PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan virus polio yang dapat
hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit
ini. Wabah polio di Indonesia yang baru pertama kali terjadi sejak sepuluh tahun
terakhir memaksa pemerintah untuk memberikan vaksinasi polio kepada 6,5 juta
anak-anak. Selanjutnya 24 juta anak-anak di seluruh Indonesia akan mendapatkan
vaksinasi yang akan dimulai 31 Agustus mendatang.
Berdasarkan Proyeksi penduduk dari Sensur BPS pada tahun 2006 dan 2007
ini Provinsi Riau mendapar target penemuan AFP sebanyak 28 kasus. Target ini
dialokasikan ke 9 Kabupaten dan 2 Kota dimana masing-masing Kabupaten / Kota
harus menemukan kasus AFP sesuai target yang diberikan. Pada tahun 2006, telah
berhasil menemukan kasus AFP dan memeriksakannya ke Laboratorium sebanyak 34
kasus dengan 68 spesimen atau AFP Rate (2,4) dan pada tahun 2007 ( sampai 31
Agustus ) telah ditemukan 31 kasus atau AFP rate (3,28) anak usia < 15 tahun artinya
Provinsi Riau telah berhasil melampaui target yang diberikan.
Dari 68 spesimen tahun 2006 dan 62 spesimen tahun 2007 hasil pemeriksaan
dinyatakan Negatif Virus Polio atau Non Polio. Ini menandakan di Riau sudah tidak
lagi mempunyai virus Polio. Namun tidak boleh cepat puas karena ancaman virus
Polio import masih tetap ada karena masih ada negara-negara yang endemis seperti
India, Bangladesh dan Yamen, juga seperti yang terjadi pada tahun 2005 Indonesia
kemasukan virus Polio import dari Negara sudan,
Berdasarkan survey awal dari penelitian sebelumnya di Tawangsari Sukoharjo
pada tahun 2012 jumlah kunjungan ibu yang mengimunisasi polio bayinya sejumlah
277 orang. Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 ibu yang mengimunisasi polio
pada bayinya, hanya 3 orang yang paham tentang imunisasi polio dan 7 orang yang
tidak paham tentang imunisasi polio. Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui
bahwa masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang imunisasi polio.
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengangkat topik Polio sebagai Mini project.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Bersadarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah
TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Masyarakat terhadap Penyakit Polio di Posyandu Semangka
1.3.2. TUJUAN KHUSUS
1.3.2.1. Untuk mengetahui
hubungan Pengetahuan
Masyarakat
MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Bagi Puskesmas Tembilahan Kota
Merupakan bahan masukan untuk
menilai
gambaran
tingkat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polio
2.1.1
Defenisi
Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke
tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (QQ_Scarlet, 2008). Infeksi virus polio terjadi di dalam saluran
pencernaan yang menyebar ke kelenjar limfe regional sebagian kecil menyebar ke
sistem syaraf (Chin, 2006: 482). Yuwono dalam Arifah (2008) menambahkan bahwa
syaraf yang diserang adalah syaraf motorik otak dibagian grey matter dan kadang
kadang menimbulkan kelumpuhan.
Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok
umur yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus polio (Surya, 2007).
Risiko kelumpuhan meningkat pada usia yang lebih tinggi, terutama bila menyerang
individu lebih dari 15 tahun (Sardjito, 1997 dalam Utami 2006). WHO
memperkirakan adanya 140.000 kasus baru dari kelumpuhan yang diakibatkan oleh
poliomyelitis sejak tahun 1992 dengan jumlah keseluruhan penderita anak yang
menderita lumpuh akibat polio diperkirakan 10 sampai 20 juta orang (Biofarma,
2007).
Pemenuhan kriteria telah ditetapkan WHO dan berhubungan dengan
persyaratan spesimen tinja untuk diuji di laboratorium. Hal yang berhubungan dengan
spesimen tinja surveilans AFP antara lain ketepatan waktu pengambilan sampel yang
optimum yaitu tidak lebih dari 14 hari terjadinya paralysis, jumlah spesimen yang
diambil dengan jumlah yang cukup sebanyak 2 kali, dengan selang waktu 24 jam,
menggunakan wadah khusus untuk diuji di laboratorium, penanganan dan pengiriman
spesimen harus dilakukan sedemikian rupa sehingga suhunya terjaga 2-8 derajat dan
tetap dalam keadaan segar (Ditjen PP & PL, 2006).
2.1.2
Penyebab penyakit
Poliovirus (genus enterovirus) tipe 1, 2 dan 3, semua tipe dapat menyebabkan
kelumpuhan. Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua kasus kelumpuhan, tipe 3 lebih
jarang, demikian pula tipe 2 paling jarang. Tipe 1 paling sering menyebabkan wabah.
Sebagian besar kasus vaccine associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3. (Surya, 2007).
2.1.3
Gejala Klinis
Menurut Chin (2006: 482485), gejala yang bisa muncul berupa
tidak langsung melalui sumber air dimana virus berada dalam air buangan masuk ke
sumber sumber air tersebut akibat sanitasi yang rendah. (Wahyuhono, 2008)
Peralatan dan barang-barang yang tercemar dapat berperan sebagai media
penularan. Belum ada bukti serangga dapat menularkan virus polio, sedangkan air dan
limbah jarang sekali dilaporkan sebagai sumber penularan. Kontaminasi virus melalui
makanan dan air yang dipakai bersama dalam suatu komunitas untuk semua keperluan
sanitasi dan makan-minum, menjadi ancaman untuk terjadinya wabah (Surya, 2007).
2.1.6
hanya sekitar 1% dari infeksi. Sebagian dari penderita ini akan sembuh dan yang
masih tetap lumpuh berkisar antara 0,1% sampai 1%. Angka kelumpuhan pada orangorang dewasa non imun yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan anak dan
bayi yang non imun (Chin 2006, 482).
Kekebalan spesifik yang terbentuk bertahan seumur hidup, baik sebagai akibat
infeksi virus polio maupun inapparent. Serangan kedua jarang terjadi dan sebagai
akibat infeksi virus polio dengan tipe yang berbeda. Bayi yang lahir dari ibu yang
sudah diimunisasi mendapat kekebalan pasif yang pendek. Resiko tinggi tertulari
polio adalah kelompok rentan seperti kelompok-kelompok yang menolak imunisasi,
kelompok minoritas, para migran musiman, anak-anak yang tidak terdaftar, kaum
nomaden, pengungsi dan masyarakat miskin perkotaan (Ditjen PP & PL, 2006).
2. 1.7 Faktor Faktor yang Memungkinkan Timbulnya Poliomyelitis
Faktor yang memungkinkan timbulnya poliomyelitis menurut Soerbakti (1989)
antara lain: 1) Tingginya angka Tripple Negatif, 2) Perbaikan Lingkungan, 3)
Perkembangan Pesat dibidang Transportasi, 4) Keadaan Sosial Ekonomi. Angka
Tripple Negatif adalah belum adanya antibodi terhadap virus polio. Asumsi mengenai
tingginya angka tersebut adalah 1) faktor penghambat dari sesama enterovirus
lainnya, 2) faktor penghambat dalam pembentukan antibodi lainnya. Faktor
penghambat dalam pembentukan antibodi salah satu penyebabnya adalah status gizi
yang buruk. Gangguan sistim imunitas pada penderita kurang kalori protein dapat
berupa gangguan selluler yaitu fungsi makrofag dan leukosit serta sifat komplemen
(Sumarno dan Siahaan, M. dalam Arifah, 2008).
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 7
Cara-cara penanggulangan
Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan
presumtif dibuat dengan adanya peningkatan titer antibodi empat kali lipat atau lebih,
namun neutralizing antibodies spesifik mungkin sudah muncul begitu kelumpuhan
terjadi. Respons antibodi setelah pemberian imunisasi sama dengan respons antibodi
sebagai akibat infeksi virus polio liar. Oleh karena pemakaian vaksin polio yang berisi
virus hidup sangat luas, maka interpretasi terhadap respons antibodi menjadi sulit
apakah karena disebabkan virus vaksin ataukah virus liar. Kecuali untuk
mengesampingkan diagnosa polio pada anak-anak dengan immunocompetent namun
tidak terbentuk antibodi (RSPI, 2007).
2.2.2
Jadi gejala awalnya biasanya tidak bisa berjalan, atau gangguan berjalan.
Sebaliknya penyembuhannya diawali dari bagian atas tubuh ke bawah, sehingga bila
ada gejala sisa biasanya gangguan berjalan (Fredericks et all, dalam Ikatan Fisioterapi
Indonesia, 2007).
GBS disebabkan karena adanya infeksi dari virus. Hasil penelitian di
Karnataka, India (tahun 1979) saat terjdi KLB Japanese encephalitis Virus (JEV) pada
daerah endemik JEV untuk melihat apakah infeksi dari JEV adalah kejadian yang
mendahului sebelum timbulnya GBS, menunjukkan bahwa 64% dari 33 pasien
dilaporkan menunjukkan adanya hubungan antara keduanya (WHO, 2008).
2.2.2.3 Myelitis Transvers
Pola kelumpuhan simetris dan statis. Demam kadang-kadang terjadi dan
kadangkadang tidak. Terjadi gangguan sensasi/rasa raba dan refleks tendon berkurang
atau negatif dan akan kembali normal dalam waktu 1 s/d 3 minggu. Gejala khas
penyakit ini adalah gangguan sensoris sesuai tingkat kerusakan, gangguan proses
berkemih dan defekasi, sering sakit yang berhubungan dengan pinggang.
(Wahyuwono, 2008).
2.3
Surveilans
Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2008, surveilans
merupakan mempunyai konsep dasar hampir sama seperti konsep pada manajemen
data didalamnya ada 4 langkah yang dimulai dari pengumpulan, pengolahan, analisa,
penyajian dan umpan balik.
2.3.1 Definisi Kasus
Pada surveilans untuk mendefinisikan suatu kasus diperlukan kriteria standar
gejala klinisnya. Kasus yang hanya berdasarkan gejala klinis di masukkan dalam
kriteria kasus suspek/tersangka. Sedangkan kasus suspek yang secara epidemiologi
berhubungan dengan kasus yang terbukti secara laboratorium dimasukkan dalam
kriteria kasus probable/kemungkinan. Dan kasus suspek dengan isolasi virus atau
terdeteksi adanya antigen dimasukkan dalam kriteria kasus confirmed/pasti. (Ditjen
PPM & PL, 2006).
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 11
dapat
digunakan
untuk
mengamati
kecenderungan
dan
Surveilans AFP
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua kasus
lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun yang merupakan kelompok umur
yang rentan terhadap penyakit polio. Dalam hal ada keraguan dalam menentukan sifat
kelumpuhan apakah akut dan flaccid, atau ada hubungannya dengan ruda
paksa/kecelakaan, laporkanlah kasus tersebut sebagai kasus AFP. Semua penderita
berusia < 15 tahun atau lebih yang diduga kuat sebagai kasus poliomielitis oleh
dokter, dilakukan tata laksana seperti kasus AFP (Cono, J ad L.N,, 2007).
Pada surveilans AFP, pengamatan difokuskan pada kasus poliomielitis yang
mudah
diidentifikasikan,
yaitu
poliomielitis
paralitik.
Ditemukannya
kasus
Imunisasi
Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme
pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh
dengan benda asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim
imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi
tubuh dari serangan
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) (Musa, 1985).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien dalam mencegah
penyakit dan merupakan bagian kedokteran preventif yang mendapatkan prioritas.
Sampai saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan
kematian dan cacat, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal.
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 13
terbukti sangat cost ef-fective. Banyak kematian dan kecacatan yang disebabkan
oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, dengan salah satu berupa
imunisasi polio. Eradikasi polio secara global akan memberi keuntungan secara
finansial. Berdasarkan studi, biaya jangka pendek yang dikeluarkan untuk mencapai
tujuan eradikasi tidak akan seberapa dibanding dengan keuntungan yang akan didapat
dalam jangka panjang, seperti terhindarnya anak-anak yang menjadi cacat karena
polio.
Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi bebas polio bersama dengan
negara anggota WHO di South East Asia Region. Namun keberhasilan tersebut masih
menyisakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Diantaranya,
berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan oleh WHO tahun 2011 sampai 2014,
Indonesia dinyatakan berisiko tinggi terhadap importasi virus polio dan Komite
Penasehat Ahli Imunisasi (ITAGI) merekomendasikan Indonesia untuk melaksanakan
kegiatan PIN Polio.
Berdasarkan kondisi diatas, saat ini Indonesia serius melakukan gerakan
eradikasi penyakit polio. Pada bulan Mei 2012, World Health Assembly (WHA)
mendeklarasikan bahwa eradikasi polio adalah salah satu isu kedaruratan kesehatan
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 14
masyarakat dan perlu disusun suatu strategi menuju eradikasi polio (Polio Endgame
Strategy).
Target eradikasi polio dunia sendiri merupakan salah satu komitmen global
yang harus dicapai pada tahun 2018. Salah satu kesepakatan global dalam rangka
mencapai tujuan eradikasi polio, berupa pelaksanaan Strategi Eradikasi Polio (Polio
Endgame Strategy) yang terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan berikut :
1. Pelaksanaan penguatan herd imunity dan intensifikasi rutin imunisasi
dengan sweeping dan backlog fighting
2. Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio pada Maret 2016
3. Penggantian vaksin polio tetes trivalent (toPV) menjadi vaksin polio tetes
bivalen (bOPV) pada April 2016
4. Sosialisasi pelaksanaan vaksin polio suntik (IPV) ke dalam imunisasi rutin
bayi pada Juli 2016
Dalam rangka persiapan untuk penggantian seluruh OPV, WHO dalam
position papernya bulan januari 2014 (Weekly Epidemiological Record,28 Februari
2014) merekomendasikan bahwa semua negara yang menggunakan OPV mulai
memperkua sistem imunisasi dan introduksi IPV (Inactivated Polio Vaccine)
setidaknya satu dosis ke dalam program rutin pada akhir tahun 2015. Hal ini
dikarenakan penggantian tOPV menjadi bOPV sangat penting.
Terkait dengan strategi penggantian vaksin polio tetes trivalent (tOPV)
menjadi vaksin polio bivalen (bOPV) penting untuk kita ketahui, tOPV mengandung
tiga serotipe (1,2,3) dan penggunaannya telah berhasil mengeradikasi virus polio tipe
2 dimana kasus terakhir dilaporkan tahun 1999. Saat ini lebih dari 90 % kasus cVDPV
dan diperkirakan 40% kasus VAPP berkaitan dengan tipe 2 sebagai komponan dari
tOPV
Pemberian minimal satu dosis IPV akan mengurangi risiko VAPP dan cVDPV.
OPV akan diganti secara bertahap dimulai dengan menghilangkan serotipe 2 dari
tOPV menjadi bOPV yang hanya mengandung sero tipe 1 dan 3 sehingga bisa terus
melindungi transmisi virus polio liar tipe 1 dan 3. Penggunaan OPV harus dihentikan
ketika semua virus polio liar sudah dieradikasi.
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio dilaksanakan diantaranya dengan
pertimbangan bahwa masih banyak ditemukan cluster dengan banyak sasaran
imunisasi tidak lengkap atau tidak ditemukan catatan status imunisasi polionya
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 15
instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran (Azwar dalam Tniyamani, 2007).
Menurut Sackett (2010), validitas berdasar kriteria menggambarkan seberapa
jauh hasil satu pengukuran sesuai dengan hasil pengukuran lain dengan menggunakan
instrumen yang dianggap standar. Validitas berdasar kriteria dinilai dengan
membandingkan hasil satu pengukuran dengan pengukuran menurut gold standard.
Nazir dalam Tniyamani (2007) membagi validitas dalam beberapa kategori,
yaitu a). concurrent validity adalah validitas hubungan antara skor dengan kinerja, b).
construct validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis
apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk
tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran, c). face validity
adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan
bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur, d). factorial validity dari sebuah
alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan
dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini
diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor, e). empirical validity adalah
validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria (ukuran
yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran), f).
intrinsic validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba
untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat
ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur, g). predictive validity adalah
validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja
seseorang di masa mendatang, h). content validity adalah validitas yang berkenaan
dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi, i). curricular validity adalah
validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai
seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur
aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Koefisien validitas hanya mempunyai makna apabila memiliki harga yang
positif. Semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasiln
ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak pernah mencapai
angka maksimal atau mendekati angka 1. Suatu koefisien validitas yang tinggi lebih
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 17
sulit untuk dicapai dari pada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan
estimasi terhadap validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien validitas
diperoleh hanya dari komputasi statistika antara skor tes dengan standar baku yang
besarnya disimbolkan oleh rxy tersebut (Tniyamani, 2007).
2.9. Pengetahuan,Sikap dan Perilaku
2.9.1 Pengetahuan
2.9.1.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan menurut ahli, menurut Notoatmojo (2010) pengetahuan adalah
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu yang mana pengindraan ini terjadi melalui panca indra manusia
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
2.9.1.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menurutp Notoatmojo (20100 ada enam tingkat pengetahuan
yang dicapai dalam domain kognitif yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paing rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, aplikasi diartikan dapat
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 18
1.
2.
3.
4.
2.9.2 Sikap
2.9.2.1 Defenisi Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya
Defenisi sikap menurut L.I. Thurstone. Sikap sebagai tindakan kecendrungan yang
bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi (symbol,katakata,slogan,orang,lembaga,ide dan sebaginya)
2.9.2.2 Komponen sikap
1.Kognitif
: berupa pengetahuan,kepercayaan,fikiran,yang
didasarkan pada
berhubungan dengan objek. Objek di sini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak
menyenangkan
3.Behavior Konatif : melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak sebagai objek
2.9.2.3 Kategori Sikap
Menurut Heri Purwanto Sikap terdiri dari :
1. Sikap positif : kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
menghadapkan,objek tertentu
2. Sikap negative : terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci,tidak menyukai objek tertentu
2.9.2.4 Fungsi sikap
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri
2. sebagai alat pengatur tingkah laku
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 20
:Pengalaman
yang
dihasilkan
melalui
indra
1975, memiliki luas tanah 1052 m2 dan luas wilayah kerja 193,37 Km2.
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tembilahan Kota, meliputi seluruh wilayah
Kecamatan Tembilahan Kota yang berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Tuaka
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Enok
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tembilahan Hulu
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Tuaka
Kecamatan Tembilahan terletak 1-4 meter diatas permukaan laut dan
terdiri dari 3 Kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Tembilahan Kota
2. Kelurahan Seberang Tembilahan
3. Kelurahan Pekan Arba
Keadaan tanah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tembilahan Kota
sebagian besar terdiri dari tanah gambut dan endapan sungai serta rawa-rawa.
Daerah ini dapat digolongkan kepada daerah beriklim tropis basah dengan
udara yang agak lembab, dengan curah hujan tertinggi pada bulan april dan
terendah pada bulan agustus. Untuk mencapai daerah pedesaan, sebagian
harus menyebrangi sungai dengan mempergunakan alat transportasi air.
Table 1. Jarak antara Kelurahan ke Ibukota Kecamatan
No
Kelurahan
1 Tembilahan Kota
2 Pekan Arba
3 Seberang Tembilahan
Jarak (Km2)
1,00
3,00
5,00
No
Kelurahan
1 Tembilahan Kota
2 Seberang Tembilahan
3 Pekan Arba
Sumber : Kantor Camat Tembilahan
3.10.2 Demografi
Penduduk asli Kecamatan Tembilahan adalah suku Melayu yang
sering disebut Melayu Riau, sebagaimana halnya suku Melayu yang ada di
daerah Riau lainnya, suku Melayu di daerah ini juga mempunyai system
kekerabatan yang kental dan penganut Agama Islam yang taat. Hal ini ditandai
dengan mudahnya suku-suku pendatang dan berasilimasi dengan penduduk
tempatan.
Jumlah penduduk Kecamatan Tembilahan berdasarkan hasil registrasi
penduduk akhir tahun yang dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sebanyak
63.047 jiwa yang terdiri dari laki-laki 33.644 jiwa dan perempuan 29.430 jiwa
dengan sex ratio 114 serta kepadatan penduduk 320 jiwa / Km2. Disamping
suku Melayu penduduk Kecamatan Tembilahan terdiri dari berbagai macam
suku yaitu: suku Banjar, Bugis, Jawa, Minang, dan suku Laut. Pada umumnya
mereka mempunyai mata pencaharian di bidang Pertanian Pangan,
Perkebunan, Nelayan dan sebagian lagi bergerak dibidang Kerajinan Industri
dan Perdagangan.
Table 3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Kecamatan
Tembilahan Kota.
No
Kelurahan
1 Tembilahan Kota
3 Seb. Tembilahan
4 Pekan Arba
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
13.274
4.084
3.071
33.644
11.309
3.177
2.794
29.430
24.583
7.261
5.865
63.074
BULAN
1
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Febuari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
4025
4304
3958
4848
4505
4894
4963
4548
3602
4286
4111
2782
50829
3083
3391
2976
3686
3431
3783
3989
3662
2899
3356
3163
2074
39496
462
469
544
666
612
630
576
513
413
464
462
390
6201
480
444
438
496
462
481
398
373
290
466
486
318
5132
BULAN
Januari
Febuari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Tembilahan Kota
13833
13904
27737
Pekan Arba
5263
5125
10388
Seberang Tembilahan
1911
1927
3838
1284
1267
2551
1085
1071
2156
Jumlah
23376
23294
46670
NAMA PENYAKIT
Laki-
Perempuan
laki
1.
4.471
2.334
2.137
30,36
atas
2.
1.901
847
1.054
12,91
3.
Hipertensi
1.870
1.034
836
12,70
4.
Gastroenteritis
1.798
850
948
12,21
5.
Infeksi kulit
1.348
615
733
9,15
6.
Penyakit Musculoskeletal
1.160
550
610
7.87
7.
Diabetes Mellitus
738
346
392
5,01
8.
Migren
665
264
371
4,51
9.
Penyakit Mata
643
25
348
4,36
10.
Hiperkolesterol
128
53
75
0,86
14.722
7.218
7.504
100
Jumlah
BAB III
METODE MINI PROJECT
Variabel terikat
Pengetahuan
Penyakit Polio
Sikap
Perilaku
3.1.2
Hipotesis (H1)
Dimana :
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 31
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
33
0
180,8 =
181
Balita.
8 pernyataan mengenai sikap masyarakat terhadap Polio pada Balita.
5 pernyataan mengenai perilaku masyarakat terhadap Polio pada Balita.
Kunci Jawaban
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 32
3.8
BENTUK KEGIATAN
Pengisian Kuisioner
Penyuluhan tentang Polio pada Balita
Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
Diskusi dengan pembimbing.
Menyerahkan laporan penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
NO
Tingkat Pendidikan
SD
47
25,40
SMP
38
20,54
SMA
48
25,94
D3
26
14,05
SARJANA
26
14,05
185
100
Total
Diagram 4.1.1
Keterangan :
Berdasarkan tabel dan diagram 4.1.1 terlihat bahwa dari 185 responden terdapat 48
responden (25,94 %) berpendidikan SMA, 47 responden (25,40%) berpendidikan SD,
38 responden (20,54%) berpendidikan SMP, 24 responden (14,05%) berpendidikan
D3, 24 responden (14,05%) berpendidikan Sarjana.
Kesimpulan :
Berdasarkan Keterangan di atas, Responden di Posyandu Semangka yang menempati
proporsi tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA sebanyak 48 orang (25,94%)
Umur (tahun)
17-25
26-35
36-50
>50
F
37
67
43
38
Diagram 4.1 2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan
Kota
Keterangan :
Berdasarkan tabel dan diagram 4.2.1 terlihat bahwa dari 185 responden terdapat 67
responden (36,21%) berusia 26-35 tahun, 43 responden (23,34%) berusia 36-50 tahun,
38 responden (20,54%) berusia >50 tahun dan 37 responden (20,00%) berusia 17-25
tahun.
Kesimpulan :
Berdasarkan Keterangan di atas didapatkan bahwa umur responden terbanyak berada
pada rentang usia 26-35 tahun.
Kota
NO
Tahun
Angka
Kejadian
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 36
1
2
3
4
5
Polio
2011
2 orang
2012
1 orang
2013
2 orang
2014
2 orang
2015
5 orang
Jumlah Kejadian Suspect = 12 orang
16,66
8,33
16,66
16,66
41,66
Diagram 4.3.1
Angka kejadian Suspect Polio di Wilayah UPT Puskesmas Tembilahan Kota
Keterangan :
Berdasarkan Tabel dan diagram 4.3.1 terlihat bahwa angka kejadian polio pada tahun
2015 sebanyak 5 orang (42%), pada tahun 2014 sebanyak 2 orang (16%), pada tahun
2013 sebanyak 2 orang (16%), pada tahun 2012 sebanyak 1 orang (8%) dan pada
tahun 2011 sebanyak 2 orang (16%).
Kesimpulan :
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan angka kejadian suspect polio
terbanyak yakni pada tahun 2015 sebanyak 5 orang
4.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit
Polio Pada Bayi dan Balita di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan
Kota
Tabel 4.4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit
Polio di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
NO
Jumlah Jiwa
1
2
3
Jumlah
Baik/ > 80 %
Sedang/ > 61-79%
Kurang/ < 60%
73
62
50
185
(%)
39,45
34,59
27,02
100
Diagram 4.4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Polio di
Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
Keterangan :
Berdasarkan table dan diagram 4.4.1 terlihat bahwa dari 185 responden, yang
memiliki pengetahuan baik tentang Polio sebanyak 73 orang (39,45%), yang
memiliki pengetahuan sedang tentang Polio sebanyak 62 orang (34,59%) dan yang
memiliki pengetahuan kurang tentang Polio sebanyak 50 orang (27,02%).
Kesimpulan :
Berdasarkan Keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit polio.
4.5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit
Polio Pada Bayi dan Balita di Posyandu Semangka UPT Tembilahan Kota
Tabel 4.5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat tentang Penyakit Polio di
Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
NO
Jumlah Jiwa
(%)
Baik/ >80 %
81
43,78
Sedang/ >61-79%
54
29,18
Kurang/ <60 %
50
20,72
185
100
Jumlah
Diagram 4.5 1
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Polio di Posyandu
Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
Keterangan :
Berdasarkan table dan diagram 4.5.1 terlihat bahwa dari 185 responden yang memiliki
Sikap Baik tentang Penyakit Polio sebanyak 81 orang (43,78%), yang memiliki
Sikap Sedang tentang Penyakit Polio sebanyak 54 orang (29,18%) dan memiliki
Sikap Kurang tentang Penyakit Polio sebanyak 50 orang (20,72%).
Kesimpulan :
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
sikap yang baik tentang penyakit polio
4.6.1 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit
Polio Pada Bayi dan Balita di Posyandu Semangka UPT Tembilahan Kota
Tabel 4.6.1
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Polio
di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
NO
1
2
Jumlah Jiwa
83
57
(%)
44,86
30,81
3
Jumlah
45
185
24,32
100
Diagram 4.6 1
Distribusi Responden Menurut Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Polio di Posyandu Semangka
UPT Puskesmas Tembilahan Kota
Keterangan :
Berdasarkan tabel dan diagram 4.6.1 terlihat bahwa dari 185 responden yang memiliki
Perilaku Baik tentang Polio sebanyak 83 orang (44,86%), yang memiliki Perilaku
Sedang tentang Polio sebanyak 57 orang (30,81%) dan yang memiliki Perilaku
Kurang tentang Polio sebanyak 45 orang (24,32%).
Kesimpulan :
Dari Keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki
perilaku yang baik tentang penyakit polio
BAB V
KESIMPULAN
5.1.1
Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Penelitian dan Keterangan pada bab IV, maka dapat ditarik
3. Dari keseluruhan data yang diperoleh disimpulkan bahwa ada hubungan antara
perilaku masyarakat dengan penyakit polio dimana diperoleh dari data spss
nilai P 0,034 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan
4. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 185 orang yang diambil dari populasi
masyarakat di Posyandu Semangka UPT Puskesmas Tembilahan Kota
5. Dilihat dari usia responden pada umumnya berusia 26-35 tahun (36,21%).
6. Dilihat dari segi pendidikan responden pada umumnya memiliki tingkat
pendidikan terbanyak yakni SMA (25,94%).
7. Data Suspect Penyakit Polio yang didapat selama 5 tahun yang terbanyak
yakni pada tahun 2015 dimana sekitar 5 orang penderita polio (41,66%), tahun
2011 sebanyak 2 orang (16,66%), 2012 sebanyak 1 orang (8,33%), tahun 2013
sebanyak 2 orang (16,66%) dan tahun 2014 sebanyak 2 orang (16,66%)
8. Dari data yang diperoleh tidak ditemukan adanya pasien dengan kasus positif
polio
9. Sebagian besar responden memiliki Pengetahuan baik mengenai penyakit
polio yakni 73 orang (39,45%) yang artinya sebagian besar responden
mengerti mengenai penyakit polio, penyebab polio, penularan polio,
pencegahan polio, dan khususnya mengenai vaksinasi polio
10. Sebagian besar responden memiliki Sikap baik mengenai penyakit polio yakni
81 orang (43,78%) yang artinya sebagian besar responden setuju untuk
memberikan imunisasi polio kepada anak mereka, menyarankan imunisasi
polio kepada orang tua yang lain, tahu bagaimana prosedur bila menemukan
kecurigaan terhadap polio dan responden tidak khawatir terhadap efek
samping vaksin yang diberikan
11. Sebagian besar responden memiliki Perilaku baik mengenai penyakit polio
yakni 83 orang (44,86%) yang artinya sebagian besar anak-anak responden
sudah mendapatkan imunisasi polio, sebagian besar responden sudah
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 43
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arifah. 2008. Tinjaun Plaksanaan Surveilans AFP dan Karakteristik Kasus AFP Serta
Hasil Diagnosis Polio Klinis di propinsi Jawa Barat 2007. (Skripsi). Program
Sarjana Falkultas Kesehatab Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Blum, Hedrik L. 2012. Planning For Health Development and Aplication of Social
Change Theory. Human science Press.
Chin, James. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Infomedika. Jakarta
Cono J and Alexander L.N. 2007. Poliomyelitis, Vaccine Preventable Diseases
Surveilans Manual, 3rd Edition, Chapter 10. CDC Publications. Atlanta.
Ditjen PP & PL. 2007. Poliomyelitis Akut.
Judarwanto, Widodo. 2006. Manifestasi Klinis dan penyebaran Polio.
Pt. Biofarma. 2007. Vaksinasi Polio.
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 44
RSPI, 2007. Pusat Informasi Infeksi Khususnya HIV/AIDS 2007. Mengenal Penyakit
Polio.
Sackett, David L., et all. 2010. Evidance Base Medicine. How to practice and Teach
EBM. Churchill Livingstone.
Surya, Thomas Lukky. 2007. Gambaran Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penyakit Poliodi Kabupaten Bogor Tahun. (Skripsi). Program Sarjana Fakultas
Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Wahyuwono, Gendro. 2008. Penelitian Isolasi dan Differensiasi intratypic virus Polio
pada Kasus Kelumpuhan dan Kontak Person di Jawa dan Sumatra. Jakarta.
LAMPIRAN 1
Kuesioner
Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Mengenai
Penyakit Polio di Posyandu Semangka
Identitas responden
Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Penghasilan perbulan :
Jumlah anak dalam keluarga :
Pengetahuan Responden
Sikap Responden
13. Apakah anda setuju dengan diberikannya imunisasi polio ?
a. Setuju
b. Tidak setuju
14. Apakah anda menyarankan imunisasi polio kepada anak-anak yang lain ?
a. Ya
b. Tidak
15. Takutkah anda setelah diberi vaksin polio anak anda menjadi sakit ?
a. Takut
b. Tidak takut
16. Pernahkah anda menemukan anak yang terkena polio / lumpuh layu ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
17. Jika anda menemukan anak yang terkena polio atau lumpuh layu, apa yang akan
anda lakukan ?
a. Lapor ke petugas kesehatan
b. Lapor ke pemimpin agama
c. Tidak berbuat apa-apa
18. Jika anda menemukan anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio apa
yang akan anda lakukan ?
a. Lapor kepada petugas kesehatan
b. Diajak ke puskesmas terdekat
c. Dibiarkan saja
19. Menurut anda, apakah penyuluhan tentang polio yang telah diberikan sudah cukup
?
a. Kurang
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 48
b. Cukup
20. Menurut anda, siapakah yang seharusnya memberi penyuluhan tentang polio ?
a. Kader kesehatan
b. Pamong desa
c. Pemimpin agama
d. Petugas kesehatan
Perilaku responden
21. Sudahkah semua anak anda selesai diimunisasi polio ?
a. Sudah
b. Belum
22. Jika anak anda ada yang belum diimunisasi polio, mengapa ?
a. Belum cukup umur
b. Tidak ada biaya
c. Waktu akan diimunisasi sedang sakit
d. Takut anak menjadi sakit
23. Apakah anda mengetahui tentang PIN (Pekan Imunisasi Nasional) ?
a. Ya
b. Tidak
24. Bila anda mengetahui tentang PIN (Pekan Imunisasi Nasional) apakah anak anda
yang berusia < 5 tahun diikutsertakan dalam PIN (Pekan Imunisasi Nasional) ?
a. Ya
b. Tidak
25. Hal apa yang membuat anda mengikuti PIN?
a. Keinginan sendiri
b. Terpaksa
Mini Project Puskesmas Tembilahan Kota 2015- 2016 49
LAMPIRAN 2
pengetahuan
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Sikap
Pearson Correlation
pengetahuan
1
sikap
,816(**)
,000
Perilaku
,812(**)
,000
suspek
,150(*)
,042
185
185
185
185
,816(**)
,797(**)
,170(*)
,000
,021
Sig. (2-tailed)
,000
185
185
185
185
,812(**)
,797(**)
,156(*)
Sig. (2-tailed)
,000
,000
185
185
185
185
,150(*)
,170(*)
,156(*)
,042
,021
,034
185
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
185
185
Perilaku
Suspek
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
,034
185
Dari output di atas diketahui antara sikap (x2) dengan pengetahuan (x1) nilai signifikan
0,000<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara sikap (x2) dengan perilaku (x3)
nilai signifikan 0,000<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara sikap (x2)
dengan suspek (Y) nilai signifikan 0,021<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
Dari output di atas diketahui antara perilaku (x3) dengan pengetahuan (x1) nilai signifikan
0,000<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara perilaku (x3) dengan sikap (x2)
nilai signifikan 0,000<0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan. Antara perilaku dengan
suspek (Y) nilai signifikan 0,034 < 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases
Valid
Excluded(
a)
Total
185
%
100,0
,0
185
100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,926
N of Items
3
LAMPIRAN 3