Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN CLINICAL STUDY 2

DEPARTEMEN KOMUNITAS

Oleh:
Rindika Illa Kurniawan

115070200111036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

A. Konsep keluarga menurut Marylin M friedman


1. Pengertian keluarga
Salah satu aspek terpenting dari keperawatan keluarga adalah pemberian
asuhan pada unit keluarga. Secara empiris disadari bahwa kesehatan
para anggota keluarga sudah ditanggulangi secara insidential, tetapi
keluarga belum dilihat sebagai klien dari keperawatan. Friedman
menguraikan alasan keluarga sebagai unit asuhan keperawatan :
a. Keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan

yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol


sehingga keluarga sebagai lembaga/unit perlu diperhitungkan.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok individu didalam keluarga dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah
kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Hampir setiap masalah
kesehatan individu di dalam keluarga mulai dari awal sampai akhir
akan dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga mempunyai peran utama
dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarganya dan
bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya tingkat
kesehatan yang diinginkan.
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada
salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh keluarga
tersebut. Peran anggota keluarga akan mengalami perubahan apabila
salah satu anggotanya menderita sakit. Di lain pihak, status
kesehatan pasien juga sebagian besar ditentukan oleh kondisi
keluarganya.
d. Dalam perawatan pasien sebagai individu, keluarga berperan sebagai
pengambil keputusan. Bukan hanya anggota keluarga inti saja yang
mengambil keputusan, anggota keluarga yang jauh juga ikut serta
dalam dalam pengambilan keputusan pada keluarga berpenghasilan
rendah

karena

ketidakmampuannya,

biasanya

penyakit

dalam

keluarga di tangani sendiri oleh keluarga dengan membeli obat


diwarung.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan efesiensi untuk
berbagai usaha kesehatan masyarakat. Perawat dapat menjangkau
masyarakat hanya melalui keluarga. Kesehatan masyarakat dapat
ditingkatkan terutama melalui peningkatan kesehatan keluarga.

2. Ciri ciri keluarga di setiap negara berbeda beda bergantung pada


kebudayaan, filsafat hidup, dan ideologi negara, antara lain :
a. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh
semangat kegotongroyongan
b. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya
ketimuran yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
c. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala tangga yang dominan
dalam

mengambil

keputusan

walaupun

prosesnya

melalui

musyawarah dan mufakat.


d. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesan dan di perkotaan
Sehingga dapat disimpulkan bahwan: keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat, terdiri dari 2 orang atau lebih dalam satu atap yang
mempunyai

hubungan

yang

intim,

pertalian

darah/perkawinan,

terorganisasi di bawah asuhan kepala rumah tangga yang saling


berhubungan satu dengan lainnya saling bergantung antar anggota
keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi masing
masing yang dikoordinasikan oleh kepala keluarga, mempunyai keunikan
masing- masing serta nilai dan normal hidup yang didasari system
kebudayaan, mempunyai hak otonomi dalam mengatur keluarganya.

3. Tipe keluarga
Friedman (1986) membagi tipe keluarga seperti berikut:
a. Nuclear family (keluarga inti) : terdiri dari orang tua dan anak yang
masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,
terpisah dari sanak keluarga lainnya.
b. Extended family (keluarga besar) : satu keluarga yang terdiri dari satu
atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling
menunjang satu sama lain.

c. Single parent family : satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak anak yang masih
bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed : keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa
anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
e. Blended family : suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangannya, yang masung masing pernah menikah dan
f.

membawa anak hasil perkawinan terdahulu.


Three generation family : keluarga bapak yang terdiri dari tiga

g.

generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibudan anak dalam satu rumah.
Single adult living alone : bentuk keluarga yang hanya terdiri dai satu

orang dewasa yang hidup dalam rumahnya .


h. Middle age atau elderly couple : keluarga yang terdiri dari sepasang
suami istri paruh baya.
Marilyn M. Friedman (1998) membagi tipe keluarga menjadi keluarga inti
(conjugal). Keluarga yang menikah. Sebagai orang tua, atau pemberi
nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak (anak kandung,
anak adopsi). Keluarga orientasi (keluarga asal) : keluarga tempat
seseorang dilahirkan. Dan yang terakhir keluarga besar : keluarga inti dan
orang lain yang ada hubungan darah, misal sanak keluarga, kakek,
nenek, tante, paman dan sepupu.
4. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut friedman dan Undang-Undang No. 10 tahun
1992. Friedman membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:
a. Fungsi afektif : berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan

kebutuhan

psikososial.

Anggota

keluarga

mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan


baik, dan penuh rasa kasih sayang.

b. Fungsi sosialisasi : proses perkembangan dan perubahan yang dilalui


individu menghasilkan interaksi sosial. Keluarga merupakan tempat
individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan
belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam
keluarga, sehingga individu mampu berperan didalam masyarakat.
c. Fungsi reproduksi : fungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi : fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
makan, pakaian, perumahan dan lain-lain.
e. Fungsi perawatan keluarga : keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan dan asuhan kesehatan / keperawatan.
5. Tugas tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan menurut friedman
:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan

untuk

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.


e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas.
B. KONSEP DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)
a. DEFINISI DAN KLASIFIKASI DHF
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(Christantie Efendy, 1995). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah
penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui

gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)

(Seoparman, 1990). Demam berdarah dengue dikarenakan virus dengue


dari famili flaviviridae dan genus flavivirus. Virus ini mempunyai 4 serotipe
yang dikenal dengan DEN- 1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat
serotipe ini menimbulkan gejala yang berbeda- beda jika menyerang
manusia. DHF tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia.
Virus dengue penyebab demam menular melalui nyamuk. Oleh karena
itu, penyakit ini termasuk dalam arthropod borne disesase. Virus dengue
berukuran 35- 45 nm. Nyamuk yang sering menimbulkan wabah dhf yaitu
Aedes Aegypti, Ae. Albopictus, Ae, polynesiensis. Nyamuk ini senang
berada di tempat gelap dan lembab. Dengue Haemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi
perdarahan,

yang

berpotensial

mengakibatkan

syok

yang

dapat

menyebabkan kematian (Arief Mansjoer dan Suprohaita, 2000).


Klasifikasi DBD menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2010) yaitu:
a. Dengue tanpa tanda bahaya dan dengue dengan tanda bahaya (dengue
without warning signs). Kriteria dengue tanpa tanda bahaya dan dengue
dengan tanda bahaya:
1) Bertempat tinggal di atau bepergian ke daerah endemik dengue.
2) Demam disertai 2 dari hal beri kut : Mual, muntah, ruam, sakit dan
nyeri, uji torniket positif, lekopenia, adanya tanda bahaya.
3) Tanda bahaya adalah Nyeri perut atau kelembutannya, muntah
berkepanjangan, terdapat akumulasi cairan, perdarahan mukosa,
letargis, lemah, pembesaran hati > 2 cm, kenaikan hematokrit
seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat.
4) Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti
kebocoran plasma tidak jelas)
b. Dengue berat (severe dengue). Kriteria dengue berat:
1) Kebocoran plasma berat yang dapat menyebabkan syok (DSS)
2) Akumulasi cairan dengan distress pernafasan

3) Perdarahan hebat. Sesuai pertimbangan klinisi gangguan organ


berat, hepar (AST atau ALT 1000, gangguan kesadaran,
gangguan jantung dan organ lain). Untuk mengetahui adanya
kecenderungan perdarahan dapat dilakukan uji tourniquet.

b. EPIDEMIOLOGI
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik
barat dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di
seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per
100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat
kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga 2% pada tahun
1999.
Penularan inveksi virus dengue terjadi melalu vector nyamuk genus
Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak
mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya)

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi


biakan virus dengue yaitu :
a.

Vector : perkembangbiakan vector, kebiasaan menggigit,


kepadatan vector di lingkungan, transportasi vector dari satu
tempat ke tempat lain.

b.

Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan atau keluarga,


mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin.

c. Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.


Vector

Host

c.

Invironment

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO DHF


Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe
(Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus
(Arbovirus). Dengue tipe -3 merupakan serotip virus yang dominan yang
menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah
dengue diperkirakan < 7 hari. Penularan penyakit demam berdarah dengue
umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty, meskipun dapat
juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun. Cara penularan
virus dengue yaitu virus masuk ketubuh manusia melalui gigitan nyamuk
selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul
gejala demam. Periode ini dimana virus beredar didalam sirkulasi darah
manusia disebut fase viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi

menghisap darah manusia dalam fase viremia maka virus akan masuk
kedalam tubuh nyamuk dan berkembang selama periode 8-10 hari sebelum
virus siap di transmisikan kepada manusia lain. Rentang waktu yang
diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada kondisi lingkungan
terutama temperatur sekitar. Siklus penularan virus dengue dari manusia
nyamuk manusia dan seterusnya (ecological of dengue infection)
(Djunaedi, 2006).
d. PATOFISIOLOGI DHF
(Terlampir)
e. MANIFESTASI KLINIS DHF
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO (2011) infeksi
dengue dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik
terbagi menjadi :
a. Undifferentiated fever (sindrom infeksi virus)
Pada undifferentiated fever, demam sederhana yang tidak dapat
dibedakan dengan penyebab virus lain. Demam disertai kemerahan
berupa makulopapular, timbul saat demam reda. Gejala dari saluran
pernapasan dan saluran cerna sering dijumpai.
b. Demam dengue (DD) sebagai infeksi dengue ringan
Anamnesis: demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot dan
sendi atau tulang, nyeri retro (-), orbital, photophobia, nyeri pada
punggung, facial flushed, lesu, tidak mau makan, konstipasi, nyeri perut,
nyeri tenggorok, dan depresi umum. Pemeriksaan fisik ditemukan :

Demam: 39- 40C, berakhir 5- 7 hari.

Pada hari sakit ke- 1 tampak flushing pada muka (muka


kemerahan), leher, dan dada.

Pada hari sakit ke- 3 timbul ruam kulit makulopapular/


rubeolliform.

Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki


bagian dorsal, lengan atas, dan tangan.

Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang


pucat pada kulit yg normal, dapat disertai rasa gatal.

Manifestasi perdarahan.

Uji bendung positif dan/atau petekie.

Mimisan hebat, menstruasi yang lebih banyak, perdarahan saluran


cerna

(jarang

terjadi,

dapat

terjadi

pada

DD

dengan

trombositopenia
d. Sedangkan infeksi dengue berat terdiri dari demam berdarah dengue
(DBD) dan expanded dengue syndrome atau isolated organopathy.
1) DBD
Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit, meliputi fase
demam,

kritis,

dan

masa

penyembuhan

(convalescence,

recovery).

Fase demam :
Anamnesis : Demam tinggi 2 - 7 hari dapat
mencapai 40C, serta terjadi kejang demam.
Dijumpai facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri
otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring
hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan
nyeri perut.
Pemeriksaan fisik
Manifestasi perdarahan : Uji bendung positif (10
petekie/inch) merupakan manifestasi perdarahan
yang paling banyak pada fase demam awal. Mudah

lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk


jalur vena. Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka,
palatum lunak. Epistaksis dan perdarahan gusi.
Perdarahan

saluran

cerna.

Hematuria

dan

menorrhagia.
Hepatomegali teraba 2-4 cm di bawah arcus costae
kanan dan kelainan fungsi hati (transaminase) lebih
sering ditemukan pada DBD. Berbeda dengan DD,
pada DBD terdapat hemostasis yang tidak normal,
perembesan plasma (khususnya pada rongga
pleura dan rongga peritoneal), hipovolemia, dan
syok, karena terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler. Perembesan plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan
rongga peritoneal terjadi selama 24- 48 jam.
Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang
berawal pada masa transisi dari saat demam ke bebas
demam (disebut fase time of fever defervescence) ditandai
dengan, peningkatan hematokrit 10%- 20% di atas nilai
dasar. Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan
asites, edema pada dinding kandung empedu. Foto dada
(dengan posisi right lateral decubitus = RLD) dan
ultrasonografi dapat mendeteksi perembesan plasma
tersebut, terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari

nilai dasar / <3.5 g% yang merupakan bukti tidak langsung


dari tanda perembesan plasma
Tanda- tanda syok : anak gelisah sampai terjadi
penurunan kesadaran, sianosis, nafas cepat, nadi
teraba lembut sampai tidak teraba, Hipotensi,
tekanan nadi 20 mmHg, dengan peningkatan
tekanan diastolik. Akral dingin, capillary refill time
memanjang (>3 detik), Diuresis menurun (< 1ml/kg

berat badan/jam), sampai anuria.


Komplikasi berupa asidosis metabolik, hipoksia,
ketidakseimbangan elektrolit, kegagalan multipel
organ,dan perdarahan hebat apabila syok tidak
dapat segera diatasi

.
Fase penyembuhan (convalescence, recovery)
Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik dan
nafsu

makan

kembali

merupakan

indikasi

untuk

menghentikan cairan pengganti. Gejala umum dapat


ditemukan sinus bradikardia atau aritmia dan karakteristik
confluent petechial rash seperti pada DD.
Perembesan plasma sebagai akibat plasma leakage
merupakan tanda patognomonik DBD, sedangkan kelainan
organ

lain

serta

manifestasi

yang

tidak

lazim

dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau


isolated organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai

dengan perdarahan atau tidak; sedangkan DBD dapat


disertai syok atau tidak

Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi
dengue, yaitu :

1. Fase demam: viremia menyebabkan demam tinggi


2. Fase kritis / perembesan plasma: onset mendadak adanya perembesan
plasma dengan derajat bervariasi pada efusi pleura dan asites
3. Fase recovery/ penyembuhan/ convalescence : perembesan plasma
mendadak berhenti disertai reabsorpsi cairan dan ekstravasasi plasma
f. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DHF
Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis,
hematokrit, dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke- 1
setelah demam dan akan menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari
sakit ke-5 -6. Deteksi antigen virus ini dapat digunakan untuk diagnosis
awal

menentukan

adanya

infeksi

membedakan penyakit DD/DBD


Uji serologi IgM dan IgG anti dengue

dengue,

namun

tidak

dapat

Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas

indikasi, Distres pernafasan/ sesak


Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat
kelainan radiologis terjadi apabilapada perembesan plasma telah

mencapai 20%- 40%.


Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk

menilai edema paru karena overload pemberian cairan


Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru
terutama daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak
dibandingkan yang kiri, kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada

kanan, dan efusi pleura.


Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan dinding
vesika felea, dan dinding buli- buli.

g.

PENATALAKSANAAN MEDIS DHF

Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit infeksi
dengue, seperti berikiut :

Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa


transisi ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit.

Muntah yg menetap, tidak mau minum.

Nyeri perut hebat

Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak

Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi


yang hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria) atau hematuria

Giddiness : (pusing/perasaan ingin terjatuh)

Pucat, tangan kaki dingin dan lembab

Diuresis kurang atau tidak ada dalam 4-6 jam

Monitor perjalanan penyakit DD/DBD. Parameter yang harus dimonitor


mencakup :

Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda dan


gejala lain

Perfusi perifer sesering mungkin karena sebagai indikator awal tanda


syok

Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal


setiap 2-4 jam pada pasien non syok & 1-2 jam pada pasien syok.

Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih
sering pada pasien tidak stabil atau tersangka perdarahan.

Diuresis setiap 8- 12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada
pasien dengan syok berkepanjangan atau cairan yg berlebihan.

Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam (berdasarkan berat badan


ideal)

Indikasi pemberian cairan intravena

Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral atau
muntah

Hematokrit meningkat 10%- 20% meskipun dengan rehidrasi oral

Ancaman syok atau dalam keadaan syok

Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam (berdasarkan berat badan


ideal)

Prinsip umum terapi cairan pada DBD

Kristaloid : isotonik harus digunakan selama masa kritis.

Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat,


dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang
diberikan.

Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga


volume dan cairan intravaskular yang adekuat.

Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai


acuan untuk menghitung volume cairan.

h. KOMPLIKASI DHF
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal

ginjal akut.
Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading

pemberian cairan pada masa perembesan plasma


Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik &

perdarahan hebat (DIC, kegagalan organ multipel)


Hipoglikemia atau hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok

berkepanjangan dan
terapi cairan yang tidak sesuai

i. PENCEGAHAN DHF
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara
lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu:
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara
lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau


mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat berkembang biak.
Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan:

Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air


sekurang-kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar
pertimbangan bahwa perkembangan telur agar berkembang
menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.

Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum,


dan tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat
bertelur pada tempat-tempat tersebut.

Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung


setidaknya seminggu sekali.

Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barangbarang

bekas

terutama

yang

berpotensi

menjadi

tempat

berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah kaleng,


botol pecah, dan ember plastik.

Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu


dengan menggunakan tanah.

Membersihkan

air

yang

tergenang

di

atap

rumah

serta

membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh


sampah-sampah dari daun.
b. Biologis
Pengendalian

secara

biologis

adalah

pengandalian

perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau

tumbuhan.

seperti

memelihara

ikan

cupang

pada

kolam

atau

menambahkannya dengan bakteri Bt H-14.


c. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta
pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan
kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan:

Pengasapan atau fogging dengan menggunakan malathion dan


fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
Aides aegypti sampai batas tertentu.

Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat


penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lainlain.
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit

DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita


sebut

dengan

istilah

3M

plus

yaitu

dengan

menutup

tempat

penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air


sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sampah-sampah
dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan
jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan
tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk,
menur larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memasang kelabu,
menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain
yang sesuai dengan kondisi setempat.

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan tindakan untuk


memutus mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas
beberapa kegiatan antara lain:
1) 3 M
3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas
jentik dan menghindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:
a. Menguras:
Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain
seminggu sekali.
b. Menutup:
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember,
gentong, drum, dan lain-lain.
c. Mengubur:
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah
yang dapat menampung air hujan.
2) Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk
Pemeliharaan ikan terutama ikan pemakan jentik nyamuk dapat menjadi
cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Ikan yang sering digunakan
yaitu ikan cupang atau ikan-ikan sejenisnya.
3) Cegah gigitan nyamuk dengan cara:
a. Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit
dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk temephos (abate)
atau altosoid 2-3 bulan sekali dengan takaran 1 gram abate untuk 10

liter air atau 2,5 gram altosoid untuk 100 liter air. Abate dapat di
peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotek.
b. Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.
c. Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.
d. Memasang kawat kasa di jendela dan di ventilasi
e. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar.
f.

Gunakan sarung kelambu waktu tidur.

Anda mungkin juga menyukai