Definisi
Hemorrhoid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemorroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik. Hemorrhoid merupakan pembengkakan
submukosa pada lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil,
dan jaringan areola yang melebar.
Secara anatomi ambeien bukanlah penyakit, melainkan perubahan fisiologis
yang terjadi pada bantalan pembuluh darah di dubur, berupa pelebaran dan
pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya.
Etiologi
Peningkatan tekanan vena akibat mengedan ( diet rendah serat ) atau
perubahan hemodinamik ( selama hamil ) menyebabkan dilatasi kronis dari
pleksus vena submukosa. Ditemukan pada posisi jam 3, 7, dan 11 pada
lubang anus.
Selain itu hemorrhoid juga disebabkan karena :
1. Faktor keturunan
2. Kehamilan karena perubahan hormonal
3. Obstipasi (konstipasi/sembelit) yang menahun.
4. Penyakit
yang
membuat
penderita
sering
mengejan,
misalnya:
7. Diare menahun.
8. Peregangan.
melakukan
Ini
misalnya
terjadi
pada
seseorang
yang
suka
Klasifikasi
Secara umum, hemorroid dibagi dua yaitu hemorroid Internal dan hemorroid
eksternal.
1. Hemorroid Internal, pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga
tidak
bisa
dilihat
atau
diraba.
Pembengkakan jenis
ini
tidak
Grade 2
Grade 3
Grade 4
Prolaps
Bab
keluar
Bab
darah
Keluar
Keluar benjolan
(anoskopi)
Masuk spontan
benjolan
berdarah
Tidak dpt masuk
Dimasukkan jari
perdarahan
Manifestasi klinis
1.
Pendarahan dubur, darah yang keluar bisa berupa tetesan namun juga
bisa mengalir deras, darah berwarna merah muda, penderita biasanya
tidak merasa sakit.
2.
Rasa mengganjal, setelah BAB (buang air besar) ada sensasi rasa
mengganjal, kondisi ini menciptakan kesan bahwa proses BAB belum
berakhir, sehingga seseorang mengejan lebih kuat, tindakan ini justru
membuat ambeien semakin parah.
3.
Gatal, karena bagian yang terasa nyeri di dubur sulit dibersihkan, virus
akan sangat mudah menyebabkan infeksi kulit yang memicu rasa
gatal.
Derajat I
2.
Derajat II
3.
Derajat III
4.
Derajat IV
Keganasan colorectal
Diverticulitis
Edematous polyp
Rectal ulcer
Anal fissure
Rectal prolaps
Penatalaksanaan
PENCEGAHAN
Ada
banyak
hal
yang
bisa
dilakukan
untuk
mencegah
berulangnya
Karsinoma kolon
Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko
telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan
daging serta rendah serat.
Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit
usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat
juga mencakup anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan
berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal
abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri
abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah
merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah
evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian
serta feses berdarah.
Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel
kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain
(paling sering ke hati).
Pertimbangan Gerontologi
Insidens karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya
ganas pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria. Gejala sering
tersembunyi. Keletihan hampir selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer.
Gejala yang sering dilaporkan oleh lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi,
tenesmus dan perdarahan rektal.
Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet. Kekurangan
serat adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses
melalui saluran usus menjadi lama, sehingga terpajan karsinogen cukup lama.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
Evaluasi Diagnostik
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling
penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium,
proktosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal
dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi.
Pemeriksaan Antigen Karsinoembrionik
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan, meskipun
antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam
mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan
menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada
eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48
jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.
Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai komponen
darah dapat diberikan.
Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan.
Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan
kanker kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang dapat
digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:
a. Kelas A tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa
b. Kelas B penetrasi melalui dinding usus
c. Kelas C Invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
prosedur
yang
baru
dikembangkan
untuk
meminimalkan
luasnya
a.
Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang
menyebabkan
hemoragi.
Perforasi
dapat
terjadi
dan
mengakibatkan