Jurnal 1 Anak
Jurnal 1 Anak
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
Jakarta
2009
JURNAL PENELITIAN
AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN
RUMAH TANGGA
ABSTRAKSI
Agresi anak yang tinggal dalam keluarga dengan kekerasan rumah tangga
Kekerasan
dalam
rumah
tangga secara umum mengandung
pengertian bahwa sebagai suatu
tindakan yang dimiliki seseorang untk
melukai atau merusak benda milik
korbannya. Dalam hal ini termasuk
didalamnya segala bentuk ancaman,
penggunaan kata-kata kasar, ataupun
segala sesuatu yang mengakibatkan
penderitaan bagi korbannya (dalam
Suadah, 2005). Adapun bentukbentuk kekerasan dalam rumah
tangga yang biasa terjadi seperti
kekerasan
fisik
yang
berakibat
langsung, kekerasan emosional atau
psikologis yang termasuk didalamnya
penggunaan
kata-kata
kasar,
kekerasan seksual biasanya terjadi
dalam
hubungan
suami
istri,
kekerasan
ekonomi
misalnya
menghambur-hamburkan penghasilan
istri, ataupun kekerasan sosial yang
membatasi pergaulan istri. Dalam hal
ini kekerasan yang terjadi biasa
dilakukan oleh seorang suami kepada
istri atau anaknya.
Kekerasan
dalam
rumah
tangga tersebut akan memiliki dampak
diantaranya dampak fisik seperti
perbuatan yang mengakibatkan rasa
sakit, dampak secara psikologis
seperti
perbuatan
yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya
percaya diri dan atau penderitaan
psikis berat pada seseorang. Dari
beberapa dampak tersebut, maka
kemungkinan akan muncul perilaku
agresi pada anak, dimana perilaku
tersebut
didapat
dari
hasil
pengamatan
dan
pengalaman
melihat
kedua
orang
tuanya
bertengkar seperti ketika ayahnya
sedang memukul dan menampar
ibunya, selain itu subjek juga sering
mendengar
bahwa
ayahnya
memanggil ibunya dengan kata-kata
kasar seperti bego atau tolol.
Kekerasan yang dialami subjek tidak
beda jauh dengan ibunya, dimana ia
sering dipukul dengan menggunakan
tangan, dilempari sapu, sendal atau
kaleng, subjek juga sering mendengar
ayahnya memanggil ia dengan katakata bego dan tolol saat ia tidak bisa
mengerjakan PRnya. Dalam hal ini
subjek setiap hari mengalami serta
mengamati kekerasan yang dilakukan
oleh ayahnya kepada ia dan ibunya,
maka hal ini akan berdampak
terhadap perilaku subjek karena anak
yang tinggal dalam keluarga dengan
kekerasan dalam rumah tangga
cenderung memiliki perilaku agresi
yang tinggi. Agresi yang dilakukan
oleh subjek berupa agresi verbal dan
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Kekerasan
dalam
rumah
tangga yang tertuang dalam UU RI No
23 Tahun 2004 tentang penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga pasal
1 ayat 1 mengatakan bahwa,
kekerasan dalam rumah tangga
adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman
untuk
melakukan
perbuatan,
pemaksaan,
atau
perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga. Menurut
Davies (1994) kekerasan dalam rumah
tangga adalah suatu bentuk kekerasan
fisik maupun mental yang dilakukan
oleh pria terhadap pasangannya atau
istrinya yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan baik
secara fisik, seksual, psikologis, atau
penelantaran dalam rumah tangga.
Adapun kekerasan dalam rumah
tangga yang terjadi terhadap anak
menurut Gelles (dalam Newberger,
1982) adalah kondisi klinis dimana
anak mengalami kekerasan dengan
sengaja
melalui
verbal
seperti
penggunaan kata-kata kasar dan non
verbal seperti penyerangan fisik oleh
keluarga atau orang terdekat dari anak
tersebut.
Adapun
bentuk-bentuk
kekerasan dalam rumah tangga yang
biasa terjadi seperti kekerasan fisik
yang berakibat langsung, kekerasan
emosional atau psikologis yang
termasuk didalamnya penggunaan
kata-kata kasar, kekerasan seksual
biasanya terjadi dalam hubungan
suami istri, kekerasan ekonomi
misalnya
menghambur-hamburkan
penghasilan istri, ataupun kekerasan
D. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini diharapkan
memiliki dua manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi yang
bermanfaat
terutama
bagi
perkembangan ilmu psikologi,
khususnya psikologi sosial dan
psikologi perkembangan serta
dapat dijadikan bahan referensi
bagi
penelitian
selanjutnya
terutama dalam mengkaji variabel
yang berkaitan dengan kekerasan
dalam keluarga ataupun perilaku
agresi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat
memberikan
gambaran
kepada masyarakat khususnya
bagi seorang suami atau yang
suka
melakukan
tindakan
kekerasan dalam rumah tangga
terhadap anak dan istrinya agar
jangan
sampai
melakukan
tindakan kekerasan lagi, sebab
kemarahan atau emosi tidak harus
selalu diungkapkan secara fisik
atau dengan emosional, melainkan
berpikir dengan kepala dingin atau
yang lainnya asal tidak melakukan
kekerasan, sehingga diharapkan
dapat menjadi bahan evaluasi
tentang pola asuh yang diterapkan
dan kemungkinan dampaknya
terhadap perilaku anak.
BAB II
T INJAUAN PUSTAKA
A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Pengertian kekerasan dalam
rumah tangga
Kekerasan secara umum dapat
didefinisikan sebagai suatu tindakan
yang dimiliki seseorang untuk
melukai atau merusak benda milik
korbannya. Dalam hal ini termasuk
didalamnya segala bentuk ancaman,
penggunaan
kata-kata
kasar,
ataupun segala sesuatu yang
mengakibatkan penderitaan bagi
korbannya (dalam Suadah, 2005).
Dalam UU RI No 23 Tahun
2004
tentang
penghapusan
kekerasan dalam rumah tangga
pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa,
kekerasan dalam rumah tangga
adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan,
yang
berakibat
timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau
penelantaran
rumah
tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.
Sedangkan menurut Davies
(1994) kekerasan dalam rumah
tangga
adalah
suatu
bentuk
kekerasan fisik maupun mental yang
dilakukan
oleh
pria
terhadap
pasangannya atau istrinya yang
berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan baik secara fisik,
seksual,
psikologis,
atau
penelantaran dalam rumah tangga.
Adapun
kekerasan
dalam
rumah tangga yang terjadi terhadap
anak
menurut
Gelles
(dalam
Newberger, 1982) adalah kondisi
klinis dimana anak mengalami
kekerasan dengan sengaja melalui
verbal seperti penggunaan kata-kata
kasar dan non verbal seperti
penyerangan fisik oleh keluarga atau
orang terdekat dari anak tersebut.
Berdasarkan
definisi-definisi
diatas, maka yang dimaksud dengan
kekerasan dalam rumah tangga dari
penelitian ini adalah suatu bentuk
kekerasan fisik maupun mental yang
dilakukan oleh pria terhadap istri
atau anaknya yang mengalami
kekerasan dengan sengaja melalui
verbal seperti penggunaan kata-kata
kasar dan non verbal seperti
penyerangan fisik oleh keluarga atau
orang terdekat dari anak tersebut,
yang
berakibat
timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan baik
secara fisik, seksual, psikologis, atau
penelantaran dalam rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan,
pemaksaan,
atau
perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
2. Bentuk-bentuk kekerasan dalam
rumah tangga
Dalam Suadah (2005) terdapat
5 kategori bentuk kekerasan dalam
rumah tangga: fisik, emosional atau
psikologis, seksual, ekonomi, dan
sosial.
a. Kekerasan
fisik:
biasanya
berakibat langsung bisa dilihat
mata seperti memar-memar di
tubuh atau goresan-goresan luka.
b. Kekerasan
emosional
atau
psikologis: tidak menimbulkan
akibat langsung tapi dampaknya
bisa
sangat
memutus-asakan
apabila berlangsung berulangulang. Termasuk dalam kekerasan
emosional ini adalah penggunaan
bentuk-bentuk
anak
khususnya,
mempunyai
kecenderungan kuat untuk meniru
orang lain. Anak tidak melakukan
imitasi secara sembarangan, tetapi
anak lebih sering meniru tertentu
daripada orang lain. Semakin
penting,
kuasa,
berhasil
seseorang, dan paling sering
ditemui,
semakin
besar
kemungkinan anak dan perilaku
orang tualah yang memenuhi
kriteria
tersebut,
sehingga
merupakan model utama bagi
seorang anak pada masa awal
kehidupannya.
Orang
tua
merupakan sumber penguatan dan
objek imitasi utama, maka perilaku
agresi anak dimasa mendatang
sangat tergantung pada cara
orang tua memperlakukan anak
dan pada perilaku anak itu sendiri.
a. Wawancara
konservasional
yang informal.
b. Wawancara dengan pedoman
umum.
c. Wawancara dengan pedoman
standar terbuka.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan
tipe
wawancara
dengan menggunakan pedoman
umum.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dalam bentuk
studi kasus (case study).
2. Subjek Penelitian
a. Karakteristik Subjek
Subjek adalah seorang anak
perempuan yang berumur 10 tahun
yang masih duduk di bangku
sekolah dasar di daerah Pisangan
Timur,
yang
melihat
atau
menyaksikan
serta
mengalami
langsung kekerasan dalam rumah
tangga, sehingga muncul perilaku
agresi karena ia mengalami proses
belajar serta imitasi dari orang
tuanya.
b. Jumlah Subjek
Dalam penelitian ini jumlah
subjek sebanyak satu orang siswa
sekolah dasar dan didukung dengan
satu orang significant other.
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
a. Observasi Partisipan
b. Observasi Non Partisipan
Berdasarkan jenis - jenis
observasi yang disebutkan di atas,
maka peneliti memutuskan untuk
menggunakan metode observasi
langsung non partisipan dimana
peneliti
secara
langsung
mengamati dalam kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh
subjek yang diteliti walaupun
begitu peneliti tidak melakukan
atau
ikut
berperan
dalam
keseharian subjek ketika diamati
(non partisipan)
2. Wawancara
Panduan wawancara.
Panduan observasi.
Alat perekam.
Alat-alat tulis, seperti pulpen,
pensil, dan kertas untuk mencatat
observasi.
Keakuratan Penelitian
Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan adalah teknik pemeriksaan
dengan triangulasi yang memiliki
empat
macam
sebagai
teknik
pemeriksaan
untuk
mencapai
keabsahan, yaitu :
1. Triangulasi data
Menggunakan berbagai sumber
data seperti hasil wawancara, hasil
observasi,
data
sekunder,
significant other, atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu
subjek yang dianggap memiliki
sudut pandang berbeda.
2. Triangulasi pengamat
Adanya pengamat diluar peneliti
yang turut memeriksa
hasil
pengumpulan
data.
Dalam
penelitian ini, Dosen Pembimbing
bertindak
sebagai
pengamat
(expert
judgement)
yang
memberikan masukan terhadap
hasil pengumpulan data.
3. Triangulasi teori
Penggunaan berbagai teori, telah
dijelaskan yaitu berbagai teori
tentang kekerasan dalam rumah
tangga
dan
perilaku
agresi
sebagaimana teori ini telah
dijelaskan pada bab II untuk
digunakan
dan
menguji
terkumpulnya data.
4. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode
untuk meneliti suatu hal seperti
metode Analisis Intra Kasus
(Within-case), seta penggunaan
metode observasi dan wawancara
untuk mengumpulkan data.
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
Berdasarkan hasil penelitian
pada subjek dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Gambaran kekerasan dalam
rumah tangga pada keluarga
subjek.
Dalam kasus ini yang
mengalami kekerasan dalam
keluarga subjek adalah subjek
dan significant other, kekerasan
fisik yang dialami subjek antara
lain subjek sering dipukul oleh
ayahnya
dibagian
kakinya
dengan menggunakan sapu lidi.
Subjek juga pernah dipukul
dengan menggunakan tangan
dan
dilempari
dengan
menggunakan sendal, sapu dan
kaleng. Hal ini biasa terjadi
ketika ayah subjek sedang
marah. Sedangkan kekerasan
fisik yang dialami ibu subjek
adalah ditampar, selain itu
subjek juga pernah melihat
ibunya dilempar sapu oleh
ayahnya.
Kekerasan
fisik
yang
dialami oleh significant other
adalah kekerasan emosional,
dimana ayah subjek selalu
memanggil subjek dan significant
other dengan sebutan bego dan
tolol ketika ayahnya marah dan
ketika
subjek
tidak
bisa
mengerjakan Prnya, disamping
bicara kasar ayah subjek juga
memanggil
significant
other
dengan nada suara yang keras,
karena hal itu membuat ibu
subjek merasa sakit hati. Selain
itu juga bila ayah subjek marah
maka significant other akan
dimarahin terus-menerus.
10
11
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
pada subjek dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Gambaran
kekerasan
dalam
rumah tangga dalam keluarga
subjek antara lain kekerasan fisik
yang dialami subjek adalah ia
dipukul dengan tangan dan
dilempar dengan menggunakan
sapu lidi, sendal dan kaleng. Hal
ini biasa terjadi ketika ayah subjek
sedang
marah.
Kekerasan
emosional yang dialami subjek dan
ibunya adalah dipanggil oleh ayah
subjek dengan kata-kata kasar
seperti bego dan tolol dengan
nada suara yang keras dan ini
membuat significant other merasa
sakit hati. Hal ini biasa dilakukan
oleh ayah subjek, bila subjek tidak
bisa mengerjakan PRnya. Selain
itu, ayah subjek akan memarahi
ibu subjek terus-menerus ketika ia
sedang marah.
2. Perilaku agresi pada anak yang
tinggal dalam keluarga dengan
kekerasan rumah tangga antara
lain subjek suka berperilaku agresi
verbal seperti berbicara kasar
bego dan tolol setiap kali ia kesal
terhadap teman dan adiknya.
Setiap kali subjek menyadari
bahwa ia bicara kasar, maka ia
berjanji untuk tidak mengulanginya
kembali
dengan
cara
ia
menghindar seperti lari. Agresi fisik
seperti memukul yang dilakukan
subjek kepada temannya karena
sering melihat kedua orang tuanya
ketika bertengkar dirumah.
3. Perilaku agresi anak dapat terjadi
antara lain karena faktor belajar.
Subjek sering melihat tingkah laku
orang tua dan orang dewasa yang
berada disekitar rumah subjek.
12
DAFTAR PUSTAKA
Davies, M. (1994). Women
violence. London : Zed Books.
and
Psikologi
Indonesia.
Universitas
Poerwandari,
E.
K.
(2001).
Pendekatan kualitatif untuk
penelitian perilaku manusia.
Jakarta:
Lembaga
Pengembangan
Sarana
Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi. Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Sarwono, S. W. (2002). Psikologi
sosial 2: Psikologi kelompok
dan psikologi terapan. Jakarta:
Balai pustaka.
Suadah. (2005). Sosiologi keluarga.
Malang : UMM Press.
Sears, D. O., Freedman, J. L dan
Peplau A. L., (1994). Psikologi
sosial Jilid 2. Jakarta Erlangga.
Undang Undang Republik Indonesia.
No 23 Tahun (2004). Tentang
Penghapusan
kekerasan
dalam
rumah
tangga.
Bandung. Citra Umbara.
Yin, R. K. (2003). Studi kasus dan
metode. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.
http://www.sekitarkita.com