Anda di halaman 1dari 11
‘Ida Farida : Pluratistik Masyarakat Indonesia Dalam Realita Dinantika Kehidupan Sosial 17 PLURALISTIK MASYARAKAT INDONESIA DALAM REALITA DINAMIKA KEHIDUPAN SOSIAL Ida Farida Dosen PNSD Fisipol Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTARAK Sifat kebhinekaan (pheralistik) masyarakat Indonesia pada sejak zaman dahutu, Dilhat dan sejarah hal ini pun dies ‘mya merupakan gejala yang sebenamya telah ada Ahi olei adanya Berbaga’ kebudayaan yang berasal dan negara lain seperti dari Cina, India Selatan, India Barat, Parsi, Arab dan Eropa Barat yang dialami dan . dirasakan masyarakat berbagai daerah secara tidak merata, sekingga menanivah kebhinekaan yang pada dasarnya telah ada sebelunmya. Namun kebhinekaan atau kemajemukkan masyarakat Indonesia ini mengundang berbagai pesimistis. Salah satu diantaranya yaitu apakah kebhinekan di Indonesia akan membaoa suatu konjlik yang cenderung mengakibatkan disintegrasi yang akan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Keywords : Pluralistik, dinamika kehidupan PENDAHULUAN Konflik itu sendiri pada hakekatnya merupakan gejala_ sosial yang melekat didalam kehidupan setiap masyarakat, dan oleh karenanya melekat pula dalam kehidupan setiap bangsa. Memang dalam masyarakat majemuk potensi timbulnya —_kerusuhan-kerusuhan atau konflik selalu ada, dan akan menjadi masalah yang —rentan terutama bagi integrasi nasional. Hal ini nampaknya merupakan tantangan bagi bangs: * donesia sebagai bangsa yang on punyai —masyarakat pluralistik tama dalam struktur masyarakal , untuk dapat menghinda...... konflik-konflik yang berkepanjangan. Dalam hal ini tidak dapat disangkal lagi, adanya _berbagai kerusuhan sosial yang terjadi di masyarakat akhir-akhir ini, yakni sejak akhir 1996 ( peristiwa Situbondo dan peristiwa Tasikmalaya), pada awal tahun 1997 yaitu terjadinya oral Sains dam tnoonsi S(1) 17-27 (2009) peristiwa Ujung Pandang. Disusul adanya berbagai peristiwa kerusuhan teriadi sejak awal tahun 1998 dan terakhir adanya peristiwa Majalengka, serta kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di jalur Pantura. Selain itu diperparah lagi dengan adanya kirisis moneter yang akhir - akhir ini melanda kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Kesemuanya itu turut adil terhadap __timbulnya keresahan di kalangan masyarakat secara nasional. Kerusuhan-kersuhan yang terjadi tersebut, _ mengisyaratkan betapa kompleks persoalan-persoalan yang dihadapi Indonesia yang sedang membangun ditengah kemajemukan (pluralitas) bangsa yang sedemikian beragam. Persoalan’ huhungan antar etnik, daerah, kelompok dan agama bertemu dengan masalah-masalah ekonomi, sosial budaya, politik dan kepentingan-kepentingan masyarakat lainnya ~ sehingga — memunculkan masalah yang rumit den tumpang tindih. Demikian besar resiko sebuah Ida Favda :Plualistik Masyarakat Indonesia Onlam Reaita Dinansika Kehidupaw Sosial 18 bangsa yang majemuk yang tengah berada dalam situasi transisi dan banyak agenda nasional yang menghalang. Oleh karena itu secara teoritik perlu adanya pemahaman- pemahaman dan berbagai sudut pandang untuk mengenali masalah- masalah yang beragam tersebut agar tidak terjebak pada penyederhanaan- penyederhanaan yang mungkin dapat memecahkan masalah sesaat tetapi justru menyimpan potensi_konflik yang, serius di masa mendatang. Disinilah pentingnya siemahami potensi integrasi untuk dikembangkan dan potensi konflik untuk diredam dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih sehat di masa mendatang. Se.ain itu bagaimana membangun iklim nasional yang lebih sehat dalam. berbagai aspek kehidupan. Dalam kaitan situasi nasional Indonesia saat ini, ketika segenap kekuatan bangsa_mulai_ingin menikmati hasil-hasil pembangunan dan mengartikulasikan kepentingan secara lebih Jeluasa dalam kehidupan_ bangsa dan negara, maka dengan sendirinya muncul gesekan ~ gesekan kepentingan antar kelompok atau antar golongan. Dalam situasi yang demikian maka proses _integrasi nasional mengalami dinamika tersen- diri antara keharusan mempertahan- kan kemantapan kesatuan dan bangsa dengan tuntutan-tuntutan nyata dalam kehidupan nasional _baik bersifat keagamaan, ekonomi, sosial budaya dan politik. Proses dinamika ini memerlukan visi baru dalam mengembangkan dan membangun integrasi nasional yang kokoh tetapi » Jurnal Suns dan Inoves (2) 17-27 (2008) memberi ruang yang leluasa bagi dinamika kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa harus dibaca sebagai ancaman bagi integrasi nasional. Masikun (1995), menyatakan bahwa ada_—beberapa—ahlii kemasyarakatan menganggap semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika sesungguhnya masih lebih merupakan suatu cita-cita yang masih harus diperjuangkan oleh segenap bangsa Indonesia daripada sebagai kenyataan yang benas ~ benar hidup di dalam = masyarakat. ini dibuktikan dalam kenyataan, bahwa gagasan-gagasan tentang = tujuan nasional senantiasa nuncul setiap kali bangsa Indonesia sedang diancam oleh _pertentangan-pertentangan pendapat —diantara.——_-kekuatan— kekuatan sosiai politik —tertentu. Walaupun banyak orang menganggap bahwa masalah konflik dan integrasi nasional merupakan masalah yang dihadapi olch bangsa Indonesia pada tahun limapuluhan, namun hal ini tidak berarti bahwa masalah konflik dan integrasi nasional sudah tidak dihadapi lagi oleh bangsa Indonesia. Karena seperti telah penullis singgung pada awal tulisan, bahwa akhir ~ akbir ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai masalah konflik yang mewarnai_kehidupan bernegara. Oleh karena itu, betapa konflik dan integrasi nasional akan tetap menjadi dilema bagi bangsa indonesia untuk suatu jangka waktu yang cukup lama di masa - masa yang akan datang, terutama oleh karena proses. pembangunan yang terus meningkat, dan hal ini jelas akan {ea Faria: Prvalstik Masyarakat Indonesia Dalam Realita Dinamika Kehidupan Sosial 19 mengakibatkan _ kepentingan-kepen- tingan berbagai golongan menjadi semakin mengemuka dan sailing berhadapan. Urgensi untuk —memahami laiar belakang berbagai _peristiwa tersebut akan makin terasa lagi, apabila disadari bahwa rangkaian Konflik sosial dengan korban materi dan korban manusia yang sedemikian besar itu. seakan ‘telah menjung- kirbalikkan seluruh asumsi dasar dibalik strategi sosial _pemerintah, yatu harmony, —“toleransi”, *konsensus” dan “solidaritas”. Suatu strategi sosial. ~—-yang—_— telah didengungkan dan diterapkan sejak tahun 1967 dan terus menerus dipelihara saat ini. Tulisan ini ingin mengupas Iebih lanjut~ mengenai Pluralistik Masyarakat Indonesia (Dalam Perspektif Teori Konflik dan Integrasi) yang dikaitkan dengan _realita dinamika kehidupan sosial yang bersifat kontemporer. STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA Menurat Taneko (1994 : 104 ), bahwa dalam banyak pustaka kita banyak menemukan pernyataan _ bahwa masyarakat © Indonesia _ adalah masyarakat majemuk. Tekanan yang digunakan sebagai patokan suatu masyarakat = dikatakan ~~ majemuk adalah bahwa di dalam masyarakat tersebut harus terdapat beberapa Kesatuan sosial yang merupakan bagian dan masyarakat itu dan kesatuan sosial tersebut secara sendiri sendiri ~ sendiri, maksudnya kesatuan Jjurual Sains dan Inooasi5(1) 17-27 (2009) sosial itu sebagai suatu totalitas yakni memiliki pola - pola perilaku tertentu yang dapat dibedakan dengan pola - pola perilaku kesatuan sosial lainnya dalam masyarakat yang bersangkutan. Van den Berghe yang dikutip Nasikun (1995 ), meny 2butkan bahwa suatu masyarakat miajemuk mempunyai sifat dasar sebagai berikut: LTeriadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki kebudayaan, atau lebih tepat sub kebudayaan, | yang berbeda satu samalain ; 2Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam__lembaga- lembaga yang Bersifat_ non- komplementer ; 3.Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai_ sosial yang bersifat dasar ; 4Secara relatif sesingkali_terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain ; 5.Secara relatif integrasi sosial tumbuh_ di atas paksaan (coercion) dan saling Ketergantungan di dalam bidang ekonomi ; serta 6.Adanya dominasi politik oleh suatu Kelompok atas kelompok-kelompok yang lain. Kemajemukan suatu masyara- kat bisa bersifat horizontal (ditandai oleh adanya kesatuan- kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat sesta perbedaan-perbedaan kedaerah- an), bisa juga bersifat _vertikal (ditandai och adanya_perbedaan- perbedaan vertikal antava lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam 1a Farida :Pluralistik Masyarakat Indonesia Dalam Realita Dinamika Kehidtpan Sosial 20 ). Disamping ita ada juga Kemajemukkan’ yang menunjukkan atau mencakup keduanya, atau yang di Indonesia dikenal dengan akronim/ istilah SARA (suku, agama, ras dan antar golongan). Untuk = menyatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah terdiri dan’ satuan-satuan masyarakat, pada dasannya kita dapat menunjuk pada perkataan “Bhinneka Tunggal Ika” yang terdapat pada lambang negara Republik Indonesia. —_Bhinneka Tunggal Jka berarti berbeda-beda tetapi satu jua. Masyarakat majemuk cenderung mendatangkan konflik. Konflik dapat danikan sebagai pertentangan atau perselisihan, — Perbedaan-perbedaan yang tombul dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan dapat mendorong kearah konflik. Makin menyolok perbedaan itu makin menjurus ke arah konflik dan abila konflik itu tidak mampu dikelola sedemikian rupa, maka akan menimbulkan disintegrasi. TEORI KONFLIK. Untuk memahami masalah Konflik dan integrasi, maka perlu dipahami riebih dahulu mengenai sudut pendekatannya. — Sudut pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat pada dasamya terintegrasi di atas dasar kata pakat para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu (general agrement) yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pen- dapat dan kepentingan di antara para anggota masyarakat ( nasikun, Sistem urna Sains dan Inooasi 511) 17-27 (2008) Sosial Indonesia, 1995 : 9 ). la memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional tenntegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium, Pendckatan mi kemudian disebut —pendekatan _fungsional struktural atau fungsionalisme struktural. Salah seorang ahli__ yang mengupus mengenai teori konflik adalah Talcott Parsons. Beliau memandang konflik itu sebagai bentuk sosial, yang dengan rnenggunakan konsep sosialisasi yang _ menimbulkan ketegangan dan pertentangan itu dapat menjelaskan konflik, Konflik juga berlangsung sebagai akibat dan interaksi antar individu dan individu dengan kelompok individu yang lebih besar. Biasanya untuk mengatasi konflik seperti itu, seseorang memilih alternartif hukuman, yaitu kekerasan, secara drastis atau secara Jemah lembut dan moral, termasuk melalui agama dalam menyadarkan din serta mengubah sikap dan tingkah lakunya. Pendekatan _ fungsionalisme struktural yang dikembangkan oleh Talcott Parsons dan para pengikutnya, melahirkan beberapa anggapan dasar sbb: 1) Masyarakat haruslah —_dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang _saling berhubungan satu sama lain. 2) Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi diantara bagian-bagian —_tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik. Sekalipun integrasi sosial tidak dapat dicapai dengan sempunna, namun secara fundamental sistem 3) Ida Farida : Plualist Masyarakat Indonesia Dalant Realita Dinamik Kehidapau Sosiat 21 sosial selalu cenderung bergerak ke arah equilibrium yang bersifat dinamis, menanggapi perubahan - perubahan yang datang dan luar dengan kecenderungan memeli- hara agar perubahan ~ perubahan yang terjadi di dalam sistem sebagai akibainya hanya akan mencapai derajat yang minimal. 4) Sckalipun disfungsi, ketegangan dan penyimpangan _senantiasa terjadi juga, akan tetapi di dalam jangka yang panjang keadaan tersebut pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian dan proses institu- sionalisasi. Dengan perkataan lain, sekalipun integrasi sosial pada tingkatnya yang sempurna tidak akan pemah tercapai, akan tetapi setiap sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu. 5) Perubahan-perubahan di dalam sosial pada umumnya_ secara gradual, melalui penyesuaian- penyesuaian, dan tidak secara re- volusioner. 6) Pada dasarnya_—_perubahan- perubahan sosial timbul melalui kemungkinan penyesuaian yang dilakukan oleh sistem _ sosial tersebut terhadap —perubahan- perubahan yang datang dari luar; pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional; serfa__ penemuan- penemuan baru oleh anggota- anggota masyarakat. 7) Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus diantara para anggota Juranl Sains das Inoonsi (1) 17-27 (2009) masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Dengan demikian suatu sistem sosial adalah suatu sistem daripada tindakan-tindakan yang terbentuk dan interaksi sosial yang terjadii antara berbagai idividu, yang tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum yang isepakati bersama oleh para anggota masyarakat. Berbagai penilaian umum tersebut adalah norma-norma sosial, dan norma- norma sosial itulah yang mertbentuk struktur sosial. Menurut Nasikun (1995), * dalam hal ml sedikitnya ada dua macam tingkatan sonflik yang mungkin terjadi, yakni : konflik yang bersifat ideologis dan konflik ang bersifat politis. Pada tingkatnya yang bersifat ideologis, konflik tersebut serwujud dalam bentuk konflik antara sistem nilai yang dianut serta menjadi deologi dan berbagai kesatuan sosial. ‘Ada bebenapa indikasi yang biasa dipakai oleh para ahli- ahli sosial untuk menilai intensitas daripada pertentangan-pertentangan politik di dalam suatu asyarakat. Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson, misalnya, sangaét nembantu kita di dakam melihat betapa pententangan — pertentangan politik itu terjadi di dalam masyarakat Indonesia. Dengan beberapa indikator yang dimuat dalam karya mereka, menggambarkan intensitas konflik politik yang terjadi di dalam = masyarakat Indonesia. Indikator yang pertama, adalah apa yang mereka sebut _—_sebagai demonstrasi a protest demonstration ). Yang dimaksud demonstrasi disini adalah sejumlah orang yang dengan {a Farid: Pluralistik Masyarakat indonesia Dalam Realita Dinamika Kehidupan Sosial 2 tidak menggunakan _kekerasan mengorganisir diri untuk melakukan protes terhadap suatu_rezim, pemerintah atau pimpinan dan rezim atau pemerintah tersebut, atau tethadap ideologi, kebijaksanaan - kebijaksanaan, atau uga terhadap suatu tindakan. Indikator yang kedua adalah kerusuhan. Kerusuhan pada dasamya adalah sama dengan demonstrasi, tapi dalam kerusuhan mi mengandung penggunaan kekerasan fisik, yang biasanya diikuti dengan pengrusaken barang - barang, pemukulan atau pembunuhan. Kerusuhan mi terutama ditandai oleh spontanitas sebagai akibat dan suatu insiden dan perilaku kelompok yang kacau. Indikator yang ketiga adalah apa yang disebut sebagai serangan bersenjata armed attack), yakni suatu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh atau untuk .epentingan suatu © kelompok tertentu dengan maksud melemahkan atau bahkan menghancurkan kekuasaan dan kelompok Jain. Hal mi ditandai oleh terjadinya Dertumpahan — darah, pergulatan fisik atau pengrusakan barang - barang. Sedangkan indikator yang keempat terutama sekali berhubungan dan merupakan akibat daripada armed attack, tetapi «juga berhubungan dengan dan merupakan akibat dan. kerusuhan dan untuk sebagian lagi berhubungan dengan dan merupakan = akibat dan demonstrasi. Indikator yang dimaksud adalah jumlah kematian sebagai akibat kekerasan politik. Ina Sains do twos 5(1) 17-27 (2009) Apabila kita_perhatikan gambaran yang _—dikemukakan Dahrendorf dalam Sunario (1993) mengenai asumsi-asumsi utama teori Konflik, belian _ mengemukakan sebagai berikut 1). Setiap masyarakat tunduk pada proses _perubahan, perubahan ada dimana-mana; 2). Disensus dan konflik terdapat dimana ~ mana, 3). Setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan —_ pada disintegrasi. © dan —_perubahan masyarakat; dan 4), Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang anggota terhadap anggota lain. ‘Menurut teori konflik _versi Dahrendorf tersebut, _ masyarakat terdiri atas organisasi-organisasi yang didasarkan pada kekuasaan (dominasi satu pihak atas pihak lain atas dasar paksaan) yang —_dinamakannya “imperatively coordinated associatons” (asosiasi_ yang dikoordinasi secara paksa). Karena kepentingan kedua pihak dalam asosiasi- asosiasi tersebut berbeda dengan pihak penguasa berkepentingan untuk mempertahan- kan kekuasaan, sedangkan pihak yang dikuasai_berkepentingan untuk memperoleh kekuasaan, maka dalam asosiasi akan terjadi polarisasi dan konflik antara kedua kelompok. Keberhasilan kelompok yang dikuasai untuk merebut kekuasaan dalam asosiasi. akan ~—smenghasilkan perubahan sosial. Menurut tori Dahrendorf tentang masyarakat, pembagian kekuasaan merupakan determinan yang mengandung resiko dan mempengaruhi struktur_masyarakat, Definisi kekuasaan menurut ia adalah “peluang dimana seseorang berperan {da Farida ; Pluralistik Masyarakat Indonesia Dalam Realita Dinamikn Kehidupan Sosial 23 di dalam suatu hubungan sosial akan berada dalam suatu posisi yang membawa dirinya pada perlawanan, tak terkecuali basis mana peluang itu be-ada”. Dalam pandangan ini, esensi dan kekuasaan adalah kontrol tethadap persetujuan, dimana mereka yang memiliki kekvasaan membuat aturan-aturan dan memperoleh apa yang mereka inginkan dan mereka yang tidak mempunyai kekuasaan. Oleh karena ita menurut Dahrendorf, perbedaan kepentingan-kepentingan dan adanya dorongan bagi mereka yang tidak memiliki kekuasaan untuk konflik dengan mereka kekuasaan, Kekuasaan adalah suatu sumber perientangan yang abadi. Kembali kepada sifat majemuk bangsa Indonesia, hal ini memang telah menjadi sebab dan kondisi bagi timbulnya konflik sosial yang sedikit banyak bersifat vicious vircle, dan yang karenanya mendorong tumbuhnya proses integrasi sosial di atas landasan coercion, Akan tetapi di lain pihak, proses integrasi tersebut juga terjadi di atas landasan konsensus bangsa Indonesia mengenai__nilai-nilai fundamental tertentu. Nemun demikian, _pada dasamya konflik itu bisa dihindari atau diredam dengan adanya suatu integrasi © Menurut —_penganut Fungsionalisme Struktural, suatu sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas landasan dua ha! berikut : Pertama suatu masyarakat senantiasa terintegrasi. di atas tumbuhnya konsensus diantara sebagian besar anggota masyarakat. Kedua, suatu masyarakat senantiasa _terintegrasi Jurual Sains dan Inovasi 5(1) #7-27 (2009) juga karena berbagaianggota masyarakat —sekaligus menjadi berbagai-bagai anggota _kesatuan sosial (cross cutting affiliation). Pada tingkat tertentu keduanya tentu saja mendasari pula terjadinya integrasi sosial di dalam masyarakat. yang bersifat _majemuk. Oleh karena itu tanpa keduanya, suatu masyarakat bagaimanapun tidak mungkin akan terjadi. Sedangkan menurut Liddle yang dikutip Nasikun (1995), suatu integrasi nasional yang tangguh hanya dapat berkembang apabila : 1). Sebagian besar anggota suatu masyarakat — bangsa _bersepakat tentang batas-batas_teritorial dan negara sebagai. suatu kehidupan politik dalam dimana mereka menjadi warganya, dan 2), Apabila sebagian anggota masyarakat_/ —_—tersebut bersepakat — mengenai. __struktur pemerintahan dan aturan-aturan daripada proses-proses politik yang berlaku hagi seluruh masyarakat di atas wilayah negara tersebut. Dengan perkataan lain, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya akan berkembang di atas konsensus nasional mengenai batas - batas suatu masyarakat politik dan sistem politik yang berlake bagi seluruh masyarakat tersebut. Yang pertama merupakan kesadaran dan sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan warga dan suatu bangsa; suatu kesadaran nasional yang membedakan apakah seseorang sebagai warga dan suatu bangsa atau tidak, Yang kedua merupakan _konsensus _nasional mengenai . bagaimana _—suatu Ida Farida: Plurlistik Mosyorakat indonesia Dalam Realita Dinanika Kebidupan Sos! 24 kehidupan bersama sebagai bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan suatu konsensus nasional mengenai sistem nilai yang akan mendasari hubungan-hubungan sosial diantara para anggota suatu masyarakat bangsa. Dengan demikian eksistensi dan keberlangsungan _kehidupan suatu bangsa akan tetap terjamin, kendatipan riak gelombang peroeda- an atau pertentangan dalam masya- rakat akan tetap menjadi bagian dan dinamika kehidupan bangsa. PLURALISTIK MASYARAKAT INDONESIA DALAM KEHIUDPAN SOSIAL Struktur masyarakat Indonesia menimbulkan persoalan _ tentang. bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi pada tingkat nasional. Pluralitas masyarakat Indonesia yang bersifat multi-dimensional _ tersebut akan dan telah menimbulkan persoalan tentang — bagaimana masyarakat Indonesia _terintegrasi . secara horizontal, _—_sementara stratifikasi sosial sebagaimana yang diwujudkan oleh masyarakat akan memberi bentuk pada _integrasi nasional yang bersifat vertikal. Perbedaan suku bangsa, agama dan regional merupakan_ dimensi- dimensi horizontal daripada stuktur masyarakat Indonesia. | Dengan semakin meluasnya _pertumbuhan sektor ekonomi modern, maka kontras pelapisan sosial antara sejumlah besar orang-orang yang secara ckonomis dan politis berposisi lemah pada lapisan bawah, dan sejumlah kecil orang-orang yang relatif kaya dan Jurnal eins dn Wwavasi5(2) 17-27 (2009) berkuasa pada lapisan atas menjadi semakin mengeras. Jika struktur ekonomi modern terutama kita jumpai di dalam masyarakat kota, maka _ sektor ekonomi tradisional terutama kita jumpai di dalam masyarakat desa. Struktur kemasyarakatan yang demikian, seperti halnya dapat dijumpai pada negara-negara yang sedang berkembang,. ditandai oleh adanya “gap” di dalam hampir semua aspek kehidupan. Indonesia yang — memiliki struktur masyarakat yang plurals seperti tersebut di atas, pada akhir- akhir ini memang sedang menghadapi berbagai cobaan akan _integrasi nasional yang telah dibina sejak pra dan pasca kemerdekaan. Berbagai kemelut yang timbul yang tiada Jain yaitu terjadinya berbagai kerusuhan atau konflik sosial merupakan benih - benih disintegrasi_ nasionl yang sedapat mungkin harus kita hindari. Realitas tersebut semakin diperparah dengan fakta kesenjangan sosial ekonomi yang berlangsung di tengah - tengah fakta keberhasilan pertumbuhan ekonomi. Kesenjangan sosial ekonomi bukan saja terjadi antar kelompok —sosial dalam masyarakat, melainkan juga antar daerah dimana daerah-daerah ter- tentu proses marginalisasi penduduk- penduduk lokalnya semakin parah. Hal mi tampak jelas pada kasus Sanggau Ledo ( Singkawang ) dimana penduduk asli suku — Dayak mengalami proses marginalisasi di daerahnya sendiri, yang ~~*- gilirannya memicu rasa tidak terhadap kelompok-kelompok p: Ia Faria: Plraist Masyerehat Indonesia Dalam Realta Dinas Kehidupan Sosa 25 tang dan Jawa dan Madura Kemudian di Kalimantan Barat, sebagai buntut dan bentrokan antara warga pendatang dan penduduk asli di Kabupaten Sambas. 29 Desember 1996, sepanjang Januari pecah perang antar kecamatan, dan menewaskan sejumlah korban serta_memicu terjadinya pengungsian penduduk ( Gatra, 1997). Ketidakberdayaan secara politik dan ekonomi ikut diperparah oleh realitas ketidakberdayaan _secara ‘hukum, yaitu ketika lembaga-lembaga penegak hukum dirasakan semakin merosot, sehingga mengakibatkan masyarakat Khususnya di lapisan bawah merasa hidup dalam situasi ketidakpastian hukum, Demikian pula Ketika birokrasi dirasakan tidak lagi berfungsi sebagai. «== “pelayan masyarakat”, melainkan berubah wajah menjadi angkuh —bahkan semena-menadan masili banyak kejadian kejadian yang lain sebagai contoh. Dalam kerangka inilah, maka seluruh masyarakat harus mampu menanamkan prinsip _pluralisme dalam kehidupannya. Kesadaran, pemahaman, dan penghargaan bahwa berbagai —perbedaan. dalam masyarakat adalah suatu yang alami semakin — diperlukan, mengingat Kkemajuan komunikasi dan informasi men adikan berbagai perbedaan yang ada semakin transparan dan terbuka. Kehidupan masyarakat pluralis dan demokratis merupakan suatu tuntutan —realitas —- masyarakat Indonesia. Sejauh mana dan bagaimanakah bentuk pluralis dan demokrasi dan masyarakat Indonesia Juernat Sains dan Inowasi (1) 17-27 (2009) di masa depan, sesuai dengan asas sosial reproduction, akan tergantung pada bagaiman proses kehidupan yang selama ini berlangscng. Usaha lain untuk memahami secara lebih menyeluruh _latar belakang berbagai konflik sosial yang terjadi tersebut yang sering dikaitkan dengan faktor SARA ( suku, agama, ras dan antar golongan ), adalah membuka secara tuntas pemahaman terhadap faktor SARA itu sendiri. Hal mi penting mengingat SARA cenderung dianggap sebagai potensi terjadinya konflik sosial, atau potensi ” perpecahan persatuan dan kesatuan bangsa. Cara pandang seperti itu membuat SARA selalu ditutupi, bahkan cenderung ditabukan. Akan tetapi apabila pada satu sisi wacana tentang SARA ditabukan, maka pada sisi lain dapat dijumpai kenyataan bahwa kebijakan publik seringkali secara nyata maupun terselubung ikut —-menciptakan problema SARA itu — sendiri, Contohnya adanya _ketimpangan pembangunan wilayah Jawa dan luar Jawa. Indonesia Barat dan Indonesia Timur, diskriminasi di sektor ekonomi terhadap pribumi maupun antara penduduk pendatang dengan penduduk lokal. Jika setiap kasus yang timbul dituding sebagai SARA, tanpa melihat realitas dan persoalan. nyata secara objektif dan jernih, maka boleh jadi kasus demi kasus dapat diredam untuk sementara. Tetapi_ tidak tertutup kemungkinan kasus ~ kasus sejenis muncul di kemudian han Karena akar —_persoalan yang sesungguhnya tidak dikenali dan {ia Farida: Pluralistik Masyarakat Indonesia Dalam Renita Dinamika Kehidupan Sosiel 26 dipecahkan secara tuntas. Rentetan Kerusuhan yang terjadi akhir - akhir ini dibeberapa daerah, merupakan contoh dan tidak begitu dikenali dan dipecahkannya persoalan _secara tuntas, Karena hanya didekati oleh pendekatan penindakan semata, Pemberian ruang gerak yang leluasa kepada komponen-komponen masyarakat untuk terlibat secara artikulatif dalam = membangun kehidupan yang majemuk, dapat mengarah pada _pemtbentukan kemajemukan budaya (cultural plurasim ). Seperti yang dikatakan oleh Giddens (1993:280) yang memper- Kenalkan tiga model pengembangan hubungan antar etnik dan lainnya dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, yakni melalui proses asimilation, melting-pot dan cultural plurasim. Dalam tubuh masyarakat dan bangsa Indonesia yang majemuk, Kiranya perlu semakin dikembangkan alam pikiran yang —menyadari pluralitas yang © membangun kebudayaan yang majemuk dan menjadi acuan kehidupan bersama secara dewasa. Dengan kedewasaan dan kemandirian yang dimiliki masyarakat, maka akan tercipta Kebudayaan majemuk di dalam tubuh bangsa. Suatu kebudayaan yang menumbuhkan kesadaran tinggi dalam setiap anggota masyarakat dan berbagai latar belakang etnik, daerah, agima dan golongan bahwa masa depan bangsa adalah milik bersama. Elemen - elemen dalam SARA tidak harus selalu dilihat terpisah secara kaku, tetapi ada kemungkinan terjadi apa yang disebut cross cutting Jurnal Sains dan Inoonsi 5(1) 17-27 (2009) affiliation! Misalnya _‘kelompok- Kelompok yang berbeda ditinjau dan segi etnis, namun dapat disatukan dalam segi agama, ekonomi, dan kepentingan yang sama. Kenyataan di berbagai negara lain menjukkan bahwa SARA memang dapat menjadi sumber masalah sosial, _tetapi sekaligus dapat menjadi arena pemberdayaan dan demokrasi, demi tetap tegaknya integrasi nasional. SIMPULAN Pluralisme dalam struktur masyarakat Indonesia merupakan * kenyataan yang tidak bisa dihindari. Dimana dengan keanekaragaman tersebut lebih besar membawa kepada suatu konflik sosial yang cenderung membahayakan bagi _integrasi nasional. Sifat majemuk masyarakat Indonesia memang telah menjadi sebab dan kondisi timbulnya konflik - Konflik sosial yang sedikit banyak bersifat vicious circle, dan yang oleh karenanya mendorong tumbuhnya proses integrasi sosial di atas landasan coercion. Kelahiran bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, sangat jelas menunjukkan etapa nasionalisme Pancasila telah menjadi daya spiritual yang sejak awal mempersatukan bangsa Indonesia. Beberapa konflik sosial yang terjadi akhir - akhir ini merupakan suatu realitas sosial dan sckaligus sebagai pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk lebih mawas din agar terhindar dan konflik - konflik yang diakibatkan oleh latar _belakang masvarakat yang bersifat pluralis dalam struktur masyarakat Indonesia. Cara untuk menghindari atau 1a Farida: Plurlistik Masyarakat indonesia Dalant Realita Dinamikn Kehidupan Sosial 27 meredam hal hal tersebut, antara lain yaitu : pertama, harus mampu menanamkan prinsip _ pluralisme dalam —kehidupan. —_—Kesadaran, pemahaman dan penghargaan bahwa berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat adalah sesuatu yang alami yang semakin diperlukan, mengingat Kkemajuan dalam bidang komunikasi dan informasi menjadikan berbagai perbedaan yang ada semakin transparan dan terbuka. Kedua, dengan memahami persoalan secara menyeluruh, yakni usaha memahami kemajemukan masyarakat dengan segala persoalan yang menyangkut sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi. Disasnping itu juga usaha memahami persoalan yang menyang- kut SARA ( suku, agama, ras dan antar golongan) sebagai suatu persoalan, dan ketiga, adanya pemahaman yang — mendalam terhadap struktur sosial ekonomi yang merupakan wadah peristiwa- peristiwa tersebut. Berdasarkan pemahaman- pemahaman yang seperti itulah dihatapkan dapat disusun suatu strategi untuk menghindari dan meredam terjadinya konflik serupa di kemudian hari, Dengan perkataan lain, usaha management of conflict dapat lebih mengenai sasaran, yakni terciptanya integrasi nasional yang langgeng, mudah-mudahan. Jurnal Sains dan Inovasi (1) 17-27 (2009) DAFTAR PUSTAKA Campbell, Tom, 1994, Tujuh teori Sosial, Sketsa, Penilaian, Perbandingan, —Kanisius, Jogjakarta. Gama, Judistira K., 1996. imu — ilmu Sosial, Dasar, Konsep, Posisi, Program pascasarjana UNPAD, Bandung. Giddens, Anthony, 1971. Kapitalisme dan Teoti Sosial Modern, UT Press, Jakarta. Josef A. Litterer, 1977. Managing Conflict in Organizations, © dalam Freud Luthans, Koentjaraningrat, kk, 1998. Masyarakat teasing di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Nasikun 1995. Sistem Sosial Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekanto, Soeriono, 1983. Teori Sosiologi, tentang perubahan sosial, Ghalia Indonesia, Jakarta. Sunarto, Kamanto, 1993. Pengantar Sosiologi, Fakultas Ekonomi UT, Jakarta. Taneko, Soleman B., 1994. Sistem Sosial Indonesia, ajar Agung, Jakarta. Zarnroni, 1992. Pengantar Pengenibangan Teori Sosial, Tiara Wacana, Jogjakarta. Gatra No. 6 Tahun IV, 27 Desember

Anda mungkin juga menyukai