Refleksi Kasus THT
Refleksi Kasus THT
Pembimbing:
Kolonel CKM dr. Budi Wiranto Sp.THT-KL
Disusun oleh :
Syifa Puspa Pertiwi
1420221126
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
REFLEKSI KASUS
Oleh :
Magelang,
Maret 2016
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya sehingga refleksi kasus ini telah berhasil diselesaikan. Tiada gading yang tak
retak dan tiada hasil yang baik tanpa dukungan pihak-pihak yang telah
memberikan
pertolongan,
demikianlah
refleksi
kasus
ini
tersusun
dan
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Umur
: 64 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: Tanjung, Mertoyudan
2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 23 Maret 2016 di poliklinik THT-KL
Magelang.
Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang mengeluh telinga sebelah kiri nyeri sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan dirasakan semakin sakit dan telinga mengeluarkan cairan saat
beraktivitas. Pasien mengaku pendengaran sebelah kiri menurun. Gatal di
telinga (-), rasa tersumbat di telinga (-), rasa tidak nyaman di telinga (+), rasa
penuh ditelinga (-), nyeri tekan tragus (+), nyeri tekan preauricula (+), nyeri
tarik auricula (+). Tidak ada keluhan pada telinga kanan. Pasien mengaku
setiap hari membersihkan telinga dengan cutton buds. Pasien juga mengaku
jika mandi telinga sering kemasukan air. Riwayat batuk, demam, pilek
disangkal. Gangguan menelan dan gangguan penciuman juga disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa disangkal
Riwayat gangguan pendengaran saat bayi disangkal
Riwayat trauma, keluar darah dari telinga disangkal
Sering mengorek telinga setiap hati (+)
Sering kemasukan air jika mandi (+)
Riwaya alergi makanan/obat disangkal
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Kooperatif
: Kooperatif
Status Gizi
: Cukup
Tanda vital :
Tekanan darah
: 130/90 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36C
Kepala
: mesocephale
Wajah
: simetris
Leher
Gigi geligi
: normal
Lidah
Pipi
: bengkak (-)
c. Telinga :
Kanan
Auricula
Pre-auricular
Retro-auricular
Kiri
Bentuk normal
Bentuk normal
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Edema (-)
Edema (-)
Fistula (-)
Fistula (-)
tarik (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Edema (-)
Edema (-)
Mastoid
Fistula (-)
Fistula (-)
Bengkak (-)
Nyeritekan (-)
CAE
Membran
Serumen (-)
Serumen (-)
Edema (-)
Edema (+)
Hiperemis (-)
Hiperemis (+)
Furunkel (-)
Furunkel (-)
Otorea (-)
Otorea (+)mukopurulen
Intak (+)
Reflek cahaya,
timpani
perforasi sulit dinilai
Luar
Kanan
Kiri
Bentuk
Normal
Normal
(-)
(-)
Sinus
Inflamasi/tumor
Rhinoskopi anterior
Sekret
Mukosa
Konka media
Konka inferior
Tumor
Kanan
Kiri
(-)
(-)
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
(-)
(-)
Septum
Massa
Deviasi (-)
(-)
(-)
e. Faring :
Orofaring
Mukosa
Kanan
Kiri
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Dinding faring
Granular (-)
Granular (-)
Palatum mole
Ulkus (-)
Ulkus (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Simetris (+)
Simetris (+)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Arcus faring
Uvula
Ditengah
Edema (-)
Tonsil :
-
Ukuran
T1
T1
Permukaan
Rata
Rata
Warna
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Kripte
Melebar (-)
Melebar (-)
Detritus
(-)
(-)
AD
(+)
Lateralisasi ke AS
Sama dg pemeriksa
AS
(-)
Memanjang
4. RESUME
10
1) Anamnesis (RPS)
-AS otalgia sejak 3 hari yang lalu
-AS pendengaran menurun
-AS nyeri tekan preaurikula
-AS nyeri tarik
2) RPD
-Riwayat sering mengorek telinga dengan cutton buds (+)
-Kemasukan air saat mandi (+)
3) Pemeriksaan Fisik (AS)
-Nyeri tekan tragus (+)
-Nyeri tekan preaurikula (+)
-Nyeri tarik auricula (+)
Otoscopy:
-CAE AS edem, hiperemis, sekret serous warna putih
-Membran timpani sulit dinilai
4) Pemeriksaan Garpu Tala
-Rinne (+)/(-)
-Weber lateralisasi ke AS
AS tuli konduktif
-Schwabach AS memanjang
5. Diagnosa Banding
6. Diagnosis Sementara
Otitis Eksterna Auris Sinistra Difus
7. Usulan pemeriksaan tambahan
8. Terapi
9. Edukasi
11
Telinga kiri jangan terkena air dahulu, bila mandi tutup dengan kapas
Konsumsi antibiotik teratur dan sampai habis
Kembali kontrol ke THT bila masih ada keluhan
12. Komplikasi
13. Prognosis
o Qou ad vitam
: ad bonam
o Qou ad sanam
: dubia ad bonam
o Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Anatomi
12
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3cm.
Kulit liang telinga
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Kanalis auricularis externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada tulang
rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya jaringan
subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat
peka.
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama
dengan lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel
skuamosa. Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan
kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang
rawan dari pada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya
0,5 1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan
subkutan merekat dengan perikondrium. Epidermis dari liang telinga
bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa,
sel granuler dan lapisan tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih
tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat
dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar
dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah
otot intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis
superior dan m. aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun
telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat
13
14
ini
dalam
telinga
tengah
saling
berhubungan.
3. Telinga Dalam
15
atau puncak
koklea
disebut
helikotrema,
yang
berfungsi
Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi
oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara
atau tulang koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
16
Definisi
Otitis
eksterna
difus
dikenal
dengan
perenang) atau telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada
2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri yang menyebabkan
pembengkakan stratum korneum kulit sehingga menyumbat saluran
folikel.
17
IV.
Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000
s/d Desember 2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati
10746 kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna,
282 kasus (2,62%) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis
eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah
yang panas dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. Nan
Sati CN dalam penelitiannya di RS Sumber Waras / FK UNTAR Jakarta
mulai 1 Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan
1.370 penderita baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633
pria dan 737 wanita.
V.
Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis
eksterna difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa
(Bacillus pyocaneus) dan staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan
adalah bakteri streptococci dan Proteus vulgaris. Selain itu, jamur dapat
terlibat dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur Candida albicans dan
Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder
pada otitis media supuratif kronis.
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna,
yaitu :
Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan
jamur mudah tumbuh.
18
Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan
benda tumpul seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi
terjadinya otitis eksterna.
Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam
renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber
kontaminasi yang sering dari bakteri
VI.
Patofisiologi
Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga.
Membersihkan
saluran
telinga
dengan
cotton
bud bisa
sel-sel
kulit
yang
mati
dan
serumen
akan
19
Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara
lain:
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada
tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya
rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada
otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit
sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan
gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak
sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan
dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit
20
dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar
dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis
eksterna. Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus,
dan ketika mengunyah makanan. Rasa gatal dan nyeri disertai pula
keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung pada
kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan
bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari
otitis eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau
purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama,
sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli
konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obatobatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.
VIII. Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:
21
IX.
Histopatologi
Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran
hiperkeratosis epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis,
hiperplasia stratum korneum dan stratum germinativum, edema, hiperemis,
infiltrasi
leukosit,
nekrosis,
nekrosis
fokal
diikuti
penyembuhan
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna
antara lain meliputi :
- Otitis eksterna nekrotik
- Otitis eksterna bullosa
- Otitis eksterna granulosa
- Perikondritis yang berulang
- Furunkulosis dan karbunkulosis
XI.
Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga
dapat menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan
demikian, biasanya perlu disisipkan tampon berukuran x 5 cm kedalam
liang telinga mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah
dilumuri
obat,
tampon
kasa
disisipkan
perlahan-lahan
dengan
telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari. Dalam 48 jam
tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif
terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik
seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain,
seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa
diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan
berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering.
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat;
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik
sistemik khususnya diperlukan jika dicurigai danya perikondritis atau
kondritis pada tulang rawan telinga.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin
terjadi
pada pasien,
terutama
setelah
berenang.
Untuk
Komplikasi
Perikondritis
Selulitis
Dermatitis aurikularis
XIII. Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya
sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis
ekserna dapat dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis
eksterna kronis yang mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis
eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius.
23
BAB II
PEMBAHASAN
Keluhan dirasakan pasien sering membersihkan telinga dengan cotton bud
kemudian pasien merasa timbul nyeri. Pasien juga mengeluh keluar cairan encer
dari telinga sebelah kiri berwarna putih. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya
iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Berkurangnya pendengaran dapat
terjadi pada OED akibat adanya edem CAE, sekret purulen, penebalan kulit yang
progresig pada OE yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan timbul tuli
konduktif. Faktor penyebab timbulnya OE adalah kelembapan, penyumbatan liang
telinga, trauma lokal, alergi.
24
25
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkandari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud dapat
mengganggumekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan
serumen akan menumpuk disekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat
oleh adanya susunan anatomis berupa lekukanpada liang telinga.Keadaan ini
dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi
atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan
rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telingasehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan kulit liang telinga luar beralaskan
periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan
cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Terapi Kasus
Pada kasus ini, dilakukan penatalaksanaan baik medikamentosa, pada
pasien dengan otitis ekstern difus, dimana pada pemeriksaan di dapatkan gejala
peradangan dan sekret, sehingga diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3%
selama 6 hari serta antibiotik yang adekuat. Pada kasus ini diberikan antibiotik
oral yaitu siprofloxasin 2x500mg selama 10 hari. Selain itu, pada pasien diberikan
anti inflamasi berupa kortikosetroid (deksametason) untuk mengatasi gejala
peradangannya.
Pada kasus ini dibutuhkan pentalaksanaan secara dini dan akurat, karena
jika terapi terlambat diberikan, terapi tidak adekuat atau karena penyebab lain
26
yang mendukung seperti virulensi kuman yang tinggi, daya tubuh pasien yang
rendah serta hygiene pasien yang buruk, akan mengakibatkan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boies, Adams, Higler. 1994. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta:
EGC: Jakarta.
27
28