anda apakah penyakit polio itu ?


a. Penyakit tulang
b. Penyakit otot
c. Penyakit saraf
d. Penyakit kutukan
2. Menurut anda, apa penyebab penyakit polio ?
a. Bakteri atau kuman
b. Parasit ( cacing, nyamuk, serangga)
c. virus
d. kutukan
3. Menurut anda penyakit polio menular melalui apa ?
a. ludah
b. darah
c. makanan dan minuman
d. kotoran (tinja)
e. sentuhan
4. Menurut anda, siapa saja yang beresiko (yang bisa) terkena polio ?
a.Bayi dan balita
b.Anak-anak umur 5-11 tahun
c.Orang dewasa
5. Menurut anda, apakah polio dapat disembuhkan ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
6. Menurut anda, apakah penyakit ini dapat dicegah ?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 46

7. Menurut anda bagaimanakah cara mencegahnya ?


a. Berdoa
b. Menjaga kebersihan
c. Memasak makanan dan minuman sampai matang
d. Tidak dekat-dekat penderita polio
e. Melalui imunisasi
8. Apakah anda pernah mendengar mengenai vaksin polio ?
a. pernah
b. Tidak
9. Apakah kegunaan vaksin polio ?
a. Mengobati penyakit polio
b. Mencegah penyakit polio
c. Tidak tahu
10. Menurut anda dimana sajakah kita bisa mendapatkan vaksin polio ?
a. Apotik
b. Semua pusat kesehatan ( Rumah sakit, puskesmas,dll)
c. Dukun
11. Menurut anda, apakah vaksin polio yang dipakai sekarang aman untuk
digunakan ?
a. Ya
b. Tidak
12. Bila menurut anda tidak aman, apa bahayanya ?
a. Menyebabkan lumpuh/ cacat
b. Dapat menyebabkan kematian
c. Dapat membuat sakit

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 47

Sikap Responden
13. Apakah anda setuju dengan diberikannya imunisasi polio ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
14. Apakah anda menyarankan imunisasi polio kepada anak-anak yang lain ?
a. Ya
b. Tidak
15. Takutkah anda setelah diberi vaksin polio anak anda menjadi sakit ?
a. Takut
b. Tidak takut
16. Pernahkah anda menemukan anak yang terkena polio / lumpuh layu ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
17. Jika anda menemukan anak yang terkena polio atau lumpuh layu, apa yang akan
anda lakukan ?
a. Lapor ke petugas kesehatan
b. Lapor ke pemimpin agama
c. Tidak berbuat apa-apa
18. Jika anda menemukan anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio apa
yang akan anda lakukan ?
a. Lapor kepada petugas kesehatan
b. Diajak ke puskesmas terdekat
c. Dibiarkan saja
19. Menurut anda, apakah penyuluhan tentang polio yang telah diberikan sudah cukup
?
a. Kurang
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 48

b. Cukup
20. Menurut anda, siapakah yang seharusnya memberi penyuluhan tentang polio ?
a. Kader kesehatan
b. Pamong desa
c. Pemimpin agama
d. Petugas kesehatan

Perilaku responden
21. Sudahkah semua anak anda selesai diimunisasi polio ?
a. Sudah
b. Belum
22. Jika anak anda ada yang belum diimunisasi polio, mengapa ?
a. Belum cukup umur
b. Tidak ada biaya
c. Waktu akan diimunisasi sedang sakit
d. Takut anak menjadi sakit
23. Apakah anda mengetahui tentang PIN (Pekan Imunisasi Nasional) ?
a. Ya
b. Tidak
24. Bila anda mengetahui tentang PIN (Pekan Imunisasi Nasional) apakah anak anda
yang berusia < 5 tahun diikutsertakan dalam PIN (Pekan Imunisasi Nasional) ?
a. Ya
b. Tidak
25. Hal apa yang membuat anda mengikuti PIN?
a. Keinginan sendiri
b. Terpaksa
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 49

c. Disarankan oleh petugas kesehatan


d. Disarankan oleh pemimpin agama

LAMPIRAN 2

Hubungan Pengetahuan,Sikap dan Perilaku terhadap Data


Suspek Polio
Correlations

pengetahuan

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Sikap

Pearson Correlation

pengetahuan
1

sikap
,816(**)
,000

Perilaku
,812(**)
,000

suspek
,150(*)
,042

185

185

185

185

,816(**)

,797(**)

,170(*)

,000

,021

Sig. (2-tailed)

,000

185

185

185

185

,812(**)

,797(**)

,156(*)

Sig. (2-tailed)

,000

,000

185

185

185

185

,150(*)

,170(*)

,156(*)

,042

,021

,034

185
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

185

185

Perilaku

Suspek

Pearson Correlation

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

,034

185

Berdasarkan nilai signifikan :


Dari output di atas diketahui antara pengetahuan (X1) dengan sikap (x2) nilai signifikan 0,000
< 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara pengetahuan (x1) dengan perilaku
(x3) nilai signifikan 0,000 < 0.05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara
pengetahuan (x1) dengan suspek (Y) nilai signifikan 0,042 <0,05 berarti terdapat hubungan
yang signifikan.

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 50

Dari output di atas diketahui antara sikap (x2) dengan pengetahuan (x1) nilai signifikan
0,000<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara sikap (x2) dengan perilaku (x3)
nilai signifikan 0,000<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara sikap (x2)
dengan suspek (Y) nilai signifikan 0,021<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
Dari output di atas diketahui antara perilaku (x3) dengan pengetahuan (x1) nilai signifikan
0,000<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara perilaku (x3) dengan sikap (x2)
nilai signifikan 0,000<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara perilaku dengan
suspek (Y) nilai signifikan 0,034 < 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded(
a)
Total

185

%
100,0

,0

185
100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,926

N of Items
3

Dari hasil uji reliabilitas :


nilai cronbach's alpha yang diperoleh sebesar 0,926, artinya kuesioner ini sudah reliabel
karena lebih besar dari nilai 0,30

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 51

LAMPIRAN 3

Gambar 1. Penyerahan bingkisan kepada kader posyandu semangka

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 52

Gambar 2. Penyuluhan tentang Polio

Gambar 3. Foto bersama Ketua RT dan Kader Posyandu Semangka

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 53

Gambar 4. Pengisian kuesioner dengan metode door to door

Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 54

Anda mungkin juga menyukai