Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 3 BULAN


DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG DAN GIZI BAIK

Oleh:
Fitrian Sufianasari G99122048/K.03.13
Wiharesi Putri S

G99122110/K.04.13

Pembimbing:
dr. Pudjiastuti, Sp.A (K), M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD DR Moewardi Surakarta. Presentasi kasus
dengan judul :
SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 3 BULAN
DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG DAN GIZI BAIK

Hari/tanggal

September 2013

Oleh:
Fitrian Sufianasari

G99122048/K.03.13

Wiharesi Putri S

G99122110/K.04.13

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

dr. Pudjiastuti, Sp.A (K), M.Kes

BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama

: An. A

Umur

: 3 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Berat Badan

: 5,4 kg

Panjang Badan

: 55 cm

Agama

: Islam

Alamat

: Banjarsari

Tanggal masuk

: 16 September 2013

Tanggal pemeriksaan

: 16 September 2013

No. RM

: 01202620

II. Anamnesis
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita pada tanggal 16 September 2013.
A. Keluhan Utama
Diare
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan anaknya buang air
besar cair (mencret) kurang lebih 8 kali sehari. Setiap buang air besar kurang lebih seperempat
gelas belimbing, cairan sama banyak dengan ampas, berwarna kuning, tidak berbau, tanpa
lendir, dan tanpa darah. Pada pasien, tidak didapatkan adanya demam, batuk, pilek, maupun
muntah. Pasien masih mau minum ASI. BAK (+) berwarna kuning dan berjumlah banyak.
Sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien buang air besar cair (mencret) lebih dari
10 kali sehari. Setiap kali mencret kurang lebih seperempat gelas belimbing, berwarna kuning,
cairan lebih banyak daripada ampas, tidak berbau, tanpa lendir, dan tanpa darah. Pada pasien
didapatkan adanya demam dan muntah setiap kali diberi minum. Tidak didapatkan adanya batuk
dan pilek. Oleh orang tuanya, pasien diperiksakan ke dokter dan kemudian dirujuk ke RS Dr.
Moewardi.
Saat di IGD RS Dr. Moewardi, pasien tampak lemas, rewel, dan terlihat kehausan.
Didapatkan adanya demam (+), muntah (+) setiap kali diberi minum, batuk (-), dan pilek (-).
BAK terakhir kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit dan berwarna kuning pekat.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat dirawat sebelumnya

: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat ganti susu formula

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Riwayat sakit serupa di keluarga

: disangkal

Riwayat sakit serupa di lingkungan sekitar

: disangkal

Sumber air minum

: air PAM

E. Riwayat Pemeliharaan Kehamilan


Teratur, pertama kali periksa ke dokter pada umur kehamilan 1 bulan. Pada trimester pertama
dan kedua 1 kali sebulan. Pada trimester ketiga, periksa ke dokter setiap 2 minggu sekali. Tidak
didapatkan adanya keluhan selama kehamilan.

F. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan ditolong dokter pada usia kehamilan 40 minggu, dengan berat badan lahir
3200 gram, panjang badan 50 cm, dan langsung menangis kuat.
G. Riwayat Post Natal
Rutin ke posyandu tiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi
H. Riwayat Imunisasi
Pasien sudah mendapat imunisasi:
BCG

: 1 bulan

Hepatitis B

: saat lahir, 2 bulan

Polio

: 1, 2 bulan

DPT

: 2 bulan

Kesan

: untuk sementara imunisasi dasar sesuai jadwal DEPKES, tidak sesuai jadwal

IDAI 2011
I.

Perkembangan Anak
Mulai tersenyum

: 2 bulan

Kesan

: perkembangan sesuai usia

J. Riwayat Nutrisi
Pasien dari lahir sampai sekarang minum ASI. ASI diberikan tiap pasien meminta.
Pasien tertidur setelah minum ASI.

K. Pohon Keluarga
I
II

An. A, 3 bln

III

III.

Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum : Lemah, kompos mentis, gizi kesan baik,
gelisah/rewel.

B.

Tanda vital

Nadi

: 152 x/ menit, reguler, isi, dan tegangan cukup

Laju nafas

: 52 x/ menit, kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal

Suhu

: 38,4C (aksila)

C. Kepala

: normocephal, UUB cekung (+), lingkar kepala 38,5 cm

(-2SD < LK < 0SD kurva Nellhaus)


D. Mata

: mata cekung (+/+), air mata (+/+) berkurang,

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


E. Hidung

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

F. Telinga

: sekret (-/-)

G. Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-)

H. Tenggorok

: mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1

I. Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

J. Thoraks

: simetris, retraksi (-/-)

K. Jantung

Inspeksi

: iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: iktus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)


L. Pulmo

M.

Inspeksi

: pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi

: fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen

Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) meningkat

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali lambat

N.

Anus

O.

Ekstremitas

: diaper rash (-)


:
Akral Dingin
Oedem
-

--

Capillary refill time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat
IV.

Perhitungan Status Gizi


A. Secara Klinis
Gizi kesan baik
B. Secara Antropometri
BB: 5,4 kg

TB: 55 cm

Usia: 3 bulan

BB/U = 5,4/5,8 x 100 % = 93,1 % -2 SD < Z score < 0 SD


(WHO 2006)
PB/U = 55/60 x 100 % = 91,67 % -3 SD < Z score < -2 SD
(WHO 2006)
BB/PB = 5,4/5 x 100 % = 108% +1 SD < Z score < +2 SD
(WHO 2006)
Kesimpulan: gizi kesan baik secara antropometri
V. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah
Pemeriksaan
16/9/2013
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
11.0
Hematokrit
31
Leukosit
10.3
Eritrosit
3.99
Trombosit
397
INDEX ERITROSIT
MCV
77.6
MCH
27.6
MCHC
35.5
RDW
12.7
HITUNG JENIS
Eosinofil
0.4
Basofil
0.2
Netrofil
46.60

Satuan

Rujukan

g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul

9.4-13.0
28-42
5.0-19.5
3.10-4.30
150 450

/um
pg
g/dl
%

80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6

%
%
%

0.00 - 4.00
0.00 - 1.00
18.00 - 74.00

Limfosit
Monosit
KIMIA KLINIK
GDS
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Klorida
VI.

47.80
5.00

%
%

60.00 - 66.00
0.00 - 6.00

135

mg/dl

60-100

133
3,6
101

mmol/L
mmol/L
mmol/L

132-145
3,1-5,1
98-106

Resume
Sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan anaknya buang air
besar cair (mencret) kurang lebih 8 kali sehari. Setiap buang air besar kurang lebih seperempat
gelas belimbing, cairan sama banyak dengan ampas, berwarna kuning, tidak berbau, tanpa lendir,
dan tanpa darah. Pasien masih mau minum ASI. BAK (+) berwarna kuning dan berjumlah banyak.
Sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien buang air besar cair (mencret) lebih dari
10 kali sehari. Setiap kali mencret kurang lebih seperempat gelas belimbing, berwarna kuning,
tidak berbau, cairan lebih banyak daripada ampas, tanpa lendir, dan tanpa darah. Pada pasien
didapatkan adanya demam dan muntah setiap kali diberi minum. Oleh orang tuanya, pasien
diperiksakan ke dokter dan kemudian dirujuk ke RS Dr. Moewardi.
Saat di IGD RS Dr. Moewardi, pasien tampak lemas, rewel, dan terlihat kehausan.
Didapatkan adanya demam (+), muntah (+) setiap kali diberi minum, batuk (-), dan pilek (-). BAK
terakhir kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit dan berwarna kuning pekat.
Riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan riwayat
penyakit sekarang tidak ditemukan. Riwayat pemeliharaan kehamilan dan prenatal baik. Riwayat
kelahiran berat badan lahir cukup, cukup bulan, sesuai masa kehamilan, lahir spontan, dan
menangis kuat. Riwayat imunisasi, pasien mendapatkan imunisasi dasar sesuai jadwal DEPKES.
Riwayat perkembangan pasien baik sesuai dengan usia. Status gizi pasien kesan baik berdasarkan
pemeriksaan klinis dan antropometri.
Hasil pemeriksaan keadaan umum didapatkan lemah, kompos mentis, gelisah/rewel, status
gizi kesan baik. Tanda vital pasien didapatkan nadi 152 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup,
pernafasan 52 x/menit, kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal, suhu 38,4 C (aksila).
Pemeriksaan fisik ditemukan UUB cekung, mata cekung, air mata berkurang, mukosa mulut basah,
turgor kulit kembali lambat, capillary refill time < 2 detik, dan arteri dorsalis pedis teraba kuat.

VII.

Daftar Masalah
a. Buang air besar cair (mencret) 10 kali/hari
b. Muntah
c. Demam
d. Rewel
e. Kehausan
f. UUB cekung
g. Mata cekung, air mata berkurang
h. Turgor kulit kembali lambat

VIII. Diagnosis Kerja


1. Diare akut dehidrasi sedang
2. Gizi baik (antropometri)
IX.

Penatalaksanaan
1.

Rawat inap bangsal gastroenterologi anak

2.

Diet ASI on demand

3.

Rehidrasi Ringer Laktat 200 cc/KgBB/hari = 1080 cc/hari 45cc/jam 11 tpm makro
(pukul 20.00 tanggal 16 September 2013 pukul 05.00 tanggal 17 September 2013).

4.

Zink 1x10 mg p.o (selama 10 hari)

5.

Oralit sachet p.o


a. 60 cc setiap kali diare
b. 30 cc setiap kali muntah

6.

Paracetamol 60 mg p.o jika demam

X. Planning
Pemeriksaan urin dan feses rutin
XI.

Monitoring
1. KUVS/1 jam dan status hidrasi/1 jam selama rehidrasi

2. Balance cairan dan diuresis/8 jam


XII.

Edukasi
Edukasi yang diberikan terhadap keluarga pasien adalah
a. Memberikan ASI sesering mungkin.
b. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang cukup.
c. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar.
d. Buang air besar di jamban.
e. Membuang tinja bayi atau popok yang telah terpakai dengan benar dan tidak di
sembarang tempat.

XIII. Prognosis
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

MONITORING PASIEN
16 September 2013
Pukul
S:

O:
KU:
HR:
RR:
t:
SH:
UUB:
Kelopak mata
Air mata:
Mukosa Basah:
Turgor:
ADP:
CRT:
Akral dingin:
BC:
Diuresis:
A:
P:

21.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (+)

22.00
Mencret (-)
Muntah 2 kali
Kehausan (+)

23.00
Mencret 2 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (+)

Kompos mentis
130 x/menit
50 x/menit
37,0

Kompos mentis
135 x/menit
52 x/menit
36,7

Kompos mentis
128 x/menit
50 x/menit
37,0

Cekung
Cekung
(+/+)
(+)
Kembali lambat
Kuat
< 2 detik
(+/+)
-23
0,4
Tetap
Tetap

Cekung
Cekung
(+/+)
(+)
Kembali lambat
Kuat
< 2 detik
(+/+)
Tetap
tetap

Cekung
Cekung
(+/+)
(+)
Kembali lambat
Kuat
< 2 detik
(+/+)
Tetap
Tetap

24.00
Mencret 2 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (+)

01.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (+)

02.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah 1 kali
Kehausan (+)

Kompos mentis
130 x/menit
50 x/menit
37,5

Kompos mentis
135 x/menit
52 x/menit
37,1

Kompos mentis
128 x/menit
50 x/menit
37,0

Cekung

Cekung

Cekung

17 September 2013
Pukul
S:

O:
KU:
HR:
RR:
t:
SH:
UUB:

Kelopak mata:
Air mata:
Mukosa Basah:
Turgor:
ADP:
CRT:
Akral dingin:
BC:
Diuresis:
A:
P:

Agak cekung
(+/+)
(+)
Kembali lambat
Kuat
< 2 detik
(+/+)
Tetap
Tetap

Normal
(+/+)
(+)
Kembali lambat
Kuat
< 2 detik
(+/+)
Tetap
tetap

Normal
(+/+)
(+)
Kembali lambat
Kuat
< 2 detik
(+/+)
Tetap
Tetap

Pukul
S:

03.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (+)

04.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (-)

05.00
Mencret (-)

Kompos mentis
130 x/menit
50 x/menit
37,0

Kompos mentis
135 x/menit
52 x/menit
36,7

Kompos mentis
128 x/menit
45 x/menit
36,0

Agak cekung
Normal
(+/+)
(+)
Kembali lambat
Kuat
< 2 detik
(+/+)
Tetap

Agak cekung
Normal
(+/+)
(+)
normal
Kuat
< 2 detik
(-/-)
Tetap

Tetap

Tetap

normal
normal
(+/+)
(+)
normal
Kuat
< 2 detik
(-/-)
+100
2,3
Diare akut
dehidrasi sedang
(terehidrasi)
Infus ganti
maintenance D1/4
NS 22cc/jam;6
tpm

O:
KU:
HR:
RR:
t:
SH:
UUB:
Kelopak mata:
Air mata:
Mukosa Basah:
Turgor:
ADP:
CRT:
Akral dingin:
BC:
Diuresis:
A:

P:

Muntah 1 kali
Kehausan (-)

FOLLOW UP PASIEN
A. Tanggal 17 September 2013 pukul 06.00 (DPH I)
S

: diare 1 kali, lendir (-), darah (-)


muntah 1 kali berisi minuman yang diminum
BAK (+) banyak

: sakit sedang, kompos mentis, gizi kesan baik

Tanda vital : HR: 125x/menit

RR: 31x/menit

T: 37,1o C

Kepala

: normocephal, UUB cekung (-)

Mata

: mata cekung (-/-),konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Telinga

: sekret (-/-)

Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-)

Tenggorok : mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1


Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

Thoraks

: simetris, retraksi (-/-)

Jantung

Inspeksi

: iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: iktus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo

Inspeksi

: pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi

: fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen :
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas:
Akral Dingin
Oedem
- -

Capillary refill time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Laboratorium feses rutin tanggal 17 September 2013
Makroskopis
Warna
Konsistensi
Lendir
Pus
Darah
Cacing

Mikroskopis
Epitel
Eritrosit
Cacing
Telur
Leukosit
Protozoa

: coklat
: lunak
::::-

::::::-

Simpulan: tinja lunak, warna coklat, tidak ditemukan parasit dan jamur patogen
Laboratorium urin rutin tanggal 17 September 2013
Makroskopis
Warna
: yellow
Kejernihan : clear
Kimia Urin
Berat jenis : 1.015
pH
: 6.5
Leukosit : negatif
Nitrit
: negatif
Protein
: negatif
Glukosa : normal
Keton
: 5 mg/dl
Urobilinogen
: normal
Assesment :
Diare akut dehidrasi sedang (terehidrasi)
2. Gizi baik (antropometri)
Terapi

1. ASI on demand

Bilirubin : negatif
Eritrosit
: negatif
Mikroskopis
Eritrosit
: 0-1/LPB
Leukosit : 0-1/LPB
Epitel
: E. skuamous:0-1/LPK
E. transisional: negatif
E. bulat: negatif
Silinder
: hyaline: negatif
Granulated: negatif
Leukosit: negatif
Kristal
: negatif

2.
3.
a.
b.
4.

Zinc 1x10 mg (I)


Oralit sachet p.o
:
60 cc setiap kali diare
30 cc setiap kali muntah
Paracetamol 60 mg p.o bila demam

Monitoring

1.

KUVS dan status hidrasi/4 jam selama rehidrasi

2.

Balance cairan dan diuresis/8 jam

MONITORING PASIEN
17 September 2013
Pukul
S:

O:
KU:
HR:
RR:
t:
SH:
UUB:
Air mata:
Mukosa Basah:
Turgor:
ADP:
CRT:
Akral dingin:
BC:
Diuresis:
A:
P:

10.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (-)

14.00
Mencret (-)
Muntah 1 kali
Kehausan (-)

18.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (-)

Kompos mentis
130 x/menit
50 x/menit
37,0

Kompos mentis
135 x/menit
52 x/menit
36,7

Kompos mentis
128 x/menit
50 x/menit
37,0

normal
(+/+)
(+)
normal
Kuat
< 2 detik
(+/+)
Tetap
Tetap

normal
(+/+)
(+)
normal
Kuat
< 2 detik
(+/+)
+121
2,1
Tetap
tetap

normal
(+/+)
(+)
normal
Kuat
< 2 detik
(+/+)
Tetap
Tetap

22.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)

02.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)

06.00
Mencret (-)
Muntah (-)

18 September 2013
Pukul
S:

O:
KU:
HR:
RR:
t:
SH:
UUB:
Air mata:
Mukosa Basah:
Turgor:
ADP:
CRT:
Akral dingin:
BC:
Diuresis:
A:
P:

Muntah 2 kali
Kehausan (-)

Muntah (-)
Kehausan (-)

Kehausan (-)

Komposmentis
130 x/menit
50 x/menit
37,0

Komposmentis
128 x/menit
50 x/menit
36,0

Komposmentis
120 x/menit
48 x/menit
36,7

normal
(+/+)
(+)
normal
Kuat
< 2 detik
(-/-)
+123
2,9
Tetap
Tetap

normal
(+/+)
(+)
normal
Kuat
< 2 detik
(-/-)
+245
2,1
Tetap
Tetap

normal
(+/+)
(+)
normal
Kuat
< 2 detik
(-/-)
Tetap
stop infus,
lanjutkan
rehidrasi oral

B. Tanggal 18 September 2013 pukul 06.00 (DPH II)


S

: demam (-)
diare (-)
muntah (-)
BAK (+) banyak
batuk-pilek (-)

: baik, kompos mentis, gizi kesan baik

Tanda vital : HR: 120x/menit

RR: 36x/menit

T: 36,7,o C

Kepala

: normocephal, UUB cekung (-)

Mata

: mata cekung (-/-),konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung

: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Telinga

: sekret (-/-)

Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-)

Tenggorok : mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1


Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

Thoraks

: simetris, retraksi (-/-)

Jantung

Inspeksi

: iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: iktus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo

Inspeksi

: pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi

: fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen :
Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat

Ekstremitas:
Akral Dingin
-Oedem
-

--

Capillary refill time < 2 detik


Arteri dorsalis pedis teraba kuat

1.
2.

Asessment
:
Diare akut dehidrasi sedang (terehidrasi)
Gizi baik (antropometri)
Terapi
:
1. ASI on demand
2. Zinc 1x 10 mg p.o (II)
3. Oralit sachet p.o :
a. 60 cc setiap kali diare
b. 30 cc setiap kali muntah
Paracetamol 60 mg p.o jika demam

4.

1.
2.

Monitoring :
KUVS /8jam
Balance cairan dan diuresis/8 jam
MONITORING PASIEN
18 September 2013
Pukul
S:

O:
KU:
HR:
RR:
t:
BC:
Diuresis:
A:

14.00
Mencret (-)
Muntah (-)
Kehausan (-)

22.00
Mencret 1 kali
lendir(-), darah(-)
Muntah (-)
Kehausan (-)

06.00
Mencret (-)
Muntah (-)
Kehausan (-)

Kompos mentis
130 x/menit
50 x/menit
37,0
+30
3,3
Tetap

Kompos mentis
135 x/menit
52 x/menit
36,7
+24
2,1
Tetap

Kompos mentis
128 x/menit
50 x/menit
37,0
+14
2.0
Tetap

P:

Tetap

tetap

Tetap

C. Tanggal 19 September 2013 jam 06.00 (DPH III)


S

: demam (-)
diare 1 kali, lendir (-), darah (-)
muntah (-)
BAK (+) banyak
batuk-pilek (-)
: baik, kompos mentis, gizi kesan baik
Tanda vital : HR: 120x/menit
RR: 36x/menit
T: 36,7,o C
Kepala
: normocephal, UUB cekung (-)
Mata
: mata cekung (-/-),konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung
: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga
: sekret (-/-)
Mulut
: mukosa basah (+), sianosis (-)
Tenggorok : mukosa faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher
: kelenjar getah bening tidak membesar
Thoraks : simetris, retraksi (-/-)
Jantung
:
Inspeksi
: iktus cordis tidak tampak
Palpasi
: iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo
:
Inspeksi
: pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi
: fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen :
Inspeksi
: dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas:
Akral Dingin
Capillary refill
Arteri

Oed

em
-

time < 2 detik


dorsalis pedis teraba kuat

Asessment
:
1. Diare akut dehidrasi sedang (terehidrasi)
2. Gizi baik (antropometri)
Terapi

1. ASI on demand
2. Zinc 1x 10 mg p.o (III) dilanjutkan sampai hari ke 10.
Plan

:
BLPL

Edukasi
:
Edukasi keluarga pasien mengenai:
a. Memberikan ASI sesering mungkin
b. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air
bersih yang cukup.
c. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar.
d. Buang air besar di jamban.
e. Membuang tinja bayi atau popok yang telah digunakan dengan benar
dan tidak di sembarang tempat.
f. Memberikan oralit sachet 60 cc setiap kali diare, 30 cc setiap kali
muntah.

BAB II
ANALISIS KASUS
Pengertian diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak
lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir darah, timbul mendadak dan berlangsung kurang
dari 7 hari. Penegakkan diagnosis diare akut didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis perlu
ditanyakan tentang:
1. Lama, frekuensi, warna, dan konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam
tinja.
2. Muntah, rasa haus, rewel, kesadaran, BAK terakhir
3. Adanya demam, sesak, kejang, kembung
4. Jumlah cairan yang masuk selama diare, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama diare atau mengonsumsi makanan yang tidak biasanya
dikonsumsi
5. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
Pada pasien, diare didapatkan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
yaitu kurang lebih 8 kali sehari. Setiap buang air besar kurang lebih seperempat
gelas belimbing, cairan sama banyak dengan ampas, berwarna kuning, tidak
berbau, tanpa lendir, dan tanpa darah. Pasien tidak demam, batuk, pilek, maupun
muntah dan masih mau minum ASI. BAK (+) berwarna kuning dan berjumlah
banyak. Kemudian, 12 jam sebelum masuk rumah sakit, frekuensi diare
meningkat menjadi lebih dari 10 kali sehari. Setiap kali mencret kurang lebih
seperempat gelas belimbing, berwarna kuning, cairan lebih banyak daripada
ampas, tidak berbau, tanpa lendir, dan tanpa darah. Pada pasien juga didapatkan
adanya demam dan muntah setiap kali diberi minum. Saat di IGD RS Dr.
Moewardi, pasien tampak lemas, rewel, dan terlihat kehausan. Didapatkan adanya
demam (+), muntah (+) setiap kali diberi minum. BAK (+), terakhir kurang lebih
2 jam sebelum masuk rumah sakit dan berwarna kuning pekat. Tidak didapatkan
adanya riwayat sakit serupa pada keluarga maupun lingkungan pasien. Sumber air
minum di keluarga pasien berasal dari air PAM.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi keadaan umum,


kesadaran, dan tanda vital. Dinilai adakah tanda utama dan tanda
tambahan. Tanda utama terdiri dari keadaan umum, rasa haus, dan turgor
kulit abdomen. Sedangkan tanda tambahan dinilai dari ubun-ubun besar,
adanya mata cekung, air mata, dan mukosa mulut. Dinilai adakah tanda
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), dan kejang (hipo atau
hipernatremia).
Hasil pemeriksaan keadaan umum didapatkan lemas, rewel, gizi
kesan baik dengan derajat kesadaran kompos mentis. Tanda vital pasien
didapatkan nadi 152 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, pernafasan
52 x/menit, kedalaman cukup, reguler, tipe abdominal, suhu 38,4 C per
aksiler. Pemeriksaan fisik ditemukan UUB cekung, mata cekung, air mata
berkurang, mukosa basah (+), turgor kulit kembali lambat, capillary refill
time < 2 detik, dan arteri dorsalis pedis teraba kuat. Tidak didapatkan
kembung maupun kejang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan tinja.
Hal yang dinilai adalah
1.

Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau

2.

Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

3.

Kimia: pH, elektrolit (Na, K, HCO3)


Hasil pemeriksaan feses rutin pada pasien adalah tinja lunak, berwarna
coklat, dan tidak ditemukan adanya parasit maupun jamur patogen
Diagnosis diare akut dehidrasi sedang dapat ditegakkan jika
didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan. Tanda
utama yaitu keadaan umum gelisah atau cengeng, pasien kehausan, dan
turgor kulit kembali lambat. Tanda tambahan yaitu ubun-ubun besar
cekung, mata cekung, air mata berkurang, dan mukosa mulut kering.
Pasien ini memenuhi kriteria klinis diare akut dengan derajat

dehidrasi sedang, yaitu:


1. Tanda utama:
a. Pasien gelisah/rewel

b. Pasien terlihat kehausan


c. Turgor kulit abdomen kembali lambat
2. Tanda tambahan:
a. Ubun-ubun besar cekung
b. Kelopak mata cekung
Penatalaksanaan diare dilakukan dalam lima langkah atau sering
1.
2.
3.
4.
5.

disebut lima langkah tuntaskan diare (lintas diare), yang terdiri dari:
Rehidrasi
Seng (Zinc)
Nutrisi
Antibiotik yang tepat
Edukasi.
Rehidrasi pada dehidrasi sedang dapat dilakukan dengan
pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) 75 ml/kgBB dalam 3 jam dan 5-10
ml/kgBB setiap kali diare. Pada kasus diare akut dehidrasi sedang,
rehidrasi parenteral diberikan bila anak muntah setiap diberi minum
walaupun sudah diberikan sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan yang digunakan adalah cairan kristaloid dengan
jumlah disesuaikan berat badan, yaitu:

1.
2.
3.

3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari


10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari
>15 kg: 135 ml/kgBB/hari.
Pada kasus ini, pasien dimondokkan karena pasien mengalami
dehidrasi dan terdapat kesulitan dalam memberikan asupan secara oral
dikarenakan pasien selalu muntah setiap kali diberi minum sehingga
dibutuhkan terapi cairan intravena. Terapi cairan yang diberikan berupa
ringer laktat sebanyak 200 ml/kgBB/hari. Karena berat badan pasien
adalah 5,4 kg. Maka jumlah cairan yang diberikan 1080 ml dalam 24 jam
(45 cc/jam atau 11 tpm). Selain itu, juga tetap diberikan ASI on demand.
Setelah terehidrasi, dilanjutkan terapi cairan maintenance menurut
rumus Darrow. Berat badan pasien adalah 5,4 kg sehingga kebutuhan
cairannya adalah BB x 100 ml = 5,4 x 100 ml = 540 ml/ hari = 22 ml/jam
= 6 tpm makro. Selain itu, juga diberikan oralit per oral 60 cc setiap kali
diare dan 30 cc setiap kali muntah.
Karena pasien berusia kurang dari 6 bulan, zinc diberikan sebanyak
1x10 mg (setengah tablet) p.o selama 10 hari. Cara pemberian obat zinc

adalah dengan melarutkan setengah tablet dalam satu sendok air matang
atau ASI (tablet mudah larut), kemudian segera berikan kepada anak.
Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian zinc, ulangi
pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil, dilarutkan
beberapa kali hingga dosis terpenuhi.
Pada pasien, juga diberikan parasetamol 3x60 mg apabila masih
mengalami demam. Edukasi diberikan kepada keluarga pasien untuk tetap
memberikan ASI, menjaga kebersihan pasien dan keluarga, mencuci
tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum makan, serta
menjaga kebersihan lingkungan, terutama tidak membuang popok yang
telah digunakan di sembarang tempat guna mencegah penularan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir darah, timbul mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari.1
B. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan terjadi dua miliar kasus diare di dunia dan 1,9
juta kasus kematian pada anak kurang dari 5 tahun. Kematian tersebut
umumnya terjadi di negara berkembang. 2 Menurut Riskesdas 2007, diare
merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%
berdasarkan pola penyebab kematian di Indonesia. Sedangkan berdasarkan
penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-3 setelah
TB dan pneumonia. Insiden diare tertinggi pada kelompok anak usia dibawah
dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak.3
C. KLASIFIKASI
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanisme
b. Gangguan absorbsi
c. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lama diare
a. Diare akut : berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 14
hari)
b. Diare persisten : berlangsung lebih dari 14 hari
c. Diare kronik : berlangsung lebih dari 14 hari dan berlangsung
intermiten1

D. ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang
sering ditemukan secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan.1,4
Rotavirus adalah penyebab utama diare akut di dunia terutama pada
anak di bawah umur 5 tahun.5 Penyebab diare yang penting lainnya yaitu
Escherichia

coli

enterotoksigenik,

Shigella,

Campylobacter,

dan

Cryptosporidium.1,5
Gejala Khas diare akut oleh berbagai penyebab:1

Gejala
Klinis

Virus

Masa tunas

17-72jam

Shigella

Salmonell

rota

ETEC

EIEC

Kolera

a
24-48jam

6-72jam

6-72jam

6-72jam

4872jam

Panas

++

++

++

Mual-

sering

jarang

sering

sering

tenesmus

tenesmus

tenesmus

tenesmus

kramp

kramp

kolik

5-7 hari

>7hari

3-7 hari

2-3hari

variasi

3hari

muntah

Nyeri perut

Nyeri

kramp

kepala

Lama sakit

Sifat tinja:
Volume:
Frekuensi:
Konsistensi
:
Lendir:
Darah:
Bau:
Warna:

Sedang
5-10x/hr
Cair
Kuning-

Sedikir
>10x/hr
Lembek
+
+
Merah-

Sedikit
Sering
Lembek
Kadang
Kadang
Busuk
Kehijauan

Banyak
Sering
Cair
+
-

Sedikit
Sering
Lembek
+
+
Merah-

Banyak
Terus
Cair
Amis
Cucian

hijau
-

hijau
+

hijau
-

beras
-

anoreksia

kejang

sepsis

meteorismu

infeksi

Leukosit:

Lain-lain:

E. MEKANISME DIARE
Menurut mekanismenya diare dibedakan menjadi diare osmotik
(gangguan absorbsi) dan diare sekretorik (gangguan sekresi). Selain itu diare
juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi, dan imunologi.1
Penurunan fungsi absorbsi dapat terjadi karena berbagai sebab seperti
defisiensi sukrase-isomaltase, defisiensi laktase, adanya bahan yang tidak
dapat diserap, maupun kerusakan sel villi. Kerusakan sel (yang secara normal
akan menyerap Na dan air) dapat disebabkan virus atau kuman seperti
Salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Diare sekretorik terjadi karena
toksin dari bakteri meningkatkan cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi
sekresi cairan dan elektrolit.1
F.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Lama, frekuensi, warna, konsistensi, lendir, darah dalam tinja.
b. Muntah, rasa haus, rewel, kesadaran, BAK terakhir, demam, sesak,
kejang, kembung
c. Jumlah cairan yang masuk selama diare
d. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa, obat yang sudah diminum
e. Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
f. Riwayat imunisasi 6,7

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
b. Tanda utama : keadaan umum, rasa haus, turgor kulit abdomen
c. Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir, mulut, dan lidah
d. Berat badan
e. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit , seperti napas
cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia)6
Derajat Dehidrasi 3,6

Gejala & Tanda

Tanpa Dehidrasi

Dehidrasi Ringan Dehidrasi Berat


Sedang

Keadaan Umum

Baik, Sadar

Rasa Haus

Normal,

Gelisah, rewel
tidak Tampak Kehausan

haus

Apatis
Sulit, tidak bisa
minum

Ubun-ubun besar Tidak cekung

Cekung

Sangat cekung

Mata

Cekung

Sangat cekung

Tidak cekung

Air mata

Berkurang

Mulut/ Lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Turgor

Kembali cepat

Kembali lambat

Kembali
lambat

Akral

Hangat

Hangat

Dingin

sangat

Kehilangan

<5% berat badan

5-10% berat badan >10% berat badan

cairan

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja biasanya dilakukan apabila ada tanda intoleransi
laktosa dan kecurigaan amubiasis
Hal yang dinilai:
Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
a. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit 6

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare dilakukan dalam lima langkah atau sering
1.
2.
3.
4.
5.

disebut lima langkah tuntaskan diare (lintas diare) yang terdiri dari:6
Rehidrasi
Seng (Zinc)
Nutrisi
Antibiotik yang tepat
Edukasi
a.

1. Terapi Cairan
Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan new oralit
diberikan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia,
Umur <1 tahun diberi 50-100 ml, umur 1-5 tahun diberi 100-200 ml,
lebih dari 5 tahun semaunya. Cairan rumah tangga dapat diberikan
sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan. Pasien dapat
dirawat di rumah kecuali terdapat komplikasi lain 3,6.
b. Dehidrasi Ringan Sedang
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat
dilakukan dengan pemberian cairan rehidrasi oral hipoosmolar 75
ml/kgBB dalam 3 jam dan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.
Rehidrasi parenteral diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun sudah diberikan sedikit demi sedikit atau
melalui pipa nasogastrik. Cairan yang digunakan adalah ringer
laktat atau NaCl dengan jumlah disesuaikan berat badan: berat
badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari, 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari,
>15 kg: 135 ml/kgBB/hari. Pasien dipantau di sarana kesehatan
selama proses rehidrasi sambil memberikan edukasi tentang

melakukan rehidrasi kepada orangtua.6


c. Dehidrasi Berat
Penggantian cairan parenteral menurut panduan sebagai berikut:
1) Usia <12 bln: 30 ml/kgBB dalam 1 jam, selanjutnya 70
ml/kgBB dalam 5 jam.

2) Usia >12 bln: 30 ml/kgBB dalam jam, selanjutnya 70


ml/kgBB dalam 2 jam6
2. Seng (Zinc)
Seng diberikan selama 10-14 hari meskipun anak sudah tidak
mengalami diare karena menurut penelitian pemberian seng dapat
menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat
mengurangi risiko dehidrasi. Dosis yang diberikan yaitu umur di bawah
6 bulan diberikan 10 mg/hari dan umur di atas 6 bulan diberikan 20
mg/hari.3,6
3. Nutrisi
ASI dan menu makanan seperti saat anak sehat sesuai umur
harus tetap diberikan. Makanan diberikan sedikit demi sedikit, tetapi
sering (kurang lebih 6 kali sehari), rendah serat, dan buah-buahan
diberikan terutama pisang.6,7
4. Medikamentosa (antibiotik yang tepat)
Obat antidiare tidak boleh diberikan. Sebagian besar kasus diare
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada
umumnya sembuh sendiri. Antibiotik hanya diberikan bila ada indikasi,
misalnya pada disentri (diare berdarah) atau kolera. Pemberian
antibiotik yang tidak rasional dapat mengganggu keseimbangan flora
normal usus sehingga dapat memperpanjang lama diare. Antibotik yang
diberikan untuk disentri basiler disesuaikan dengan sensitivitas
setempat, bila tidak memungkinkan dapat diberikan kotrimoksazol
sebagai lini pertama atau sefiksim jika antibiotik tersebut sudah
resisten. Antiparasit yang sering diberikan untuk amuba vegetatif adalah
metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.6
5. Edukasi
Diberikan edukasi mengenai tanda-tanda yang harus diwaspadai
orang tua agar segera membawa anaknya ke pelayanan kesehatan.
Teanda-tanda tersebut yaitu demam, tinja berdarah, makan atau minum
sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum mebaik selama 3

hari. Selain itu, juga diajarkan cara menyiapkan oralit.6 Langkah


promotif dan preventif:
a. ASI tetap diberikan.
b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.
c. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air
bersih yang cukup.
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar.
e. Buang air besar di jamban.
f. Membuang tinja bayi dengan benar.
g. Memberikan imunisasi campak3,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Soebagyo B. 2008. Diare Akut pada Anak. UNS Press: Surakarta.


2. Farthing, Salam, Lindber, Dite, Khalif, Salazar-Lindo, Ramakrishna, et al.
2012. Acute diarrhea in adults and children: a global perspective. World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines

3. Agtini M.D. 2011. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia,
Tahun 2000-2007. Kementrian Kesehatan RI.

4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.


2011. Lima Langkah Tuntakan Diare. Departemen Kesehatan RI.

5. WHO. 2009. Diarrhoea: Why Children are Still Dying and What Can be
Done. WHO Press.

6. Pudjiadi H.A., Hegar B., Handryastuti S., Idris N.S.,Gandaputra E.P.,


Harmoniati E.D. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. IDAI: Jakarta

7. WHO. 2005. The Treatment of Diarrhoea: A manual for physicians and other
senior health workers. WHO Press.

Anda mungkin juga menyukai