Anda di halaman 1dari 16

MUATAN RENCANA RINCI RTRW

OLEH :
MUHAMMAD ASWAR
60800114087
C2

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH & KOTA


FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2016

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)


Berbicara tentang rencana tidak lepas dari suatu kajian potensi yang
dimiliki suatu wilayah. Sehingga berdasarkan potensi tersebut, kita dapat melihat
lebih jauh seperti apa rencana yang akan kita laksanakan. Berbicara tentang
potensi yang dimiliki wilayah, itu artinya kita dituntut untuk mengetahui seperti
apa modal yang dimiliki untuk mengelola wilayah tersebut. Yakni yang dimaksud
adalah relasi antara Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia
(SDM). Oleh karena itu, kita harus mampu meningkatkan kualitas dan
mutu SDM dari wilayah tersebut. Apa lah artinya wilayah yang kaya akan sumber
daya alam, sementara SDM-nya tidak memiliki kekuatan ataupun strategi untuk
untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam yang kaya itu. Untuk itu seorang
perencana harus memiliki setidaknya suatu pandangan yang lebih jauh atapun
tidak pragmatis. Sehingga kebijakan yang dibuat tidak semata untuk kepentingan
sesaat tetapi untuk kesejahteraan masa depan yang lebih jauh. Memang hal
mewujudkan kesejahteraan suatu wilayah bukan perkara mudah atau bukan halnya

seperti magic. Dimana sutau proses kebijakan tersebut akan dihadapkan berbagai
macam hambatan dan rintangan. Dan ini lah tugas seorang perencana untuk
melihat relasi antara sumber daya manusia dengan sumber daya alam. Sehingga
akan tercapai suatu tujuan apabila keduanya saling mendukung.
Secara sederhana, penataan ruang dapat dipahami sebagai upaya
melakukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya yang ditandai oleh
membaiknya faktor-faktor produksi. Sehingga dari hal tersebut akan terciptalah
kesempatan kerja, investasi, dan teknologi yang dipergunakan dalam proses
produksi. Secara mudah, perekonomian wilayah yang meningkat dapat
diindikasikan dengan meningkatnya proses antara konsumsi dengan produksi
antar wilayah.
Seperti halnya diatas, bahwa penataan ruang itu tidak cukup hanya sebatas
perencanaan tata ruang saja. Tetapi juga sangat dibutuhkan pemanfaatan ruang
dan pengendalian tata ruang. Yang artinya tidak hanya kepuasan sesaat saja tetapi
memiliki hasil yang berkesinambungan dimasa depan. Dengan kata lain bahwa
rencana tata ruang tersebut dilakukan agar relasi manusia dengan lingkungannya
dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan yang
lebih jauh. Pengendalian yang berarti pengawasan atas terlaksananya proses
pembangunan wilayah sehingga pelaksanaan pembangunan tetap dalam koridor
penetapan tujuan Rencana Tata Ruang Wilayh (RTRW).
Dengan pendekatan wilayah dalam arti sempit, bahwa seorang perencana
harus memperhatikan ruang dengan segala kondisinya. Dimana seorang perencana
harus memperhatikan bagaimana seharunya rencana kegiatan yang akan dilakukan
sesuai dengan potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Sehingga penggunaan ruang
tesebut menghasilkan efisiensi terhadap kemakmuran masyarakatnya.
Dari pembahasan yang lebih dalam, dimana seorang perencana tata ruang
wilyah menurut saya harus melihat faktor besar yang menentukan berjalannya

proses perencanaan tersebut. Misalnya jika seorang perencana akan memformat


sebuah wilayah menjadi kawasan industri maka seorang perencana harus
memandang lebih jauh demi pengembangan ekonomi wilayah itu. Yakni yang
dimaksud adalah :
1.

SDM (sumber daya manusia)

2.

SDA (sumber daya alam)

3.

Infrastruktur

Pengertian Umum
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup
dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang. Yang dimaksud dengan wujud struktural pemanfaatan
ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk lingkungan sosial dan lingkungan
buatan yang secara struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk tata
ruang; diantaranya meliputi pusat pelayanan seperti pusat kota, lingkungan;
prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, lokal dan sebagainya. Sementara pola
pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan
ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam;
diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja, industri, dan
pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan.
Untuk itu seorang perencana dituntut dapat menimbang langkah-langkah
perencanaan yang sesuai dengan aspek dan karakteristik wilayah. Yakni :
1. Mengidentifikasi permasalahan
Seorang perencana wilayah dapat memilih dan memprioritaskan alternatif
mana yang lebih dibutuhkan untuk pengembangan yang akan dilaksanakan.
2. Penetapan tujuan

Setelah itu seorang perncana dapat menetapkan tujuan yang akan dilaksanakan.
Baik secara umum maupun secara khusus.
3. Mengidentifikasi langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
Dengan kata lain, bahwa seorang perncana dapat memilih dan memilah
langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Sehingga dapat menghasilkan
kejelasan atas langkah-langkah yang dibuat secara akumulatif.
4. Memilih alternatif yang baik
Setelah dapat mengidentifikasi langkah-langkah yang dibuat. Selanjutnya
seorang perencana dapat memilih alternatif yang lebih baik dari beberapa
aternatif yang dibuat.
5.Peraturan
Peraturan merupakan alat yang mengikat atas perncanaan yang dibuat dan
untuk dilakasanakan. Sehingga dengan adanya peraturan yang mengikat maka
proses berjalannya perencanaan tersebut dapat berjalan sesuai dengan mutu
yang diharapkan.
6. Menyusun kebijakan
Setelah tersusun dari lima langkah diatas. Saatnya lah seorang perncana
bertindak dan membuat kebijakan untuk melaksanakan langkah-langkah
perencanaan yang dibuat untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
sesuai dengan Peraturan Pemerintah (1997) tentang RENCANA TATA RUANG
WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Tujuan nasional
pemanfaatan tata ruang adalah:
a. mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat;
b. meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah serta
keserasian antarsektor melalui pemanfaatan ruang kawasan secara serasi,
selaras dan seimbang serta berkelanjutan;
c. meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara yang
dinamis dan memperkuat integrasi nasional

d. meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan


fungsi dan tatanannya.
Ruang merupakan sumber daya yang secara kuantitatif jumlahnya terbatas dan
memiliki karakteristik yang tidak seragam sehingga tidak semua jenis fungsi dapat
dikembangkan pada ruang yang tersedia. Keterbatasan ruang tersebut merupakan
dasar dibutuhkannya kegiatan penataan ruang yang terdiri atas perencanaan ruang
yang menghasilkan dokumen rencana tata ruang, pemanfaatan ruang yang
mengacu pada dokumen tata ruang yang berlaku, serta pengendalian pemanfaatan
ruang yang dilakukan untuk memastikan bahwa fungsi yang dikembangkan sesuai
peruntukan sebagaimana ditetapkan dalam dokumen rencana tata ruang antara lain
dengan menggunakan instrumen perizinan pembangunan.
Dokumen tata ruang sebagai produk dari kegiatan perencanaan ruang,
selain berfungsi untuk mengefektifkan pemanfaatan ruang dan mencegah
terjadinya konflik antar-fungsi dalam proses pemanfaatan ruang, juga ditujukan
untuk melindungi masyarakat sebagai pengguna ruang dari bahaya-bahaya
lingkungan yang mungkin timbul akibat pengembangan fungsi ruang pada lokasi
yang tidak sesuai peruntukan. Sebagai contoh, dokumen rencana tata ruang
menetapkan ruang dengan fungsi perlindungan bencana pada lahan rawan longsor
dengan tujuan agar masyarakat dan aktivitas yang mereka kembangkan tidak
menjadi korban apabila bencana longsor terjadi.
Dalam praktik penyusunan ruang di Indonesia, dokumen tata ruang
bersifat hirarkis. Mulai dari dokumen yang bersifat makro yang berlaku pada level
nasional hingga dokumen detil yang hanya berlaku pada kawasan tertentu saja.
Dokumen tata ruang tersebut adalah:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); merupakan dokumen
rencana ruang yang mengatur peruntukan fungsi pada seluruh wilayah negara
Indonesia. Dokumen ini berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam
penyusunan rencana tata ruang pada level provinsi dan kabupaten/kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP); merupakan penjabaran


RTRWN pada masing-masing provinsi. Dokumen ini berlaku pada masing-masing
provinsi yang diaturnya, sebagai contoh RTRW Provinsi Aceh hanya berlaku pada
wilayah hukum Provinsi Aceh. Selanjutnya dokumen ini dijabarkan dalam bentuk
dokumen

RTRW

Kabupaten/Kota

dan

dokumen

detil

lainnya.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK); merupakan


penjabaran dari dokumen RTRWN dan RTRWP pada level kabupaten/kota.
Dokumen ini berlaku pada masing-masing wilayah administratif kabupaten/kota.
Sebagai contoh, RTRW Kabupaten Aceh Utara hanya berlaku pada wilayah
hukum Kabupaten Aceh Utara. RTRWK selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk
dokumen detil ruang untuk kawasan-kawasan tertentu. Dalam pelaksanaan
pembangunan,

dokumen

RTRWK

merupakan

acuan

bagi

pemerintah

kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Prinsip dan Izin Lokasi bagi


investor/masyarakat pengguna ruang.
Rencana Detil Ruang dalam bentuk Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); merupakan penjabaran
detil dari dokumen RTRWK dan berfungsi sebagai acuan bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Konsep hirarkis dalam penyusunan dokumen rencana tata ruang digunakan
dengan tujuan agar fungsi yang ditetapkan antar-dokumen tata ruang tetap sinergis
dan tidak saling bertentangan karena dokumen tata ruang yang berlaku pada
lingkup mikro merupakan penjabaran dan pendetilan dari rencana tata ruang yang
berlaku pada wilayah yang lebih makro. Sebagai contoh, RTRWN menetapkan
kawasan Lhokseumawe dan sekitarnya sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dengan fungsi utama untuk pengembangan kegiatan industri. Kebijakan ini
selanjutnya diterjemahkan secara detil melalui pengalokasian fungsi ruang dan
pengembangan infrastruktur pendukung kegiatan industri di dalam dokumen

RTRW Provinsi Aceh, RTRW Kabupaten Aceh Utara, dan RDTR Kawasan
Perkotaan Krueng Geukueh.
Rencana rinci tata ruang
Adalah merupakan Penjabaran rencana umum tata ruang berupa rencana
tataruang kawasan strategis yang penetapan kawasannya tercakupdi dalam
rencana tata ruang wilayah. Rencana rinci terdiri atas
rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruangkawasan
strategis nasional;
rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
rencana detail tata ruang kabupaten/kota
dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Perbedaan Rencana Umum dan Rencana Rinci
Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah
administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang. Sedangkan Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan
pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan
substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan sub blok peruntukan
Perbedaan Rencana Umum dan Rencana Rinci
Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif
dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang.
Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis
kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan.
Rencana rinci sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai
dasar penetapan peraturan zonasi. ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang
melengkapi rencana rinci menjadi salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Kebutuhan penyusunan rencana rinci tata ruang:
Rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
Rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala
peta dalam rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum
dioperasionalkan.
Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota merupakan rencana rinci untuk rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota.
Rencana detail tata ruang menjadi dasar bagi penyusunan peraturan zonasi.
Prinsip Komplementaritas antar RTR
Penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan
secara berjenjang dan komplementer:
saling melengkapi satu sama lain
bersinergi
tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dalam penyelenggaraannya.
Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung
kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:
tata ruang di wilayah sekitarnya;

kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya


peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Nilai strategis kawasan tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota diukur
berdasarkan aspek:
Eksternalitas
Akuntabilitas
Efisiensi penanganan kawasan
Jenis kawasan strategis berdasarkan sudut kepentingan:
Pertahanan dan keamanan (kawasan perbatasan negara, termasuk pulau
kecil terdepan, dan kawasan latihan militer)
Pertumbuhan ekonomi (kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus,
kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta
kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas)
Sosial dan budaya (kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan
budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia,
seperti Kompleks Candi Borobudur dan Kompleks Candi Prambanan
Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi (kawasan
pertambangan minyak dan gas bumi termasuk pertambangan minyak dan
gas bumi lepas pantai, serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga
nuklir)
Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (kawasan pelindungan dan
pelestarian LH yang diakui sbg warisan dunia seperti TN Lorentz, TN
Ujung Kulon, dan TN Komodo).
Penyusunan RTR harus memperhatikan:
Keterkaitan antarwilayah: wujud keterpaduan dan sinergi antarwilayah
(wilayah nasional, wilayah provinsi, dan wilayah kabupaten/kota).

Keterkaitan antarfungsi kawasan: wujud keterpaduan dan sinergi


antarkawasan (al. keterkaitan antara kawasan lindung dan kawasan budi
daya)
Keterkaitan antarkegiatan kawasan: wujud keterpaduan dan sinergi
antarkawasan (al. keterkaitan antara kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan).
Pokok-pokok Utama Muatan RDTR
1.Substansi/muatan utama RDTR Kabupaten/ Kota
2.Proses penyusunan RDTR
3.Teknik-teknik analisa yang dipergunakan dalam menyusun RDTR
4.Data yang dibutuhkan
5.Bagaimana menyusun substansi RDTR sebagai acuan untuk penyusunan
peraturan zonasi?
Muatan RDTR Kab./Kota
1.Tujuan pemanfaatan ruang kawasan
2.Rencana struktur dan pola ruang kawasan/bagian wilayah kab/kota
3.Arahan Pemanfaatan Ruang
4.Arahan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
Peraturan zonasi
Perijinan pemanfaatan ruang
Insenstif dan disinsentif

Proses Penyusunan RDTR


1.Penentuan kawasan perencanaan
2.Identifikasi potensi dan masalah pembangunan
3.Perumusan RDTR Kawasan
4.Penetapan RDTR Kawasan.
1. Penentuan kawasan perencanaan Penentuan kawasan perencanaan dilakukan
berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/ keterdesakan penanganan kawasan
tersebut di dalam konstelasi Wilayah Kota/Kab.
2. Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan.
mencakup analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan
suatu kegiatan yang didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah
setempat untuk pengembangannya.
diidentifikasi permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan secara spesifik.

3.Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan


Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas
hasil analisis: kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung lingkungan,
kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang
hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan.
Perkiraan kebutuhan pengembangan mencakup:
(1)Kependudukan;
(2)Ekonomi perkotaan;
(3)Fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan;
(4)Pengembangan lahan perkotaan; kebutuhan ekstensifikasi; kebutuhan
intensifikasi; dan perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan;
(5)Prasarana dan sarana perkotaan.
4.Perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan
pembangunan dan pemanfaatan ruang.
5.Penetapan rencana tata ruang
Untuk mengoperasionalisasikan RDTR, perlu adanya suatu upaya
penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati
tentang RDTR (?) sebagai penjabaran RTRW Kota/Kabupaten.
Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Perdesaan: Kawasan Agropolitan
Pengembangan kawasan agropolitan merupakan pendekatan
pengembangan kawasan perdesaan.

dalam

Pendekatan ini dapat diterapkan pula

untuk, antara lain, pengembangan kegiatan yang berbasis kelautan, kehutanan, dan
pertambangan.
Kawasan agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem
agrobisnis.

Pengembangan kawasan agropolitan: untuk meningkatkan efisiensi pelayanan


prasarana dan sarana penunjang kegiatan pertanian, baik yang dibutuhkan
sebelum proses produksi, dalam proses produksi, maupun setelah proses produksi.
pengaturan lokasi permukiman penduduk, lokasi kegiatan produksi, lokasi
pusat pelayanan, dan peletakan jaringan prasarana.
Kawasan agropolitan merupakan embrio kawasan perkotaan yang berorientasi
pada pengembangan kegiatan pertanian, kegiatan penunjang pertanian, dan
kegiatan pengolahan produk pertanian.
Tipologi Kawasan Agropolitan Dasar Pertimbangan:
1.Pengertian sektor pertanian dalam arti luas yang meliputi beragam komoditas:
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan
2.Kawasan agropolitan dilihat dari persyaratan agroklimat dan jenis lahan
(pertanian dataran tinggi, pertanian dataran menengah, pertanian dataran rendah,
serta pesisir dan lautan)
3.Kondisi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan kependudukan yang ada juga
menjadi pertimbangan
4.Aspek posisi geografis kawasan agropolitan
5.Ketersediaan infrastruktur.
Kriteria Penetapan Kawasan Agropolitan
1.Memiliki komoditas dan produk olahan pertanian unggulan
2.Memiliki daya dukung dan potensi fisik yang baik. sesuai syarat dengan jenis
komoditas unggulan yang akan dikembangkan (kemiringan lahan, ketinggian,
kesuburan lahan, dan kesesuaian lahan.
3.Luas kawasan dan jumlah penduduk yang memadai. untuk memperoleh hasil
produksi yang dapat memenuhi kebutuhan pasar secara berkelanjutan perlu
luas lahan yang memadai dalam mencapai skala ekonomi dan cakupan
ekonomi.

4.Tersedianya dukunggan prasarana dan sarana (al. jalan poros desa, pasar, irigasi,
terminal, listrik)
Muatan RTR Kawasan Agropolitan
1.Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan agropolitan;
2.Rencana struktur ruang kawasan agropolitan yang meliputi sistem pusat
kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan;
3.Rencana pola ruang kawasan agropolitan yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya;
4.Arahan pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang berisi indikasi program
utama yang bersifat interdependen antardesa; dan
5.Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan agropolitan: arahan
peraturan zonasi kawasan agropolitan, arahan ketentuan perizinan, arahan
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Masalah dalam Penyusunan RRTR: Data yang dibutuhkan vs. Data yang
tersedia
Data yang dibutuhkan:
jenis data spesifik
unit data rinci (<< wil. perenc, misal Kelurahan)
skala peta (data spasial) yang memadai
kemutakhiran
Data yang tersedia:
jenis data umum
unit data dg kerincian terbatas (= wil. perenc misal Kecamatan)
skala peta hasil blow-up
data kadaluarsa
3. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil
analisis: kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung lingkungan,

kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang


hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Perkiraan kebutuhan
pengembangan mencakup:
(1) Kependudukan;
(2) Ekonomi perkotaan;
(3) Fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan;
(4) Pengembangan lahan perkotaan; kebutuhan ekstensifikasi; kebutuhan
intensifikasi; dan perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan;
(5) Prasarana dan sarana perkotaan
.

Anda mungkin juga menyukai