BAB II
TINJAUAN OBYEK
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
Perencanaan kota-kota tersebut umumnya menggunakan konsep grid. Jalan menjadi
pemisah setiap zona, terdapat satu jalan raya utama menuju kompleks istana Kekaisaran yang
memerintah pada masa itu dan membelah kota menjadi dua bagian disebut Kota sebelah kiri
(Sakyo) dan kota sebelah kanan (Ukyo). Rumah kerabat atau bangsawan berada disekitar
komplek istana. Besarnya kota banyaknya zona ditentukan dari sosial ekonomi dan politik dari
pemerintahan pada masa tersebut. Kota Heian lebih besar dari kota-kota awal Jepang saat itu.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
mengalami perubahan dan kemajuan. Pada saat itu rumah bukan lagi semata sebagai tempat
berlindung dari panas dan hujan akan tetapi sudah menjadi penanda status sosial di dalam
masyarakat. Pada masa Jomon, pit dwelling dengan dinding banyak didirikan, Kemudian pada
masa Yayoi dan Kofun, rumah panggung (takayuka) yang pada sebelumnya hanya dibangun
sebagai tipikal lumbung menjadi favorit.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
Pada masa Kofun, terdapat gap yang lebar antara kaum petani yang maju dan kaum
aristokrat. Antara pertengahan abad ke-4 hingga abad ke-5 muncul satu sistem strata sosial yang
disebut uji-kabane. Kemungkingan sistem strata sosial ini dipengaruhi oleh Kerajaan Silla di
semenanjung Korea. Kemudian agama Budha masuk dari Cina dan Korea, akan tetapi pada masa
itu kepercayaan lokal (Shinto) yang disimbolkan dengan (dewa Matahari) telah mengakar dan
menjadi simbol pemerintahan pada masa itu. Beberapa kuil Shinto yang megah telah dibangun
baik di Ise, Izumo dan Sumiyoshi. Konstruksi ketiga kuil ini menggambarkan konsep bangunan
Austronesia; bangunan yang dinaikan, denah ruang persegi, lantai ruang berada di atas tiangtiang yang beralaskan batu, atap pelana, simbol menyilang seperti tanduk kuda di ujung atap.
Pada saat yang bersamaan waktu itu pengaruh Budha datang dari Cina dan Korea. Pengaruh
teknik bangunan kuil Budha sangat besar pada perkembangan kuil Shinto.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
Setelah Budha masuk ke daratan Jepang dari Cina dan Korea, pengaruh arsitektur Budha
dari Cina sangat besar. Pada masa itu, orang Cina datang bukan hanya membawa dan
menyebarkan agama Budha, akan tetapi juga membawa atribut yang berhubungan dengan tempat
peribadatan agama Budha. Kuil Budha pertama yang dibangun abad ke-7 yaitu kompleks kuil
Horyu-ji, di dekat Nara. Pembangunan kuil ini memakan waktu sekitar 8 tahun dan selama itu
pula telah terjadi transfer teknologi arsitektur Budha antara para tukang dari Cina yang datang
khusus mendirikan bangunan tersebut dengan tukang Jepang sendiri. Konsep Pagoda bertingkat
5 yang biasanya terdapat pada kuil Budha dari Cina diadopsi pada kuil ini. Jumlah Pagoda hanya
satu dan berada di tengah kompleks kuil. Material bangunan yang digunakan seperti halnya di
Cina, kuil Budha ini terbuat keseluruhan dari kayu, dengan konsep sambungan balok dan tiang
menggunakan pasak dan tekan, bagian sambungan balok atas menggunakan teknik bracket yang
merupakan teknik konstruksi khas kuil Budha di Cina. Setelah selesai pembangunan kuil Horyuji kemudian disambung dengan pembangunan kuil Todai-ji di sebelah
Timur dari kuil Horyu-ji, Nara pada tahun 745 yang memiliki dua buah pagoda tujuh tingkat
didalamnya terdapat patung Budha raksasa. Berikutnya, kuil Budha yang menerapkan konsep
arsitektur Jepang berkembang pada masa Heian. Kuil Budha terkenal pada itu dan mewakili kuil
Budha berarsitektur Jepang yaitu Phoenix Hall di Uji, dekat Kyoto. Awalnya bangunan ini adalah
vila bangsawan, kemudian berubah menjadi kuil. Kuil ini merepresentasikan puncak dari kuil
budha dengan arsitektur Jepang yang kemudian dikenal dengan Fujiwara Style dengan penerapan
konsep Pagoda yang baru berbeda dari yang sebelumnya, disebut dengan hoto. Hoto menerapkan
heaven dome dari simbol Budha pada atap pagoda kemudian digabungkan dengan pent-roof
(mokoshi) pada keempat sisinya.
Pada abad ke-13 muncul konsep arsitektur kuil Zen-Budhisme. Konsep denah kuil Jepang
melekat pada konsep simetris pada kuil Cina. Penekanan pada hiasan patung dan eklektisme
pada kuil Budha terus berlangsung hingga pertengahan abad ke-14. Hingga sekarang ini kuil
budha memiliki berbagai macam langgam namun konse pagoda bertingkat mulai ditinggalkan,
prototipe kuil Shinto diabadikan sebagai konsep awal kuil Shinto yang sederhana. Lokasi kuil
yang dianggap baik yaitu di atas lahan berbukit dekat dengan hutan, danau kemudian penataan
tata ruang luar yang menunjang bagi proses meditasi.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
Biasanya rumah tersebut tidak lebar, bagian depan untuk berdagang dan bagian belakang untuk
tinggal, suasana interior dapat dilihat pada gambar berikut ini.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
Doma adalah ruang dengan lantai tanah, digunakan sebagai entrance, ruang kerja, dapur dan
kandang ternak. Ima (hiroma/ itanoma) adalah ruang keluarga (living room), dan zashiki adalah
ruang tamu (guest room). Biasanya didalam ruang tamu diberi alas tikar yang disebut tatami,
terdapat tokonoma: sebuah yang ditinggikan lantainya, tempat hiasan lukisan dan rangkaian
bunga (ikebana).
Ditinjau dari segi bentuk dan ruangnya maka terdapat beberapa bentuk yaitu persegi
(sugoya), bentuk L (magariya) dan Chmon (U-shape). Berdasarkan bentuk atap, terdapat tiga
bentuk dasar atap yaitu atap pelana atau kampung dengan sopi-sopi (kirizuma/gable roof), atap
limasan (yosemune/hip roof), gabungan atap pelana dan limasan (irimoya/hipped and gabled
roof). Atap pelana atau kampung merupakan atap yang banyak digunakan dalam rumah petani.
Struktur bangunan bergantung kepda tipe bangunan dan atap.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
GEOMANCY ARCHITECTURE
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
10
GEOMANCY ARCHITECTURE
disebut dengan Genji dan Heike. Penggunaan senjata api yang diperkenalkan oleh Portugis pada
masa sebelumnya telah membawa wilayah Jepang kepada masa peperangan yang hebat. Hampir
setiap wilayah ibukota pemerintahan Shogun memiliki puri dengan desain dan ukuran sesuai
dengan kedudukan penguasa pada saat tersebut. Kuil Maruoka dan Matsumoto menjadi kuil
pertama yang dibangun pada akhir abad ke-16. Kuil yang terbesar dan termegah dibangun tahun
1609 hingga sekarang ini masih berdiri adalah puri Himeji, terletak di Hyogo Prefecture, sebelah
barat Tokyo. Puri ini memiliki tinggi 45 meter, terdiri dari 5 tingkat dan 6 lantai (satu lantai
dibangun dalam pondasi batu yang tingginya 15 meter). Ada tiga bangunan puri di sekitar puri
utama ini yang dinamakan puri barat, puri barat laut, dan puri Timur. Keempat puri ini
dihubungkan oleh koridor (watariyagura) dan dikelilingi oleh pagar tembok tinggi. Jalan masuk
dari gerbang hingga ke puri utama dibuat membingungkan dan menjebak sehingga tidak mudah
bagi musuh untuk masuk ke dalamnya. Pagar tembok dikelilingi oleh parit/selokan yang cukup
dalam dan lebar, sebagai pertahanan pertama terhadap serangan musuh. Tipikal tata ruang luar
ini juga diterapkan oleh puri-puri lain
Secara keseluruhan struktur bangunan puri terdiri dari konstruksi kayu, yang mudah
terbakar sehingga menjadi kelemahan ketika perang berlangsung. Akan tetapi pondasi bangunan
yang tinggi dan terbuat dari batu menyulitkan bagi musuh naik keatas. Pada dasarnya terdiri
bangunan bertumpu pada dua tiang utama yang besar menerus hingga ke bagian atas bangunan,
tiang ini disebut dengan tiang kehidupan. Puri ini dirancang sebagai tempat tinggal temporer
selama pengepungan oleh musuh, bukan dirancang untuk didiami dalam jangka waktu yang
lama. Pada lantai atas, terdapat ruang pengintai yang digunakan untuk melakukan serangan. Atap
bangunan bertingkat dan menunjukkan kestabilan struktur bangunan. Lokasi puri ini berada di
arel perbukitan, dari puri dapat dilihat pemandangan kota Himeji.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
11
GEOMANCY ARCHITECTURE
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
12
GEOMANCY ARCHITECTURE
Desain rancangan rumah minum teh bervariasi di seluruh wilayah Jepang dan
menekankan pada material alami seperti kayu, bambu, dinding tanah liat, anyaman jerami. Ada
beberapa tipe rumah minum teh seperti tipe Taian, tipe Soan, tipe Konnichian, tipe Kebun (Tipe
Fushinan dan Zangetsutei). Dari semua tipe tersebut dapat dilihat bahwa tata ruang rumah
minum teh adalah sederhana, pada prinsipnya terdiri dari dua ruang, ruang duduk untuk minum
teh, dan ruang pantri atau ruang untuk menyediakan teh atau ruang mencuci peralatan. Ruang
duduk biasanya beralas tikar atau tatami sedangkan ruang persiapan dan cuci berlantai papan
kayu. Seringkali terdapat tungku ditengah-tengah ruang duduk yang berfungsi untuk
menghangatkan teh dan orang yang duduk didalamnya dari cuaca dingin di luar bangunan.
Ukuran besar ruang minum teh juga bervariasi mulai dari dua tatami hingga empat setengah
tatami, akan tetapi ada juga yang lebih dari empat setengah tatami tergantung kebutuhan dan
status sosial pemilik. Terkadang rumah teh berdekatan dengan rumah induk, tapi ada juga yang
terisolasi, tipe rumah teh ini seringkali digunakan untuk beristirahat melepaskan kepenatan dan
kelelahan setelah bekerja, misalnya tipe Fuhinan dan Zangetsutei, tipe ini terdapat di tengah
kota Kyoto Tipe Taian adalah tipe yang terdapat di kota yamasaki sebelah selatan Kyoto. Tipe ini
memiliki hiasan pada interior baik pada tokonoma yang disebut dengan murodoko. Tipe rumah
teh dengan ukuran dua tatami banyak terdapat di kepulauan Rikyu, sebelah selatan Jepang. Tipe
Yuin merupakan rancangan rumah tea yang banyak terdapat di Kyoto berikut dengan tipe
Konnichian yang sering terdapat bersama-sama dengan tipe Yuin. Tipe Joan banyak diterapkan di
Inuyama, sebelah timur Kyoto (Jepang tengah).
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
13
GEOMANCY ARCHITECTURE
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
14
GEOMANCY ARCHITECTURE
yang dinamakan tsubo yang sama besarnya dengan 6 feet square atau 3.3. m2. Akan tetapi, sejak
masa heian, untuk ukuran ruang telah digunakan konsep tatami. Berbagai macam model dan
konfigurasi tatami menentukan bentuk ruang. Hingga saat ini, konsep tatami ini masih digunakan
untuk menentukan besaran dan bentuk ruang walaupun merupakan bangunan dengan langgam
barat (western style).
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
15
GEOMANCY ARCHITECTURE
BAB III
PEMBAHASAN
Zaman Edo berlangsung sekitar tahun 16001868 ketika Jepang di bawah pemerintahan
Sogun menutup pengaruh dan hubungannya dengan dunia Barat. Keputusan itu tercermin pada
pola perkembangan kota kecil di sepanjang jalur Nakasendo, salah satu di antaranya dapat dilihat
di desa kuno Tsumago yang bangunan rumah tinggalnya tampak jelas didominasi corak
arsitektur tradisional Jepang gaya Edo.
Beberapa jalan kecil berupa gang juga sangat menarik diikuti karena dari jalan kecil
tersebut kita dapat melihat taman gaya Jepang di area halaman belakang dan depan rumah.
Taman yang dilengkapi kolam batu alam dilengkapi bonsai, pancuran air dari bambu, dan
kerajinan bambu lain menambah daya tarik kawasan ini.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
16
GEOMANCY ARCHITECTURE
kecerdikan dan pemikiran unsur teknis tukang bangunan masa Edo. Ruangan dengan lantai
tanah, tatami, dan fondasi batu alam yang ditindih bangunan bahan kayu menjadi salah satu ciri
khusus.
Dengan struktur bangunan kayu berpintu geser dengan teralis kayu horizontal dan vertikal
memperlihatkan gaya arsitektur tradisional jepang kuno.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
17
GEOMANCY ARCHITECTURE
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
18
GEOMANCY ARCHITECTURE
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
19
GEOMANCY ARCHITECTURE
3.2 SHINTO
Arsitektur Shinto merupakan tonggak atau awal dari peradaban Jepang. Shinto adalah
kepercayaan bahwa kami (dewa) tinggal di hampir setiap obyek alam mulai dari gunung berapi
dan gunung-gunung, ke air terjun, batu dan pohon.
Simbol kami ini disimpan di kuil Shinto yang memiliki jalur sejajar dengan gerbang torii.
Hal ini penting bagi Shintoists untuk mempertahankan kemurnian kuil. Kuil memiliki penjaga
berupa sepasang patung singa yang disebut komainu yang ditempatkan di depan ruang utama
atau gerbang. Ruang utama terdiri dari ruang utama sementara dan satu ruang lagi yang memiliki
Arsitektur Shinto merupakan gambaran bagaimana kebudayaan agraris sangat dominan,
seperti misalnya dibangunnya kuil-kuil Shinto adalah dengan maksud mengundang dan
menempatkan dewa yang telah memberikan mereka penghasilan, atau sebagai ucapan terima
kasih karena panen mereka berhasil dengan baik.
20
GEOMANCY ARCHITECTURE
Arsitektur rumah tradisional Jepang bermaterikan kayu sebagai bahan utamanya,
anyaman tikar ( tatami) sebagai penutup lantai dan perpaduan antara kayu dan kertas ( shoji)
sebagai dinding partisinya. Modul perencanaan ruang didasarkan atas ukuran 1 lantai tatami
( 176 x 88 cm ) yang disebut sebagai 1 jo. Kelipatan dari jo inilah yang menjadi dasar penentu
luas suatu ruangan. Ruang berukuran standart biasanya terdiri dari 6 jo.
Tatami hanya dipasang di ruang. tidur dan ruang. keluarga/ ruang. tamu, selain itu lantai
dapur dan selasar menggunakan bahan vynil/ parquette. Lantai keramik jarang dipergunakan di
Jepang kecuali untuk KM/WC, ruang. exterior dan fasilitas umum. Hal ini karena konstruksi
rumah panggung tidak memungkinkan untuk menggunakan keramik.
Ketebalan tatami sekitar 3cm s/d 6cm, yang terdiri dari particel board yang dilapisi tikar.
Konsep rumah panggung hingga saat ini masih diterapkan di Jepang, untuk mengantisipasi
gempa bumi yang kerap melanda Jepang.
Luas ruangan dihitung dari jumlah tatami yang dipakai, dimana satu tatami sama dengan
(3x6) shaku atau kaki. Selain tatami, masih ada pedoman ukuran lainnya yang disebut dengan
Ken yaitu kurang lebih setara dengan 6 shaku. Dengan demikiam bisa disimpulkan bahwa dasar
keindahan bangunan Jepang terlahir dari kepiawaian menata proporsi yang bersumber dari
Tatami.
3 tatami
4 tatami
8 tatami
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
21
GEOMANCY ARCHITECTURE
Gambar 16. Ragam susunan tatami
3.4 SHOJI
Shoji, partisi geser antara ruang saat ini sudah jarang yang bermaterikan kertas,
digantikan oleh kaca buram yang dapat bertahan lebih lama. Konstruksinya yang praktis
membuat shoji dapat "buka pasang" setiap saat jika diperlukan.
Lemari ( oshiire ) yang dilengkapi dengan pintu geser ( fusuma ) dan dilapisi wallpaper,
memiliki kedalaman 75cm, karena sebagai tempat menyimpan kasur gulung ( futon ), jika
sedang tidak dipergunakan.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
22
GEOMANCY ARCHITECTURE
adalah aktual dan dunia nyata hanya toritikal. Di bawah garis tersebut, dunia nyata adalah aktual
dan hal yang mutlak hanya toritikal.
Gambar 17. Sebuah lukisan Zen. Artis tersebut telah merubah proporsi dari lajur dan
bentuk untuk mengekspresikan tentang adanya kesendirian di dalam Zen. (Legget 1989).
http://antariksaarticle.blogspot.com/2008/04/arti-ruang-dalam-zen-budhisme.html
Untuk itu, ada sesuatu ruang hampa tidak mempunyai arti terletak antara langit dan bumi.
Dalam terminologi Budhisme dapat dikatakan sebagaikehampaan yang nyata.
Gambar 18. Pilar aksial menyangga pemisahan langit dan bumi untuk membuka ruang
tengah. Hal ini menjelaskan adanya ruang hampa di antara langit dan bumi. (Snodgrass 1985).
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
23
GEOMANCY ARCHITECTURE
http://antariksaarticle.blogspot.com/2008/04/arti-ruang-dalam-zen-budhisme.html
Filosofi Zen adalah karakter kosong. Kosong adalah berisi. Berisi adalah kosong. Zen
adalah untuk memiliki pikiran yang murni dan sederhana, terbuka pada berbagai kemungkinan.
Jika Zen dianggap sebagai sebuah lukisan, maka didalam goresan lukisan zen selalu berakhir
dengan titik, dimaksudkan untuk memberikan ekspresi pada lukisan tersebut. Goresan dari garisgaris merupakan dari karakteristik yang diturunkan dari filosofi Zen mengenai kehampaan. Apa
yang dapat dikatakan menjadi sebuah garis tak terbatas bertema dari sebuah benda yang berakhir
pada beberapa titik.
Maka itu tak heran aspek efisiensi dan ruangan multifungsi dan elemen penting untuk
menciptakan ruangan yang lengang dan sederhana. Aplikasi nyata dari filosofi ini dapat dilihat
dari kebiasaan orang Jepang yang memanfaatkan suatu ruangan dengan fungsi, misalnya sebuah
ruangan dipakai sebagai ruang makan di pagi hari, ruang keluarga di siang hari, dan ruang tidur
di malam hari.
Dengan membicarakan mengenai kehampaan di atas, kita telah meninggalkan wilayah
fenomena dari arsitektur atau yang lainnya. Kehampaan di dalam faham Budhisme tidaklah
merupakan konsep yang datang dari pemikiran rasional, tetapi suatu ekspresi dari pengalaman
individu yang tidak dapat diberitahukan (Nitschke 1988:38). Kalau kita kembali pada kata
hampa, hal itu dapat terdengar bergema keseluruh ruang-ruang dalam kuil-kuil Budha yang
diucapkan yang diucapkan oleh para bhiksu selama meditasi. Seperti halnya, ide dari ruang
hampa atau sunyata dalam Budhisme telah dibawa masuk ke dalam arsitektur tradisional Jepang,
dan hal tersebut dapat dilihat dalam ruang tempat minum teh (cha shitsu) dan juga pada penataan
dari taman-taman (kare sanzui).
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
24
GEOMANCY ARCHITECTURE
Gambar 19. Ruang minum teh Myoki-an di Kyoto, akhir abad ke-16. Dapat kita lihat
adanya spirit yang sangat dalam dari upacara minum teh ke dalam filosofi Prajna mengenai
kehampaan sebagai bagian dari ajaran Zen. (Hirotaro 1977).
http://antariksaarticle.blogspot.com/2008/04/arti-ruang-dalam-zen-budhisme.html
Gambar 20. Sebuah komposisi taman di vihara Ryoan-ji yang disusun dari batu. Akhir
abad ke-15. Ini merupakan contoh klasik dari taman kare sansui.
http://antariksaarticle.blogspot.com/2008/04/arti-ruang-dalam-zen-budhisme.html
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
25
GEOMANCY ARCHITECTURE
Arsitektur pagoda atau kuil Buddha di Jepang seringkali berbentuk 5 tingkat, yang menunjukkan
5 tingkatan energi ini.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
26
GEOMANCY ARCHITECTURE
Skema arah dari rumah adalah melalui garis-garis kosmis imajiner sebagai berikut:
Keterangan :
1. Ten-Mon (Heaven gate ) untuk sumur dan gudang
2. Kai- Mon ( Devils Gate ) tidak boleh membangun dapur, untuk menutupi rumah dapat dibuat
dinding penutup
3. Chi-Mon / Fu- Mon (Earth Gate / Wind Gate )
4 Ji-Mon ( Mans Gate )
Karena keterbatasan lahan di Jepang, rumah menjadi sangat mungil ukurannya, oleh
karena itu sebuah ruangan dapat memiliki fungsi ganda. Pagi dan siang hari untuk rg. keluarga
dan rg. makan, dimalam hari untuk rg. tidur.
Di area entrance biasanya terdapat rg. foyer/ penerima tamu/ genkan. Di ruang ini tamu
harus melepaskan alas kakinya dan menggantinya dengan sandal rumah yang biasanya sudah
disediakan, kebiasaan ini diperlukan untuk menjaga kebersihan dan keawetan dari tatami.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
27
GEOMANCY ARCHITECTURE
Kamar mandi biasanya dilengkapi bak untuk berendam, yang kedalamannya lebih dalam
daripada bath tub. Sudah menjadi kebiasaan warga Jepang untuk berendam setelah lelah bekerja
seharian.
JAPANESE
GEOMANCY
JAPANESE
GEOMANCY
28