IDENTITAS PASIEN
Nama: By. Ny. S
Umur: 1 hari
Jenis kelamin: Laki - laki
Tanggal/ Jam Lahir: 12 Juni 2015/ 08.06 Wib
Agama: Islam
Suku: Jawa
Alamat: Pajerukan, Kalibagor, Jawa Tengah
Bangsal: Perinatologi
Nomor RM: 32751
Nama ayah: Tn. A
Umur: 28 tahun
Pendidikan Terakhir: SMA
Pekerjaan: Karyawan Swasta
Nama ibu: Ny. D
Umur: 24 tahun
Pendidikan Terakhir: SMA
Pekerjaan: Karyawan Swasta
B.DATA DASAR
i.Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien (di ruang Srikandi) dan perawat ruang
perinatologi RSUD Kota Semarang dilakukan pada tanggal 13 Juni 2015 dan didukung
catatan medis.
Keluhan utama: bayi lahir tidak menangis
Keluhan tambahan: bayi preterm, bayi berat badan lahir rendah
caput suksaedenum maupun cephal hematom. APGAR Score 3-5-7, retraksi dada
(+) dan nafas cuping hidung (+). Plasenta lahir secara manual, kortiledon lengkap.
Saat lahir bayi tidak menangis, warna kulit pucat dengan biru pada
ekstremitas, dan akral agak dingin, pernafasan tidak teratur, tonus otot lemah, dan
HR > 100 kali/menit. Setelah 5 menit resusitasi, bayi menangis merintih, warna
kulit pucat dengan kemerahan pada ekstremitas, tonus otot lemah dan HR > 100
kali/menit. Setelah 10 menit resusitasi, bayi menangis tidak kuat, warna kulit
merah jambu pada ekstremitas, tonus otot sedang dan HR > 100 kali/menit. Bayi
kemudian dirawat dan diobservasi di ruang perinatologi RSUD Kota Semarang.
Kesan : neonatus preterm, berat badan lahir rendah, asfiksia berat, neonatal infeksi
ekstremitas biru
Reflex hisap (-)
Ikterik (-)
Terapi :
13 Juni 2015
Resusitasi
Inf umbilical D10% 6
tpm
Dopamin 3 meq
O2 CPAP flow 6,
mg
Dexamethasone 2x1/4
Ca gloconas 2x1cc
Inj.vit K 1x1mg
Chloramphenicol u.e
Keadaan bayi
Pemeriksaan
HR : 136 - 142x/mnt
RR : 30x/mnt
T : 36.4oC
N : i/t cukup
Thorax:
Simetris (+)
Retraksi dada (+)
Pulmo/ snv +/+ rh +/+
Cor/ bj I/II reg, m(-), g (-)
Abd : supel, BU (+)
Ekstremitas
Akral sianosis (+)
HR : 132x/mnt
Usia : 1 hari
BB : 1800 gram
Terapi :
g/kgbb/jam
Inj ranitidin 2x5 mg
RR : 38x/mnt
T : 36.5oC
N : i/t cukup
Thorax:
simetris (+), Retraksi dada (-)
Pulmo/ snv +/+ rh -/Cor/ bj I/II reg, m(-), g (-)
Abd : supel, BU (+)
Ekstremitas
Akral sianosis (-)
GDS:
36 mg/dL
Hb: 15,7 g/dL
Ht: 51,50%
Leukosit: 35400/uL
Trombosit: 190000/uL
14 Juni 2015
Usia : 2 hari
BB : 1800 gram
Keadaan bayi
Gerak bayi aktif
Menangis kuat
Minum kuat
Reflex hisap (+)
Terapi :
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan 1-2 kali setiap bulan. Ibu telah
mendapat suntikan tetanus toxoid 2 kali selama kehamilannya. Selama hamil, ibu
sering mual dan muntah serta mengkonsumsi jamu. Riwayat trauma saat hamil dan
riwayat dipijat disangkal. Pola makan sebelum dan selama hamil mengalami
peningkatan. Ibu menderita hipertensi sejak kehamilan usia 5 bulan.
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Lahir bayi laki - laki di ruang VK RSUD Kota Semarang secara spontan pada
tanggal 12 Juni 2015 pukul 08.06 WIB, dengan berat badan lahir 1795 gram, panjang
badan 42 cm, lingkar kepala 31 cm dan lingkar dada 27 cm. Tidak ada caput
suksaedenum maupun cephal hematom. APGAR Score 3-5-7, retraksi dada (+) dan
nafas cuping hidung (+). Plasenta lahir secara manual, kortiledon lengkap.
Saat lahir bayi tidak menangis, warna kulit pucat dengan biru pada ekstremitas,
dan akral agak dingin, pernafasan tidak teratur, tonus otot lemah, dan HR > 100
kali/menit. Setelah 5 menit resusitasi, bayi menangis merintih, warna kulit pucat
dengan kemerahan pada ekstremitas, tonus otot lemah dan HR > 100 kali/menit.
Setelah 10 menit resusitasi, bayi menangis tidak kuat, warna kulit merah jambu pada
ekstremitas, tonus otot sedang dan HR > 100 kali/menit. Bayi kemudian dirawat dan
diobservasi di ruang perinatologi RSUD Kota Semarang.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir
: 1795 gram
Panjang badan
: 42 cm
Lingkar kepala
: 31 cm
Lingkar dada
: 27 cm
Perkembangan
: belum dapat dinilai.
Riwayat Imunisasi
Riwayat Keluarga Berencana
Riwayat Sosial Ekonomi
Perkawinan
Umur
Agama
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Keadaan
Ayah
1
28 tahun
Islam
SMA
Karyawan swasta
Sehat
Ibu
1
24 tahun
Islam
SMA
Ibu rumah tangga
Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah
Sumber air bersih
di depan rumah
Keadaan lingkungan : jarak antar rumah berdekatan
: rumah sendiri
: air minum dari gallon isi ulang, libah dialirkan ke selokan
ii.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 13 Juni 2015 pukul 09.00 di ruang
perinatology. Bayi laki - laki, usia 1 hari, berat badan lahir 1795 gram, panjang badan 42
cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 27 cm.
Keadaan umum
Compos mentis, bayi tampak aktif, menangis kuat dan tidak ikterik.
Tanda vital
Frekuensi nadi
: 132 x/menit
Pernafasan
: 38 x/menit
Suhu
: 36.5oC
Tekanan darah
: tidak dilakukan pemeriksaan
Status generalis
Kepala
Normocephali, ukuran lingkar kepala 31 cm, ubun-ubun besar masih terbuka,
Pupil bulat , isokor, reflex cahaya +/+ normal, kornea jernih, konjungtiva anemis
o
o
o
o
intercostal (-)
Auskultasi : SNV +/+, ronchi -/-, wheezing -/ Palpasi
: areola mamae teraba, papilla mamae (+/+)
Perkusi
: pemeriksaan tidak dilakukan
Jantung
Inspeksi
: pulsasi iktus kordis tampak
Palpasi
: iktus cordis teraba
Perkusi
: batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: datar, insersi tali pusat di tengah
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi
: supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani di seluruh abdomen
Vertebra
Spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia
Jenis kelamin Laki - laki
Anorektal
Anus (+) dalam batas normal
Ekstremitas
Superior
Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
CRT
Tonus
Kulit
-/-/-/< 2
normotonus
Inferior
-/-/-/< 2
normotonus
Lanugo (-), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-)
Refleks primitive
o Refleks hisap
: (+) kuat
o Refleks rooting
: (+)
o Refleks moro
: (+)
o Refleks palmar graps : (+)
o Refleks plantar graps : (+)
APGAR score
Nilai Skor
1
<100 x/menit
Merintih
Fleksi sebagian
Menyeringai
Biru
0
Tidak ada
Layuh/lunglai
Tidak ada respon
Pucat
Total skor
Kesan : asfiksia berat
2
>100x/menit
Menangis
Fleksi penuh
Menangis
Kemerahan
Tanda
Denyut nadi
Usaha nafas
Tonus otot
Peka rangsang
Warna kulit
1
1
1
1
1
GUPTE SCORE
Prematuritas
Cairan amnion berbau busuk
Ibu demam
Asfiksia
Partus lama
Vagina tidak bersih
KPD
Hasil :6 kesan : screening NI
3
2
2
2
1
2
1
+
+
+
1 mnt
1
1
0
1
0
3
Waktu
5 mnt 10 mnt
2
2
1
1
0
1
1
1
1
2
5
7
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Darah rutin
Hemoglobin (g/dL)
Hematokrit (%)
Leukosit (/uL)
Trombosit (/uL)
GDS (mg/dL)
Bilirubin Direk
0,62
15,7
51,50
35400
190000
36
Lahir bayi laki - laki di ruang VK RSUD Kota Semarang secara spontan pada
tanggal 12 Juni 2015 pukul 08.06 WIB, dengan berat badan lahir 1795 gram, panjang
badan 42 cm, lingkar kepala 31 cm dan lingkar dada 27 cm. Tidak ada caput
suksaedenum maupun cephal hematom. APGAR Score 3-5-7, retraksi dada (+) dan nafas
cuping hidung (+). Plasenta lahir secara manual, kortiledon lengkap. Bayi lahir tidak
menangis warna kulit pucat dengan biru pada ekstremitas, dan akral agak dingin,
pernafasan tidak teratur, tonus otot lemah, dan HR > 100 kali/menit. Setelah 5 menit
resusitasi, bayi menangis merintih, warna kulit pucat dengan kemerahan pada
ekstremitas, tonus otot lemah dan HR > 100 kali/menit. Setelah 10 menit resusitasi
Setelah 10 menit resusitasi, bayi menangis tidak kuat, warna kulit merah jambu pada
ekstremitas, tonus otot sedang dan HR > 100 kali/menit. Hari pertama perawatan
didapatkan bayi mulai cukup aktif dan kemudian dapat minum yang cukup adekuat. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan hipoglikemi. Dilakukan pemberian
D10 6 tpm. Diberikan juga terapi antibiotik yaitu ampisulbactam 2x150mg dan calcium
glukonas 2x 1cc. Hasil bell squash score +5. Hasil gupte score +5.
D.DIAGNOSIS BANDING
Neonatus preterm
o SMK ( Sesuai Masa Kehamilan )
o BMK ( Besar Masa Kehamilan )
o KMK ( Kecil Masa Kehamilan )
Berat badan lahir
o Berat badan lahir rendah
o Berat badan lahir sangat rendah
o Berat badan lahir cukup
o Berat badan lahir lebih
Gangguan nafas :
o Asfiksia sedang
o Asfiksia ringan
o Asfiksia berat
Faktor janin : BBLR, preterm, makrosomia, fetal distress, post
E.DIAGNOSIS SEMENTARA
Neonatus preterm dengan sindroma aspirasi mekonium, asfiksia berat, berat badan
lahir rendah, neonatal infeksi.
F.TERAPI
Non medikamentosa
- Jaga jalan nafas
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat
Medikamentosa
Injeksi Vit K 1 x 1 mg
Diet
-
Kebutuhan kalori
Kebutuhan protein
ASI
= 49 kkal/hari
= 16,6 gram/hari
G.PROGNOSIS
AD Vitam
Ad sanationam
Ad fungtionam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
H.USUL
TINJAUAN PUSTAKA
USIA GESTASI DAN BERAT BADAN LAHIR
PENDAHULUAN
Hubungan berat badan lahir dengan usia gestasi merupakan salah satu indikator
kesehatan bayi baru lahir yang mencerminkan pertumbuhan intrauterin yang dapat
mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Berawal dari fakta klinis bahwa
bayi dengan masalah berat badan lahir dan atau usia gestasi memiliki masalah klinis yang
serupa,yaitu gangguan perkembangan fisik , gangguan perkembangan mental dan kelainan
kongenital maka American Academy of Pediatrics, Comitee on Fetus and Newborn menyarankan
agar semua bayi baru lahir diklasifikasikan menurut berat badan lahir berdasarkan usia gestasi.
Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram lahir
kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram adalah aterm.
Hal ini ddokumentasikan oleh penelitian Guenwald (1960) yang menunjukan bahwa sepertiga
bayi baru lahir dengan berat badan rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh sebab itu diperlukan
tinjauan lebih lanjut mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.1,2
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Berat Badan Lahir
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah lahir di fasilitas kesehatan
(Rumah Sakit , Puskesmas dan Polindes) yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Dokter , Bidan
dan Perawat)
Klasifikasi :
1. Bayi Badan Lahir Rendah
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram
2. Bayi Badan Lahir Cukup / Normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500 4000 gram
3. Bayi Badan Lahir Lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram
Usia Gestasi
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama
haid terakhir
Klasifikasi :
1. Bayi Kurang Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
2. Bayi Cukup Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 42 minggu (259 293 hari)
3. Bayi Lebih Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 293 hari)
Dari hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir, bayi dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco
2. Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco
Dengan perngertian seperti yang telah diterangkan diatas bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa Gestasinya < 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasanya disebut Bayi Kurang Bulang Sesuai Masa Kehamilan (BKBSMS)
2. Dismaturitas
Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.1,4
S
A
M
disfungsi surfaktan
efek hipoksem ia dalam intra uterin (perubahan bentuk vaskuler pulmonal, perubahan parenkimal paru)
Disfungsi surfaktan
Mekonium menonaktifkan surfaktan dan juga menghambat sintesis
surfaktan. Beberapa unsur mekonium, terutama asam lemak bebas (seperti
asam palmitat, asam oleat), memiliki tekanan permukaan minimal yang lebih
tinggi dari pada surfaktan dan melepaskannya dari permukaan alveolar,
menyebabkan atelektasis yang luas. 3
Pneumonitis kimia
Mekonium mengandung enzim, garam empedu, dan lemak yang dapat
mengiritasi jalan nafas dan parenkim, mengakibatkan pelepasan sitokin
(termasuk tumor necrosis factor (TNF)-, interleukin (IL)-1, I-L6, IL-8, IL-13)
retraksi. Pada kondisi gawat nafas, dapat terjadi distensi dada yang berat yang membaik dalam
72 jam. Akan tetapi bila dalam perjalanan penyakitnya bayi memerlukan bantuan ventilasi,
keadaan ini dapat menjadi berat dan kemungkinan mortalitasnya tinggi. Takipnea dapat menetap
selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Foto radiografi dada bersifat khas ditandai
dengan bercak-bercak infiltrat, corakan kedua lapangan paru kasar, diameter anteroposterior
bertambah, dan diafragma mendatar. Foto x-ray dada normal pada bayi dengan hipoksia berat
dan tidak adanya malformasi jantung mengesankan diagnosis sirkulasi jantung persisten. PO 2
arteri dapat rendah pada penyakit lain, dan jika terjadi hipoksia, biasanya ada asidosis metabolik.
1
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan kalsium dilakukan setelah bayi yang mengalami
SAM berusia 24 jam karena sindrom gangguan sekresi hormon antidiuretik dan gagal
ginjal akut merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stres perinatal
Hitung darah lengkap : 2
Kehilangan darah intrauterin maupun perinatal, juga infeksi, turut menyebabkan stres
perinatal
Level hemoglobin dan hematokrit harus cukup untuk memastikan kapasitas pengantaran
oksigen yang adekuat
Trombositopeni meningkatkan resiko perdarahan pada neonatus
Neutropeni atau neutrofili dengan adanya left shift dapat mengindikasikan infeksi
bacterial perinatal
Polisitemia dapat terjadi akibat hipoksia fetal yang kronis dan/atau akut. Polisitemia
berkaitan dengan penurunan aliran darah pulmonal dan dapat memicu hipoksia yang
terkait SAM dan PPHN
Gambar 2.1 Radiografi seri pada bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium tanpa
komplikasi. Gambaran radiologis menunjukkan perselubungan perihilar pada paru, yang
lebih berat pada daerah kanan berbanding kiri4.
Gambaran 2.3 Gambaran radiologis follow-up pada pasien diatas. Hasil didapatkan
setelah memasukkan bilateral thoracostomy tubes pada pneumotoraks dan menunjukkan
pneumoperikardium (panah) and gambaran yang sangat luscent dari paru. Hasil
menunjukkan pada pasien ini terjadi pulmonary interstitial emphysema4.
Gambar 2.4 Gambaran radiologis pasien yang diterapi dengan extracorporeal membrane
oxygenation (ECMO). Gambaran radiopaque pada paru karena pulmonary bypass.
Kanula (panah) masuk dari leher kanan sampai atrium kanan menunjukkan vena-vena
ECMO. Endotracheal tube, nasogastric tube, dan arteri umbilikalis kateter pada
tempatnya4. Radiografi Dada Bayi dengan SAM
Gambar 2.5 Radiografi dada SAM. A). Infiltrat linear sedang, menandakan aspirasi
mekonium encer dalam jumlah kecil. B). Infiltrat linear bilateral dan tidak merata,
menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah sedang. C). Infiltrasi menyeluruh
pada lapang paru yang tersebar tidak merata, menandakan aspirasi mekonium encer
dalam jumlah yang lebih besar. D). Atelektasis sebagian lobus kiri atas dengan hiperaerasi
paru kanan, menandakan aspirasi mekonium partikel besar dan kental. Bayi sering
mengalami kegagalan perkembangan pernapasan dan membutuhkan terapi pernapasan
yang luas. 5
2.6.3 Pemeriksaan Lain
Ekokardiografi dapat dilakukan untuk memastikan struktur jantung yang normal serta memeriksa
fungsi jantung, juga tingkat keparahan hipertensi pulmonal dan shunting dari kanan ke kiri.
2.7 Diagnosis Sindroma Aspirasi Mekonium
Diagnosis ditegakkan berdasarkan keadaan berikut:
Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan bradikardia (denyut jantung yang
lambat)
Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium (berwarna kehijauan)
Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah.
Dengan bantuan laringoskopi, pita suara tampak berwana kehijauan.
Dengan bantuan stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki kasar).
Pemeriksaan lainnya yang biasanya dilakukan: (1) Analisa gas darah (menunjukkan kadar
pH yang rendah, penurunan pO2 dan peningkatan pCO2); (2) Rontgen dada (menunjukkan
adanya bercakan di paru-paru).
2.8 Diagnosa Banding Sindroma Aspirasi Mekonium
a) Transient tachypnea of the newborn (TTN) Gambaran radiografi sering
menunjukkan patchy opacities yang disebabkan oleh cairan pada paru yang dalam proses
resorpsi. Foto radiografi kontrol akan menunjukkan infiltrate yang menghilang, berbeda dengan
sindrom aspirasi mekonium atau pneumonia.
b) Pneumonia neonatus Terdapat patchy opacities yang berupa konsolidasi dan efusi
pleura yang ditemukan pada 2/3 kasus. Volume paru normal namun lapangan paru mungkin
dapat terjadi hyperinflated.
c) Respiratory distress syndrome Pada gambaran radiologis, ditemukan gambaran
radiopaque yang seragam, ground-glass dan penurunan volume paru karena terjadi kolaps
alveolus. Gambaran air bronchogram juga dapat dilihat namun efusi pleura jarang terjadi.
Sindrom ini biasanya terjadi pada bayi preterm yang berbeda dengan sindroma aspirasi
mekonium 3.
Diagnosa banding untuk kasus sindroma aspirasi mekonium antara lain :3
Sindrom-sindrom aspirasi lain
Hernia kongenital diafragmatik
Hipertensi pulmonal, idiopatik
Hipertensi pulmonal, persisten-neonatus
Sepsis
C
Gambar 2.6 Radiografi dada pada TTN. A). Gambaran radiografi pada neonatus yang
berusia 6 jam. Aerasi yang berlebihan, bergaris-garis, bilateral, gambaran radiopaque
pada interstitial pulmonal, perihilar interstitial markings dan kardiomegali ringan. B).
Gambaran radiografi pada neonatus yang berusia 2 hari. Kardiomegali telah hilang dan
gambaran abnormalitas parenkim paru mulai menghilang namun perihilar markings
masih ada. C). Gambaran radiografi pada neonatus yang berusia 4 hari. Ukuran jantung
dan gambaran paru yang normal dapat terlihat.
C
Gambaran 2.7 Radiografi dada pada pneumonia neonatus. A). Terdapat gambaran
air bronchogram yang prominen di distal. B). Terdapat gambaran infiltrat padat dan kasar
yang menutupi jantung. Didapatkan juga gambaran air bronchogram yang prominen. C).
Terdapat penumpulan sinus phrenicostalis, garis radiodense tipis sepanjang hemithoraks
kanan lateral dan garis cairan pada fissura mayor kanan yang konsisten dengan efusi
pleura.
Untuk membedakan antara gambaran TTN, RDS, dan SAM, dapat dilihat pada tabel
dibawah:
Pembeda
TTN
RDS
SAM
Etiologi
Cairan paru persisten Defisiensi surfaktan
Iritasi dan obstruksi
Paru belum
paru
berkembang
Waktu
persalinan
Faktor resiko
Gambaran
klinis
Temuan
radiologis
toraks
Terapi
Pencegahan
Kapan saja
Section cessarea,
makrosomia, jenis
kelamin laki-laki,
asma pada ibu,
diabetes pada ibu
Takipneu, sering kali
tanpa hipoksia
maupun sianosis
infiltrat pada
parenkim, siluet
basah di sekeliling
jantung,
penumpukan cairan
intralobar
Suportif, oksigen
jika terjadi hipoksia
Kortikosteroid
prenatal sebelum
operasi sesar jika
usia kehamilan 3739 minggu
sempurna
Preterm
jenis kelamin lakilaki, diabetes pada
ibu, kelahiran
preterm
Takipneu, hypoxia,
sianosis
Takipneu, hipoxia
infiltrat homogenus,
air bronchogram,
penurunan volume
paru,
Patchy atelectasis,
konsolidasi
Resusitasi, oksigen,
ventilasi, surfaktan
Kortikosteroid
prenatal jika ada
resiko kelahiran
preterm (usia
kehamilan 24-34
minggu)
Resusitasi, oksigen,
ventilasi, surfaktan
Jangan menunda
suctioning setelah
kelahiran,
amnioinfusi tidak
bermanfaat
Keterangan :
TTN = takipneu transien pada neonatus (transient tachypnea of the newborn = TTN);
SDR = sindroma distres respirasi (RDS = respiratory distress syndrome); SAM =
sindroma aspirasi mekonium (MAS = meconium aspiration syndrome)
Tabel 2.2 Perbedaan TTN, SDR, dan SAM3
bradikardi, lakukan reintubasi dan suction. Jika bradikardi, lakukan ventilasi tekanan
positif dan rencanakan suction ulang setelah beberapa waktu.
Jika bayi bugar (didefinisikan sebagai kondisi usaha napas yang cukup, menangis, tonus
otot cukup, dan warna kulit yang baik): bersihkan sekresi dan mekonium dari mulut lalu
hidung menggunakan bulb syringe atau selang suction yang besar. Pada kondisi apapun,
langkah-langkah resusitasi berikutnya harus mencakup: pengeringan, reposisi, dan
pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
Pedoman ini terus diperbaharui sesuai evidence-base terbaru.
Diet bayi dengan SAM: 8
Distres perinatal dan distres napas yang berat merupakan halangan untuk pemberian
makanan.
Terapi cairan intravena dimulai dengan infuse dekstrosa yang adekuat untuk mencegah
hipoglikemi.
Beri tambahan elektrolit, lipid, dan vitamin secara progresif untuk memastikan asupan
nutrisi yang adekuat serta untuk mencegah defisiensi asam amino esensial dan asam
lemak.
pernapasan aktif. Sampai saat ini, intubasi dan suction trakea rutin direkomendasikan untuk
kebanyakan bayi yang ketubannya terwarnai mekonium. Namun, studi terbaru tidak mendukung
dilakukan suction yang intensif, kecuali ketika respirasi bayi tertekan. Sejak tahun 2005, The
American Heart Association dan The Neonatal Resuscitation Program telah merekomendasikan
suction trakea hanya jika bayi tidak kuat, memiliki penurunan tonus otot, atau memiliki denyut
jantung kurang dari 100 denyut / menit. 7
2.11 Komplikasi Sindroma Aspirasi Mekonium
1. Displasia bronkopulmoner
2. Pneumotoraks
3. Pneumonia
4. PPHN
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk menderita
mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi sejalan dengan
perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan demikian, prognosis jangka
panjang tetap baik. Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit
paru kronik, bahkan mungkin juga menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian.
Pada kasus yang jarang terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian.
Konsekuensi lebih lanjut sebagai dampak dari asfiksia antara lain : 7
1) Konsekuensi Kardiovaskular
a. Hipertensi pulmonal yang berkaitan dengan proses hipoksemia
b. Disfungsi miokard yang berkaitan dengan hipoksemia
2) Konsekuensi Pulmonal
a. Penurunan produksi surfaktan
b. Edema paru
c. Sindrom Aspirasi Mekonium
3) Konsekuensi Renal
a. Nekrosis tubular dan medular
Asfiksia berarti hopoksia yang progresif, penimbunan CO 2 dan asidosis. Bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak/kematian. Asfiksia juga
mempengaruhi organ vital lainnya. Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi
pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut gerakan pernafasan
akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang
sacara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apnue yang dikenal dengan nama apnue
primer. Perlu diketahui bahwa pernafasan yang megap-megap dan tonus otot yang juga turun
terjadi akibat obat-obat yang diberikan pada ibunya. Biasanya pemberian rangsangan dan
oksigen selama periode apnue primer dapat merangsang terjadinya pernafasan spontan.
Apabila asfiksia berlanjut bayi akan menunjukan megap-megap yang dalam, denyut jantung
terus menurun, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah
sampai bayi memasuki periode apnue yang disebut apnue sekunder, selama apnue sekunder ini
denyut jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah(PaO 2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan
secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan
pemberian oksigen dimulai dengan segera.
TANDA DAN GEJALA KLINIS
Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya :
1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk
otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.
GEJALA KLINIS
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode
yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga
menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur dan memasuki
periode apnue primer.
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat,
pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.
Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-magap dalam
1. Resusitasi
Penatalaksanaan resusitasi dasar pada penanganan segera asfiksia neonatorum dilakukan sesuai dengan
algoritma yang direkomendasikan pada gambar .
2. Epinefrin
0,1-0,3 mL/ kgBB (1:10.000) atau (0,01 mg 0,03 mg/kgBB) cara: iv atau endotrakeal.
Dapat diulang 3-5 menit bila perlu.
3. Volume ekspander
Jenis cairan: larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%) dengan dosis awal 10 ml/kgBB
secara iv jika diduga kehilangan darah.
NEONATAL INFEKSI
DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection (diperoleh dari
ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi yg diperoleh dari
lingkungan luar).
PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi
umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara ini antara lain:
a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
b. Spirochaeta: treponema palidum
c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes
2. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.
Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan lahirnya bayi lebih dari 12
jam) memilik peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat
pula terjadi walau ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan
manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi
pneumonia congenital selain itu infeksi dapat sebabkan septikemia.infeksi intranatal dapat juga
melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan oral
trush.
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal
terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan
yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian
besar dapat dicegah. Hal ini penting karena mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.
DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan
observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti, dan dengan pemeriksaan
fisik serta laboratorium.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku
neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut
tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya
berubah, hendaknya selalu diingat bahwa kelainan tersebut disebabkan infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama pada bayi
BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang
tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu mendapat perhatian yaitu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ibu demam
Asfiksia
Partus lama
KPD
o Apneu neonatal
o Dicurigai bila ketuban keruh atau bau
o Rhonki (+)
Pengobatan:
o Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining dan
lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan nafas
o Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET
o Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi
o Terapi antibiotika
o Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram
4. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
o Perawatan tali pusat yang tidak steril
o Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
o Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang otot rahang
dan faring
o Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
o Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus
o Tangan mengepal (boxer hand)
o Kejang
o Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru
Tindakan:
o Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
o Pasang IV line dan OGT
o Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
o Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari
o Rawat tali pusat
o Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya rangsangan
5. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae saat bayi
melewati jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium:
o Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, bisa terdapat
pseudomembran.
o Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur
darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak saat palpebra dibuka.
o Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat
lagi.
Penatalaksanaan:
o Bayi harus diisolasi
o Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit disusul dengan
pemberian salep mata penisilin, salep mata diberikan setiap jam selama 3 hari
o Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM.
PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol
Gunakan teknik aseptic
Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi instrument dan
peralatan
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial
DAFTAR PUSTAKA
1. Arvin, B.K. diterjemahkan oleh Samik wahab. 2000. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Vol.
1 Edisi 15. ECG : Jakarta. Halaman 600-601.
2. Mathur,
NC.
2007.
Meconium
Aspiration
Syndrome.
http://pediatricsforyou.in/home/pdf/MECONIUM%20ASPIRATION
%20SYNDROME.pdf.
3. Clark, M.B. 2010. Meconium Aspiration Syndrome. www.medscape.com/ http:// portal
neonatal.com.br/outras-especialidades /arquivos/ Meconium Aspiration Syndrome.pdf
4. Leu M., 2011, Meconium Aspiration Imaging, http://emedicine.medscape.com/
article/410756-overview#a22
5. Hermansen, C.L., dan Kevin N. Lorah. 2007. Respiratory Distress in the Newborn. Am
Fam
Physician. 2007 Oct 1;76(7):987-994.
http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html