Disusun Oleh:
Endang Lufita Sari 13710676
A. PENDAHULUAN
Penelitian kasus-kontrol (case-control study), atau yang sering juga disebut sebagai
casecomparison study, case-compeer study, case-referent study, atau retrospective study, merupakan
penelitian epidemiologis analitik observasional yang menelaah hubungan antara efek (penyakit atau
kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor risiko tertentu. Desain penelitian kasus-kontrol
dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko dalam kejadian penyakit (causeeffect relationship), seperti hubungan antara kejadian kanker serviks dengan perilaku seksual,
hubungan antara tuberkulosis pada anak dengan vaksinasi BCG, atau hubungan antara status gizi
bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu.
Penelitian case control berhubungan erat dengan penelitian prevalensi atau cross sectional.
Namun demikian, karena orang-orang yang dilibatkan umumnya lebih sedikit dan lebih mudah
dikumpulkan, maka penelitian case control lebih sering dilaksanakan. Di antara penelitianpenelitian analitik, biasanya penelitian case control menjadi pendekatan pertama untuk menentukan
apakah suatu ciri perorangan atau faktor lingkungan tertentu mempunyai kaitan dengan terjadinya
penyakit.
Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol ada di bawah desain
eksperimental dan studi kohort, namun lebih kuat daripada studi cross-sectional, karena pada studi
kasus-kontrol terdapat dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional tidak. Desain kasus-kontrol
mempunyai berbagai kelemahan, namun juga memiliki beberapa keuntungan. Dengan perencanaan
yang baik, pelaksanaan yang cermat, serta analisis yang tepat, studi kasus-kontrol dapat
memberikan sumbangan yang bermakna dalam berbagai bidang kedokteran klinik, terutama untuk
penyakit-penyakit yang jarang ditemukan.
dijawab dengan penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau
keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada
populasi yang diteliti.
Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam
studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk
dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol
dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu
yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari.
Ciri-ciri spesifik studi case kontrol
Studi case control mempunyai ciri-ciri antara lain:
Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors) mungkin terlupa oleh
subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan medik kasus (recall bias)
Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab penyakitnya lebih sering
melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol)
Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen menyebabkan
penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen
Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif seringkali sangat sukar.
Dari pertanyaan penelitian dapat disusun hipotesis penelitian yang akan diuji validitasnya
secara empiris.
2. Mendiskripsikan variabel penelitian: faktor resiko dan efek.
Intensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis, frekuensi, atau
lamanya pajanan.
Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang berhubungan dengan frekuensi dapat besifat :
Dikotom, yaitu bila hanya terdapat dua kategori, misalnya pernah minum jamu peluntur
atau tidak
Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari dua tingkat, misalnya tidak pernah, kadang-
Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah pajanan itu
berlangsung terus-menerus)
Saat mendapat pajanan pertama
Bilakah terjadi pajanan terakhir
3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, control) dan cara untuk pemilihan subyek
penelitian.
Kelompok kasus adalah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan
ikut dalam proses penelitian sebagai subyek studi. Sedangkan kelompok kontrol adalah
kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti, tetapi
mempunyai peluang yang sama dengan kelompok kasus karena terpajan oleh faktor risiko yang
diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit.
Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari
populasi yang menderita efek. Namun dalam praktek, hal ini hampir tidak mungkin
dilaksanakan karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang
yang diagnosisnya biasanya ditegakkan di rumah sakit.
Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan kasus untuk
studi kasus-kontrol:
a. Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru + lama)
b. Tempat pengumpulan kasus
c. Saat diagnosis
Sementara itu, pemilihan kontrol semata-mata ditentukan oleh peneliti sehingga sangat
terancam bias. Kelompok kontrol harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus dan
didasarkan pada kesamaan dengan karakteristik subyek pada kasus, sehingga mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpajan oleh faktor risiko yang diteliti.
b. Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variabel
yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variabel yang diteliti
(matching)
c. Memilih lebih dari satu kelompok control
Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan diteliti bergantung
kepada :
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi. Bila densitas pajanan
faktor risiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan pajanan risiko pada
kasus dan control hampir sama dan diperlukan sampel yang cukup besar untuk
mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power=1-b) yang dipilih.
Biasanya dipilih a=5%, b=10% atau 20% (power=90% atau 80%).
d. Rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan kontrol. Dengan memilih kontrol
lebih banyak, maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah kontrol diambil c kali,
maka jumlah kasus dapat dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c.
e. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Dengan
melakukan matching, jumlah subyek yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
4. Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor resiko.
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko) merupakan hal yang
sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek harus sudah didefinisikan dalam usulan
penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi di waktu lampau melalui
anamnesis (recall) semata-mata mengandalkan daya ingat responden. Bias yang dapat
mengancam dalam konteks ini adalah recall bias.
5. Menganalisis data.
Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat bersifat sederhana yaitu penentuan rasio odds,
sampai yang bersifat kompleks yaitu menggunakan analisis multivariat. Ini ditentukan oleh apa
yang ingin diteliti, bagaimana cara memilih kontrol (matched atau tidak), dan terdapatnya
variabel yang mengganggu atau tidak.
6. Analisis hasil studi case control.
4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu penelitian
(bila faktor risiko tidak diketahui).
5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
6. Mudah mendapatkan kasus dan control.
Kelemahan studi case control
Kelemahan studi case control adalah sebagai berikut:
1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan
medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa atau
responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko daripada
responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang
sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas
pengukuran variabel yang kurang).
2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.
3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya faktor
eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak mewakili
proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.
5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya berkaitan
dengan satu penyakit atau efek.
6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.
7. Tidak bersifat mencegah karena setelah kasus terjadi baru dicari penyebabnya.
8. Tidak efisien untuk kasus yang langka.
9. Pada kasus tertentu sulit untuk mencari hubungan antara paparan dan penyakit.
10. Kelompok kasus dipilih dari dua kelompok yang terpisah sehingga sulit dipastikan apakah
kasus dan kontrol benar-benar seimbang.
11. Data faktor resiko disimpulkan setelah penyakit terjadi sehingga data tidak lengkap dan sering
terjadi penyimpangan.
12. Odds Ratio tidak dapat digunakan untuk mengestimasi resiko relatif jika masalah kesehatan
yang sedang diteliti terdapat di masyarakat lebih dari 5%.
13. Sulit untuk menghindari bias seleksi karena populasi berasal dari dua populasi yang berbeda.
D. MANFAAT STUDI CASE CONTROL
Manfaat studi case control adalah:
1. Untuk mengetahui faktor resiko atau masalah kesehatan yang diduga mempunyai hubungan
dengan penyakit di masyarakat.
2. Untuk kasus yang jarang dijumpai dan berkembang laten di masyarakat.
E. CONTOH KASUS
Suatu studi ingin mengetahui besarnya faktor resiko obesitas terhadap terjadinya asam urat,
diilustrasikan pada tabel berikut:
FAKTOR RESIKO
EFEK
+
Hitung OR dan apa maknanya!
+
100
180
30
250
Jawab:
TkpTk
eaoio
rspd
n
uat
p
asl kr
ao
p
astl
ri e
r
p
a
p
a
r
FAKTOR RESIKO
E+ (obesitas)
E- (tidak obesitas)
Total
OR =
a
b
:
)
a+b a+b
c
d
(
:
)
c+ d c+ d
OR =
ad
bc
100 x 250
30 x 180
EFEK
Kasus Asam urat (+)
Kontrol Asam urat (-)
100
180
30
250
130
430
Total
280
280
560
25000
5400
= 4,63
Hasil OR (Odds Ratio) adalah 4,63. Hal ini berarti faktor resiko sebagai penyebab penyakit/
efek, sehingga didapat kesimpulan bahwa obesitas sebagai penyebab asam urat.
FAKTOR RESIKO
E+ (obesitas)
E- (tidak obesitas)
Total
EFEK
Kasus Asam urat (+)
Kontrol Asam urat (-)
100
30
180
250
280
280
Total
130
430
560
a
b
:
)
a+b a+b
c
d
(
:
)
c+ d c+ d
(
OR =
100
30
:
)
100+ 30 100+30
180
250
(
:
)
180+ 250 180+250
(
= 4,63
OR =
ad
bc
100 x 250
30 x 180
25000
5400
= 4,63
Hasil OR (Odds Ratio) adalah 4,63. Hal ini berarti faktor resiko sebagai penyebab penyakit/
efek, sehingga didapat kesimpulan bahwa obesitas sebagai penyebab asam urat.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Gary D. 1993. Prinsip-prinsip Epidemiologi. Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medica
Budiarto, Eko. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : Penerbit EGC
Gordis, Leon. 2004. Epidemiology. Philadelphia : Elsevier Saunders