Anda di halaman 1dari 63

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian,
karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi(Ditjen
Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami
perbaikan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi
buruk pada anak balita dari 5,4%tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010.
Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih
relatif besar, oleh karena itu diperlukan tenaga yang mampu mengatasi kasus
gizi buruk secara cepat, tepat dan profesional yang diikuti dengan penyiapan
sarana dan prasarana yang memadai. Untuk menyiapkan tenaga kesehatan
terampil seperti yang diharapkan selain memberikan peningkatan kapasitas
juga diperlukan panduan tatalaksana gizi buruk yang akan digunakan tenaga
kesehatan(Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT
Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah
yang disesuaikan dengan kondisi setempat(Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan
Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Mulai tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran
untuk kegiatan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan melalui dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Dengan adanya dana BOK di setiap
puskesmas, kegiatan PMT Pemulihan bagi anak balita usia 6 59 bulan
1

diharapkan dapat didukung oleh pimpinan puskesmas dan jajarannya. Untuk


memperoleh pemahaman yang sama dalam melaksanakan kegiatan dimaksud,
maka disusun Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan bagi Balita Gizi
Kurang. dalam melakukan penanggulangan gizi buruk oleh tim asuhan gizi
(dokter, perawat, dan ahli gizi) (Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan
Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011)
B. Tujuan
- Mengetahui dan mengidentifikasi gejala-gejala gizi kurang
- Mengetahui penanganan dan pencegahan gizi kurang
- Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang
-

dikunjungi sesuai dengan penyakit.


Menentukan prioritas faktor yang besar pengaruhnya terhadap
kesehatan pasien

C. Manfaat
- Dapat mengidentifikasikan gejala dari gizi
- Mengetahui faktor lingkungan yang berperan dalam jalannya penyakit

FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT


LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Sedati
No. RM
:
Tanggal kunjungan pertama kali 24 - 26 September 2016,
Nama pembimbing

: dr. Fitri Ika Arde Yani

Nama pembina keluarga

Nama DM Pembina

: I Dewa Komang Surya Mahayana

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu


periode pembinaan )
Tanggal

Tingkat

Paraf

Paraf

Pemahaman

Pembimbing

Keterangan

Februari 2016
dr.
Februari2016
dr.
Februari 2016
dr.
Februari 2016
dr..

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KLUARGA


Nama Kepala Keluarga

: Tn. S

Alamat lengkap

: Desa Pepe, Kecamatan Sedati rt 05/08

Bentuk Keluarga

: Extended family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No Nama

Ny. S

Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan

Pasien

dalam

Klinik

keluarga
Nenek

50

SD

(Y/T)
Y

Ket

2
3
4
5
6
7

Tn. S
Tn.B
Ny.A
Tn. A
Ny. Y
Sdr. M

Kakek
L
Anak 1
L
Istri Anak 1 P
Anak 2
L
Anak 3
P
Anak 4
L

48
30
28
29
27
18

SMP
SD
SMP
SD
SMA

Swasta
Swasta
-

Y
Y
Y
Y
Y
Y

An. F

Anak Ny YP

3,5

1,7

yang
Pertama
9

An. Y

Anak Ny. YP
yang kedua

PASIEN
KURANG
GIZI

10

An. L

Anak Tn. AP

yang
pertama

Sumber : Data Primer, Februari 2016

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I
STATUS PENDERITA

A.

PENDAHULUAN
Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita

berjenis kelamin Perempuan berusia 1 tahun 7 bulandimana pasien merupakan


salah satu dari pasien gizi kurang yang berada di wilayah Puskesmas Sedati,
Kabupaten Sidoarjo.Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat
khususnya di daerah Puskesmas Sedati, Kabupaten Sidoarjo.Oleh karena itu
penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk
kemudian bisa menjadikannya sebagai pengamatan di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An.Y

Umur

: 1 tahun 7 bulan

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

:-

Pendidikan

:-

Agama

: Islam

Alamat

: Desa Pepe, Kec Sedati rt 05/08

Suku

: Jawa

Tanggal kunjunganRumah

(1) 24Februari 2016


(2) 25 Februari 2016
(3) 26 Februari 2016

C. ANAMNESIS
1.

Keluhan Utama:Berat badan tidak ada

peningkatan berarti
2.

Riwayat

Penyakit

Sekarang:

Heteroanamnesa
Berat Badan ada peningkatan yang berarti sejak 2 bulan yang lalu.
Dan pasien sempat di rawat inap di Puskesmas dengan kondisi Lemas dan
BB 5,7 kg. Berat badan akhir-akhir ini Sudah mulai membaik dengan ada
peningkatan berat badan menjadi 7,3 kg. Sebelum rawat inap, pasien
kesehariannya banyak menghabiskan waktu untuk istirahat, pasien juga
sempat tidak makan-makan selama 5 hari dan hanya minum asi
saja.Setelah rawat inap, pasien sekarang kesehariannya lumayan aktif dan
juga pasien mau makan tetapi tidak banyak, dan pasien hanya mau minum
susu formula saja, itu juga tidak setiap hari dan kadang-kadang hanya di beri
air gula saja. Sebelumnya pasien mengeluh batuk, pilek dan demam seminggu
yang lalu, namun pasien tidak terlalu sering mengalami sakit seperti
ini.Menggigil (-), kejang (-). Buang air kecil lancar. Buang air besar lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Riwayat penyakit yang sama yang pernah diderita:disangkal


Riwayat mondok/opname
: pernah karena Gizi Buruk
Riwayat Operasi
: tidak pernah
Riwayat alergi obat/makanan
: Disangkal
Riwayat sakit sesak nafas
: Disangkal
Riwayat Kecelakaan
: tidak ada
Riwayat Pengobatan
: tidak ingat
Riwayat Alergi makanan / obat : tidak ada
Riwayat Imunisasi Dasar:
1) Imunisasi DPT
: lengkap
2) Imunisasi BCG
: lengkap
3) Imunisasi Polio
: lengkap
4) Imunisasi Campak
: lengkap
5) Imunisasi Hepatitis B: lengkap

j. Riwayat Imunisasi Tambahan:


Tidak didapatkan

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa:kakak pasien yang pertama
juga pernah mengalami seperti ini.
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien suka makan kerupuk.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah anak ke-2 dari pasangan suami istri Tn. R dan Ny.
Y.Saat ini ayah penderita sudah tidak tinggal serumah lagi dengan
keluarga, karena sudah bercerai dan

ibu penderita sebagai petugas

laundry, kakak dari penderita blm bersekolah. Sumber pendapatan


keluarga didapatkan tidak tentu setiap bulannya.Kebutuhan sehari-hari
dicukupi dengan penghasilan kurang lebih Rp. 950.000per bulan.
Penderita saat ini tinggal di Desa Pepe, Kecamatan Sedati, dengan kondisi
lingkungan rumah dan sekitarnya yang kurang sehat. Rumah pasien
berukuran 10m x 15 m2dan letaknya berdekatan dengan rumah tetangga
lainnya. Rumah memiliki wc yang cukup kotor, sumber air yang dimiliki
pasien adalah air sumur yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti mandi dan mencuci baju tampak keruh, terdapat tempat
pembuangan sampah

yaitu dekat ruang tamu tetapi kadang-kadang

keluarga menaruh sampah dibuang begitu saja di dalam rumah, tidak


terdapat jendela pada ruang tidur hanya di ruang tamu, dapur cukup tertata
rapi. Suasana sekitar rumah pasien tampak kumuh
7. Riwayat Gizi.
Penderita makan tidak teratur ,makan pun hanya 4-5sendok makan
dengan sepiring nasi dan sayur, makan lauk pun jika ibu pasien sudah
mendapat gaji. Jarang mengkonsumsi buah-buahan.
Pasien juga hanya diberikan Asi eksklusif hanya sampai kurang lebih
5 bulan saja, selanjutnya lebih sering di berikan air gula.

8.

Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkancukup bulan, ditolong bidan, BBL 2400 gram. Selama
hamil, ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Sedati.Ibu
lupa pernah mengkonsumsi obat apa aja selama hamil bayi pertama.

9.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Usia 7 bulan: berbalik, telungkup dan terlentang
b. Usia 11 bulan: berdiri
c. Usia 13 bulan: berjalan

D. ANAMNESIS SISTEM
1.

Kulit

:warna kulit sawo matang,

kulit gatal (-)


2.

Kepala

: simetris, sakit kepala (-),

pusing (-),rambut kepala (warna hitam kecoklatan), luka


pada kepala (-), benjolan/borok dikepala (-)
3.

Mata

:pandangan mata berkunang-

kunang (-), penglihatan kabur (-)


4.

Hidung

: tersumbat (-), mimisan (-),

sekret (+)
5.

Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung

(-), keluar cairan (-)


6.

Mulut :

sariawan

(-),

mulut

kering

(-),sensasi rasa pada lidah (-)


7.

Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-),

faring hiperemi (-)


8.

Pernafasan

: sesak nafas (-), batuk (+),

mengi (-)
9.

Kadiovaskuler

: berdebar-debar (-),

nyeri dada (-)

10.

Gastrointestinal

: mual (-), muntah (-),

diare (-),nyeri perut (-), perut buncit (-), BAB tidak ada
keluhan
11.

Genitourinaria

: BAK lancar, 3-4

kali/hari warna dan jumlah biasa


12.

Neuropsikiatri

: Neurologik :

Muskuloskeletal

: kaku sendi (-), nyeri

kejang (-)
Psikiatrik

: sde
13.

tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)


14.

Ekstremitas

: Atas : bengkak (-), sakit (-),

oedem (-)
Bawah

: bengkak (-), sakit (-), oedem (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
a.Tanda Vital
Nadi

:106x/menit, reguler

Pernafasan : 22 x/menit
Suhu

:36,9oC

BB

: 7,3 kg

TB

: 65cm
b.Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB

: 7.3 kg

TB

: 65cm

Lila

: 11 cm

BMI: BB/TB(m2) = 7,3 / 0,65 m

= 17 m2 (sangat kurus)

NCHS :
TB/U

x = < -3SD

BB/U

x = < -3SD

BB/TB x = < -3SD


Status Gizi Gizi Buruk
Status gizi menurut KMS : bawah garis merah
3.

Kulit

:Warna:, sawo matang, ikterik(-) , sianosis (-)

4.

Kepala

: bentuk simetris, luka(-), keadaan rambut (tidak

mudah dicabut), atrofi m. Temporalis(-), papula(-), nodula(-), kelainan


mimik wajah/bells palsy(-)
5.

Mata

: Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman),


radang/conjunctivitis/uveitis (-/-).
6.

Hidung

: Nafas cuping hidung (-), sekret (+), epistaksis (-),

deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-)


7.

Mulut

: Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-),

papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-), faring hiperemi (-)
8.

Telinga

: Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran

berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal.


9.

Tenggorokan

10.

Leher

: Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

: JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran

kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-).


11.

Thoraks : Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal

(-).
- Cor : I : ictus cordis tidak tampak
P:

ictus cordis tidak kuat angkat

P:

batas kiri atas

:ICS II PSLS

batas kanan atas

:ICS II PSLD

batas kiri bawah

:ICS V MCLS

batas kanan bawah :SIC IV PSLD


10

batas jantung kesan tidak melebar


A:

S1S2tunggal, reguler, bising (-)

- Pulmo: Statis (depan dan belakang)


I :

pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P:

fremitus raba kiri sama dengan kanan

P:

sonor/sonor

A:

suara dasar vesikuler (+/+)


suara tambahan Rhonki Basah Kasar (-/-) , rhonki basah halus (-/-)

whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I :

pergerakan dada kanan sama dengan kiri

P:

fremitus raba kiri sama dengan kanan

P:

sonor/sonor

A:

suara dasar vesikuler (+/+)


suara tambahan Rhonki Basah Kasar (-/-) , rhonki basah halus
(-/-) whezing (-/-)
12. Abdomen

I
A
P
P

:flat, scar (-) dinding perut sejajar dengan dinding dada.


:peristaltik (+) normal
:timpani seluruh lapang perut
:supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
13. Sistem Collumna Vertebralis

I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)


P :nyeri tekan (-)
P :NKCV (-)
14.

Ektremitas:
akral dingin

palmar eritema(-/-)
oedem

11

15. Sistem genetalia: dalam batas normal

16. Pemeriksaan Neurologik


Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal


Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik : dalam batas normal

17. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan

: kurus, perawatan diri cukup

Kesadaran

: kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek

: tidak dapat dievaluasi

Psikomotor

: normoaktif

Proses pikir

: bentuk :sde

isi

: sde

arus

: tidak dapat dievaluasi

Insight :

: tidak dapat dievalusi.

F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
G. RESUME
Seorang penderita 1 tahun 7 bulan dengan keluhan berat badan tidak
bertambah.Berat badan pasien tidak bertambah sejak 2 bulan yang lalu.Pada
usianya yang sudah 1 tahun 7 bulan berat badan pasien hanya 7,3 kg.Pasien
sangat sulit bila diberi makan atau susu, pasien hanya mau minum air gula.
Riwayat tumbuh kembang dalam batas normal.
12

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,


status gizi kesan kurang. Tanda vital N: 106 x/menit, RR: 22 x/menit, S:36,9oC,
BB :7.3 kg, TB:65 cm. Status gizi berdasarkan TB/U =<-3SD (sangat pendek),
BB/U = < -3 SD (berat badan sangat rendah), BB/TB =<-3 SD ( sangat
kurus).Status gizi menurut KMS : bawah garis merah.

H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


Diagnosis Biologis
Gizi buruk
Diagnosis Psikologis
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1.Status Ekonomi yang kurang
2.Kondisi rumah pasien digolongkan pada
kriteria rumah tidak sehat dikarenakan rumah tidak terdapat penyediaan air
bersih, tidak terdapat pembuangan sampah atau limbah, ruang tidur lembab,
tidak terdapat jendela pada ruang tidur, dan rumah kumuh.

13

I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medika mentosa
Kegiatan stimulasi meliputi berbagai kegiatan untuk merangsang
perkembangan anak seperti latihan gerak, bicara, berpikir, mandiri serta
bergaul. Kegiatan stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua atau
keluarga setiap ada kesempatan atau sehari-hari (Depkes 1997).
Anak Gizi buruk/ KEP berat didapatkan keterlambatan perkembangan
mental dan perilaku sehingga diberikan:
a. Kasih sayang
b. Lingkungan yang ceria
c. Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit /hari
d. Aktifitas fisik segera setelah sembuh
e. Keterlibatan ibu (memberi makan,memandikan, bermain
2. Medikamentosa
Anak gizi buruk tanpa tanda klinis langsung diberikan fase rehabilitasi
lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari,yang diberikan 5-7 kali
pemberian/hari (Formula 100).Rehabilitasi lanjutan diberikan selama 5
minggu dengan pemberian makanan secara bertahap dengan mengurangi
frekuensi makanan cair dan menambah frekuensi makananpadat.
Contoh Frekuensi Pemberian Makanan per hari
Tabel 1: Anak gizi buruk tanpa tanda klinis:
Minggu Ke

Formula 100

I
II
III
IV
V

5 kali
4 kali
4 kali
3 kali
3 kali

Makanan
Utama
+
Buah
1 kali
2 kali
2 kali
3 kali
3 kali

Makanan
Selingan
1 kali
1 kali
1 kali
2 kali
2 kali

Bila berat badan anak > 7 Kg ; diberikan makanan anak (lunak)


Berupa pemberian makanan tambahan pemulihan status gizi, misalnya :
Jumlah kebutuhan : Energi 350 400 kalori
14

Protein 10 -

15 g
a.Bentuk makanan PMT-P

Makanan yang diberikan berupa :


1) Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan
setempat/lokal.
2) bahan makanan mentah berupa

tepung beras,atau tepung lainnya,

tepung susu, gula minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk


pauk lainnya.
3) Contoh paket bahan makanan tambahan pemulihan (PMT-P) yang
dibawa pulang
Contoh bahan makanan yang dibawa pulang :
Tabel 2
Altern

Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari

ative
I

Beras 60 g

II
III

kacangan 25 g
Beras 70 g
Ikan 30 g
Ubi/singkong 150 Kacang-kacangan 40 g

g
gula 20

g
Tepung ubi 40 g

g
gula 20
g

Telur 1 butir atau kacang- gula 15

Kacang-kacangan 40 g

b.Lama PMT-P
Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari
kepada anak selama 3 bulan (90 hari)

15

J. Follow Up
Tanggal 25 Februari 2016
S :Demam (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), sulit
makan, badan lemas (-), BAB (+), BAK (+) N, warna kuning.
O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
nadi
: 106x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Suhu
: 36,90C
BB
: 7,3 kg
Status Generalis

: dbn

Status Neurologis

: sde.

Status Mentalis

: sde

A : Gizi buruk
P :
Tanggal 26 Februari 2016
S : Demam (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan mulai meningkat, badan lemas (-), BAB (+), BAK (+) N, warna
kuning.
O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
nadi
: 112x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Suhu
: 36,40C
BB
: 7,3 kg
Status Generalis

: dbn

Status Neurologis : sde.


Status Mentalis
A : Gizi buruk

: sde

P :
Tanggal 27 Februari 2016

16

S : Demam (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan mulai meningkat, badan lemas (-), BAB (+), BAK (+) N, warna
kuning.
O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
nadi
: 107x/menit
Pernafasan
: 21x/menit
Suhu
: 36,40C
BB
: 7,3 kg
Status Generalis

: dbn

Status Neurologis : sde.


Status Mentalis
A : Gizi buruk

: sde

P :

17

FLOW SHEET
Nama

: An. Y

Diagnosis : Gizi buruk


No

Tgl

Problem

1.

25-0216

-Sulit makan
106
-Sulit Minum
ASI

RR

22

36,5

BB
kg
7,3

TB
cm
65

Plannin
g
-Diet
tinggi
protein

Target
Meningkatkan
berat badan

-Edukasi
2.

26-0216

-Sulit Makan
112
-Sulit Minum
ASI

22

36,5

7,3

65

-Diet
tinggi
protein

Meningkatkan
berat badan

-Edukasi

3.

27-02-1

-Masih
makan
minum

sulit 107
dan

21

36,5

7,3

65

-Diet
tinggi
protein

Meningkatkan
berat badan

-Edukasi

Tabel 3

18

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A.

FUNGSI KELUARGA
1.

Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari ibu kandung Ny Y,An F,An Y, Ny Y
merupakan seorang kepala rumah tangga.Ny Y adalah ibu kandung dari
penderita, berumur 24 tahun.An.F merupakan anak pertama dari 2
bersaudara yang berusia 3 tahun 5 bulan, An Y adalah Penderita Gizi
buruk yang merupakan anak kedua dari 2 bersaudara.Penderita ketika
lahir ditolong oleh bidan,cukup bulan, spontan, menangis dengan berat
badan lahir 2400gram di rumah bidan.

2.

Fungsi Psikologis
An. Y tinggal serumah dengan ibu, nenek, kakek, Paman, bibi dan
kedua kakak perempuannya (Tn.S, Ny S, Tn B, Ny A, Tn A, Ny Y, Sdr M,
An F, An Y, An L). Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab,
terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan
baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara
satu dengan yang lain. Ayah pasien sudah berpisah dengan ibu pasien, jadi
yang berkerja hanya ibu pasien saja, bekerja dari senin hingga sabtu
dengan jam kerja dari jam 08.00 WIB 16.00 WIB. Sehingga sehari-hari
pasien lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ibunya.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang

menderita

kesusahan.

Meskipun

penghasilan

mereka

tak

berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan


semuanya kepada Tuhan.

19

3.

Fungsi Sosial
An. Y adalah anak yang senang bermain dengan teman sekitar
rumah dan keluarganya.Dalam masyarakat pasien dan orang tua hanya
sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial
tertentu dalam masyarakat. Ibu penderita kurang aktif dalam kegiatan
sosial di masyarakat karena sibuk kerja dan menjadi tulang punggung
keluarga di mana suami sudah tidak menafkahi keluarganya lagi.
Kegiatan-kegiatan yang harus mengeluarkan biaya juga menjadi
penghambat bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial dan
kemasyarakatan.

4.

Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Ibu pasien berkerja sebagai petugas laundry. Sumber pendapatan
keluarga didapatkan dari Ibu dengan total penghasilan rata-rata perbulan
Rp. 950.000. itu juga dengan bantuan dari Kakek yang bekerjsa di
percetakan. Ibu pasien jarang menyisihkan gajinya untuk menabung ataupun
untuk digunakan sebagai biaya-biaya mendadak (seperti biaya pengobatan
dan lain-lain).
Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, atau iuran
membayar listrik hanya mengandalkan hasil usaha bekerja menjadi pegawai
laundry. Untuk memasak memakai kompor minyak tanah. Makan sehari-hari
dengan nasi, biasanya memakan lauk pauk di awal bulan saja, sayur-mayur,
buah terkadang jika ada yang memberikan buah tangan dari tetangga sekitar.
dengan frekuensi makan 2-3 kali setiap harinya. Kalau ada keluarga yang
sakit biasa berobat ke Puskesmas atau bidan desa.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Penderita masih belum dapat memecahkan masalah sendiri karena
usia kedewasaan yang belum cukup. Untuk kemampuan beradaptasi
penderita tidak takut dengan orang baru yang ia kenal dan cepat
beradaptasi bermain bersama namun harus ada orang tua atau orang yang
lebih dulu dikenalnya.

20

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =
baik.
ADAPTATION
An.Y masih belum mampu berkomunikasi dengan baik, jika ada sesuatu
yang penderita inginkan ataupun yang penderita tidak sukai penderita hanya
menangis atau mengucap kata-kata yang belum lengkap.
PARTNERSHIP
An.Y selalu ditemani dengan anggota keluarga yang tinggal serumah
secara bergantian dan dapat bersosialisasi dengan baik.
GROWTH
An.Y belum dapat mengungkapkan keinginannya dengan baik.
AFFECTION
An.Y mendapatkan kasih sayang yang cukup dari seluruh anggota
keluarganya.
RESOLVE
An.Y mendapatkan kebersamaan dalam keluarga yang cukup baik meski
jarang bermain dengan Ibunya karena Ibunya bekerja sampaisore hari dan
lebih banyak dipakai untuk beristirahat karena lelah.

21

Tabel 4.1 Skor APGAR Tn. S


A.P.G.A.R Tn. S Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Hampir

Selalu

-kadang

tidak
pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga
P

saya

bila

saya

menghadapi

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan

carakeluarga

saya

dansaya membagi waktu bersama-sama


Total poin = 9
Tn. S adalah kakek dari An. Y di mana Tn. S bekerja di percetakan dari pagi
hingga sore dan setelah kerja selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul
dengan keluarga, dan selalu memperhatikan cucu saya

22

Tabel 4.2 Skor APGAR Ny. S


A.P.G.A.R Ny S Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Hampir

selalu

-kadang

tidak
pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga
P

saya

bila

saya

menghadapi

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan

carakeluarga

saya

dansaya membagi waktu bersama-sama


Total poin = 10
Ny. S merupakan nenek dari An.Y , Ny S menggunakan seluruh waktunya
untuk mengurus rumah, mengasuh cucu-cucunya dan menyempatkan waktu untuk
menemani cucunya bermain

23

Tabel 4.3 Skor APGAR Tn B


A.P.G.A.R Tn B Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Hampir

selalu

-kadang

tidak
pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga
P

saya

bila

saya

menghadapi

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu


bersama-sama
Total poin = 9
Tn B merupakan anak pertama dari 4 bersaudara, dan hingga sekarang
bekerja serabutan sehingga jarang sekali berada di rumah, jika berada di rumah
selalu menyempatkan waktu berkumpul bersama

24

Tabel 4.4 Skor APGAR Ny. A


A.P.G.A.R Tn. A Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Hampir

selalu

-kadang

tidak
pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga
P

saya

bila

saya

menghadapi

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Total poin = 9
Ny. A merupakan istri dari Tn. B dimana Ny. A berkerja menjadi penjaga toko.
Hingga sekarang beliau blm memperoleh keturunan dan selalu menyempatkan
bermain dengan keponakan

Tabel 4.5 Skor APGAR Tn. A


A.P.G.A.R Ny. Y Terhadap Keluarga

Sering/

Kadang

Hampir
25

selalu

-kadang

tidak
pernah

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga

saya

bila

saya

menghadapi

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Total poin : 9
Tn. A merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara, di mana Tn.A hanya memiliki 1
anak saja, dan sudah bercerai dengan istri. Keseharian Tn. A adalah berkerja
menjadi buruh bangunan dan selalu menyempatkan waktu bersama keluarga
sepulang dari bekerja

Tabel 4.6 Skor APGAR Ny. Y


A.P.G.A.R Sdr. M Terhadap Keluarga

Hampir

Kadang

Hampir

selalu

-kadang

tidak
pernah
26

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga

saya

bila

saya

menghadapi

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Total poin : 9
Ny Y anak ke 3 dari 4 bersaudara, dimana Ny. Y bekerja sebagai pegawai
laundry, dimana tempatnya ia bekerja sangat ramai dan jarang mendapat istirahat
di jam kerja. Pulang jam kerja sekitar jam 16.00 WIB yaitu sore hari dimana
merupakan kesempatan untuk bersama keluarga dipakai untuk beristirahat
sehingga sulit untuk membagi waktu untuk bersama-sama.

Tabel 4.7 Skor APGAR Sdr M


A.P.G.A.R Sdr. M Terhadap Keluarga

Hampir

Kadang

Hampir

selalu

-kadang

tidak
pernah

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga

saya

bila

saya

menghadapi
27

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan


merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama


Total poin : 9
Sdr M merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara, dimana Sdr M masih bersekolah
dan skrng sudah menginjak kelas 2 SMA
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (9+10+9+9+9+9+9)
=

64

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien baik


Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 64,
sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 9. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan baik.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga An. Y dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 5 Tabel SCREEM
SUMBER

PATOLOGI

KET

28

Social

Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga +


dengan saudara pertisipasi mereka dalam masyarakat
kurang baik karena memiliki aktivitas masing-masing
dan Ibu penderita bekerja dari pagi hingga sore

Cultural

sehingga jarang bertemu tetangga untuk bersosialisasi


Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, wetonan dll. Menggunakan

Religion

bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.


Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran +
agama kurang, hal ini dapat dilihat dari orang tua

Economic

penderita jarang beribadah.


Ekonomi keluarga ini tergolong menengah kebawah, +
untuk memenuhi kebutuhan primer sudah bisa
terpenuhi,

meskipun

belum

mampu

mencukupi

kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai,


diperlukan skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan
Education

hidup.
Pendidikan

anggota

keluarga

kurang

memadai. +

Pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah.


Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas
Medical

pendidikan seperti buku dan koran terbatas.


Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan
keluarga ini biasanya menggunakan puskesmas dan hal
ini mudah dijangkau karena letaknya dekat.

Keterangan :

Social (+) artinya keluarga An. Y masih menghadapi permasalahan dalam


hal sosial terutama di kalangan tetangga, karena kurangnya aktifitas antar tetangga

29

di tempat tinggal An. Y sehingga mungkin menyebabkan interaksi sosial antar


tetangga berkurang..
Religion (+) artinya keluarga An. Y memiliki permasalahan dalam

bidang agama, keluarga An. Y tidak menjalankan kewajiban sholat 5 waktu.


Hal ini akan mempengaruhi ketentraman batin karena penderita dan
keluarganya kurang dekat dengan Tuhan terutama dalam menghadapi
berbagai permasalahan yang ada.
Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong

rendah, pendapatan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer.


Education (+) artinya keluara Ny. Y masih memiliki pengetahuan

yang kurang, khususnya mengenai permasalahan kesehatan.

Kesimpulan :
Dalam keluarga An. Y fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial,
fungsi religi, fungsi ekonomi dan fungsi edukasi.
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat

:Desa Pepe, Kecamatan Sedati Rt 05/08

Bentuk Keluarga : Extended Family

Diagram 1. Genogram Keluarga


Dibuat tanggal 25 Februari 2016

30

Tn. R

Ny. Y

An. Y, 1 thn 7 bulan

An. F, 3 tahun 5 bulan

Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
Atau

= Meninggal
= Pasien
= Cerai

E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA


Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga An. Y
DALAM SATU RUMAH

31

Sumber : Data Primer, Februari 2016


Keterangan :

hubungan baik

Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga An.Y baik-baik saja dan
sangat harmonis dan saling dukung mendukung.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu
penderita?
Jawab :Mengobati dengan membelikan obat di warung dekat rumah,
merawat dan menyiapkan kebutuhan selama sakit. Jika tidak kunjung
membaik membawanya ke puskesmas terdekat Sedati.
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan keluarga
lainnya?
Jawab :Mendukung dan membantu apa yang dilakukan oleh ibu,termasuk
mengantar penderita ke puskesmas.
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :Ijin ibu
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibunya yaitu
Ny.Y.
5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab : Tn. R, karena sudah lama tidak bertemu
6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
32

Jawab :Tidak ada.


7. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :Tidak ada.

BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A.

IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKUDAN NON PERILAKU

33

1. Faktor Perilaku Keluarga


An. Y adalah seorang anak dari pasangan Tn. R dan Ny. Y. Penderita
belum sekolah dan masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sejak dua bulan ini penderita memiliki status gizi kurang dan ibu
penderita belum banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan
khususnya tentang gizi balita dan pentingnya pola asuh serta sanitasi yang
berkaitan erat dengan penyakit penderita. Walaupun begitu ibu An.Y tetap
menginginkan anaknya sehat dengan gizi seimbang.
Menurut semua anggota keluarga ini sehat adalah terhindar dari
penyakit dan tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Keluarga ini
menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit akan
menghambat pekerjaan mereka dan pendapatan keluarga akan berkurang
sehingga membebani anggota keluarga lainnya. Keluarga ini meyakini
bahwa sakitnya bukan berasal dari guna-guna atau sihir melainkan karena
pola pemberian makanan yang kurang seimbang. Mereka tidak
mempercayai mitos namun untuk berobat mereka lebih mempercayakan
pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, dokter di puskesmas.
Perabot keluarga di rumah ini tidak tertata rapi dan kebersihan dalam
rumah sangat kurang. Barang-barang hanya diletakkan seadanya. Rumah
jarang disapu dan ruang tamu rumah tidak tertata rapi.
Keluarga ini memiliki fasilitas wc, tapi sangat kotor namun keluarga
tetap menggunakan jamban tersebut untuk buang hajat dan mandi. Untuk
melakukan kegiatan cuci mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan
air sumur
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah kebawah. Keluarga ini memiliki satu sumber penghasilan yaitu
dari ayah penderita.
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Dari tata ruang yang tidak
sehat dimana dapur, ruang kelurga ruang makan dan kamar mandi
34

bersebelahan. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah dekat


ruang tamu. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika
sakit adalah puskesmas
B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
1. Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 15 m 2,
berdempetan dengan rumah tetangganya,tidak memiliki pekarangan
rumah. Rumah ini terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tempat baju yang
sangat berantakan,1 gudang untuk barang2 yang jarang di pakai, 1 kamar
mandi dan tempat untuk mencuci, 1 ruang tamu dan dapur. Semua dinding
rumah dari tembok dan sudah dicat sebagian.Ruang tamu, kamar tidur,
dapur dan kamar mandi lantainya dari tehel. Atap rumah pasien terbuat
dari genteng dan tidak ditutupi langit-langit. Rumah memiliki koridor dan
terdapat jendela dengan ukuran 2 x1 m di ruang tamu, sedangkan kamar
tidur rumah pasien tidak memiliki jendela. Ventilasi dan penerangan
rumah kurang. Perabotan rumah tangga cukup. Sumber air untuk
kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air sumur. Sehari-hari
keluarga memasak menggunakan kompor gas LPG 3 kg. Secara
keseluruhan kebersihan rumah kurang.

2. Denah Rumah
10 M

K.mandi
Gudang
U
35

K. Tidur

R. Tamu
15 M
K. Tidur

K. Tidur
DAPUR

T. CUCI

Gambar 1 . Denah Rumah An.Y

Keterangan :
: Jendela
: Satu Pintu
: Tembok Bata dengan cat

BAB IV
DAFTAR MASALAH

1.

Masalah aktif :
a. Gizi buruk tanpa komplikasi
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Tingkat pendidikan orang tua masih rendah
36

2. Faktor resiko :
a.

Asupan gizi yang kurang terpenuhi

b.

Sosial ekonomi rendah

c.

Lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
1. Rumah
tidak sehat
baik luas,
ventilasi
(lembab), dll

4.
Kurangnya
informasi
tentang gizi
kurang

An. Y 1th
7bln
Pasien Gizi
buruk

2. Peran kader
dalam penemuan
kasus gizi kurang
dan
penanganannya
belum maksimal,
Penatalaksanaan
kasus yang
belum maksimal

3. Masalah
pemberian
makan,
Pendidikan
orang tua

BAB V
PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT


a.

Dukungan Psikologis
Suport psikologis Pasien memerlukan dukungan psikologis dengan
memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi,
37

memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada, memantau


kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan, memberikan
stimulasi. Sehingga diharapkan suppport psikologis tersebut dapat
mendukung tumbuh kembang pasien.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan
hal yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan
evaluasi kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi.
b.

Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk keluarga pasien dengan
problem psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang
salah

tentang

penyakit

pasien,

kecemasan,

kekecewaan

dan

keterasingan yang dialami pasien akibat penyakitnya. Menentramkan


hati keluarga penderita dengan memberikan edukasi tentang penyakit
bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit turunan dan dapat
disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya
adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter.
Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi
meskipun sederhana, istirahat yang cukup.
c.

Penjelasan,

Basic

Kounseling

dan

Pendidikan Pasien
Keluarga diberikan penjelasan yang benar mengenai apa itu gizi
buruk dan gizi kurang. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap
kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
maupun oleh Yankes. Keluarga penderita juga diberi penjelasan
tentang pentingnya asupan gizi pasien dan pentingnya gizi untuk
perkembangan tumbuh kembang pasien.
d.

Menimbulkan

rasa

percaya

diri

dan

tanggung jawab pada diri sendiri


Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien
dan keluarga bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan pasienannya.
Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri

38

mengenai kepatuhan dalam jadwal makan, mau makan-makanan yang


bergizi.
e.

Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.

f.

Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Halyang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa pemberian makanan yang bergizi,penyuluhan tentang
pentingnya asupan gizi yang cukup untuk perkembangan tumbuh
kembang balita. pemantauan posyandu terhadap anak anak yang
dicurigai mengalami gizi kurang dan gizi buruk sehingga dapat di
tangani lebih dini.

B.

FAMILY CENTERED MANAGEMENT


Prevensi untuk bebas gizi buruk antara lain dengan cara :
1. Memberikan ASI eksklusif dan MP-ASI pada bayi sesuai
kebutuhan
2. Makan makanan yang mengandung gizi seimbang
3. Meningkatkan Perhatian / Dukungan Ibu terhadap Anak dalam
Praktek Pemberian Makanan
4. Pemantauan pertumbuhan anak
5. Penggunaan garam beryodium
Menjaga kebersihan lingkungan dan rumah agar bersih dan sehat

BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK

39

A.

LATAR BELAKANG
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan danidentifikasi faktor risiko melalui kegiatan
surveilans.Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Hasil
Susenas menunjukkan adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu
dari 10,1% pada tahun 1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3%
pada tahun 2001.
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan
sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan (Novitasari,
2012).
Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi
masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat
meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal (Depkes
RI, 2004). Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah
yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak
seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Gizi Besi
(Depkes RI, 2004 ).
Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal
dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi
buruk terutama pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit
sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab gizi buruk itu
sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake (konsumsi)
makanan terhadap kebutuhan makan seseorang. Sebelum gizi buruk ini
terjadi, telah melewati beberapa tahapan yang dimulai dari penurunan berat
badan dari berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya terlihat anak
tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah sebenarnya adalah
masyarakat atau keluarga balita belum mengatahui cara menilai status berat
badan anak (status gizi anak).

40

B. DEFINISI
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi
tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus),
dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak
balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut
(busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di
bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah
teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun (Novitasari, 2012).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui
dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun
(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur
menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau
sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila
jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah
salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Novitasari, 2012).

C. KRITERIA ANAK GIZI BURUK


Menurut Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kementrian Kesehatan
Indonesia pada tahun 2011, Kriteria anak dengan gizi buruk adalah sebagai
berikut :
1. Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
a. BB/TB: < -3 SD dan atau;
b. Terlihat sangat kurus dan atau;
c. Adanya Edema dan atau;
41

d. LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan


2. Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut di atas disertai salah
satu atau lebih dari tanda komplikasi medis berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Anoreksia
Pneumonia berat
Anemia berat
Dehidrasi berat
Demam sangat tinggi
Penurunan kesadaran

D. KLASIFIKASI GIZI BURUK


Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda
klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda, antara lain (Wahidin 2007)
:
1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak
sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih
merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Wahidin 2007).
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan
42

protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat


adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung
kaki sampai seluruh tubuh
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut
kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan
terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang
tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Wahidin 2007).
3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Wahidin
2007).
E.

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau
anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti
suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok
dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena
keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga
mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan
protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya
bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Selbatang atau rodopsin ini
43

terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel
rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi
pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini
butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran
adaptasi rodopsin (Wahidin 2007).
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi).
Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon
patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan
Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi
karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi
penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan
LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit
ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting
edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting
edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik
intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma
ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada
penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi
natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi
multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya
terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan
hidrostatik dan onkotik (Nelson, 2007).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah
kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup,
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak
terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan
ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
44

penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
1. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori
yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang
dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral

misalnya

infantil

gastroenteritis,

bronkhopneumonia,

pielonephiritis dan sifilis kongenital.


3. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis
pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut
pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup.
6. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
7. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan
bila penyebab maramus yang lain disingkirkan
8. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan
tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus.
9. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan
susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila
disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak
jatuh dalam marasmus.
F.

FAKTOR PENYEBAB GIZI BURUK


45

Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut (Wahidin,
2007) :
1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita
penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering
diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku,
pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan,
tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh
karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor
Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik maupun gizinya.
Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan
yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan
yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya
makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan bergizi
seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti
layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling
terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan
kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk
pada

sistem

pertahanan

sehingga

memudahkan

terjadinya

infeksi

(Soetjiningsih, 1995).
Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan
zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena
makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi),
penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat
gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang
berlebihan (Soetjiningsih, 1995).
46

G.

DIAGNOSIS
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri
dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda
tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur
penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan
mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak
terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat
badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat (Krisnansari, 2010).
Tabel 6

Tabel Status Gizi secara Klinis dan Antropometri

47

Tabel 7. Nilai baku rujukan menurut WHO

Gambar 2. Bagan Diagnosa Gizi Buruk dan Gizi Kurang3

48

Selain itu, berikut disertakan alur pelayanan anak gizi buruk di rumah
sakit/puskesmas perawatan.

Gambar 3. Alur Pelayanan Anak Gizi buruk di Rumah Sakit/Puskesmas


Perawatan

49

Gambar 4. Bagan Diagnosa Gizi kurang dan penympangan tumbuh kembang


anak
1. Penanganan anak gizi kurang
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan
sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari.
PMT Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu
khas

daerah

yang

disesuaikan

dengan

kondisi

setempat

(DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKementerianKesehatanRI,
2011).
Sasaran
a. Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan
Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran
prioritas

penerima

PMT

50

Pemulihan(DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKem
enterianKesehatanRI, 2011).
b. Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi kepada
Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas, guna menentukan
sasaran penerima PMT Pemulihan. 1
Cara Penentuan Sasaran :
Sasaran dipilih melalui hasil penimbangan bulanan di
Posyandu dengan urutan prioritas dan kriteria sebagai
berikut :
a. Balita yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi
buruk

di

TFC/Pusat

Pemulihan

Gizi/Puskesmas

Perawatan atau RS
b. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali
berturut-turut (2 T)
c. Balita kurus
d.

Balita

Bawah

Garis

Merah

(BGM)

(DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKementerianKesehatanRI,
2011)

51

Tabel

8.

pola

pemberian

makanan

bayi

dan

balita

(DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKementerianKesehatanRI,
2011).
H.

DAMPAK GIZI BURUK


Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja
terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara, di
samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi
buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena kondisi gizi
buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan
mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan
memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme
maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi
(Soetjiningsih, 1995).
Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa
karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain
hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia
(kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan
elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di
follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat catch up dan mengejar
ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk
terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya.
Akibat

gizi

buruk

terhadap

pertumbuhan

sangat

merugikan

performance anak, akibat kondisi stunting (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi
terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya,
lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap
pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang
vital bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami
52

gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak


jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn
kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian,
gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi
anak (Nelson, 2007).
I.

HUBUNGAN KONDISI PERUMAHAN DENGAN GIZI BURUK


Kondisi Lingkungan memegang peranan penting dalam menentukan

status kese-hatan balita. Lingkungan yang baik akan memberikan dampak


yang baik bagi kesehatan guna menciptakan manusia yang berkualitas.
Sebaliknya lingkungan yang kumuh akan berdampak buruk pada status
kesehatan.
Faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan diantaranya
adalah kondisi keluarga. Kondisi keluarga yang baik akan memberikan
pengaruh kepada lingkungan fisik rumah, ketahanan pangan dan asupan gizi
anggota keluarga. Dengan baiknya kondisi keluarga akan memungkinkan
keluarga memper-baiki lingkungan fisik rumah dan akan memberikan
dampak yang baik bagi kesehatan. Baiknya lingkungan fisik rumah akan
memberikan kontribusi terhindarnya balita dari kontak langsung dengan
kontaminan. Sehingga antara lingkungan fisik rumah dengan kondisi keluarga
erat hubungannya.
Kondisi keluarga juga mempunyai hubungan dengan ketahanan pangan,
karena dengan baiknya kondisi keluarga membuat orang tua akan memenuhi
kebutuhan akan asupan pangan yang cukup. Dengan terpenuhinya pangan
keluarga akan memperbaiki kondisi status gizi balitanya, karena salah satu
faktor yang mempengaruhi status gizi adalah ketahanan pangan keluarga.
Dengan baiknya sta-tus gizi balita akan berhubungan dengan status
kesehatan.
Berdasarkan dari Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2004
tentang kajian kesehatan lingkungan menyatakan bahwa cakupan jamban
keluarga baru mencapai 76 %, air bersih 84,9 %, sistem pembuangan air
53

limbah (SPAL) 77 %, sistem pembuangan sampah yang belum memadai.


Kondisi lingkungan se-perti ini akan menjadi permasalahan serius yang perlu
diperhatikan.
Kondisi itu banyak ditemukan pada rumah tangga pinggiran yang masih
sangat minim dalam penanganan masalah lingkungan. Ditandai dengan belum
adanya wc sendiri, tempat pembuangan sampah rumah tangga, belum
tersedianya sarana air bersih, masih menggunakan media kayu sebagai bahan
bakar dan masih banyaknya rumah dengan kondisi tidak sehat. Kondisi ini
akan menyebabkan terjadinya kontak langsung antara kontaminan dengan
balita dan ibu yang mempe-ngaruhi keadaan kesehatan balita itu sendiri.
Status kesehatan dan status gizi balita saling memberi dampak, karena
ke-dua faktor ini saling mempengaruhi. Baiknya asupan gizi akan
memberikan pe-ngaruh yang baik bagi status kesehatan balita. Karena status
gizi pada balita ada-lah salah satu indikator dalam pembangunan nasional.
Pada masa balita mereka mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat dan sangat penting untuk keberlangsungan hidupnya. Oleh karena
itu status gizi merupakan salah sa-tu ukuran penting dari kualitas sumber daya
manusia.
1. Sanitasi
Sanitasi adalah suatu usaha kesehatan yang bertujuan untuk
mencegah faktor-faktor hidup yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit secara epidemologi, meliputi semua media pemukiman hidup
organisme serta segala kondisi yang secara langsung maupun tidak yang
diduga dapat mempengaruhi tingkat ke-hidupan dan kesehatan organisme
itu sendiri. Tempat pembuangan limbah rumah tangga di rumah pasien
terlihat tidak teratur. Kondisi rumah juga bersebelahan dengan kandang
kambing diman dapat menularkan penyakit akibat sanitasi yang buruk.
Tempat pembuangan kotoran rumah tangga (jamban) juga tidak ada di
rumah tersebut sehingga jika buang air besar di kali.
2. Air Minum

54

Air terlindungi yaitu air yang terhindar dari kontaminan luar seperti
air ledeng, pam, atau sejenisnya atau air yang langsung dari mata air
tanpa harus kena sinar matahari terlebih dahulu melalui pipa yang
menyalurkan ke rumah-rumah. Sedangkan air tidak terlindungi adalah air
sungai, air sumur terbuka dan air hujan. Di tempat rumah pasien sumber
air minum berasal dari air sumur, dimana lokasi rumah pasien berdekatan
dengan lokasi lumpur, sehingga ada kemungkinan sumber air yang
digunakan sudah tercemar.
3. Bahan Bakar
Bahan bakar dengan memperhatikan aspek bahan bakar yang
digunakan untuk memasak. Bahan bakar dikategorikan pada bahan bakar
kayu, kompor dan kompor gas. Kondisi di rumah pasien masih
menggunakan tungku sebagai alat masak dimana kebersihannya masih
belum terjamin,
4. Lantai Rumah
Lantai rumah adalah keadaan fisik konstruksi lantai rumah dimana masih
berupa lantai dari tanah.
Kebiasaan dan perilaku penghuni
a.
b.
c.
d.
e.

Harus rajin membersihkan rumah


Memindahkan kandang hewan jauh dari rumah
Membuat tempat pembuangan limbah yang baik
Membuat jamban
Membersihkan alat makanan dan minuman termasuk alat memasak

55

BAB VII
PENUTUP

A.

KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
a. An. Y (19 bulan) menderita Gizi buruk berdasarkan kategori NCHS.
b. Nafsu makan yang kurang menyebabkan berat badan An. Y tidak
bertambah
c. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. Y tidak sehat
2. Segi Psikologis :
a.

Hubungan antara anggota keluarga dan anggota

masyarakat yang terjalin cukup akrab, harmonis dan hangat.


b.

Pengetahuan akan status gizi balita masih kurang

berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih rendah


c.
Ketelatenan keluarga dalam megobati dan memberi
makan pasien sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan
3. Segi Sosial, Ekonomi :
a. Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang
berpengaruh pada ketidak mampuan mendapatkan pelayanan dan
informasi tentang kesehatan keluarga juga untuk dapat mempunyai
fasilitas sanitasi, rumah yang sesuai dengan standart kesehatan
b. Kurangnya kegiatan di daerah tempat tinggal menyebabkan ayah
pasien kurang berinteraksi dengan kepala keluarga lainnya
4. Segi fisik :
a. Lingkungan rumah An. Y yang tidak bersih.

B.

SARAN

56

Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :


1. Untuk masalah medis (Gizi buruk) dilakukan langkah-langkah :

Preventif : Pasien diberikan makanan dengan menu

seimbang. Menjaga lingkngan rumah agar bersih dan sehat,


memperhatikan higiene sanitasi dan lingkungan.

Promotif : Edukasi keluarga pasien mengenai pola

makan yang memenuhi gizi seimbang dan diberi pengarahan


mengenai cara penyiapan dan penyimpanan makanan yang baik.
Diusahakan makanan sederhana tetapi mengandung menu gizi
seimbang.

Kuratif

: Mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung banyak kalori dan protein yang mencukupi kebutuhan


tubuh, selain itu dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Rehabilitatif : Memberikan stimulasi guna tumbuh

kembang dan pemulihan kondisi pasien.


2. Untuk masalah kondisi rumah yang tergolong kriteria rumah tidak
sehat dapat dilakukan langkah-langkah :

Preventif :

Edukasi penderita dan anggota keluarga untuk menjaga kebersihan


rumah dan lingkungan rumah. Rajin menjemur bantal, guling dan
kasur. Membuka pintu rumah pada pagi hari agar sinar matahari
pagi dapat masuk terutama ke dalam kamar tidur.Diharapkan
menggunakan beberapa genteng kaca atau genteng plastik pada
ruang yang kurang dalam pencahayaan.Membersihkan rumah dan
jamban, menguras bak mandi, membangun tempat pembuangan
sampah dan saluran air dengan membuat SPAL (Sarana
Pembuangan Air Limbah), menata barang-barang agar tidak
menjadi sarang kuman dan nyamuk.

Promotif : Edukasi penderita dan anggota keluarga

untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah.


57

3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit gizi buruk, dilakukan


langkah-langkah :

Promotif : Memberikan pengertian kepada keluarga

pasien mengenai gizi buruk, bahwa gizi buruk dapat ditangani


dengan baik hingga sembuh.

58

DAFTAR PUSTAKA

DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKementerianKesehatanRI,

(2011),

Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan


Bagibalita Gizi Kurang.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Glascoe FP. Robertshaw NS. 2007 Parents Evaluation of Developmental
Status (PEDS): An evidence-based method for detecting and addressing
developmental and behavioral problems in children Case ExampleEllsworth &
Vandermeer Press, Nolensville
Irwanto, dkk, (2006), Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak, Divisi Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSU Dr.
Soetomo Surabaya, Surabaya.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2011). Keputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia nomor: 1995/MENKES/SKX/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2011), Bagan Tata Laksana Anak
Gizi buruk Buku 1, Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan
AnakDirektorat Bina Gizi, Jakarta
Lestari, Hesti dkk , (2007) ,Penilaian PEDS pada Anak Usia 6-72 bulan, Sari
Pediatri
Nelson, 2007, Ilmu Kesehatan Anak, Ed 15th , EGC, Jakarta

59

1. LAMPIRAN

Bagian depan rumah

Ruang Tamu

60

Kamar

Dapur

61

Kamar mandi

Tempat Cucian

62

63

Anda mungkin juga menyukai