Anda di halaman 1dari 11

ParafAsisten

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK


Judul

: SINTESIS PARA NITROASETANILIDA

TujuanPercobaan

: Memperlajari reaksi nitrasi senyawa aromatis.

Pendahuluan
Senyawa p-nitroasetanilida merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang termasuk
dalam golongan amida sekunder (RCONHR). Beberapa nama lain dari p-nitroasetanilida antara
lain N-(4-nitrofenil) asetamida, p-asetamidonitrobenzen, N-Acetyl-4-nitroaniline. Senyawa ini
berbentuk kristal prisma yang berwarna kuning pucat. p-nitroasetanilida dalam industri,
digunakan sebagai bahan baku untuk mensistesis p-nitroanilina, yang umum digunakan sebagai
zat pewarna. Pengamatan terhadap struktur molekulnya, maka akan terlihat bahwa gugus yang
terikat pada atom N (R) mengandung inti benzena.

(Gambar 1.)
Sehingga senyawa ini dapat juga dikategorikan kedalam senyawa benzena terdisubstitusi. Kedua
substituent pada senyawa ini adalah gugus NO2 (gugus nitro) dan gugus NHCOCH3 (gugus
asetilamina). Senyawa p-nitroasetanilida ini memiliki 2 buah isomer posisi, yaitu : onitroasetanilida dan m-nitroasetanilida. Suatu isomer para (p) lebih simetris dan dapat
membentuk kisi kristal yang lebih teratur jika dibandingkan dengan kedua isomer lainnya dalam
keadaan padatan. Selain itu, kedua isomer tersebut lebih sulit terbentuk. Hal ini menyebabkan
isomer para lebih stabil dalam perolehannya (Indri dan Windysari, 2011).
Proses untuk memproduksi p nitroaniline yang terdiri dari nitrasi sebuah -

methylbenzalanilin dimana R merupakan gugus alkil yang memiliki 1 sampai 5 atom karbon ,
dan n adalah 0 atau 1. Campuran asam nitrat dan pelarut hidrokarbon alifatik terhalogenasi serta
asam sulfat dapat membentuk p-nitro--metilbenzalanilin (Harada et al., 1983).
Menurut penemuan sebelumnya, p-nitroanilin diproduksi dengan mereaksikan phalonitrobenzena seperti p-kloronitrobenzena dengan amonia, atau metode yang terdiri dari
nitrasi asetanilida dan hidrolisis produk reaksi. p-kloronitrobenzena sulit untuk menghasilkan
produk yang tinggi dengan selektivitas yang baik. Selain itu, metode ini memiliki kelemahan
bahwa dalam hidrolisis p-nitroasetanilida jumlah molar dengan p-nitroasetanilida memerlukan
alkali. Asam asetat akan terbentuk sebagai produk sampingan dari hidrolisis tersebut. Metode
konvensional kurang baik karena kesulitan dan kekurangan bahan untuk memproduksi p
nitroanilin (Harada et al., 1983).
Senyawa p-nitroasetanilida merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang termasuk
dalam golongan amida sekunder (RCONHR). Beberapa nama lain dari p-nitroasetanilida antara
lain N-(4-nitrofenil) asetamida, p-asetamidonitrobenzen, N-Asetil-4-nitroanilin. Senyawa ini
berbentuk kristal prisma yang berwarna kuning pucat (Indri dan Windysari, 2011).
Secara umum, p-nitroasetanilida dibuat dengan jalan mereaksikan asetanilida bersama
asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, dan asam asetat glasial. Di sini, asam sulfat pekat berfungsi
sebagai pembentuk ion nitronium (NO2+) yang dapat menyerang molekul asetanilida untuk
menghasilkan molekul p-nitroasetanilida. Mekanisme penyerangan oleh ion nitronium inilah
yang dikenal dengan proses reaksi nitrasi. Senyawa p-nitroasetanilida berbentuk kristal (padat),
sehingga proses pemurniannya dilakukan dengan cara kristalisasi dan rekristalisasi. Akan tetapi,
anilin tidak dapat di nitrasi dengan campuran nitrasi biasa (asam sulfat), karena bersifat terbakar
dan anilin akan teroksidasi. Namun, kesulitan ini dapat diatasi dengan menggunakan kelebihan
dari asam sulfat atau dengan melindungi gugus amino dari reaksi asetilasi karena kelompok
asetilamido, CH3CONH-. Asetilamido memiliki orto yang sama dan para mengarahkan pengaruh
sebagai NH2-. Asetanilidaa siap mengalami nitrasi dan memberikan warna p-nitroasetanilida
yang pucat jika dicampur dengan kuning o-nitroasetanilida. Rekristalisasi dari etanol mudah
dilakukan karena senyawa orto lebih larut, dan p-nitroasetanilida murni dihidrolisis untuk pnitroanilin (Raheem, 2010).
p-nitroanilin banyak digunakan dalam manufaktur menengah untuk pewarna, bahan
kimia pertanian, farmasi ,dan lain-lain. p-fenildiamina diperoleh dengan pengurangan pnitroanilin yang berguna sebagai manufaktur perantara untuk poliamida, agen peracikan karet,

aditif resin sintetis, pewarna, obat-obatan dan bahan kimia pertanian. Oleh karena itu,
peningkatan permintaan untuk p-nitroanilin sebagai bahan industri akan terus meningkat (Harada
et al., 1983).
MekanismeReaksi
[1] Pembentukan elektrofil (ion nitronium)
O
O 2N

OH

SH

O 2N

OH2

Asam nitrat

SH

Asam sulfat
+

H2 O

Elektrofil

[2] Substitusi Aromatik Elektrofilik


NHCOCH 3

O
O

NHCOCH 3

NHCOCH 3

NHCOCH 3

NHCOCH 3

NHCOCH 3

NHCOCH 3

-H 2SO 4
+

H
O

SH

NO 2

p-nitroasetanilida

Reaksi samping
O
NHCOCH 3

H
O

NHCOCH 3
+

SH

NHCOCH 3
+

NHCOCH 3
NO 2

-H 2SO 4
O

Reaksi kimia dan hasil samping

o-nitroasetanilida

NHCOCH 3

NHCOCH 3

NHCOCH 3
NO 2

HNO 3/H2SO4

H 2O
NO 2

Asetanilida

p-nitroasetanilida

o-nitroasetanilida

Alat
Erlenmeyer 100 mL, batang pengaduk, beaker glass, penangas es, pipet tetes, gelas ukur 10 ml,
corong Buchner, kertas saring, vacuum pump, corong biasa, cawan petri.
Bahan
Asetanilida, asam asetat glasial, asam sulfat pekat, asam nitrat pekat.
ProsedurKerja
a. Skema kerja
4 g Asetanilid
-

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml.


ditambahkan ke dalamnya 4 ml asam asetat glasial dan 8 ml asam sulfat pekat

dan dinginkan labu dalam air es.


dicampur hati-hati masing-masing 2 ml asam nitrat pekat dan asam sulfat

pekat dalam erlenmeyer yang lain kemudian dinginkan labu dalam air es.
diteteskan campuran nitrasi ke dalam labu erlenmeyer yang berisi asetanilid

sambil diaduk dan dijaga temperatur tidak lebih dari 10C.


di keluarkan labu dari air es dan biarkan selama 1 jam.
di itu tuangkan ke dalam gelas beker 250 ml yang berisi 100 ml air dan

beberapa potong es.


diaduk perlahan-lahan kristal p-nitroasetanilid akan memisah dan biarkan

selama 15 menit.
disaring kristal dengan corong buchner, cuci beberapa kali dengan air es

kemudian lakukan rekristalisasi dengan etanol.


dikeringkan di oven pada temperatur 100oC, timbang dan tentukan titik
lelehnya.

Hasil
Masukkan 4 g asetanilid ke dalam labu erlenmeyer 100 ml. Tambahkan ke dalamnya 4 ml
asam asetat glasial dan 8 ml asam sulfat pekat. Dinginkan labu dalam air es.

Sementara itu dalam labu erlenmeyer 100 ml lain yang terpisah, campur hati-hati masingmasing 2 ml asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat kemudian dinginkan labu dalam air es.
Teteskan campuran nitrasi ini tetes demi tetes ke dalam labu erlenmeyer yang berisi asetanilid
sambil diaduk dan temperatur dijaga agar tidak lebih dari 10C. Apabila penetesan telah selesai
keluarkan labu dari air es dan biarkan selama 1 jam.
Setelah itu tuangkan ke dalam gelas beker 250 ml yang berisi 100 ml air dan beberapa
potong es. Aduk perlahan-lahan, kristal p-nitroasetanilid akan memisah dan biarkan selama 15
menit. Saring kristal dengan corong buchner, cuci beberapa kali dengan air es kemudian lakukan
rekristalisasi dengan etanol. Keringkan di oven pada temperatur 100 oC, timbang dan tentukan
titik lelehnya.
Waktu yang dibutuhkan
No

Perlakuan

Waktu

.
1.
2.
3.
4.
5.

Persiapan alat dan bahan


Proses penambahan dan pendinginan
Pengadukan dan penjagaan suhu
Proses pendiaman larutan
Penambahan campuran dalam air 100 ml

15 menit
20 menit
20 menit
60 menit
20 menit

6.

dan penambahan potongan es


Proses penyaringan dan pencucian

15 menit

7.
8.

larutan
Proses rekristalasi
Prosen pengeringan, penimbangan dan

20 menit
25 menit

uji titik leleh


Total

195 menit

Data danPerhitungan
No

Perlakuan

.
1.

2 g asetanilida + 2 mL asam asetat glasial + 4 mL

larutan berwarna kuning

2.

asam sulfat
dititrasi dengan campuran asam nitrat pekat +

larutan menghasilkan asap saat

asam sulfat pekat dalam keadaan dingin

penambahan dilakukan, larutan

didiamkan selama 1 jam


campuran dimasukkan ke dalam gelas beaker

menjadi lebih kental dan pekat


larutan tetap kental
larutan berbentuk memadat

3.
4.

Pengamatan

berisi air 100 mL dan potongan-potongan es


larutan disaring dengan Buchner

berwarna putih kekuningan


diperoleh endapan berwarna

6.

endapan dilarutkan dalam etanol panas dan

putih kekuningan
diperoleh filtrat

7.
8.

disaring dalam keadaan panas


filtrat didinginkan selama 15 menit
filtrat disaring dengan corong Buchner dan

filtrat membentuk kristal


diperoleh filtrat p-

9.
10.

dikeringkan dalam oven


berat kristal
uji titik leleh

nitroasetanilida berwarna putih


1,3 g
210 C

5.

Hasil
No
.
1.

Gambar

Keterangan
penambahan asetanilida, asam asetat
dan asam sulfat menghasilkan larutan
berwarna kuning

2.

penambahan asam sulfat dan asam


nitrat menghasilkan larutan yang lebih
kental dan lebih pekat

3.

larutan didiamkan selama 1 jam dan


menghasilkan larutan yang bertambah
kental

4.

campuran dituangkan dalam air 100 ml


dan bebrapa potongan es.
Menghasilkan larutan berwarna putih
kekuningan.

5.

larutan disaring dan diperoleh filtrat

6.

filtrat yang didinginkan selama 15


menit membentuk kristal

7.

filtrate disaring kembali dan


menghasilkan endapan berwarna putih
berupa kristal p-nitroasetanilida

8.

proses rekristalisasi endapan larut


dalam etanol

9.

filtrat dari proses rekristalisasi


berwarna kuning sedikit putih dan
sebagian membentuk padatan

10.

kristal yang dihasilkan berwarna putih


kekuningan.

Pembahasan Hasil
Percobaan kali ini yaitu tentang sintesis p-nitroasetanilida. Asetanilida dalam
penggolongannya termasuk senyawa golongan amida sekunder yang merupakan salah satu
turunan asam karboksilat dengan rumus struktur CH 3CONHC6H5. Sebagai salah satu turunan
asam karboksilat, amida sekunder ini mudah terhidrolisis menjadi senyawa induknya, yaitu asam
karboksilat.
Perlakuan pertama dalam percobaan ini yaitu mereaksikan 2 g asetanilida dengan 2 ml
asam asetat glacial dan 4 ml asam sulfat. Penambahan ini menghasilkan larutan berwarna
kuning. Tujuan penambahan asam asetat glasial dalam reaksi ini adalah untuk mencegah
hidrolisis dari asetanilida, karena asetanilida sebagai turunan asam karboksilat mudah menjadi
senyawa induknya yaitu asam karboksilat saat terhidrolisis. Oleh karena itu, penambahan asam
asetat akan menghasilkan senyawa p-nitroasetanilida dalam proses sintesisnya. Perlakuan kedua
yaitu mencampurkan asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat dalam keadaan didinginkan pada
penangas es, penambahan harus dilakukan secara perlahan. Proses penambahan ini menghasilkan
asap dan larutan menjadi lebih kental. Dalam penambahan ini, ion NO2+ dari asam nitrat
berperan sebagai elektrofil akan masuk atau menyerang cincin benzena melalui asetanilida,
mekanisme penyerangan oleh ion nitronium ini disebut sebagai reaksi nitrasi. Proses
penambahan ini harus dilakukan penjagaan suh, yaitu suhu tidak lebih dari 10 C. Hal ini
dilakukan agar kemungkinan terbentuknya salah satu isomer dari p-nitroasetanilida yaitu onitroasetanilida lebih kecil, karena reaksi berjalan secara eksotermis yang ditandai dengan
dihasilkannya asap, sehingga jika terdapat sedikit energi yang berupa panas, maka kemungkinan
terbentuknya o-nitroasetanilida lebih besar. Selain menjaga suhu saat proses reaksi berjalan,
penambahan larutan nitrasi juga harus dilakukan secara perlahan ke dalam larutan yang berisi
asetanilida. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi dinitrasi dan terbentuknya pnitroanilina. Reaksi ini dapat berlangsung akibat terlalu banyaknya ion H + yang dapat
mengkatalisis reaksi hidrolisis nitroasetanilida.

Perlakuan ketiga yaitu proses pendiaman erlenmeyer yang telah berisi asetanilida, asam
asetat glasial, asam sulfat, asam nitrat pekat dan asam sulfat. Proses pendiaman larutan dilakukan
selama 1 jam. Pendiaman selama 1 jam ini dilakukan agar reaksi berlangsung sempurna.
Perlakuan selanjutnya yaitu memasukkan campuran ke dalam gelas beaker yang telah berisi air
100 ml dan potongan-potongan es, larutan menjadi berwarna putih kekuningan dan memadat.
Perlakuan ini dilakukan karena isomer orto dapat larut dalam air dingin, sedangkan isomer para
tidak dapat larut dalam air dingin, sehingga membentuk endapan berupa kristal. Perlakuan
selanjutnya yaitu menyaring larutan yang telah memadat dengan menggunakan corong buchner,
dan dihasilkan endapan berwarna putih kekuningan.
Perlakuan berikutnya yaitu melakukan proses rekristalisasi, rekristalisasi merupakan
metode pemurnian dengan menggunakan pelarut yang cocok untuk dicampurkan dengan sampel
yang akan dimurnikan. Pelarut yang cocok yang digunakan adalah pelarut yang tidak dapat larut
dengan sampel yang dimurnikan. Pelarut yang digunakan dalam proses rekristalisasi ini adalah
etanol. Selanjutnya endapan dilarutkan dalam etanol panas dan disaring dalam keadaan panas,
hal tersebut dikarenakan pada suhu kamar endapan akan mengering dan etanol akan menguap,
sehingga proses penyaringan harus dilakukan dalam keadaan panas, selain itu pada keadaan
panas etanol dapat melarutkan kristal p-nitroasetanilida, sedangkan pada keadaan dingin etanol
tidak dapat melarutka kristal p-nitroasetanilida. sehingga pada keadaan dingin kristal akan
terbentuk kembali (rekristalisasi). Proses penyaringan yang dilakukan dan dihasilkan filtrat.
Langkah selanjutnya yaitu mendinginkan filtrat agar memadat atau membentuk kristal.
Selanjutnya filtrat disaring dengan corong buchner, endapan atau kristal pada kertas saring dicuci
dengan aquades dingin untuk menghilangkan asam. Hal ini dimaksudkan untuk melarutkan
isomer orto yang mungkin masih terdapat pada kristal atau endapan. Langkah berikutnya yaitu
mengeringkan endapan yang telah didapatkan dari proses penyaringan, pengeringan endapan
dilakukan dengan menggunakan oven. Endapan yang telah kering kemudian ditimbang dan
dihasilkan massa sebesar 1,3 g. Selanjutnya endapan diidentifikasi dengan cara identifikasi titik
leleh dan dihasilkan titik leleh sebesar 210 C. Berdasarkan literatur, senyawa p-nitroasetanilida
berwarna kuning pucat dengan titik leleh 214 C 216 C. perbedaan titik leleh tersebut
kemungkinan disebabkan terjadi kontaminasi dengan zat yang lain seperti p-nitroanilina.
Senyawa p-nitroanilina berwarna putih kekuningan dan tidak dapat dipisahkan dari pnitroasetanilida dengan rekristalisasi.
Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa percobaan
sintesis senyawa p-nitroasetanilida terjadi pemanfaatan prinsip reaksi pada cincin aromatis yaitu
substitusi elektrofilik. Proses sintesis menghasilkan produk berupa campuran dari senyawa pnitroasetanilida dan o-nitroasetanilida, dikarena produk yang diinginkan hanya berupa senyawa
p-nitroasetanilida, maka keduanya dipisahkan dengan memanfaatkan perbedaan sifat kelarutan
dari kedua isomer tersebut, yaitu dengan menambahkan air pada sampel, sehingga akan
dihasilkan o-nitroasetanilida larut dalam air dan senyawa p-nitroasetanilida tidak larut dalam air
pada suhu rendah dan dapat membentuk kristal. Titik leleh yang diperoleh dari percobaan
sebesar 210 C, kristal yang diperoleh masih mengandung p-nitroanilin yang tidak dapat
dipisahkan dari p-nitroasetanilida dengan metode rekristalisasi.
Referensi
Raheem, Dotsha J. 2010. Preparation of p-nitroaniline. Irak: Universitas Salahaddi
Harada, Nagaoka, dan Shimizu. 1983. Process for Producing p-nitroaniline. Laporan
Penelitian. Jepang: Mitsui Petrochemical Industries Ltd
Indri, Anietta dan Windysari. 2011. Sintesis p-Nitroasetanilida. Makalah. Surabaya:
Universitas Airlangga
Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan sehingga hasil atau kristal
yang disintesis sesuai dengan yang diinginkan.
NamaPraktikan
Ria Sherly Farida

Anda mungkin juga menyukai