PEMANCANGAN
1)Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut
dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung
yang telah ditentukan, tanpa kerusakan.
Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka
galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus
diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang
ditunjukkan dalam Gambar.
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel dan kepala
tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi non-magnetik. Palu, topi baja,
bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan harus
terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang miring
harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua
pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya, dan palu
pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari
Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian
pembebanan sampai mencapai ke dalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari
dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm.
Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga
beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung
yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan bangunan bawah jembatan
bilamana dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang pancang
beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravi-tasi sebaiknya
tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh
kurang dari setengah jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, dan minimum 2 ton untuk
tiang pancang beton. Untuk tiang pancang baja, berat palu harus dua kali berat tiang beserta
topi pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus
mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm
dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan
dari rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor. Enerji total alat
pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan, kecuali untuk tiang pancang beton
sebagaimana disyaratkan di bawah ini.
Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang pancang beton harus
mempunyai enerji per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari
635 kgm untuk setiap meter kubik beton tiang pancang tersebut.
Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan harus dibatasi
sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil
harus digunakan bilamana terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini
adalah kondisi yang dimaksud :
Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditem-bus pada
saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang.
Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi yang dalam
terjadi pada setiap penumbukan.
Bilamana tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat penolakan
akibat batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya.
Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah
mencapai hasil yang memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus dilaksanakan dengan
hati-hati, dan pemancangan yang terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti
penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu berukuran sedang. Suatu catatan
pemancangan yang lengkap harus dilakukan
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai
perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan penyebabnya harus dapat
diketahui, bila memungkinkan, sebelum pemancangan dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang berumur
kurang dari 7 hari. Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi
ketentuan minimum, tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan
palu yang lebih besar dan/atau menggunakan water jet atas biaya sendiri.
2) Penghantar Tiang Pancang (Leads)
Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan
bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau palang yang kaku
agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan. Kecuali jika tiang pancang
dipancang dalam air, penghantar tiang pancang, sebaiknya mempunyai panjang yang cukup
sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang tidak diperlukan. Penghantar tiang
pancang miring sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang pancang miring.
pecahnya dan kerusakan kayu, atau deformasi baja. Manipulasi tiang pancang dengan
memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang sebagaimana mestinya, menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan diijinkan. Tiang pancang yang cacat harus
diperbaiki atas biaya Kontraktor.
Bilamana pemancangan ulang untuk mengembalikan ke posisi semula tidak memungkinkan,
tiang pancang harus dipancang sedekat mungkin dengan posisi semula, atau tiang pancang
tambahan harus dipancang sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
7)Catatan Pemancangan (Calendering)
Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh Direksi
Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton)
Pu = {ef.WH / [S + (C1 + C2 + C3)/2]} x { [W + n^2.Wp] / [W + P]}
Pekerjaan dan Kontraktor harus membantu Direksi Pekerjaan dalam menyimpan catatan ini
yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal
pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir,
enerji pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang
dapat dibayar.
8) Rumus Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang
Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan rumus
dinamis (Hiley). Kontraktor dapat mengajukan rumus lain untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan.
Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu
ef = 1,00 untuk palu diesel
ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan katrol
W : Berat palu atau ram (ton)
W : Berat tiang pancang (ton)
n : Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H untuk palu diesel (H = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau set (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari batang tiang pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
N : Faktor Keamanan
Beban pertama yang harus diberikan pada tiang percobaan adalah beban rancangan tiang
pancang. Beban pada tiang pancang dinaikkan sampai mencapai dua kali beban ran-cangan
dengan interval tiga kali penambahan beban yang sama. Setiap penambahan beban harus
dalam interval waktu minimum 2 jam, kecuali jika tidak terdapat penam- bahan penurunan
kurang dari 0,12 mm dalam interval waktu 15 menit akibat penam- bahan beban sebelumnya.
Bilamana kekuatan tiang uji untuk mendukung beban pengujian diragukan, penambahan
beban harus dikurangi sampai 50 % masing-masing beban pengujian, sesuai dengan perintah
Direksi Pekerjaan agar kurva keruntuhan yang halus dapat digambar. Beban pengujian penuh
harus dipertahankan pada tiang uji dalam waktu tidak kurang dari 48 jam. Kemudian beban
ditiadakan dan penurunan permanen dibaca. Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaan,
pembebanan diteruskan melebihi 2 kali beban rancangan dengan penambahan beban setiap
kali 10 ton sampai tiang runtuh atau kapasitas peralatan pembebanan ini dilampaui. Tiang
pancang dapat dianggap runtuh bila penurunan total akibat beban melebihi 2,5 cm atau
penurunan permanen melebihi 6,5 mm.
Setelah pengujian pembebanan selesai dilaksanakan, beban-beban yang digunakan harus
disingkirkan, dan tiang pancang, termasuk tiang tarik dapat digunakan untuk struktur
bilamana oleh Direksi Pekerjaan dianggap masih memenuhi ketentuan untuk digunakan.
Tiang uji yang tidak dibebani harus digunakan seperti di atas. Jika setiap tiang pancang
setelah digunakan sebagai tiang uji atau tiang tarik dianggap tidak memenuhi ketentuan untuk
digunakan dalam struktur, harus segera disingkirkan bilamana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, atau harus dipotong sampai di bawah permukaan tanah atau dasar pondasi telapak,
mana yang dapat dilaksanakan.
Jumlah dan lokasi tiang uji untuk pengujian pembebanan akan ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Untuk tiang dengan diameter lebih dari 600 mm jumlah ini tidak boleh kurang dari
satu dan tidak lebih dari tiga untuk setiap jembatan; untuk tiang dengan diameter kurang dari
dan sampai dengan 600 mm jumlah tiang tidak boleh kurang dari satu untuk setiap 30 tiang.
d). Pelaporan
Laporan yang harus dibuat untuk setiap pengujian pembebanan meliputi dokumen-dokumen
berikut ini :
Denah pondasi
Lapisan (stratifikasi) tanah
Kurva kalibrasi alat pengukur tekanan
Gambar diameter piston dongkrak
Grafik pengujian dengan absis untuk beban dalam ton dan ordinat untuk penurunan (settlement) dalam desimal mm.
Tabel yang menunjukkan pembacaan alat pengukur tekanan dalam atmosfir,
beban dalam ton, penurunan dan penurunan rata-rata dimana semua itu
merupakan fungsi dari waktu (tanggal dan jam).
Bilamana kapasitas daya dukung yang aman dari setiap tiang pancang, diketahui kurang dari
beban rancangan, maka tiang pancang harus diperpanjang atau diperbanyak sesuai dengan
Tiang yang akan ditest dilubangi (dibor) untuk meletakan sensor dan sensor harus dipasang
pada tiang yang akan ditest secara simetris
Pasang sensor dan hubungan kabel-kabel pada signal conditioning dan perangkat komputer
yang dioperasikan dengan paket software DLT atau PDA tertentu
Cek kelurusan hammer dengan tiang pancang
Monitoring signal dari hammer blow
Cek signal velocity dan force dengan memperhatikan hammer centricity (sekitar 100%) dan
kedua signal force channel 3 dan channel 4 harus tekan (positif)
Jika telah memenuhi persyaratan teknis lakukan monitoring untuk kurang lebih 15 pukulan
Jika belum memenuhi persyaratan cek kembali kelurusan hammer dengan tiang dan
lanjutkan langkah selanjutnya Pilih signal yang mewakili untuk digunakan pada signal
matching.
Di Indonesia pondasi jenis ini cukup populer juga meskipun peralatan yang tersedia masih
terbatas dan umumnya terkonsentrasi di pulau jawa. Jenis pondasi ini prinsip kerjanya hampir
sama dengan pondasi tiang pancang. Perbedaannya terletak pada cara pemasangannya, kalau
tiang pancang masuk kedalam tanah dengan kekuatan tumbukan sehingga menimbulkan
suara yang keras, tetapi lain halnya dengan bored pile yang suaranya tidak mengganggu
lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak digunakan di daerah perkotaan dalam
pembangunan apartemen, mall, dan gedung pencakar langit.
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian penetrometer
untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor sesuai
dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus selalu
dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok.
b) Pelaksanaan pengeboran :
Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana
Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus dipertahankan tidak lebih
dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan beton selama penarikan dan
operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi
Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan dengan alat
penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan, demikian juga bila ada air dalam
lubang bor harus dikeluarkan
Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton pada dinding
casing
Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka digunakan cara
tremieTiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan
dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak
tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga
memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya.
lubang. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi tanah
kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir pemotongan
berada di bawah elevasi muka air tanah, tekanan harus dipertahankan pada beton yang belum
mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai
mengeras.
d). Pengecoran Beton di Bawah Air
Bilamana pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan lunak dan
bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah disetujui harus
digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di atasnya. Pipa harus
diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam tiang bor sampai di atas elevasi
air/lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi lagi dengan beton
sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa tremie harus kedap air, dan harus
berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah sumbat harus ditempatkan di depan beton yang
dimasukkan pertama kali dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton dan air.
e). Penanganan Kepala Tiang Bor Beton
Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan
dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak
tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga
memungkinkan pengikatan yang sempurna ke dalam pur atau struktur di atasnya.
f). Tiang Bor Beton Yang Cacat
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga dapat dipasti-kan
bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang bor yang dibentuk sebelumnya. Tiang
bor yang cacat dan di luar toleransi harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.
g). Pengujian Tiang Bor
Perkembangan dan penggunaan metode Load Cell test untuk pengujian static dengan
kapasitas tinggi pada pondasi tiang bor memberikan pengaruh dan konstribusi yang sangat
besar bagi para perencana struktur pondasi untuk dapat mengevaluasi kapasitas dari struktur
pondasi yang direncanakan dan mengakaji pemilihan teknik konstruksi pada pondasi tiang
bor. Objektif dari Load Cell test adalah untuk mengukur pergerakan tiang pondasi melalui
alat load cell yang dihubungkan dengan peralatan elektronik sistem data yang
terkomputerisasi dengan akurat.
Saat ini, perencana struktur pondasi tidak lagi memerlukan dan bergantung kepada
penggunaan tiang pondasi uji dengan skala lebih kecil dari ukuran aktual-nya (diperkecil dari
ukuran sebenarnya) dan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengujian beban pada
pondasi tiang bor berdiameter besar yang biasanya menjadi ciri khas dari metode pengujian
statik konvensional. Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada metode konvensional statik
khususnya Pengenalan Load Cell Test.
Proses perubahan skala ukuran tiang uji secara konservatif dapat di-eliminasi dengan
menggunakan ukuran aktual dari tiang uji pada pengujian beban dengan metode Load Cell
test yang mampu memobilisasi beban lebih dari 200 MN. Load Cell adalah alat pengangkat
yang dimobilisasi dengan mekanisme hidrolis selama proses pengujian beban. Alat ini
ditanamkan dan merupakan bagian pada struktur pondasi dan bekerja pada dua arah (bidirectictional), keatas (upward) melawan tahanan geser selimut (side shear resistance) dan
kebawah (downward) melawan tahanan dasar (end bearing), load cell secara otomatis akan
merekam kedua karakteristik tahanan tersebut secara terpisah. Penggunaan alat ini pada
struktur pondasi tidak diharuskan untuk menggunakan struktur balok tambahan dan tiangtiang pengikat (tie-down piles). Load Cell menjabarkan semua reaksi yang bekerja pada tiang
pondasi dari tanah dan batuan yang mengelilingi pondasi. Pada suatu kondisi dimana
komponen-komponen tahanan tanah dan alat ini telah mencapai kapasitas maksimumnya
maka proses pengujian beban dapat dihentikan.
d. Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) : 0 sd +5% dari diameter nominal
pada setiap posisi
2.8. TURAP
a) Umum
Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus
berlaku juga untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
b). Turap Kayu
Tiang pancang kayu sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar baik yang
dipotong dari bahan yang utuh (solid) maupun dibuat dari tiga papan yang diikat jadi satu
dengan kokoh. Ujung bagian bawah tiang pancang harus diruncingkan agar dapat mendesak
ke dalam sedemikian hingga tiang-tiang yang berdekatan mempunyai ikatan yang rapat.
Puncak tiang pancang harus dipotong pada suatu garis lurus pada elevasi yang telah
ditunjukkan dan harus diperkaku dengan balok yang ditumpang-tindihkan dan disambung
pada semua sambungan dan sudut-sudut. Balok-balok pengaku sebaik-nya dipasang untuh
antara sudut-sudut dan harus dibaut di dekat puncak tiang pancang.
c) Turap Beton
Dinding turap beton harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar.
d) Turap Baja
Turap baja harus mempunyai jenis dan berat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
Bilamana dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap baja harus kedap air pada
sambungannya. Pengecatan turap baja harus memenuhi ketentuan Spesifikasi.
3. PONDASI SUMURAN (CAISSON)
a). Umum
Pondasi ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada
pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250
cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm. Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penurunan
dinding sumuran yang dicor di tempat atau pracetak yang terdiri unit-unit beton pracetak.
Penurunan dilakukan dengan menggali sedikit demi sedikit di bawah dasarnya. Berat beton
pada sumuran memberikan gaya vertical untuk mengatasi gesekan (friction) antara tanah
dengan beton, dan dengan demikian sumuran dapat turun.
Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan oleh
sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan kemiringan yang
terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan sumuran itu berada di luar
daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini merupakan tambahan pekerjaan untuk
memperbesar kapala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan beban vertical dari bangunan
atas kepada bangunan bawah secara eksentris.
Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus ditentukan
dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik referensi tersebut tidak
terganggu pada saat pembangunan sumuran.
Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru akan
mempunyai alinyemen yang benar sepanjang sumbu vertical.
Hal ini penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak
(keluar dari) vertical. Secara ideal kemiringan ini harus diperbaiki sebelum penambahan
segmen berikutnya. Setelah pekerjaan pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan
untuk memberikan jalan awal melalui mana sumuran akan diturunkan. Sisi galian ini harus
sedapat mungkin vertical.
6. Pengisian Sumuran
Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di bawah pondasi
telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton K250, atau sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Gambar.
7. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work)
Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu menahan gayagaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses penurunan dinding sumuran, dan
harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan.
8. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka
Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar pondasi
telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan menggunakan alat
pemecah bertekanan (pneumatic breakers). Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap
pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mempunyai panjang
paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
4. PENJANGKARAN TANAH (GROUND ANCHOR)
a). UmumPenjelasan tentang Penjangkaran Tanah ini seluruhnya disadur dari buku
Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi oleh Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa
Edisi ke 7 Tahun 2000 sebagai berikut . Metode penjangkaran tanah disebut juga dengan
nama Alluvian Anchor, Ground Anchor atau Tieback Anchor. Dalam metode ini pemboran
dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil,
lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik
seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke
dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk
memperkuat konstruksinya. Dalam banyak hal dipergunakan untuk melawan tekanan tanah
seperti turap ataupun tembok penahan tanah. Kadang-kadang juga dipergunakan untuk
konstruksi yang permanent tetapi pada dasarnya hanyalah dipakai untuk konstruksi
sementara. Apabila suatu dinding turap dipasang di suatu daerah di mana sedang dikerjakan
penurapan sedangkan penopang ataupun tiang-tiang antara tidak dibutuhkan maka akan
diperoleh daerah yang lebih luas di antara dinding turap, yang memungkinkan penggalian
dengan alat-alat berat.
Penjangkaran dengan tahanan geser. Jenis ini memakai batang jangkar yang silindris yang
digrout di dalam lubang bor dan gaya tarik ditimbulkan dari tahanan geser yang bekerja
sekelilingnya.
Penjangkaran dengan plat pemikul. Jenis ini menggunakan suatu plat massif yang dipasang di
dalam tanah sehingga tekanan tanah pasipnya yang bekerja dapat menahan gaya
tarik.Penjangkaran gabungan. Di mana ada bagian-bagian yang diperbesar dan tekanan pasip
bersama-sama tahanan geser batangnya yang menahan gaya tarik, sehingga dapat disebut
sebagai gabungan dari kedua metode terdahulu. Untuk membuat penjangkaran dengan
diameter besar pembuatan lubangnya perlu menggunakan mata bor khusus atau semburan air
bertekanan tinggi.
About Me
Civil Injinering
Artikel - artikel ini adalah bahan kuliah dari dosen - dosen saya dari Teknik
Sipil Unsri, saya cuma memposting aja .... hehehe.... semoga bermanfaat .....
View my complete profile
Pilihanmu Apa?
Your Market Research Here
Blog Archive
o
o
o
2009 (24)
July (1)
June (6)
May (17)
PEKERJAAN TANAH
KEWAJIBAN PENYEDIA JASA KONSTRUKSI
DOKUMEN KONTRAK
PRINSIP- PRINSIP UMUM MANAJEMEN PROYEK
SYARAT-SYARAT KONTRAK
SURAT PERJANJIAN
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
SISTEM KONTRAK
PUBLIC-PRIVATE PARTNERSHIPS
LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL LAPIS
POND...
II
Your Ad Here
Irasshaimase...........
Provided
by website-hitcounters.com hit
counter gallery.
9 of 17