Anda di halaman 1dari 11

Pedagang Antar Pulau (PAP) dan Pabrik Kopra Surabaya yang ke semuanya secara bersamasama dalam setiap hari

melaksanakan penjualan di STA Kota Kendari. Pemasaran Kopra di


petani sampai Pabrik Kopra Surabaya melalui 3 (tiga) pola sebagai berikut (gambar.)

1. Saluran I
Petani

PPDK

PPKK

PPKK

PAP

PAP

Pabrik Kopra
di Surabaya

2. Saluran II
Petani

Pabrik Kopra
di Surabaya

3. Saluran III
Petani

PAP

Pabrik Kopra
di Surabaya

Gamabr 2. Saluran Pemasaran Kopra di STA Kota Kendari

Pada gambar 2. Menampilkan bahwa pedagang pengumpul Desa/Kecamatan dan


pedagang pengumpul Kabupaten/Kota semua menyalurkan ke Pedagang Antar Pulau lalu dijual
ke Pabrik Kopra di Surabaya. Pada Tahap ini, pemasaran kopra dari hasil penelitian menujukkan
52,67% melalui Pedagang Pengumpul Desa/Kecamatan (PPDK); 40,33% melalui Pedangan
Pengumpul Kabupaten/Kota (PPKK) dan hanya 7% melalui Pedangan Antar Pulau (PAP).
Lembaga Pemasaran tersebut mempunyai tanggung jawab masing-masing terhadap biaya &
resiko yang harus ditanggung dalam mendistribusikan Kopranya. Resiko dan biaya yang harus
ditanggung antara lain: Transportasi, penanganan mutu, bongkar muat dan lainnya.

Dengan persentase yang dilalui petani yakni tertinggi 52,67% menjual ke Pedagang
Pengumpul Desa/Kecamatan (PPDK) dan hanya 7% yang langsung menjual ke Pedagang Antar
Pulau (PAP) ini menujukkan bahwa saluran yang dilalui oleh petani yaitu Saluran I dan II kurang
efisien, karena Saluran III yang relative efisien, karena pada Saluran III, pemasaran kopra
memiliki jarak yang lebih pendek sehingga mengurangi terjadinya penyusutan akibat terlalu
lama berada di Pedagang Pengumpul Desa atau Kota, sehingga meminimalisir pengeluaran biaya
pemasaran. Dengan jarak saluran yang pendek maka biaya pemasaran yang ditanggung menjadi
lebih rendah dibandingkan biaya pemasaran yang ada pada Saluran I maupun Saluran II. Adanya
perbedaan tipe saluran pemasaran dan panjang pendeknya saluran pemasaran ini mempengaruhi
biaya, harga, keuntungan dan margin pemasaran setiap pelaku pemasaran kopra di STA Kota
Kendari. Hasil penelitian menujukkan bahwa lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran
kopra di STA Kota KEndari terdiri dari Pedagang Pengumpul di Desa/Kecamatan, Pedagang
Pengumpul Kota, Pedangan Antar Pulau serta pedagang akhir yakni Pabrik Kopra di Surabaya.
Menurut Daniel (2002), pemasaran yang efisien akan mampu menyampaikan hasil-hasil dari
produsen ke konsumen dengan biaya serendah-rendahnya, dan ini sejalan dengan hasil penelitian
yang telah ditemukan yakni Saluran III lebih efisien dibadingkan pola saluran pemasaran
lainnya. Swasta (2002), menyatakan bahwa setiap perantara yang melakukan usaha menyalurkan
barang kepada pembeli akhir membentuk tingkatan saluran pemasarn.
5.5. Analisis Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran
Proses pemasaran kopra di STA Kota Kendari terdapat 3 (tiga) komponen lembaga
pemasaran yang ikut andil dalam memenuhi tujuan pemasaran yaitu Pedagang Pengumpul
Desa/Kecamatan (PPDK), Pedagang Pengumpul Kabupaten/Kota (PPKK) dan Pedagang Antar
Pulau (PAP) yang masing-masing harus mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya

transportasi, biaya penanganan mutu, bongkar muat, biaya packing dan biaya retribusi. Jumlah
biaya yang dikeluarkan cukup besar dari lembaga pemasaran tertentu sehingga efisiensi
pemasaran kopra di STA Kota Kendari masih dapat ditingkatkan. Untuk lebih jelasnya biayabiaya yang harus dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran dapat dilihat pada
tabel. Dan tabel.. terlampir.

5.5.1. Analisis Biaya, Margin, Keuntungan Pada Saluran I


Komponen biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran akan menentukan
besar kecilnya margin dan keuntungan pemasaran pada Saluran Pemasaran I seperti pada
tabel. Dan tabel..
Tabel 5.9. Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Pada Saluran Pemasaran I.

No.

Lembaga Pemasaran

Saluran Pemasaran I
Biaya
Keuntungan
Margin
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
315
1.685
2.000

1.

Petani

2.

Pedagang Pengumpul Desa/Kecamatan

150

350

500

3.

Pedagang Pengumpul Kabupaten/Kota

300

400

700

4.

Pedagang Antar Pulau

1.200

600

1.800

1.965

3.035

8.500

Jumlah

Dari tabel. Dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran terbesar diraih
oleh petani sebesar Rp. 1.685,- atau 55,52% dimana keuntungan ini merupakan harga bersih
yang diterima petani. Keuntungan terbesar kedua diperoleh oleh Pedagang Antar Pulau yaitu
sebesar Rp. 600,- atau 19,77% (keuntungan bersih/kg). Sedangkan untuk margin terbesar masih

tetap petani sebesar Rp. 2.000,-/kg yang merupakan selisih antara harga jual dan harga pokok.
Dalam melakukan aktifitas pemasaran pada Saluran I, Pedagang Anat Pulau mengeluarkan biaya
yang paling tinggi namun masih memperoleh keuntungan yang lebih besar disbanding Pedagang
Pengumpul Desa/Kecamatan dan Pedagang Pengumpul Kabupaten/Kota. Adapun besarnya
biaya, margin dan keuntungan masing-masing lembaga pemasaran secara rinci dapat dilihat pada
tabel
Tabel 5.10. Jumlah biaya, keuntungan dan margin masing-masing lembaga pemasaran pada
Saluran I.
No.

Komponen Biaya pada


tiap Lembaga
Pemasaran

Harga
Jual
(Rp/Kg)

1
1.

2.

3.

4.

Margin
(Rp/Kg)

Biaya
(Rp/Kg)

Keuntungan
(Rp/Kg)

3
5.500

Harga
Beli/Harga
Pokok
(Rp/Kg)
4
3.500

5
2.000

6
315
315

7
1.685

Pedagang Pengumpul
Desa/Kecamatan
- Bongkar muat
- Transportasi

6.000

5.500

500

150

350

Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota
- Bongkar muat
- Transportasi

6.700

Pedagang Antar Pulau


- Bongkar muat
- Transportasi
- Retribusi/SP3
- Penyusutan
diperjalanan ke
pabrik

8.500

6.700

1.800

1.200
125
500
50
525

600

5.000

1.965

3.035

Petani
- Biaya Pengelolaan
Kopra

Total

50
100
6.000

700

300

400

50
250

5.5.2. Analisis Biaya, Keuntungan dan Margin Pada Saluran II


Besarnya biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran akan menentukan besar
kecilnya keuntungan dan margin pemasaran pada Saluran Pemasaran II, kopra yang dipasarkan
di STA Kota Kendari melalui Saluran Pemasaran II dapat dilihat pada tabel. dan tabel..
Tabel 5.11. Jumlah biaya, margin dan keuntungan pemasaran pada Saluran Pemasaran II.

No.

Lembaga Pemasaran

1.

Petani

2.

Pedagang Pengumpul Kabupaten/Kota

3.

Pedagang Antar Pulau


Jumlah

Saluran Pemasaran II
Biaya
Keuntungan
Margin
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
651
1.885
2.500
300

400

700

1.200

600

1.800

2.115

2.885

5.000

Pada Saluran Pemasaran II, keuntungan terbesar masih tetap diperoleh oleh petani
sebesar Rp. 1.885,- atau 65,34% lebih besar dibanding keuntungan yang diperoleh pada Saluran
Pemasaran I yang hanya memperoleh Rp. 1.685,- . Dan selanjutnya Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota keuntungannya Rp. 400,- atau 13,86% dan keuntungan Pedagang Antar Pulau
sebesar Rp. 600,- atau 20,80%. Pedagang Pengumpul Kabupaten/Kota dan Pedagang Antar
Pulau mendapatkan keuntungan yang lebih kecil namun dapat menjadi besar dikarenakan
volume penjualan yang besar sehingga memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan yang
lebih besar. Untuk uraian biaya, margin dan keuntungan Saluran Pemasaran II dapat dilihat pada
tabel.

Tabel 5.12. Jumlah biaya, keuntungan dan margin masing-masing lembaga pemasaran pada
Saluran Pemasaran II.
No.

Komponen Biaya pada


tiap Lembaga
Pemasaran

Harga
Jual
(Rp/Kg)

1
1.

2.

3.

Margin
(Rp/Kg)

Biaya
(Rp/Kg)

Keuntungan
(Rp/Kg)

3
6.000

Harga
Beli/Harga
Pokok
(Rp/Kg)
4
3.500

5
2.500

6
615
315
250
50

7
1.885

Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota
- Bongkar muat
- Transportasi

6.700

6.000

700

300

400

Pedagang Antar Pulau


- Bongkar muat
- Transportasi
- Retribusi/SP3
- Penyusutan
sampai potongan
pabrik surabaya

8.500

6.700

1.800

1.200
125
500
50
525

600

Total

5.000

2.115

2.885

Petani
- Biaya Pengelolaan
Kopra
- Biaya transportasi
- Bongkar muat

50
250

5.5.3. Analisi Biaya, Keuntungan dan Margin pada Saluran Pemasaran III
Analisis biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran pada Saluran Pemasaran III
yaitu petani langsung menjual kepada Pedagang Antar Pulau, untuk lebih jelasnya jumlah biaya,
margin, dan keuntungan pada saluran pemasaran III dapat dilihat pada tabeldibawah ini.

Tabel 5.13. Jumlah biaya, margin dan keuntungan Saluran Pemasaran III

No.

Lembaga Pemasaran

1.

Petani

2..

Pedagang Antar Pulau


Jumlah

Saluran Pemasaran II
Biaya
Keuntungan
Margin
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
751
2.485
3.200
1.200

600

1.800

1.915

3.085

5.000

Pada Saluran Pemasaran III, keuntungan terbesar masih pada petani yakni sebesar Rp. 2.485,atau 80,55% mengalahkan keuntungan pada Saluran Pemasaran II sebesar Rp. 1.885,- dan
Saluran Pemasaran I sebesar Rp. 1.685,-. Dan keuntungan Pedagang Antar Pulau pada Saluran
Pemasaran III tetap Rp. 600,- atau 19,77%. Untuk lebih jelasnya jumlah biaya, keuntungan dan
margin pemasaran pada Saluran Pemasaran III dapat dilihat pada tabel.. dibawah ini.

Tabel 5.14. Jumlah biaya, keuntungan dan margin masing-masing lembaga pemasaran pada
Saluran Pemasaran III.

No.

Komponen Biaya pada


tiap Lembaga
Pemasaran

1
1.

2.

Petani
- Biaya Pengelolaan
Kopra
- Biaya transportasi
- Bongkar muat

Harga
Harga
Jual
Beli/Harga
(Rp/Kg)
Pokok
(Rp/Kg)
3
4
6.700
3.500

Margin
(Rp/Kg)

Biaya
(Rp/Kg)

Keuntungan
(Rp/Kg)

5
3.200

6
715
315
350
50

7
2.485

Pedagang Antar Pulau


- Bongkar muat
- Transportasi
- Retribusi/SP3
- Penyusutan
sampai potongan
pabrik surabaya

8.500

6.700

1.800

1.200
125
500
50
525

600

Total

5.000

1.915

3.085

5.6. Analisis Efisiensi Pemasaran


Efisiensi pemasaran dalam penelitian ini dilihat dari sudut pandang produsen (petani)
dan pengusaha, yaitu untuk pengusaha/pengumpul dengan tujuan bagaimana mencapai
keuntungan (profit) kompetitif dengan biaya yang lebih rendahyang didasarkan pada hubungan
antara total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dengan harga penjualan
di pabrik kopra Surabaya. Sedangkan untuk petani (produsen)dilihat pada tingkat pendapatan
petani yaitu persentase bagian harga yang diterima petani pada masing-masing saluran
pemasaran dihitung berdasarkan margin pemasaran dan harga pada Pedagang Antar Pulau.
Efisiensi pemasaran ditunjukkan oleh margin pemasaran, harga ditingkat konsumen dan jumlah
pesaing yang terlibat.

Efisiensi pemasaran kopra pada masing-masing lembaga pemasaran tersebut dapat


diketahui dengan cara menghitung total biaya pemasaran bagi dengan harga jual di pabrik kopra
dikali 100% (Soekartawi,1993) dan satu dikurang margin dibagi dengan harga pabrik dikali
100%. Saluran pemasaran dikatakan tidak efisien bila nilainya lebih kecil dan kurang atau sama
dengan 50% (Nurlan, 1986). Pernyataan ini dijadikan dasar untuk mengetahui besar kecilnya
tingkat efisiensi. Untuk biaya; persentase efisiensi yang terkecil merupakan tingkat efisiensi yang
tertinggi, sedangkan persentase yang mendekati angka 50% dinilai efisiensi yang terendah.
Efisiensi pemasaran dari 3 (tiga) saluran pemasaran kopra di STA Kota Kendari berdasarkan
biaya pemasaran disajikan pada tabel
Tabel 5.15. Efisiensi pemasaran kopra pada 3 saluran pemasaran berdasarkan biaya pemasaran.
No.

Uraian

1
1.

2
Total Biaya Pemasaran

Saluran
I
3
1.965

Saluran
II
4
2.115

Saluran
III
5
1.915

2.

Nilai Penjualan (Rp/Kg)

8.500

8.500

8.500

3.

Efisiensi Pemasaran

23,12

24,88

22,53

Tabel 5. 15 menunjukkan tingkat efisiensi yang paling tinggi adalah yang mempunyai persentase
yang paling rendah, sehingga dari 3 (tiga) saluran pemasaran menujukkan yang paling efisien
adalah saluran pemasaran III, sebesar 22,53% artinya setiap menghasilkan nilai penjualan kopra
sebesar Rp. 100,- maka lembaga pemasaran pada saluran pemasaran III mengeluarkan biaya
sebesar Rp. 22,53, demikian pula saluran I sebesar 23,12% yang artinya untuk memperoleh nilai
penjualan sebesar Rp. 100,- maka lembaga pemasaran I harus mengeluarkan biaya sebesar
Rp. 23,12 dan pada saluran pemasaran II sebesar 24,88%, artinya untuk menghasilkan nilai

penjualan sebesar Rp. 100,- , lembaga pemasaran II harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.
24,88.
Bila dilihat dari persentase bagian harga yang diterima petani dari 3 (tiga) saluran
pemasaran yaitu; Saluran I, Saluran II dan Saluran III belum ada yang mencapai diatas 50%
maka dikatakan pemasaran kopra di STA Kota Kendari belum efisien. Hal ini seperti yang
dinyatakan Nurland (1986) Sistem pemasaran yang tidak efisien jika persentase harga yang
diterima produsen lebih kecil atau sama dengan 50%.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan untuk menentukan efisiensi
Saluran Pemasaran Kopra di Sub Terminal Agribisnis Kota Kendari maka dapat disimpulkan
oleh penulis sebagai berikut :
1. Pemasaran Kopra di Sub Terminal Agribisnis melalui 3 (tiga) saluran pemasaran yaitu
Saluran I, II, dan III, dengan melibatkan Petani, Pedagang Pengumpul Desa/Kecamatan
(PPDK), Pedagang Pengumpul Kabupaten/Kota (PPKK), Pedagang Antar Pulau (PAP) dan
Pabrik Kopra di Surabaya sebagai konsumen akhir.
2. Margin, biaya dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasarang yang
terlibat dari hasil penelitian terlihat Saluran Pemasaran III sangat menguntungkan dilalui oleh
petani karena nilai yang diperoleh dengan biaya Rp. 715,-/kg menghasilkan keuntungan
Rp. 2.485,-/kg dengan margin Rp. 3.200,-/kg sedangkan Saluran Pemasaran II dengan biaya
Rp. 615,-/kg menghasilkan keuntungan Rp. 1,885,-/kg dengan margin Rp. 2.500,-/kg dan
Saluran Pemasaran I dengan biaya Rp. 315,-/kg menghasilkan Rp. 1.685,-/kg dan margin
Rp. 2.000,-/kg. Jadi Saluran Pemasaran III adalah saluran pemasaran yang terbaik untuk
digunakan petani, namun di STA Kota Kendari hanya 7%.... yang menggunakan Saluran
Pemasaran III.
3. Dari 3 (tiga) Saluran Pemasaran yang ada di STA Kota Kendari Saluran Pemasaran III yang
menunjukkan paling efisien diantara Saluran Pemasaran I dan II karena tingkat efisiensi yang
paling tinggi adalah yang mempunyai persentase paling rendah yaitu Saluran Pemasaran III =
22,53%; Saluran II = 24,88% dan Saluran I = 23,12%.

Anda mungkin juga menyukai