PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian,
karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi(Ditjen
Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami
perbaikan. Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi
buruk pada anak balita dari 5,4%tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010.
Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih
relatif besar, oleh karena itu diperlukan tenaga yang mampu mengatasi kasus
gizi buruk secara cepat, tepat dan profesional yang diikuti dengan penyiapan
sarana dan prasarana yang memadai. Untuk menyiapkan tenaga kesehatan
terampil seperti yang diharapkan selain memberikan peningkatan kapasitas
juga diperlukan panduan tatalaksana gizi buruk yang akan digunakan tenaga
kesehatan(Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT
Pemulihan dimaksud berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah
yang disesuaikan dengan kondisi setempat(Ditjen Bina Gizi Dan Kesehatan
Ibu Dan Anak Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Mulai tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran
untuk kegiatan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan melalui dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Dengan adanya dana BOK di setiap
puskesmas, kegiatan PMT Pemulihan bagi anak balita usia 6 59 bulan
1
C. Manfaat
- Dapat mengidentifikasikan gejala dari gizi
- Mengetahui faktor lingkungan yang berperan dalam jalannya penyakit
Nama DM Pembina
Tingkat
Paraf
Paraf
Pemahaman
Pembimbing
Keterangan
Februari 2016
dr.
Februari2016
dr.
Februari 2016
dr.
Februari 2016
dr..
: Tn. S
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: Extended family
Ny. S
Pasien
dalam
Klinik
keluarga
Nenek
50
SD
(Y/T)
Y
Ket
2
3
4
5
6
7
Tn. S
Tn.B
Ny.A
Tn. A
Ny. Y
Sdr. M
Kakek
L
Anak 1
L
Istri Anak 1 P
Anak 2
L
Anak 3
P
Anak 4
L
48
30
28
29
27
18
SMP
SD
SMP
SD
SMA
Swasta
Swasta
-
Y
Y
Y
Y
Y
Y
An. F
Anak Ny YP
3,5
1,7
yang
Pertama
9
An. Y
Anak Ny. YP
yang kedua
PASIEN
KURANG
GIZI
10
An. L
Anak Tn. AP
yang
pertama
BAB I
STATUS PENDERITA
A.
PENDAHULUAN
Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita
: An.Y
Umur
: 1 tahun 7 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
:-
Pendidikan
:-
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
Tanggal kunjunganRumah
C. ANAMNESIS
1.
peningkatan berarti
2.
Riwayat
Penyakit
Sekarang:
Heteroanamnesa
Berat Badan ada peningkatan yang berarti sejak 2 bulan yang lalu.
Dan pasien sempat di rawat inap di Puskesmas dengan kondisi Lemas dan
BB 5,7 kg. Berat badan akhir-akhir ini Sudah mulai membaik dengan ada
peningkatan berat badan menjadi 7,3 kg. Sebelum rawat inap, pasien
kesehariannya banyak menghabiskan waktu untuk istirahat, pasien juga
sempat tidak makan-makan selama 5 hari dan hanya minum asi
saja.Setelah rawat inap, pasien sekarang kesehariannya lumayan aktif dan
juga pasien mau makan tetapi tidak banyak, dan pasien hanya mau minum
susu formula saja, itu juga tidak setiap hari dan kadang-kadang hanya di beri
air gula saja. Sebelumnya pasien mengeluh batuk, pilek dan demam seminggu
yang lalu, namun pasien tidak terlalu sering mengalami sakit seperti
ini.Menggigil (-), kejang (-). Buang air kecil lancar. Buang air besar lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
8.
Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkancukup bulan, ditolong bidan, BBL 2400 gram. Selama
hamil, ibu pasien memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Sedati.Ibu
lupa pernah mengkonsumsi obat apa aja selama hamil bayi pertama.
9.
D. ANAMNESIS SISTEM
1.
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
sekret (+)
5.
Mulut :
sariawan
(-),
mulut
kering
Pernafasan
mengi (-)
9.
Kadiovaskuler
: berdebar-debar (-),
10.
Gastrointestinal
diare (-),nyeri perut (-), perut buncit (-), BAB tidak ada
keluhan
11.
Genitourinaria
Neuropsikiatri
: Neurologik :
Muskuloskeletal
kejang (-)
Psikiatrik
: sde
13.
Ekstremitas
oedem (-)
Bawah
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
a.Tanda Vital
Nadi
:106x/menit, reguler
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu
:36,9oC
BB
: 7,3 kg
TB
: 65cm
b.Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB
: 7.3 kg
TB
: 65cm
Lila
: 11 cm
= 17 m2 (sangat kurus)
NCHS :
TB/U
x = < -3SD
BB/U
x = < -3SD
Kulit
4.
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-), faring hiperemi (-)
8.
Telinga
Tenggorokan
10.
Leher
(-).
- Cor : I : ictus cordis tidak tampak
P:
P:
:ICS II PSLS
:ICS II PSLD
:ICS V MCLS
P:
P:
sonor/sonor
A:
whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I :
P:
P:
sonor/sonor
A:
I
A
P
P
Ektremitas:
akral dingin
palmar eritema(-/-)
oedem
11
Kesadaran
Afek
Psikomotor
: normoaktif
Proses pikir
: bentuk :sde
isi
: sde
arus
Insight :
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
G. RESUME
Seorang penderita 1 tahun 7 bulan dengan keluhan berat badan tidak
bertambah.Berat badan pasien tidak bertambah sejak 2 bulan yang lalu.Pada
usianya yang sudah 1 tahun 7 bulan berat badan pasien hanya 7,3 kg.Pasien
sangat sulit bila diberi makan atau susu, pasien hanya mau minum air gula.
Riwayat tumbuh kembang dalam batas normal.
12
13
I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medika mentosa
Kegiatan stimulasi meliputi berbagai kegiatan untuk merangsang
perkembangan anak seperti latihan gerak, bicara, berpikir, mandiri serta
bergaul. Kegiatan stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua atau
keluarga setiap ada kesempatan atau sehari-hari (Depkes 1997).
Anak Gizi buruk/ KEP berat didapatkan keterlambatan perkembangan
mental dan perilaku sehingga diberikan:
a. Kasih sayang
b. Lingkungan yang ceria
c. Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit /hari
d. Aktifitas fisik segera setelah sembuh
e. Keterlibatan ibu (memberi makan,memandikan, bermain
2. Medikamentosa
Anak gizi buruk tanpa tanda klinis langsung diberikan fase rehabilitasi
lanjutan 200-220 kkal/kg BB per hari,yang diberikan 5-7 kali
pemberian/hari (Formula 100).Rehabilitasi lanjutan diberikan selama 5
minggu dengan pemberian makanan secara bertahap dengan mengurangi
frekuensi makanan cair dan menambah frekuensi makananpadat.
Contoh Frekuensi Pemberian Makanan per hari
Tabel 1: Anak gizi buruk tanpa tanda klinis:
Minggu Ke
Formula 100
I
II
III
IV
V
5 kali
4 kali
4 kali
3 kali
3 kali
Makanan
Utama
+
Buah
1 kali
2 kali
2 kali
3 kali
3 kali
Makanan
Selingan
1 kali
1 kali
1 kali
2 kali
2 kali
Protein 10 -
15 g
a.Bentuk makanan PMT-P
ative
I
Beras 60 g
II
III
kacangan 25 g
Beras 70 g
Ikan 30 g
Ubi/singkong 150 Kacang-kacangan 40 g
g
gula 20
g
Tepung ubi 40 g
g
gula 20
g
Kacang-kacangan 40 g
b.Lama PMT-P
Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari
kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
15
J. Follow Up
Tanggal 25 Februari 2016
S :Demam (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), sulit
makan, badan lemas (-), BAB (+), BAK (+) N, warna kuning.
O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
nadi
: 106x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Suhu
: 36,90C
BB
: 7,3 kg
Status Generalis
: dbn
Status Neurologis
: sde.
Status Mentalis
: sde
A : Gizi buruk
P :
Tanggal 26 Februari 2016
S : Demam (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan mulai meningkat, badan lemas (-), BAB (+), BAK (+) N, warna
kuning.
O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
nadi
: 112x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Suhu
: 36,40C
BB
: 7,3 kg
Status Generalis
: dbn
: sde
P :
Tanggal 27 Februari 2016
16
S : Demam (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan mulai meningkat, badan lemas (-), BAB (+), BAK (+) N, warna
kuning.
O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
nadi
: 107x/menit
Pernafasan
: 21x/menit
Suhu
: 36,40C
BB
: 7,3 kg
Status Generalis
: dbn
: sde
P :
17
FLOW SHEET
Nama
: An. Y
Tgl
Problem
1.
25-0216
-Sulit makan
106
-Sulit Minum
ASI
RR
22
36,5
BB
kg
7,3
TB
cm
65
Plannin
g
-Diet
tinggi
protein
Target
Meningkatkan
berat badan
-Edukasi
2.
26-0216
-Sulit Makan
112
-Sulit Minum
ASI
22
36,5
7,3
65
-Diet
tinggi
protein
Meningkatkan
berat badan
-Edukasi
3.
27-02-1
-Masih
makan
minum
sulit 107
dan
21
36,5
7,3
65
-Diet
tinggi
protein
Meningkatkan
berat badan
-Edukasi
Tabel 3
18
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A.
FUNGSI KELUARGA
1.
Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari ibu kandung Ny Y,An F,An Y, Ny Y
merupakan seorang kepala rumah tangga.Ny Y adalah ibu kandung dari
penderita, berumur 24 tahun.An.F merupakan anak pertama dari 2
bersaudara yang berusia 3 tahun 5 bulan, An Y adalah Penderita Gizi
buruk yang merupakan anak kedua dari 2 bersaudara.Penderita ketika
lahir ditolong oleh bidan,cukup bulan, spontan, menangis dengan berat
badan lahir 2400gram di rumah bidan.
2.
Fungsi Psikologis
An. Y tinggal serumah dengan ibu, nenek, kakek, Paman, bibi dan
kedua kakak perempuannya (Tn.S, Ny S, Tn B, Ny A, Tn A, Ny Y, Sdr M,
An F, An Y, An L). Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab,
terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan
baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara
satu dengan yang lain. Ayah pasien sudah berpisah dengan ibu pasien, jadi
yang berkerja hanya ibu pasien saja, bekerja dari senin hingga sabtu
dengan jam kerja dari jam 08.00 WIB 16.00 WIB. Sehingga sehari-hari
pasien lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ibunya.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang
menderita
kesusahan.
Meskipun
penghasilan
mereka
tak
19
3.
Fungsi Sosial
An. Y adalah anak yang senang bermain dengan teman sekitar
rumah dan keluarganya.Dalam masyarakat pasien dan orang tua hanya
sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial
tertentu dalam masyarakat. Ibu penderita kurang aktif dalam kegiatan
sosial di masyarakat karena sibuk kerja dan menjadi tulang punggung
keluarga di mana suami sudah tidak menafkahi keluarganya lagi.
Kegiatan-kegiatan yang harus mengeluarkan biaya juga menjadi
penghambat bagi keluarga ini untuk aktif dalam kegiatan sosial dan
kemasyarakatan.
4.
20
21
Sering/
Kadang
Hampir
Selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
carakeluarga
saya
22
Sering/
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
carakeluarga
saya
23
Sering/
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
24
Sering/
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
Sering/
Kadang
Hampir
25
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga
saya
Hampir
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
26
saya
bila
saya
menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga
saya
Hampir
Kadang
Hampir
selalu
-kadang
tidak
pernah
saya
bila
saya
menghadapi
27
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga
saya
64
PATOLOGI
KET
28
Social
Cultural
Religion
Economic
meskipun
belum
mampu
mencukupi
hidup.
Pendidikan
anggota
keluarga
kurang
memadai. +
Keterangan :
29
Kesimpulan :
Dalam keluarga An. Y fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial,
fungsi religi, fungsi ekonomi dan fungsi edukasi.
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat
30
Tn. R
Ny. Y
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
Atau
= Meninggal
= Pasien
= Cerai
31
hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga di keluarga An.Y baik-baik saja dan
sangat harmonis dan saling dukung mendukung.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu
penderita?
Jawab :Mengobati dengan membelikan obat di warung dekat rumah,
merawat dan menyiapkan kebutuhan selama sakit. Jika tidak kunjung
membaik membawanya ke puskesmas terdekat Sedati.
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan keluarga
lainnya?
Jawab :Mendukung dan membantu apa yang dilakukan oleh ibu,termasuk
mengantar penderita ke puskesmas.
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :Ijin ibu
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibunya yaitu
Ny.Y.
5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab : Tn. R, karena sudah lama tidak bertemu
6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
32
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A.
33
2. Denah Rumah
10 M
K.mandi
Gudang
U
35
K. Tidur
R. Tamu
15 M
K. Tidur
K. Tidur
DAPUR
T. CUCI
Keterangan :
: Jendela
: Satu Pintu
: Tembok Bata dengan cat
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1.
Masalah aktif :
a. Gizi buruk tanpa komplikasi
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Tingkat pendidikan orang tua masih rendah
36
2. Faktor resiko :
a.
b.
c.
4.
Kurangnya
informasi
tentang gizi
kurang
An. Y 1th
7bln
Pasien Gizi
buruk
2. Peran kader
dalam penemuan
kasus gizi kurang
dan
penanganannya
belum maksimal,
Penatalaksanaan
kasus yang
belum maksimal
3. Masalah
pemberian
makan,
Pendidikan
orang tua
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
Dukungan Psikologis
Suport psikologis Pasien memerlukan dukungan psikologis dengan
memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi,
37
Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk keluarga pasien dengan
problem psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang
salah
tentang
penyakit
pasien,
kecemasan,
kekecewaan
dan
Penjelasan,
Basic
Kounseling
dan
Pendidikan Pasien
Keluarga diberikan penjelasan yang benar mengenai apa itu gizi
buruk dan gizi kurang. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap
kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
maupun oleh Yankes. Keluarga penderita juga diberi penjelasan
tentang pentingnya asupan gizi pasien dan pentingnya gizi untuk
perkembangan tumbuh kembang pasien.
d.
Menimbulkan
rasa
percaya
diri
dan
38
Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.
f.
B.
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
39
A.
LATAR BELAKANG
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan danidentifikasi faktor risiko melalui kegiatan
surveilans.Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Hasil
Susenas menunjukkan adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu
dari 10,1% pada tahun 1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3%
pada tahun 2001.
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan
sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan (Novitasari,
2012).
Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi
masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat
meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal (Depkes
RI, 2004). Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah
yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak
seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Gizi Besi
(Depkes RI, 2004 ).
Khusus untuk masalah Kurang Energi Protein (KEP) atau biasa dikenal
dengan gizi kurang atau yang sering ditemukan secara mendadak adalah gizi
buruk terutama pada anak balita, masih merupakan masalah yang sangat sulit
sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab gizi buruk itu
sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu kurangnya intake (konsumsi)
makanan terhadap kebutuhan makan seseorang. Sebelum gizi buruk ini
terjadi, telah melewati beberapa tahapan yang dimulai dari penurunan berat
badan dari berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya terlihat anak
tersebut sangat buruk (gizi buruk). Jadi masalah sebenarnya adalah
masyarakat atau keluarga balita belum mengatahui cara menilai status berat
badan anak (status gizi anak).
40
B. DEFINISI
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi
tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus),
dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak
balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut
(busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada di
bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah
teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun (Novitasari, 2012).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui
dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun
(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur
menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau
sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila
jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah
salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Novitasari, 2012).
Anoreksia
Pneumonia berat
Anemia berat
Dehidrasi berat
Demam sangat tinggi
Penurunan kesadaran
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau
anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti
suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok
dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena
keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga
mengalami rabun senja. Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan
protein. Pada retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya
bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Selbatang atau rodopsin ini
43
terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel
rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi
pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini
butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran
adaptasi rodopsin (Wahidin 2007).
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi).
Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon
patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan
Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi
karena kekurangan protein. Jika terjadi kekurangan protein, maka terjadi
penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan
LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit
ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting
edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting
edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik
intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma
ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke intrasel, karena pada
penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi dari ginjal untuk reabsorpsi
natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi
multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya
terjadi pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan
hidrostatik dan onkotik (Nelson, 2007).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah
kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup,
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak
terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan
ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
44
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan ada beberapa faktor lain pada diri
anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
1. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori
yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang
dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya
pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral
misalnya
infantil
gastroenteritis,
bronkhopneumonia,
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut (Wahidin,
2007) :
1. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita
penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering
diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku,
pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan,
tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh
karena itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor
Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik maupun gizinya.
Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan makanan
yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan
yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya
makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan bergizi
seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti
layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling
terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan
kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk
pada
sistem
pertahanan
sehingga
memudahkan
terjadinya
infeksi
(Soetjiningsih, 1995).
Kekurangan gizi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekurangan
zat-zat gizi ensensial, yang bisa disebabkan oleh: asupan yang kurang karena
makanan yang jelek atau penyerapan yang buruk dari usus (malabsorbsi),
penggunaan berlebihan dari zat-zat gizi oleh tubuh, dan kehilangan zat-zat
gizi yang abnormal melalui diare, pendarahan, gagal ginjal atau keringat yang
berlebihan (Soetjiningsih, 1995).
46
G.
DIAGNOSIS
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri
dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda
tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur
penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan
mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak
terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat
badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat (Krisnansari, 2010).
Tabel 6
47
48
Selain itu, berikut disertakan alur pelayanan anak gizi buruk di rumah
sakit/puskesmas perawatan.
49
daerah
yang
disesuaikan
dengan
kondisi
setempat
(DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKementerianKesehatanRI,
2011).
Sasaran
a. Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan
Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran
prioritas
penerima
PMT
50
Pemulihan(DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKem
enterianKesehatanRI, 2011).
b. Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi kepada
Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas, guna menentukan
sasaran penerima PMT Pemulihan. 1
Cara Penentuan Sasaran :
Sasaran dipilih melalui hasil penimbangan bulanan di
Posyandu dengan urutan prioritas dan kriteria sebagai
berikut :
a. Balita yang dalam pemulihan pasca perawatan gizi
buruk
di
TFC/Pusat
Pemulihan
Gizi/Puskesmas
Perawatan atau RS
b. Balita kurus dan berat badannya tidak naik dua kali
berturut-turut (2 T)
c. Balita kurus
d.
Balita
Bawah
Garis
Merah
(BGM)
(DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKementerianKesehatanRI,
2011)
51
Tabel
8.
pola
pemberian
makanan
bayi
dan
balita
(DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKementerianKesehatanRI,
2011).
H.
gizi
buruk
terhadap
pertumbuhan
sangat
merugikan
performance anak, akibat kondisi stunting (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi
terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya,
lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak terhadap
pertumbuhan otak ini menjadi patal karena otak adalah salah satu aset yang
vital bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami
52
54
Air terlindungi yaitu air yang terhindar dari kontaminan luar seperti
air ledeng, pam, atau sejenisnya atau air yang langsung dari mata air
tanpa harus kena sinar matahari terlebih dahulu melalui pipa yang
menyalurkan ke rumah-rumah. Sedangkan air tidak terlindungi adalah air
sungai, air sumur terbuka dan air hujan. Di tempat rumah pasien sumber
air minum berasal dari air sumur, dimana lokasi rumah pasien berdekatan
dengan lokasi lumpur, sehingga ada kemungkinan sumber air yang
digunakan sudah tercemar.
3. Bahan Bakar
Bahan bakar dengan memperhatikan aspek bahan bakar yang
digunakan untuk memasak. Bahan bakar dikategorikan pada bahan bakar
kayu, kompor dan kompor gas. Kondisi di rumah pasien masih
menggunakan tungku sebagai alat masak dimana kebersihannya masih
belum terjamin,
4. Lantai Rumah
Lantai rumah adalah keadaan fisik konstruksi lantai rumah dimana masih
berupa lantai dari tanah.
Kebiasaan dan perilaku penghuni
a.
b.
c.
d.
e.
55
BAB VII
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
a. An. Y (19 bulan) menderita Gizi buruk berdasarkan kategori NCHS.
b. Nafsu makan yang kurang menyebabkan berat badan An. Y tidak
bertambah
c. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. Y tidak sehat
2. Segi Psikologis :
a.
B.
SARAN
56
Kuratif
Preventif :
58
DAFTAR PUSTAKA
DitjenBinaGiziDanKesehatanIbuDanAnakKementerianKesehatanRI,
(2011),
59
1. LAMPIRAN
Ruang Tamu
60
Kamar
Dapur
61
Kamar mandi
Tempat Cucian
62
63