Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Di dalam sistem pendinginan, dalam menjaga temperatur rendah
memerlukan pembuangan kalor pada temperatur rendah ke tempat pembuangan
kalor yang lebih tinggi. Oleh karena adanya kalor yang terbuang, maka lebih baik
dimanfaatkan. Untuk mengetahui pemanfaatan itu maka dilakukanlah praktikum
Pemanfaatan energi Panas Terbuang dari Mesin AC.

1.2

Identifikasi Masalah
1. Bagaimana siklus mesin AC?
2. Apa saja pemanfaatan kalor keluaran mesin AC?

1.3

Tujuan Percobaan
1. Memahami prinsip kerja AC
2. Memahami cara kerja mesin AC
3. Memahami konversi energi
4. Menentukan temperatur air di dalam tangki pemanas

1.4

Metode Percobaan
1. Mempelajari konsep Mesin AC
2. Mempelajari hubungan perbedaan kalor pada siklus mesin AC
3. Mengenal alat-alat percobaan serta fungsinya
4. Mengikuti prosedur percobaan dan mendapatkan data yang dibutuhkan.

1.5

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan awal pada percobaan kali
ini disusun dalam tiga bab sebagai berikut:
1. Bab pertama yaitu pendahuluan, yang mencakupi latar
belakang

percobaan,

identifikasi

masalah,

tujuan

percobaan, metode percobaan, sistematika penulisan,


serta tempat dan waktu percobaan.
2. Bab kedua yaitu tinjauan pustaka, yaitu teori dasar yang
berkesesuaian dengan percobaan yang akan dilakukan.

3. Bab ketiga yaitu metode percobaan, berisi tentang alat

dan bahan percobaan yang dibutuhkan, serta langkahlangkah percobaan.


1.6

Waktu dan Tempat percobaan


Hari, tanggal : Selasa 15 dan 22 Maret 2016
Pukul

: 13.30-15.30 WIB

Tempat

: Laboratorium Fisika Energi Departemen Fisika


Fakultas

Matematika

Universitas Padjadjaran

Dan

Ilmu

Pengetahuan

Alam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin Pendingin
Mesin pendingin adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang
paling banyak digunakan adalah sistem kompresi uap[1]. Secara garis besar
komponen sistem pendingin siklus kompresi uap terdiri dari:
1. Kompresor
Kompresor adalah power unit dari sistem sebuah AC. Tugas
kompressor adalah mengangkat refrigeran dari evaporator, mengkompres,
dan mendorongnya ke kondensor[2]. Kompressor ini harus menjaga
tekanan evaporator tetap rendah agar refrigerant bisa menguap dan tekanan
kondensor tetap. Untuk melakukan tugas ini kepada kompressor kita berikan
energi listrik yang akan diubahnya menjadi mekanik untuk melakukan
kompresi.
Berdasarkan prinsip kerjanya secara umum kompressor dapat
diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu :
a. Perpindahan Positif (positive displacement)
Prinsip kerja kompressor jenis positive displacement, uap refigeran
dari evaporator dihisap dan dijebak pada suatu ruang tertentu, kemudian
ditekan hingga tekanannya melebih tekanan kondensor dan kemudian
dilepas ke kondensor. Setelah langkah ini selesai, maka proses akan
diulang lagi. Sebenarnya jika melihat proses ini, aliran fluida pada
kompressor ini tidaklah kontinu tetapi terputus-putus. Tetapi karena
frekuensi terputusnya sangat tinggi, aliran akan kelihatan tidak terputus
atau kontinu.
b. roto-dynamic
Prinsip kerja dari kompressor jenis roto-dynamic adalah tekanan
refigeran

dihasilkan dengan

mengubah energi kinetik dengan

menggunakan elemen yang berotasi. Oleh karena ini, aliran fluida pada
kompressor tipe ini termasuk kontinu.

2. Kondensor
Kondensor adalah APK (Alat Penukar Kalor) yang berfungsi mengubah
fasa refrigeran dari kondisi superheat menjadi cair, bahkan kadang sampai
kondisi subcooled. Medium pendingin yang biasa digunakan untuk
melakukan tugas ini adalah udara lingkungan, air, atau gabungan keduanya.
Masing-masing medium ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pembagian kondensor berdasarkan medium yang digunakan dapat dibagi
atas 3 bagian, yaitu:
a. Kondensor berpendingin udara
Kelebihannya adalah tidak diperlukan pipa untuk mengalirkannya
dan tidak perlu repot untuk membuangnya karena setelah menyerap
panas bisa langsung dilepas ke udara lingkungan.
Kelemahannya, udara tidak mempunyai sifat membawa dan
menghantar panas yang baik. Oleh karena itu diperlukan usaha yang
lebih untuk mengalirkan lebih banyak udara. Bisa dipastikan kondensor
dengan medium pendingin udara umumnya digunakan pada siklus
refrigerasi dengan kapasitas pendinginan yang kecil.
b. Kondensor berpendingin air
Kelebihannya

adalah air mempunyai sifat membawa dan

memindahkan panas yang baik. Oleh karena itu tidak dibutuhkan


peralatan yang besar untuk proses perpindahan panas. Tetapi air tidak
boleh dibuang begitu saja ke lingkungan. Misalnya setelah digunakan
sebagai pendingin kondensor air akan menjadi panas dan tidak bisa
dibuang begitu saja ke sungai atau danau, bisa-bisa terapung semua
nanti ikan yang ada di situ. Untuk menghindari efek lingkungan ini,
biasanya kondensor berpendingin air dilengkapi dengan cooling tower
yang fungsinya mendinginkan air panas yang berasal dari kondensor

dengan menjatuhkannya dari suatu ketinggian agar dapat didinginkan


oleh udara.
c. Kondensor berpendingin gabungan (Evaporative Condenser).
Pada evaporative kondensor ini, air dan udara digunakan untuk
mendinginkan kondensor. Air disiramkan ke pipa-pipa kondensor dan
udara juga ditiupkan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penguapan
di permukaan kondensor. Karena panas penguapan air sangat tinggi,
dan ini diambil dari refigeran melalui dinding pipa maka jenis ini akan
mempunyai koefisien perpindahan panas yang sangat baik. Hal-hal
yang disebutkan di atas adalah salah satu perbedaan utama dari
kondensor berpendingin air dan berpendingin udara.
3. Evaporator
Pada prinsipnya evaporator hampir sama dengan kondensor, yaitu
sama-sama APK (Alat Penukar Kalor) yang fungsinya mengubah fasa
refrigeran. Bedanya, jika pada kondensor refrigerant berubah dari uap
menjadi cair, maka pada evaporator berubah dari cair menjadi uap[3].
Perbedaan berikutnya adalah, sebagai siklus refrigerasi, pada evaporatorlah
sebenarnya tujuan itu ingin dicapai. Artinya, jika kondensor fungsinya
hanya membuang panas ke lingkungan, maka pada evaporator panas harus
diserap untuk menyesuaikan dengan beban pendingin di ruangan.
Berdasarkan model perpindahan panasnya evaporator dapat dibagi atas dua
model, yaitu :
a. Evaporator natural convection
Fluida pendingin dibiarkan mengalir sendiri karena adanya
perbedaan massa jenis. Pada jenis ini umumnya evaporator ditempatkan
ditempat yang lebih tinggi. Fluida yang bersentuhan dengan evaporator
akan turun suhunya dan massa jenisnya akan naik, sebagai akibatnya,
fluida ini akan turun dan mendesak fluida di bawahnya untuk
bersirkulasi. Sistem ini hanya mampu pada refrigerasi dengan
kapasitas-kapasitas kecil, seperti kulkas.

b. Evaporator forced convection


menggunakan blower untuk memaksa terjadinya aliran udara
sehingga terjadi konveksi dengan laju perpindahan panas yang lebih
baik.
4. Katup Ekspansi
Fungsi dari katup ekspansi ada dua, yaitu menurunkan refrigeran dari
tekanan kondensor sampai tekanan evaporator dan mengatur jumlah aliran
refrigeran yang mengalir masuk ke evaporator.
Pada kondisi pengaturan yang ideal, sangat dipantangkan jika cairan
referigeran dari evaporator sampai masuk ke kompressor. Hal ini bisa saja
terjadi, misalnya, karena beban pendinginan berkurang, refrigeran yang
menguap di evaporator akan berkurang. Jika pasokan refrigeran cair dari
kondensor tetap mengalir maka hal ini akan memaksa cairan refrigeran
masuk ke kompressor. Untuk menghindari hal inilah katup ekspansi
difungsikan. Jika beban berkurang, maka pasokan refrigeran akan
berkurang, sehingga menjamin hanya uap refrigeran yang masuk ke
kompressor.
2.2 Sistem Refrigerasi
Refrigerasi merupakan

suatu

proses

penarikan

kalor

dari

suatu

benda/ruangan ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut lebih


rendah dari temperatur lingkungannya [4]. Sesuai dengan konsep kekekalan
energi, panas tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat dipindahkan. Sehingga
refrigerasi selalu berhubungan dengan proses-proses aliran panas dan perpindahan
panas. Siklus refrigerasi memperlihatkan apa yang terjadi atas panas setelah
dikeluarkan dari udara oleh refrigeran di dalam koil (evaporator). Siklus ini
didasari oleh dua prinsip, yaitu:
1. Saat refrigeran cair berubah menjadi uap, maka refrigeran cair itu
mengambil atau menyerap sejumlah panas.
2. Titik didih suatu cairan dapat diubah dengan jalan mengubah tekanan
yang bekerja padanya. Hal ini sama artinya bahwa temperatur suatu

cairan dapat ditingkatkan dengan jalan menaikan tekanannya, begitu juga


sebaliknya.
Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sistem refrigerasi mekanik
Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan alat
mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem
refrigerasi mekanik di antaranya adalah:
a. Siklus Kompresi Uap (SKU)
b. Refrigerasi siklus udara
c. Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah
d. Siklus sterling
2. Sistem refrigerasi non mekanik
Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan
mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya.
Yang termasuk dalam sistem refrigerasi non mekanik di antaranya :
a. Refrigerasi termoelektrik
b. Refrigerasi siklus absorbsi
c. Refrigerasi steam jet
d. Refrigerasi magnetic
e. Heat pipe
2.3 Siklus Kompresi Uap
Dari sekian banyak jenis-jenis sistem refigerasi, namun yang paling umum
digunakan adalah refrigerasi dengan sistem kompresi uap. Komponen utama dari
sebuah siklus kompresi uap adalah kompresor, evaporator, kondensor dan katup
expansi. Berikut adalah sistem konvensional siklus kompresi uap (gambar 2.1)

Gambar 2.1 Skema siklus kompresi uap


Pada siklus kompresi uap, di evaporator refrigeran akan menghisap panas
dari dalam ruangan sehingga panas tersebut akan menguapkan refrigeran.
Kemudian uap refrigeran akan dikompres oleh kompresor hingga mencapai
tekanan kondensor, dalam kondensor uap refrigeran dikondensasikan dengan cara
membuang panas dari uap refrigeran ke lingkungannya. Kemudian refrigeran akan
kembali di teruskan ke dalam evaporator.

I
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Seperangkat peralatan mesin air conditioner (AC)
Mesin AC yang digunakan adalah tipe split dengan kapasitas 1 hp,
adapun data spesifikasi dari mesin ini adalah sebagai berikut :

Model DG-09Gz

Kapasitas 1 hp (9000 Btu/h) = 2636,98

Daya listrik 980 watt

Jenis refrigerant R-22

Tekanan kondensor = 2,7 MPa

Tekanan evaporator = 0,65 Mpa

Arus Listrik = 4,5 5,5 Ampere

Tegangan listrik = 220 240 V

2. Alat ukur Temperature ruang


3. Alat ukur kelembaman
4. Alat ukur tegangan dan alat ukur arus
5. Alat ukur waktu
6. Alat ukur penukar panas. Alat penukar panas yang digunakan dari bahan
tembaga dan mempunyai konfigurasi koil tipe heliks dengan diameter
pipa inchi dan panjang 12 m
7. Tangki air

3.2 Prosedur Percobaan

1. Menyusun alat alat seperti gambar 1


2. Mengukur debit aliran di beberapa titik pengukuran
3. Mengamati kenaikan temperatur air dalam tangki terhadap waktu

4. Mengukur COP ( coefisien of performance ) sebelum dihubungkan


dengan pemanas. ( COP mesin AC menunjukkan perbandingan antara
besarnya kapasitas pendinginan dengan daya kompresor )

BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Hasil Percobaan


1. AC (Air Conditioner)

t(s)
180
360
540
720
900
1080
1260
1440
1620
1800

Menggunakan AC (Air Conditioner)


P(Psi)
T ((C)
1
2
3
1
2
3
185.
49.5
5
205
45
55
24
50
190
210
48
59
25
51
195
210
51
63
25
51.5
195
210
52
65
25
197.
51.5
5
212.5
53
66
26
52
200
215
54
68
26
53
200
215
55
69
26
53
200
215
55
69
26
53
200
215
56
70
26
53
200
215
56
70
26

4
30
30
30
31
31
31
31
31
31
32

2. AC (Air Conditioner dan Water Heater)

t(s)
180
360
540
720
900
1080
1260
1440
1620
1800

Menggunakan AC (Air Conditioner) dan Water Heater


P (Psi)
T ((C)
1
2
3
1
2
3
4
5
53
190
220
36
67
26
30
57
53
195
220
36
68
25
30
62
54
195
220
36
69
25
30
64
54
195
220
36
70
25
30
57
195.
54.5
5
225
36
70
25
30
59
54.5
200
225
36
71
25
30
60
55
200
225
36
71
26
30
59
55.5
200
225
37
71
26
31
69
55.5
200
225
37
71
26
31
57
55.5
200
225
37
71
26
31
60

6
35
35
36
35
36
36
36
37
37
37

5.2 Pengolahan Data

Mencari Nilai h1, h2, h4


Nilai h1, h2, h4 dapat dicari melalui tabel R-22 A-7 yang ada pada buku
termodinamika teknik. Caranya dengan mencocokkan nilai temperatur
hasil percobaan dengan data yang berada pada tabel. Namun nilai
temperatur hasil percobaan tidak semua tersedia pada tabel sifat
refrijeran jenuh. Sehingga dilakukan pendekatan secara interpolasi
ataupun ekstrapolasi untuk mendapatkan nilai h.
a. Interpolasi
h
( 1h0)
(T T 0)
(T 1T 0 )
h=h0 +

b. Ekstrapolasi
h=h0 +

(T T 0 )
(h h )
(T 1T 0 ) 1 0

Menghitung COP (Coefficient Of Performance)


COP=

h1 h4
h2h1

Sehingga didapat data seperti pada tabel :


1. Percobaan dengan menggunakan AC (Air Conditioner) saja.

t(s)
180
360
540
720

1
49.5
50
51
51.5

P (Psi)
2
185.5
190
195
195

3
205
210
210
210

Menggunakan AC (Air Conditioner)


T ((C)
1
2
3
4
1
45
55
24
30
261.46
48
59
25
30
261.72
51
63
25
30
261.91
52
65
25
31
261.91

h
2
261.93
261.954
261.978
261.99

COP
4
81.595
81.595
81.595
82.8675

382.691
783.17
2504.32
2295.44

900
1080
1260
1440
1620
1800

51.5
52
53
53
53
53

197.5
200
200
200
200
200

212.5
215
215
215
215
215

53
54
55
55
56
56

66
68
69
69
70
70

26
26
26
26
26
26

31
31
31
31
31
32

261.92
261.92
261.93
261.93
261.94
261.94

261.996
262.008
262.014
262.014
262.02
262.02

82.8675
82.8675
82.8675
82.8675
82.8675
84.14

Berdasarkan dengan data diatas, didapatkan grafik berikut :

T terhadap t untuk AC
80
60

T(C) 40 1

20
0

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

t(s)

P terhadap t untuk AC
250
200
150
1

P(Psi) 100

50
0

200 400 600 800 100012001400160018002000

t(s)

2295.52
2131.62
2131.7
2131.7
2131.77
2116.62

COP terhadap t untuk AC


3000
2500
2000

COP 1500
1000
500
0

200 400 600 800 100012001400160018002000

t(s)

2. Percobaan dengan menggunakan AC (Air Conditioner) dan Water


Heater

t(s)
180
360
540
720
900
1080
1260
1440
1620
1800

1
53
53
54
54
54.5
54.5
55
55.5
55.5
55.5

P(Psi)
2
190
195
195
195
195.5
200
200
200
200
200

Menggunakan AC (Air Conditioner) dan Water Heater


T ((C)
h
3
1
2
3
4
5
6
1
2
220 36 67 26 30 57 35 260.11 262.002
220 36 68 25 30 62 35 260.11 262.008
220 36 69 25 30 64 36 260.11 262.014
220 36 70 25 30 57 35 260.11 262.02
225 36 70 25 30 59 36 260.11 262.02
225 36 71 25 30 60 36 260.11 262.026
225 36 71 26 30 59 36 260.11 262.026
225 37 71 26 31 69 37 260.28 262.026
225 37 71 26 31 57 37 260.28 262.026
225 37 71 26 31 60 37 260.28 262.026

Berdasarkan dengan data diatas, didapatkan grafik berikut :

COP
4
81.595
81.595
81.595
81.595
81.595
81.595
81.595
82.8675
82.8675
82.8675

94.35254
94.05427
93.75788
93.46335
93.46335
93.17067
93.17067
101.6108
101.6108
101.6108

T terhadap t untuk AC dengan Water Heater


80
60

T(C) 140

20
0

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

t(s)

P terhadap t untuk AC dengan Water Heater


250
200
150
1

P(Psi) 100

50
0

200 400 600 800 100012001400160018002000

t(s)

COP terhadap t untuk AC dengan Water Heater


105
100

COP

95
90
85

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

t(s)

5.3 Analisa Data

Percobaan kali ini berjudul pemanfaatan energi panas terbuang dari mesin
AC (Air Conditioner). Pertama-tama kami melakukan percobaan dengan
menggunakan AC (Air Conditioner) saja. Kemudian didapatkan nilai suhu (T1-T4)
dan nilai tekanan (P1-P3).P1 nilainya berkisar 49.5-53 Psi yang merupakan tekanan
pada refrigerator sebelum masuk kompresor. Kemudian kompresor memberi
tekanan terhadap uap tefrigeran sehingga tekanan menjadi lebih tinggi dan
temperatur juga, yang dicatat sebagai P2 dan T2. Sebelum masuk ke kondensor
didapatkan nilai tekanan sebesar 205-215 Psi dan suhu sekitar 24-26C. namun
dari percobaan suhu dari setelah kondensor lebih tinggi daripada suhu sebelum
masuk kondensor, seharusnya suhu sebelum masuk kondensor lebih tinggi
dibandingkan suhu sesudah masuk kondensor.
Lalu percobaan kedua kami melakukan percobaan dengan menggunakan AC
(Air Conditioner) yang terhubung dengan water heater. Katup inlet dan oulet
dibuka dan katup bypass ditutup. Nilai yang didapat dari percobaan kedua ini
adalah nilai suhu (T1-T6) dan nilai tekanan (P1-P3). Data yang kami dapatkan ini
merupakan data yang diambil setiap rentang 3 menit (3 menit-30 menit). Dari
nilai yang kami dapat dari percobaan tadi, dapat dicari nilai entalpi untuk
mendapatkan COP (Coefficient of Performance). Untuk menghitung COP, entalpi
yang dibutuhkan adalah entalpi pada T1 (suhu ketika akan masuk ke kompresor
atau suhu ketika keluar dari evaporator), T2 (suhu ketika keluar dari kompresor)
dan T4 (suhu ketika keluar dari kondensor). Untuk suhu T1 dan T2 merupakan
entalpi uap jenuh atau saturated vapor, sedangkan T4 merupakan entalpi cair jenuh
saturated vapor). Kemudian didapatlah nilai COP dengan menggunakan
persamaan :
COP=

h1 h4
h2h1

COP yang hasilkan oleh percobaan pertama ternyata lebih besar dibanding
COP yang dihasilkan oleh percobaan AC dengan water heater. COP pada
percobaan AC memiliki rentang dari 382.69 hingga 2504.3. sedangkan COP pada
percobaan AC dengan water heater memiliki rentang dari 93,1707 hingga
101.161.

Jika dilihat pada grafik hubungan T terhadap t, dan grafik hubungan P


terhadap t. nilai T dan P tidak bertambah secara signifikan, setiap tiga menit hanya
mengalami perubahan nilai yang kecil, bahkan tidak berubah sekali.

BAB IV
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Sebuah AC berkerja berdasarkan prinsip penguapan, pengembunan, dan
pertukaran panas dalam sebuah siklus tertutup dengan menggunakan
media freon.
2. Air Conditioner terdiri atas kompresor, kondensor, evaporator, dan katup
ekspansi.Cairan mudah menguap dialirkan ke dalam sebuah evaporator
akan menyerap panas dari permukaan evaporator. Karena itu freon
berubah wujud menjadi uap dan bergerak menuju ke kompresor. Di
kompresor gas akan dimampatkan sehingga temperatur gas menjadi
panas dan berubah wujud kembali menjadi cairan. Cairan tersebut
didinginkan dikondensor agar dapat digunakan kembali untuk menyerap
panas di evaporator.
3. Konversi energi adalah perubahan bentuk energi dari yang satu menjadi
energi yang lain.
4. Temperatur air didalam tangki pemanas adalah T6 yang memiliki rentang
nilai dari 35C sampai 37C

TUGAS PENDAHULUAN
SOAL
1. Jelaskan prinsip dan cara kerja mesin refrigerasi kompresi uap!
2. Jelaskan siklus mesin refrigasi kompresi uap!
3. Jelaskan energi termal pada siklus mesin refrigerasi kompresi uap!
JAWAB
1. Prinsip dan cara kerja mesin refrigerasi kompresi uap :
Siklus refrigerasi kompresi mengambil keuntungan dari kenyataan bahwa
fluida yang bertekanan tinggi pada suhu tertentu cenderung menjadi lebih dingin
jika dibiarkan mengembang. Jika perubahan tekanan cukup tinggi, maka gas yang
ditekan akan menjadi lebih panas daripada sumber dingin diluar (contoh udara
luar) dan gas yang mengembang akan menjadi lebih dingin daripada suhu dingin
yang dikehendaki. Dalam kasus ini, fluida digunakan untuk mendinginkan
lingkungan bersuhu rendah dan membuang panas ke lingkungan yang bersuhu
tinggi.
Siklus refrigerasi kompresi uap memiliki dua keuntungan. Pertama, sejumlah
besar energi panas diperlukan untuk merubah cairan menjadi uap, dan oleh karena
itu banyak panas yang dapat dibuang dari ruang yang disejukkan. Kedua, sifatsifat isothermal penguapan membolehkan pengambilan panas tanpa menaikan
suhu fluida kerja ke suhu berapapun didinginkan. Hal ini berarti bahwa laju
perpindahan panas menjadi tinggi, sebab semakin dekat suhu fluida kerja
mendekati suhu sekitarnya akan semakin rendah laju perpindahan panasnya.
2. Siklus mesin refrigerasi kompresi uap :

Proses
1-2 ;
refrigeran
meninggalkan evaporator dalam
wujud
uap
jenuh
dengan
temperatur dan tekanan rendah,
kemudian oleh kompresor uap
tersebut dinaikkan tekanannya
menjadi uap super panas dengan
temperatur yang tinggi, lebih
tinggi dari temperature lengkungan
sehingga pembuangan panas bisa
berlangsung.
Proses 2-3 ; setelah mengalami proses kompresi, refrigeran berada dalam fase
panas lanjut dengan tekanan dan temperatur tinggi. Untuk merubah wujudnya
menjadi cair (kondensasi), kalor harus dilepaskan ke lingkungan melalui alat yang
disebut dengan kondensor. Refrigeran mengalir melalui kondensor pada sisi lain
dialirkan fluida pendingin (udara atau air) dengan temperatur lebih rendah dari
pada temperatur refrigeran. Oleh karena itu kalor akan berpindah dari refrigeran
ke fluida pendingin dan refrigeran akan mengalami penurunan temperatur dari
kondisi uap panas lanjut menuju kondisi uap jenuh, selanjutnya mengalami proses
pengembunan menjadi refrigeran cair. Refrigeran keluar kondensor sudah berupa
refrigeran cair. Proses kondensasi berlangsung pada temperature dan tekanan yang
konstan.
Proses 3-4 ; refrigeran dalam keadaan wujud cair jenuh (tingkat keadaan 3)
kemudian mengalir melalui alat ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada
entalpi konstan dan berlangsung secara tak reversibel sehingga tekanan refrigeran
menjadi rendah (tekanan evaporator). Refrigeran keluar alat ekspansi berwujud
campuran uap-cair pada tekanan dan temperatur rendah.
Proses 4-1 ; Refrigeran dalam fase campuran uap-cair, mengalir melalui
evaporator. Di dalam evaporator refrigeran mengalami proses penguapan sebagai
akibat dari panas yang diserap dari sekeliling evaporator. Dengan adanya
penyerapan panas ini, maka disekeliling evaporator (ruangan yang dikondisikan)
menjadi dingin atau temperaturnya turun. Selanjutnya refrigeran yang
meninggalkan evaporator dalam fase uap jenuh. Proses penguapan tersebut
berlangsung pada temperatur dan tekanan yang konstan.
4.

DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.zonateknik.com/2011/01/cara-kerja-mesin-pendingin.html
[2] http://iptech.wordpress.com/prinsip-kerja-air-conditioner-2/
[3] http://air-conditioner-ariffandisaputra.blogspot.com/
[4] http://umsidaagus.blogspot.com/2010/01/prinsip-kerja-mesin-pendinginpada.html

Anda mungkin juga menyukai