Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

ULKUS DIABETIKUM
Ade Novita Reslina1, Hendra Asputra2
1

Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Alamat: Jl.
Diponegoro No. 1, Pekanbaru, E-mail: adenovita.reslina@yahoo.com
2
Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau / RSUD Arifin Ahmad

Abstrak
Pendahuluan: Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus
(DM) yang paling ditakuti karena berisiko amputasi dan mengancam jiwa. Ulkus diabetikum
adalah suatu nekrosis bagian-bagian ektremitas penderita DM yang disebabkan gangguan
aliran darah. Angka kematian dan angka amputasi akibat ulkus kaki diabetik di Indonesia
masih cukup tinggi.
Laporan Kasus: Pasien laki-laki usia 55 tahun dengan keluhan tukak di kaki kiri sejak 1
minggu SMRS. Tukak disertai rasa nyeri, berdenyut, berbau dan keluar nanah sehingga
pasien sulit untuk berjalan. Pasien juga mengeluhkan demam, naik turun, dan tidak disertai
menggigil, nyeri ulu hati, mual, muntah (-), badan terasa lemas dan penurunan nafsu makan.
Riwayat DM sejak 7 tahun yang lalu dan hipertensi sejak 1 tahun yang lalu. Pada
pemeriksaan umum didapatkan kesadaran kompos mentis, keadaan umum tampak sakit
sedang, TD 140/90 mmHg, nadi 92x/menit, suhu 38 0C, respirasi 20x/menit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, JVP 5-2 cmH2O,
pemeriksaan jantung dan paru-paru dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen didapatkan
perut tampak membuncit, nyeri tekan epigastrium (+), shifting dullness (+). Pada
pemeriksaan ekstremitas inferior sinsitra ditemukan edema, ulkus, kulit tampak kering,
berwarna gelap, gangren pada digiti I, II, III, plantar pedis terdapat luka luas, pus, jaringan
nekrotik. Pulsasi arteri dorsalis pedis (+/lemah), arteri tibialis posterior(+/+) dan arteri
poplitea (+/+). Sensibilitas terhadap sentuhan ringan dan nyeri dalam batas normal, ABI
0.7. Pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit 26.700, GDS 135, albumin 2.8, rontgen
pedis sinstra diadapatkan tanda osteomielitis.
Kesimpulan: Pasien didiagnosis susp. sepsis et causa ulkus kaki diabetik, DM tipe 2
terkontrol dengan insulin normoweight, hipertensi grade 1, hipoalbumin dan dispepsia
Kata Kunci: ulkus diabetikum; sepsis.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR

LAPORAN KASUS
PENDAHULUAN

dan sebanyak 37% akan meninggal 3


tahun pasca amputasi.1

Sampai saat ini ulkus diabetikum

TINJAUAN PUSTAKA

sampai menjadi masalah kesehatan utama di


seluruh

dunia.

Ulkus

kaki

1. Ulkus diabetikum

diabetik

Definisi

merupakan salah satu komplikasi kronik

Ulkus adalah rusaknya barier kulit

DM yang paling ditakuti karena jumlah

sampai ke seluruh lapisan dari dermis.

kasus yang semakin meningkat, ulkus

Ulkus diabetikum adalah ulkus yang

bersifat kronis dan sulit sembuh, mengalami

terdapat

infeksi dan iskemia tungkai dengan risiko

neuropati,

Ulkus kaki diabetik adalah suatu


penderita DM yang disebabkan gangguan

kelainan

kekambuhan dan 12% memiliki risiko

pembuluh

darah,

trauma,

deformitas pada kaki, riwayat ulkus kaki

amputasi dalam 5 tahun setelah sembuh.3

sebelumnya

mencatat

atau

amputasi,

lamanya

menderita diabetes dan kontrol diabetes

kebanyakan pasien datang berobat dalam

yang tidak adekuat.6

fase lanjut, terlihat dari proporsi 74,6%


Wagner

komplikasi

antara lain terdapat gangguan saraf tepi,

memerlukan amputasi 66% mengalami

diabetik

dan

ulkus diabetikum pada penderita DM

kaki diabetik mengalami infeksi 14-20%

kaki

angiopati

Beberapa faktor risiko terjadinya

masih cukup tinggi, yaitu 40-80% ulkus

ulkus

pada

Faktor risiko

aliran darah.2 Risiko infeksi dan amputasi

Denpasar

bawah

lainnya.5

nekrosis pada bagian-bagian ektremitas

Sanglah

ekstremitas

penderita DM yang disebabkan oleh

amputasi bahkan mengancam jiwa.1

RS

di

III-V

Patofisiologi
dibandingkan dengan Wagner I-II yangDiabetes melitus
Hiperlipidemia, merokok
Neuropati perifer
hanya 25,4 % dari seluruh kasus ulkus
neuropati
Neuropati sensorikPenyakit
mengakibatkan
vaskuler periperal
kaki diabetik yang dirawat.4
terjadinya kehilangan sensasi proteksi
neuropati
Data di RS Cipto Mangunkusomo
yang berakibat pada
kerentanan
terhadap
Autonomic
neuropathy
menunjukkan angka kematian dan angka
trauma fisik dan termal sehingga
amputasi akibat kaki diabetik, masingsomatik
meningkatkan resiko ulkus kaki. Neuropati
masing sebesar 16% dan 25%. Nasib para
Masalah ortopedi
motorik
Limited joint
mempengaruhi
movement
Keringat
semua
menurunn
otot-otot
Altered
diblood flow
Pain sensation
penyandang DM
pasca menurun
amputasi pun
Proprioseptive menurun
kaki, mengakibatkan penonjolan tulangmasih sangat buruk. Sebanyak 14,3% akan
tulang abnormal, deformitas
yang Engorged
khas vein, warm foot
Plantar pressure
Dry skin fissure
meninggal dalam setahun pasca amputasi
Otot hioptropik

Ilmu Penyakit Dalam FK UR

callus

Ulkus di kaki
infeksi

Ischemic limb

LAPORAN KASUS

Gambar 1. Patofisologi ulkus kaki diabetik


seperti hammer toe dan hallux rigidus.

Klasifikasi

Sedangkan neuropati autonom ditandai

Ada beberapa klasifikasi derajat

dengan kulit kering, tidak berkeringat, hal

ulkus kaki diabetik dikenal saat ini seperti,

ini mencetuskan timbulnya fisura, kerak


kulit

sehingga

kaki

menjadi

klasifikasi Wagner dan PEDIS (Perfusion,

rentan

terhadap trauma yang minimal.4,6

Extent /size, Depth/tissue loss, Infection,

Gangguan aliran darah

Sensation). Klasifikasi Wagner banyak

Kelainan pembuluh darah perifer


dipakai

seperti adanya obstruksi arteri tungkai


berjalan dan berkurang dengan istirahat

Tabel.

(claudication), kulit membiru, dingin,

sehingga ulkus sulit sembuh. Secara klinis


dinilai

Derajat

I
II

melalui

perabaan arteri poplitea, arteri tibialis

kaki

diabetik

pada kaki risiko tinggi


Ulkus superfisial terlokalisir
Ulkus dalam, mengenai tendon,
ligamen,

posterior dan arteri dorsalis pedis.6

otot,

sendi,

belum

mengenai tulang, tanpa selulitis


atau abses

Ilmu Penyakit Dalam FK UR

ulkus

Grade Lesi
0
Kulit intak/utuh, tidak ada ulkus

terganggunya distribusi oksigen dan nutrisi


dapat

menggambarkan

berdasarkan klasifikasi Wagner

ulkus dan gangren. Iskemia menyebabkan

oklusi

luas,

derajat luas dan berat ulkus.6

bawah ditandai dengan keluhan nyeri saat

adanya

secara

LAPORAN KASUS
III

IV

Ulkus lebih dalam sudah mengenai

mengidentifikasi kelainan struktur atau

tulang sering terjadi komplikasi

deformitas seperti penonjolan tulang di

abses, osteomyelitis atau selulitis


Ulkus dengan gangren terbatas

plantar pedis : claw toes, flat toe, hammer


toe, callus, hallux rigidus, charcot foot. 7

yaitu pada jari kaki atau kaki

Penilaian vaskuler meliptui riwayat

bagian distal
Ulkus dengan gangren luas seluruh

klaudikasio intermiten, perubahan tropi


kulit dan otot, pemeriksaan pulsasi arteri,

kaki

ABI, Doppler arteri, dilakukan secara


Klasifikasi lain yang juga digunakan

sistematis. Iskemia berat atau kritis,

dalam pengelolaan kaki diabetik adalah

apabila ditemukan tanda infeksi, kaki

menurut

teraba dingin, pucat, tidak ada pulsasi,

Edmons,

yaitu

berdasarkan

adanya nekrosis, tekanan darah ankle < 50

perjalananan alamiah kaki diabetes.6

mmHg dan Ankle Brachial Index <0,5.7

Stage 1

: normal foot

Stage 2

: high risk foot

Stage 3

: ulceerated foot

dilakukan

Stage 4

: infected foot

sistematis. Inspeksi harus bisa menjawab

Stage 5

: necrotic foot

pertanyaan, apakah ulkusnya superfisial

Stage 6

: unsalvable foot

atau dalam, apakah mengenai tulang,

Selanjutnya penilaian ulkus harus


secara

cermat,

teliti

dan

sehingga bisa ditetapkan derajat ulkus


secara akurat.7

Diagnosis
Pendekatan anamnesis yang dapat

Penatalaksanaan

dilakukan untuk mengevaluasi kondisi

Penatalaksanaan

kaki dan risiko timbulnya luka pada pasien


DM

antara

lain

keluhan

holistik

kaki

diabetik meliputi 6 aspek kontrol yaitu

lamanya

menderita DM, kontrol glukosa dan

mekanik,

kontrol

metabolik,

kontrol

riwayat pengobatan, riwayat trauma pada

vaskular, kontrol luka, kontrol infeksi dan

kaki, serta perawatan luka sebelumnya.6

kontrol edukasi. Pada kaki yang masih

Penilaian neuropati berdasarkan

normal, kontrol yang berperan adalah

iwayat tentang gejala-gejala neuropati,

kontrol mekanik, kontrol metabolik dan

pemeriksaan

dengan

kontrol edukasi. Sedangkan pada kaki

Semmes-Weinstein monofilament 10 g,

yang sudah berisiko dan telah terjadi luka,

pemeriksaan sensasi vibrasi dengan garpu

perlu dilakukan kontrol vaskular, kontrol

tala 128 Hz. Penilaian struktur dengan

luka dan kontrol infeksi.4

sensasi

tekanan

Ilmu Penyakit Dalam FK UR

LAPORAN KASUS
Kontrol

mekanik

mengistirahatkan

kaki,

meliputi

mengingat

kerja

menghindari

keluargan

mutlak

bantal

pada

kaki

pasien

diperlukan

dan
dalam

penatalaksanaan yang optimal.4,6

tekanan pada daerah kaki yang luka dan


menggunakan

sama

saat

berbaring untuk mencegah lecet pada

2. Sepsis

luka.4

Definisi
Kontrol

metabolik

meliputi

Sepsis

adalah

sindrom

klinis

perencananaan asupan gizi yang memadai

berupa respon inflamasi sistemik yang

selama proses infeksi dan penyembuhan

disertai infeksi dengan ditemukan bakteri

luka, regulasi glukosa darah yang adekuat

di dalam cairan tubuh.8

serta mengendalikan komorbiditas yang


menyertai seperti hipertensi, dislipidemia,

Etiologi

anemia, hipoalbuminemia, dan gangguan

Penyebab terbanyak sepsis adalah

fungsi ginjal.4,6
Kontrol

bakteri gram negatif sebesar 60-70%.


vaskular

meliputi

Bakteri

gram

negatif

menghasilkan

pemeriksaan ankle brachial index (ABI)

endoktoksin lipopolisakarida (LPS). LPS

dan angiografi. Gangguan vaskular dapat

berperan

memperlama penyembuhan luka sehingga

jaringan, demam dan syok pada penderita

diperlukan tatalaksana kelainan vaskular

yang terinfeksi. Sementara bakteri gram

yang adekuat.4

positif

Kontrol luka meliputi evakuasi

dalam

seperti

proses

peradangan

Staphylococcus

sp,

Streptococcus sp dan lainnya jarang


menyebabkan sepsis.8

jaringan nekrotik dan pus yang adekuat


baik dengan debridemen atau nekrotomi,
pembalutan luka untuk sampai dengan

Diagnosis

tindakan amputasi bila ekstremitas yang

Berdasarkan anamnesis didapatkan

terkena tidak dapat dipertahankan.4

riwayat infeksi pada pasien baik yang

Kontrol infeksi meliputi terapi


empirik

dengan

pemberian

didapatkan dari komunitas, nosokomial

antibiotik

atau

pada

pasien

imunokompromis.

spektrum luas dari awal hingga didapatkan

Beberapa tanda terjadinya sepsis meliputi

hasil kultur resistensi mikroorganisme.

demam,

Kontrol

edukasi

meliputi

hipotensi,

oliguria,

takipnea,

hipotermia tanpa penyebab yang jelas dan


pendarahan.8

penjelasan mengenai kondisi saat ini,


rencana terapi serta bagaimana prognosis

Pemeriksaan penunjang meliputi

selanjutnya. Pemberian edukasi penting

darah rutin, hitung diferensial, urinalisis,

Ilmu Penyakit Dalam FK UR

LAPORAN KASUS
glukosa, urea darah, kreatinin, elektrolit,

2 bulan SMRS pasien mengeluhkan

uji fungsi hati, analisis gas darah arteri,

luka di kaki kiri karena tertusuk duri

elektrokardiogram dan rontgen toraks.

tulang ikan. Awalnya luka kecil di

Biakan darah, sputum, urin dan tempat lain

jari kaki, disertai nyeri namun tidak

yang

dilakukan.

ada nanah dan bau. Pasien berobat

Pemeriksaan seperti rontgen abdomen, CT

ke puskesmas namun keluhan masih

scan, MRI, ekokardiografi, dan pungsi

terus dirasakan.

terinfeksi

harus

lumbal juga dapat dilakukan tergantung

1 bulan SMRS pasien mengeluhkan

pada status klinis pasien dan risiko terkait.8

luka tidak kunjung sembuh dan


menjadi semakin meluas ke telapak

Komplikasi

kaki hingga menjadi tukak.

Beberapa
diantaranya

adalah

komplikasi
adult

sepsis

minggu

SMRS

pasien

respiratory

mengeluhkan kaki menjadi bengkak

disease syndrome (ARDS), gagal ginjal

kemerahan dan terjadi perubahan

akut, koagulasi intravaskular diseminata,

warna pada jari kaki pertama, kedua,

perdarahan usus, gagal hati, disfungsi

dan ketiga menjadi hitam. Tukak

sistem saraf, gagal jantung dan kematian.

dirasakan semakin nyeri, berdenyut,


berbau dan keluar nanah sehingga

LAPORAN KASUS

pasien sulit untuk berjalan.

A. Identitas pasien
Nama

1 minggu SMRS pasien

: Tn Z

juga

mengeluhkan demam, naik turun,

Jenis kelamin : Laki-laki

dan tidak disertai menggigil. Pasien

Umur

: 55 tahun

juga mengeluhkan nyeri ulu hati,

Alamat

: Jl. Pangeran Hidayat, Pku

mual, muntah tidak ada, badan lemas

Pekerjaan

: Penjahit

dan penurunan nafsu makan. Tidak


ada keluhan BAK dan BAB.

B. Anamnesis (autoanamnesis)

Keluhan utama :

Tukak di kaki kiri sejak 1 minggu

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien

SMRS

tidak

pernah

mengalami

keluhan tukak seperti ini sebelumnya


Riwayat DM sejak 7 tahun yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang :

Sebelumnya

pasien

memiliki

keluhan sering BAK terutama pada


Ilmu Penyakit Dalam FK UR

LAPORAN KASUS

malam hari, mudah lapar dan sering

Pemeriksaan umum

merasa haus, serta penurunan berat

Kesadaran

badan.

berobat

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

teratur ke dokter dengan terapi

Tekanan darah

: 140/90 mmHg

insulin novorapid 6 U untuk pagi

Frekuensi nadi

: 92 x/menit

dan siang hari dan levemir 8 U untuk

Suhu

: 380C

malam hari.

Pernapasan

: 20x/menit

Tinggi badan

: 168 cm

Berat badan

: 55 kg

Status gizi

: normoweight

Pasien

mengaku

Riwayat hipertensi sejak 2 tahun


yang

lalu

namun

pasien

tidak

mengkonsumsi obat antihipertensi.


Riwayat penyakit jantung tidak ada.

(IMT = 19,4)

Riwayat penyakit keluarga :


DM

Kepala dan leher


-

IBU

AYAH

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera


ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks
cahaya (+/+)

hipertensi
DM

: Komposmentis

TN. Z

Hidung : nafas cuping hidung (-),


keluar cairan (-)

ADIK

Hipertensi

Telinga : deformitas daun telinga (-),


keluar sekret (-)

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi

sianosis (-)

dan kebiasaan
-

Pasien bekerja sebagai penjahit


Kebiasaan

Mulut : mukosa bibir kering (-),

memakai

alas

Leher

pembesaran

tiroid

(-)

pembesaran KGB(-), JVP 5-2 cm H2O

kaki

kadang-kadang
Pasien suka mengkonsumsi makanan
yang manis, kopi dan gorengan

Riwayat merokok selama 20 tahun

Toraks Paru
-

sebanyak 1/2 bungkus perhari

dada simetris, penggunaan otot bantu

Pasien jarang berolahraga

penapasan (-)

Riwayat minum alkohol disangkal


-

Palpasi

: vocal fremitus simetris

kiri dan kanan

C. Pemeriksaan fisik
Ilmu Penyakit Dalam FK UR

Inspeksi: bentuk dan gerakan dinding

LAPORAN KASUS
-

Perkusi : sonor pada kedua lapangan

(+/lemah), arteri tibialis posterior (+/

paru

+)

Auskultasi: vesikuler (+/+), ronki (-/-),

Sensibilitas terhadap sentuhan ringan

wheezing (-/-)

(kapas) dan nyeri (jarum) dalam

dan

arteri

poplitea

(+/+).

batas normal.

Toraks Jantung
-

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

Batas kanan jantung : linea sternalis

Ankle Brachial Index (ABI) : 0,7

dextra SIK V
-

Batas kiri jantung : 1 jari medial linea


midklavikula sinistra SIK V

Auskultasi : S1 dan S2 normal, irama


reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
-

Inspeksi : perut tampak membuncit,


scar(-)

Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit

Perkusi : shifting dullness (+)

Palpasi

supel,

nyeri

tekan

epigastrium (+), hepar dan lien tidak

Gambar 2. Ulkus kaki diabetik sinistra

teraba

Status lokalis pedis sinistra


-

D. Pemeriksaan penunjang

Inspeksi : kulit tampak berwarna

Darah rutin

gelap, kering, edema, ulkus, kelainan


pada digiti I, II, III berwarna
kehitaman (gangren), plantar pedis
terdapat luka yang luas, pus dan

Hb

: 10,7 g/dL

Ht

: 32,7%

Leukosit

: 26.700/uL

Trombosit : 484.000/uL

jaringan nekrotik
-

Palpasi : nyeri tekan (+), hangat,


pulsasi

arteri

dorsalis

Ilmu Penyakit Dalam FK UR

Kimia darah

pedis

GDS
8

: 135 mg/dl

LAPORAN KASUS
Albumin

: 2,8 mg/dL

epigastrim (+), perut tampak membuncit,


shifting dullness (+), status lokalis pedis

Elektrolit

sinistra ditemukan digiti I, II, III berwarna

Na : 131 mmol/L

kehitaman

ditemukan luka yang luas, pus (+),

: 4,03 mmol/L

(gangren),

plantar

pedis

jaringan nekrotik (+), nyeri tekan (+),

Cl : 103,6 mmol/L

teraba hangat, pulsasi arteri dorsalis pedis


(+/lemah), arteri tibialis posterior (+/+),

Rontgen pedis sinistra AP dan oblik

arteri poplitea (+/+). Sensibilitas terhadap


sentuhan ringan dan nyeri dalam batas
normal, ABI sinistra 0,7. Pemeriksaan
penunjang : leukositosis, rontgen pedis
sinistra

didapatkan

kesan

tanda

osteomielitis, albumin 2,8 mg/dl.


F. Daftar masalah
1. Susp sepsis et causa ulkus kaki diabetik
2. DM tipe 2 terkontrol dengan insulin
normoweight
3. Hipertensi grade I

- diskontinuitas digiti I pedis media

4. Hipoalbumin

- destruksi tulang-tulang distal dari digiti

5. Dispepsia

pedis
Kesan : osteomielitis

G. Analisis masalah
1

E. Resume

diabetik

Tn. Z, 55 tahun, datang dengan

Pengkajian :

keluhan tukak di kaki kiri sejak 1 minggu


SMRS.

Tukak

terasa

nyeri,

Tukak di kaki kiri nyeri (+), nanah (+),

berbau,

bau (+), demam (+), riwayat DM (+)

bernanah. Pasien memiliki riwayat DM

sejak 7 tahun yang lalu. Suhu 380C,

terkontrol sejak 7 tahun yang lalu dan

nadi 92x/menit, status lokalis pedis

hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.


Pemeriksaan

fisik

didapatkan

sinistra : edema (+), ulkus (+), pus (+),

TD

jaringan nekrotik (+), gangren pada

140/90mmHg, suhu 380C, nyeri tekan


Ilmu Penyakit Dalam FK UR

Susp. sepsis et causa ulkus kaki

LAPORAN KASUS
digiti I, II, III. Pulsasi arteri dorsalis

Terapi

pedis (+/lemah), arteri tibialis posterior


(+/+)

dan

arteri

poplitea

Non farmakologis :

(+/+).

Sensibilitas terhadap sentuhan ringan

Diet DM 2.100 kkal


Farmakologis :

dan nyeri dalam batas normal. ABI

Inj Novorapid 3x6 U sc

sinistra 0,7. Leukositosis 26.700/uL,

Inj Levemir 1x8 U sc

rontgen pedis sinistra: tanda-tanda


osteomielitis.

Rencana pemeriksaan :

Hipertensi grade I
Pengkajian :

Hitung jenis leukosit, kultur pus,

Riwayat hipertensi sejak 2 tahun

CRP, fungsi ginjal (ureum dan

yang lalu. TD 140/90 mmHg.

kreatinin)

Rencana pemeriksaan :

Terapi

EKG, profil lipid

Non farmakologis :

Terapi

Bedrest

Menjaga kebersihan tukak

Ganti perban 1 x sehari

Pemakaian alas kaki khusus

Non farmakologis :
-

Diet rendah garam


Farmakologis :

Amlodipin 1x5 mg

Farmakologis :

IVFD NaCl 0,9% 20 tpm

Inj. Ceftriakson 1x2 g iv

Inj. Ciprofloksasin 2x400mg iv

Perut tampak membuncit, shifting

Paracetamol 3x 500 mg

dullness (+), albumin 2,8 g/dL.

Hipoalbumin
Pengkajian :

DM Tipe 2 Terkontrol dengan insulin

Rencana pemeriksaan :

Normoweight

urinalisis,

Pengkajian :

abdomen,

cek

albumin post koreksi

Riwayat DM sejak 7 tahun yang


lalu. Terdapat

USG

keluhan

Terapi

poliuri,

Non farmakologis :

polifagi, polidipsi, dan penurunan

berat badan. Kontrol teratur dengan

putih telur

terapi insulin. GDS 135 mg/dL.

Farmakologis :

Rencana pemeriksaan :

GDP, GD2PP, HbA1C, GDS harian


Ilmu Penyakit Dalam FK UR

Diet tinggi protein, pemberian

Transfusi albumin 20% dalam


NaCL 0,9% 100 cc

10

LAPORAN KASUS
telah
5

Dispepsia

memenuhi

kriteria

SIRS

serta

menunggu hasil pemeriksaan kultur pus.

Pengkajian :

Pemeriksaan fisik pada kaki

Nyeri ulu hati, mual, nafsu makan

diabetik melalui penilaian terhadap kulit,

menurun, nyeri tekan epigastrium

vaskular

(+)

Wagner adalah yang paling popular dan

Terapi

tervalidasi untuk klasifikasi ulkus kaki

dan

neurologi.

Klasifikasi

diabetik. Berdasarkan klasifikasi Wagner,

Non farmakologis :
-

Jadwal makan teratur

didapatkan pasien dengan kaki diabetik

Porsi

derajat IV atas temuan ulkus disertai

makan

sedikit-sedikit

gangren pada 1-2 jari kaki. Hal ini juga

setiap kali makan

didukung dari hasil pemeriksaan rontgen

Farmakologis :
-

Inj. Omeprazole 1x40 mg

pedis didapatkan tanda-tanda osteomyelitis

Inj. Ranitidin

berupa destruksi tulang-tulang distal dari

Curcuma 3x1

digiti pedis dan diskontinuitas digiti I


pedis media.
Selain itu diperlukan penanganan

PEMBAHASAN
Berdasarkan
pemeriksaan

fisik

hasil
dan

infeksi

anamnesis,
pemeriksaan

dengan

pemberian

antibiotik

spektrum luas.

Paracetamol

diberikan

penunjang yang dilakukan maka diagnosis

sebagai

analgesik

pasien ini adalah sepsis et causa ulkus kaki

mengurangi rasa nyeri dari ulkus DM dan

diabetes. Sepsis merupakan sindrom klinis

demam akibat infeksi sekunder.


Selain

berupa respon inflamasi sistemik yang

itu,

antipiretik

pemeriksaan

untuk

fisik

disertai ditemukan bakteri dalam cairan

didapatkan tekanan darah pasien ini adalah

tubuh. Systemic inflammatory response

140/90 mmHg. Jika mengacu pada kriteria

syndrome (SIRS) bila ditemukan 2 dari 4

hipertensi dari JNC VII, maka dapat

kriteria berikut ini yaitu suhu >380C atau

disimpulkan bahwa pasien ini menderita

<360C, nadi > 90 kali/menit, frekuensi

hipertensi grade I. Hipertensi pada pasien

napas >20x/menit atau PaCO2 < 32mmHg

DM tipe 2 dapat disebabkan oleh spasme

dan leukosit >12.000/ul. Pemeriksaan

arteriol eferen intraglomerulus. Tekanan

kultur merupakan gold standard untuk

darah yang tinggi menyebabkan semakin

ini

lajunya aliran darah, sehingga endotel

ditegakkan diagnosis susp sepsis karena

rentan mengalami lesi. Hal ini dapat

diagnosis

sepsis.8

Pada

pasien

meningkatkan
Ilmu Penyakit Dalam FK UR

11

risiko

untuk

terjadinya

LAPORAN KASUS
arterosklerosis, dimana arteri menebal dan

proses inflamasi, penyakit akut maupun

menyempit karena penumpukan lemak

kronis. Pada pasien ini kadar albumin

pada bagian dalam pembuluh darah.

berada di bawah normal, hal ini diduga

Menebalnya

arteri

mempengaruhi
berkurangnya
mengakibatkan

di

kaki

dapat

karena

terjadinya

otot-otot

kaki

karena

terjadi

pelepasan

suplai

darah,

yang

berbagai
berperan

sitokin
dalam

penurunan sintesis albumin. Selain itu,

nyaman dan dalam jangka waktu lama

terjadi peningkatan permeabilitas kapiler,

dapat mengakibatkan kematian jaringan

sehingga albumin berdifusi ke ruang

yang akan berkembang menjadi ulkus

interstisial.

Proses

rasa

proinflamasi

sehingga

tidak

diabetikum.

kesemutan,

sehingga

inflamasi

angiopati

pada

Terapi

gizi

pada

pasien

ini

penderita DM berupa penyempitan dan

berdasarkan terapi DM tipe 2 dengan

penyumbatan pembuluh darah perifer yang

menghitung

sering terjadi pada tungkai bawah terutama

sehari. Kebutuhan kalori basal pasien ini

kaki.

dihitung dengan menggunakan berat badan

kebutuhan

kalori

dalam

Terapi yang diberikan pada pasien

ideal, yaitu 90% x (TB dalam cm-100) x 1

ini adalah amlodipin yang termasuk

kg, yaitu 61,2 kg. Kebutuhan kalori basal

antihipertensi golongan Calcium Channel

pasien ini adalah 30kkal/kgBB yaitu 1.836

Blocker (CCB). Amlodipin merupakan

kkal. Koreksi kebutuhan berdasarkan umur

salah satu pilihan obat untuk pasien

> 40 tahun (-5%), aktifitas bedrest (+10%),

hipertensi

disertai

stres metabolik (+20%) dari kebutuhan

diberikan

terapi

DM

serta

kombinasi

tidak
karena

basal,

yaitu

penambahan

469

kkal,

hipertensi yang diderita pasien masih

sehingga kebutuhan kalori total pasien

hipertensi grade I. Selain itu, pasien harus

adalah sekitar 2.100 kkal per hari. Selain

membatasi konsumsi garam dan rutin

itu, kondisi pasien yang disertai hipertensi

mengkonsumsi obat antihipertensi untuk

dan hipoalbumin, maka diet rendah garam

mengontrol tekanan darahnya.

tinggi protein dan pemberian putih telur

Kadar albumin pasien berada di

dapat dilakukan.

bawah kadar normal yaitu 2,8 g/dL.


Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh

DAFTAR PUSTAKA.

penurunan produksi albumin, sintesis yang


tidak efektif karena kerusakan sel hati,
kekurangan

intake

protein,

1. Dewi A. Hubungan aspek-aspek


perawatan kaki diabetes dengan
kejadian ulkus kaki diabetes pada

atau

peningkatan pengeluaran albumin karena


Ilmu Penyakit Dalam FK UR

12

LAPORAN KASUS
pasien diabetes melitus.
Merdeka. 2007;7(1):4.

Mutiara

2. Bernard, L. Clinical practice guidelines:


Management of diabetic foot infections.
Medicine et maladies infectieuses,
2007;37:14-25.

6. Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam:


Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku
ajar imu penyakit dalam. Edisi ke-5.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam; 2009. h. 196195.

3. Muliawan, M., Semadi, N., Yasa, K.P.


Pola Kuman dan Korelasi Klinis Ulkus
Kaki Diabetikum di RSUP Sanglah
Denpasar. Universitas Udayana. 2007.

7. Khanolkar, MP., Bain, SC., Stephens,


JW. 2008. The diabetic foot. QJM, 101:
685-95.
8. Guntur A. Sepsis. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, editor. Buku ajar imu penyakit
dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009.
h. 288995.

4. Dorland. Kamus kedokteran Dorland.


Edisi ke-31. Jakarta: EGC; 2007.
5. Yunir E, Purnamasari D, Ilyas W,
Widyahening IS, Mardani RA, Sukardji
K; Pengurus Besar Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia. Pedoman
penatalaksanaan kaki diabetik. Jakarta.
2009.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR

13

Anda mungkin juga menyukai