Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling
Praktikum minyak dan lemak kali ini, praktikan mengambil sampel air pada air
buangan Warung Nasi Goreng, Koto Tuo, Limau Manis, Kota Padang.
Pengambilan sampel dilakukan pada hari Rabu tanggal 05 November 2014, pukul
16.16 WIB pada koordinat 005521,0828 Lintang Selatan dan 10002646,5756
Bujur Timur dengan elevasi 133 meter di atas permukaan laut. Saat pengambilan
sampel, kondisi cuaca daerah tersebut mendung.
Kondisi eksisting wilayah sampling tidak memiliki saluran pipa air buangan,
sehingga air cuci piring dari warung tersebut langsung dimasukkan ke dalam
ember dan kemudian sampel air diambil pada ember tersebut. Biasanya pemilik
warung tersebut membuang air buangan warung langsung ke lingkungan atau
lahan kosong di dekat warung tersebut. Kondisi fisik dari air tersebut berminyak,
keruh dan memiliki bau yang tidak sedap.
2.2 Teori
2.2.1 Pengertian Minyak dan Lemak
Senyawa organik tersusun dari kombinasi karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
unsur penting lain seperti belerang, fosfor dan besi. Kelompok terpenting bahan
organik yang ada pada air buangan adalah protein (40%-60%), karbohidrat (25%50%), lemak dan minyak (10%). Beberapa jenis limbah mengandung sejumlah
minyak, lemak, sabun dan minyak-minyak pelumas. Sumber limbah dapat berasal
dari industri, industri rumah tangga, rumah tangga dan bengkel-bengkel yang ada
di sepanjang sungai. Masuknya lemak dan minyak tersebut bersama dengan aliran
air pencucian langsung maupun terbawa oleh hujan atau dibuang langsung ke
sungai (Metcalf, 1991).
Minyak dan lemak termasuk senyawa organik yang relatif stabil dan sulit
diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dirombak oleh senyawa asam yang

menghasilkan asam lemak dan gliserin. Keadaan basa, gliserin akan dibebaskan
dari asam lemak dan akan terbentuk garam basa (Manik, 2003).
Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota golongan lipid. Minyak dan lemak
didalamnya mengandung lipid kompleks (yaitu lesithin, cephalin, fosfatida serta
glikolipid), sterol, berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak,
asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam lemak dan hidrokarbon. Minyak
dan lemak terdiri dari trigliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol
dan asam lemak rantai panjang (Ketaren, 1986).
2.2.2 Perbedaan Minyak dan Lemak
Lipid dapat dipisahkan dari sel atau jaringan tubuh makhluk hidup dengan cara
ektraksi minyak. Perbedaan minyak dan lemak, antara lain (Keenan, 1996):
1. Lemak berwujud padat pada suhu kamar, sedangkan minyak berwujud cair
pada suhu kamar;
2. lemak terdapat pada hewan dan manusia, sedangkan minyak terdapat pada
hewan, tumbuhan, dan manusia;
3. lemak merupakan asam karboksilat jenuh, sedangkan minyak asam
karboksilat tak jenuh.
2.2.3 Jenis-Jenis Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak dapat digolongkan menjadi minyak yang dihasilkan tumbuhtumbuhan (minyak nabati) dan hewan (minyak hewani). Minyak nabati terdapat
dalam buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman dan sayursayuran. Jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan dan jumlah terbanyak
terdapat pada jaringan adipose dan tulang sumsum. Trigliserida dapat berwujud
padat atau cair, dan hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang
menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena mengandung
sejumlah asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat, linoleat atau asam linolenat
dengan titik cair yang rendah. Lemak hewani pada umumnya berbentuk padat
pada suhu kamar karena banyak mengandung asam lemah jenuh, misalnya asam
palmitat dan stearat yang mempunyai titik cair lebih tinggi (Ketaren, 1986).

2.2.4 Dasar-Dasar Analisa Minyak dan Lemak


Analisa minyak dan lemak yang umum dilakukan dapat dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu (Herlina, 2002):
1. Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang terdapat
dalam bahan mkanan atau bahan pertanian. Penentuan kualitas minyak sebagai
bahan makanan, yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada
pemurnian lanjutan, misalnya penjernihan (refining), penghilangan bau
(deodorizing), penghilangan warna (bleaching);
2. penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya
tahannya selama penyimpanan, sifat gorengnya,baunya maupun rasanya. Tolak
ukur kualitas ini adalah angka asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA),
angka peroksida,tingkat ketengikan dan kadar air;
3. penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan sifat
minyak tertentu. Data ini dapat diperoleh dari angka iodinenya, angka reichert
meissel, angka polenske, angka krischner, angka penyabunan, indeks refraksi
titik cair, angka kekentalan, titik percik, komposisi asam-asam lemak dan
sebagainya.
2.2.5 Kegunaan Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan
makhluk hidup. Kegunaan minyak dan lemak antara lain (Herlina, 2002):
1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifik;
2. titik didih minyak tinggi, maka minyak biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan di mana bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air
3.
4.
5.
6.

yang dikandungnya atau menjadi kering;


memberikan konsistensi empuk, halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan roti;
memberikan tektur yang lembut dan lunak dalam pembuatan es krim;
minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarin;
lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega;

7. mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada asam lemak


esensial.
2.2.6 Sifat-Sifat Minyak dan Lemak
Sifat-sifat fisika minyak dan lemak (Herlina, 2002):

1. Bau amis (fish flavour) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amindari


lecithin;
2. bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur kamar;
3. indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan
untuk pengujian kemurnian minyak;
4. minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil),
sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon
disulfida dan pelarut halogen;
5. titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang
rantai karbon;
6. rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami, juga terjadi karena
asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada
kerusakan minyak atau lemak;
7. titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau
minyak dengan pelarut lemak;
8. shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari
minyak/ lemak;
9. slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya.
Sifat-sifat kimia minyak dan lemak (Herlina, 2002):
1. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia
yang disebut interifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip
transesterifikasi Fiedel-Craft.
2. Hidrolisa
Minyak dan lemak dalam reaksi hidrolisis akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan
minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan
minyak tersebut.
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap,lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
4. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon
asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses hidrogenasi, minyak

didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan. Hasilnya adalah


minyak yang bersifat plastis, tergantung pada derajat kejenuhan.
5. Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
6. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak dan lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau
tengik pada minyak atau lemak.
2.2.7 Dampak Pencemaran Minyak dan Lemak
Dampak yang nyata dari adanya lemak dan minyak di permukaan air adalah
terhalangnya penetrasi sinar matahari yang berarti mengurangi laju proses
fotosintesa di air. Penutupan itu juga akan mengurangi masukan O2 bebas dari
udara ke air. Kurangnya laju fotosintesa dan masukan O 2 dari udara akan
mengganggu organisme yang ada di air. Minyak dan lemak merupakan bahan
organik namun mempunyai rantai karbon yang panjang dan komplek. Sebagian
emulsi minyak dan lemak akan mengalami degradasi melalui fotooksidasi spontan
dan oksidasi oleh mikroorganisme. Penguraian lemak dan minyak dalam kondisi
kurang oksigen akan menyebabkan penguraian yang tidak sempurna sehingga
menimbulkan bau tengik (Metcalf, 1991).
Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui bersifat racun
terhadap hewan dan manusia, tergantung dari struktur dan berat molekulnya.
Komponen-komponen hidrokarbon jenuh diketahui dapat menyebabkan anestesi
dan narkosis pada berbagai hewan tingkat rendah dan pada konsentrasi tinggi
dapat mengakibatkan kematian. Komponen-komponen hidrokarbon aromatik
seperti benzen, toluen dan xilen bersifat racun terhadap manusia dan kehidupan
lainnya (Metcalf, 1991).
2.2.8 Pengolahan Minyak dan Lemak
Ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu penanggulangan
secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu
usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan
peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi

segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi
pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran
secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), pengaturan dan pengawasan
kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara
teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya,
misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu
yang dapat mengurangi pencemaran (Wardhana, 1995)
Salah satu cara pengolahan pencemaran minyak dan lemak di lingkungan adalah
bioremediasi. Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi atau remediate
yang artinya menyelesaikan masalah. Secara umum bioremediasi dimaksudkan
sebagai penggunaan mikroba untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan
atau untuk menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dari tanah, lumpur, air
tanah atau air permukaan sehingga lingkungan tersebut kembali bersih dan
alamiah. Mikroba yang hidup di tanah dan di air tanah dapat memakan bahan
kimia berbahaya tertentu, terutama organik, misalnya berbagai jenis minyak bumi.
Mikroba mengubah bahan kimia ini menjadi air dan gas yang tidak berbahaya
misalnya CO2. Bakteri yang secara spesifik menggunakan karbon dari
hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber makanannya disebut sebagai bakteri
petrofilik. Bakteri inilah yang memegang peranan penting dalam bioremediasi
lingkungan yang tercemar limbah minyak bumi (Suhardi, 2013).

2.2.9 Metode Gravimetri


Metode gravimetri merupakan salah satu kimia analisi kuantitatif yang merupakan
perkalian bobot endapan dengan faktor gravimetrinya (berat molekul), banyaknya
analisis dalam sampel. Metode ini termasuk penanganan emulsi tertentu, zat yang
tidak menguap, zat yang terekstraksi oleh pelarut dari uji contoh yang diragamkan
(Keenan, 1996).

Penentuan minyak dan lemak, kuantitas mutlak suatu zat tertentu tidak diukur.
Lebih tepatnya, kelompok substansi dengan karakteristik fisik yang sama
ditentukan secara kuantitatif berdasarkan kelarutan bersama mereka dalam pelarut
ekstraksi organik. Minyak dan lemak didefinisikan sebagai setiap bahan pulih
sebagai zat larut dalam pelarut. Yang termasuk bahan untuk ekstraksi oleh pelarut
yaitu sampel asam (seperti senyawa sulfur, pewarna organik tertentu dan klorofil),
bukan diuapkan selama pengujian (Greenberg, 1992).
2.2.10 Peraturan yang Terkait
Berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, memutuskan bahwa kadar
maksimum baku mutu air limbah domestik dari parameter minyak dan lemak
adalah sebesar 10 mg/L. Baku mutu air limbah domestik dalam keputusan ini
berlaku bagi (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003):
1. Semua kawasan permukiman (real estate), kawasan perkantoran, kawasan
perniagaan dan apartemen;
2. rumah makan (restauran) yang luas bangunannya lebih dari 1000 meter
persegi;
3. asrama yang berpenghuni 100 (seratus) orang atau lebih.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Tabel 4.1. Data Hasil Percobaan
No.

Bahan

1.

Blanko

Berat Cawan
Kosong (g)
62,8030

Rata-Rata (g)
62,8029

Berat Cawan +
Ekstrak (g)
62,8205

Rata-Rata (g)
62,8205

2.

Sampel

62,8031
62,8029
62,8029
62,8027
62,3346
62,3346
62,3345
62,3347
62,3345

62,3346

62,8205
62,8205
62,8205
62,8207
62,5224
62,5222
62,5223
62,5224
62,5222

62,5223

Sumber: Data Hasil Praktikum Kimia Lingkungan, 2014

4.2 Perhitungan
4.2.1

Konsentrasi Blanko

Kadar minyak lemak ( mg/L ) =

( AB) 1000
mL Blanko
=

(62,8205g - 62,8029g) 1000


50 mL

= 0,352 mg/L

4.2.2

Konsentrasi Sampel

Kadar minyak lemak ( mg/L ) =

(AB) 1000
mL Sampel
=

(62, 5223 g - 62, 3346 g) 1000


50 mL

= 3,754 mg/L

4.3 Pembahasan
Praktikum minyak dan lemak kali ini, praktikan menganalisis kadar minyak dan
lemak pada sampel air. Sampel yang praktikan gunakan diambil dari air buangan
Warung Nasi Goreng, Koto Tuo, Limau Manis, Kota Padang. Kondisi eksisting
wilayah sampling tidak memiliki saluran pipa air buangan. Biasanya pemilik

warung tersebut membuang air buangan warung langsung ke lingkungan atau


lahan kosong di dekat warung tersebut.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar minyak dan lemak
pada blanko adalah sebesar 0,352 mg/L. Sedangkan kadar minyak dan lemak pada
sampel air adalah sebesar 3,754 mg/L. Jika dibandingkan berdasarkan keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik bahwa kadar maksimum baku mutu air limbah domestik
dari parameter minyak dan lemak adalah sebesar 10 mg/L, maka kadar minyak
dan lemak pada sampel air masih berada dibawah baku mutu air limbah domestik.
Rendahnya kadar minyak dan lemak pada sampel air disebabkan karena sampel
air yang diambil hanya berasal dari warung nasi goreng. Biasanya warung nasi
goreng tidak terlalu banyak menggunakan minyak dan lemak dalam pembuatan
makanan tersebut. Selain itu, warung tersebut bisa dikatakan memiliki luas
bangunan yang cukup kecil sehingga limbah minyak dan lemak yang dihasilkan
tidak terlalu mempengaruhi lingkungan sekitar. Namun, jika hal itu terus
dilakukan, mungkin kebiasaan membuang air buangan warung langsung ke
lingkungan tersebut dapat mengakibatkan pencemaran air dan pencemaran tanah.
Sedangkan tingginya kadar minyak dan lemak pada blanko diperkirakan karena
terjadi kesalahan selama proses praktikum, sehingga kadar minyak dan lemak
pada blanko lebih dari nol.
Menentukan kadar minyak dan lemak yang terkandung dalam sampel air sangat
bermanfaat dalam menentukan kualitas air tersebut. Adanya percobaan analisis
kadar minyak dan lemak dalam sampel air, masyarakat mengetahui bahwa air
buangan yang mereka hasilkan tersebut layak untuk dibuang langsung ke
lingkungan atau tidak. Sedangkan bagi Sarjana Teknik Lingkungan percobaan
analisis kadar minyak dan lemak dalam sampel air bermanfaat dalam menentukan
cara pengolahan yang tepat untuk solusi dari permasalahan tingginya kadar
minyak dan lemak di wilayah tersebut. Selain itu dengan mengetahui kadar
minyak dan lemak yang terdapat pada sampel, maka dapat dianalisa pengaruh
kandungan tersebut akan mengganggu atau tidak terhadap badan air dan
lingkungan.

Dampak yang diakibatkan oleh tingginya kadar minyak dan lemak pada perairan
adalah terhalangnya penetrasi sinar matahari yang berarti mengurangi laju proses
fotosintesa di air, sehingga oksigen terlarut dalam badan air akan berkurang dan
menimbukan bau busuk. Kurangnya oksigen terlarut dalam badan air
mengakibatkan kematian biota air. Beberapa komponen yang menyusun minyak
juga diketahui bersifat racun terhadap hewan dan manusia seperti dapat
menyebabkan anestesi dan narcosis serta pada konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan kematian.
Salah satu cara pengolahan pencemaran minyak dan lemak di lingkungan adalah
bioremediasi. Secara umum bioremediasi dimaksudkan sebagai penggunaan
mikroba

untuk

menyelesaikan

masalah-masalah

lingkungan

atau

untuk

menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah atau
air permukaan sehingga lingkungan tersebut kembali bersih dan alamiah. Mikroba
yang hidup di tanah dan di air tanah dapat memakan bahan kimia berbahaya
tertentu, terutama organik, misalnya berbagai jenis minyak bumi. Mikroba
mengubah bahan kimia ini menjadi air dan gas yang tidak berbahaya misalnya
CO2.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:

1. Kadar minyak dan lemak pada blanko adalah sebesar 0,352 mg/L;
2. kadar minyak dan lemak pada sampel air adalah sebesar 3,754 mg/L;
3. berdasarkan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun
2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik bahwa kadar maksimum baku
mutu air limbah domestik dari parameter minyak dan lemak adalah sebesar 10
mg/L, maka kadar minyak dan lemak pada sampel air masih berada dibawah
baku mutu air limbah domestik.
5.2 Saran
Saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan praktikum ini adalah:
1. Pemerintah diharapkan melakukan peninjauan secara berkala tentang
pencemaran air limbah terhadap semua kawasan baik itu permukiman (real
estate), industri dan lain-lain;
2. masyarakat diharapkan dapat menjaga lingkungan sekitarnya dari pencemaran
dengan cara tidak membuag limbah domestik langsung ke lingkungan;
3. sarjana Teknik Lingkungan diharapkan dapat membuat rancangan pengolahan
air limbah domestik yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis;
4. praktikan selanjutnya diharapkan dapat melakukan praktikum dengan teliti
sehingga diperoleh data yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, E. A., dkk. 1992. Standard Methods for the Examination of Water and
Wastewater. Washington DC: Victor Graphics, Inc
Herlina, N. 2002. Lemak dan Minyak. Medan: USU Digital Library

Keenan. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga


Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2003. Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press
Manik, K.E.S. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan
Metcalf dan Eddy. 1991. Wastewater Engineering. Treatment, Disposal and
Reuse. New York: Third Edition, Mc Graw Hill International
Wardhana, W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Jogyakarta: Andi
Offset
Suhardi, R. 2013. Bioremediasi. http://blogs.itb.ac.id. Diakses tanggal: 04
November 2014

Anda mungkin juga menyukai