HENDRIK
Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Haluoleo
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi saluran pemasaran kopra
di Sub Terminal Agribisnis di Kota Kendari. Untuk menguji variabel tersebut ,
peneliti menggunakan sampel penelitian yang terdiri atas pedagang kecamatan,
pedagang kota dan pedagang antar pulau yang menjadi lembaga pemasaran di STA
Kota Kendari. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik dokumenter. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil wawancara dan
observasi langsung di STA Kota Kendari.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari tiga pola saluran pemasaran yang ada
di STA Kota Kendari yang memiliki efisien yang lebih baik adalah saluran pemasaran
pola 3, hal ini di sebabkan jarak pemasarannya yang lebih pendek di bandingkan dua
saluran pemasaran lainnya. Saluran pola 3 hanya terdiri atas petani -> pedagang antar
pulau -> pabrik kopra di surabaya sedangkan yang terpanjang adalah saluran
pemasaran kopra pola 1 yakni petani -> pedagang kecamatan -> pedagang kota ->
pedagang antar pulau -> dan pabrik kopra di surabaya, untuk saluran pemasaran pola
2 terdiri atas petani -> pedagang kecamatan -> pedagang antar pulau -> pabrik kopra
di surabaya. Jarak saluran yang pendek merupakan faktor penentu lebih efisiennya
saluran pemasaran kopra di STA Kota Kendari. .
Kata Kunci : marjin pemasaran, saluran pemasaran kopra, efisiensi saluran
pemasaran, sub terminal agribisnis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor
pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan.
Sebagai suatu kepulauan yang terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa, Indonesia
memiliki beragam jenis tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari
yang konsisten sepanjang tahun, kondisi alam yang memenuhi persyaratan tumbuh
tanaman, dan curah hujan rata-rata per tahun yang cukup tinggi, semua kondisi itu
merupakan faktor-faktor ekologis yang baik untuk membudidayakan tanaman
perkebunan (Rahardi, 1995).
Salah satu tanaman perkebunan yang dapat menjadi perhatian adalah tanaman
kelapa, dimana tanaman kelapa merupakan komoditi ekspor dan dapat tumbuh
disepanjang pesisir pantai khususnya, dan dataran tinggi serta lereng gunung pada
umumnya. Buah kelapa yang menjadi bahan baku minyak disebut kopra. Dimana
kandungan minyaknya berkisar antara 60 65 %. Sedang daging buah segar (muda)
kandungan minyaknya sekitar 43 % (Warisno, 2003).
Pengembangan sektor agribisnis dalam pengelolaan komoditi kelapa
berhubungan dengan aspek budidaya, khususnya penyesuaian karasteristik wilayah.
Tanaman kelapa dapat ditanam di dataran rendah, pasang surut, ladang-ladang rakyat,
persawahan, sampai ke daerah-daerah pegunungan hingga mencapai ketinggian 900
diatas permukaan laut.
Pengembangan dalam sektor agribisnis tanaman kelapa sangat penting sebagai
pohon kehidupan dengan berbagai aspek fungsi. Karena bagian tanaman dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Jika ditelaah penggunaan pengelolaan
kelapa dalam proses produksi sangat berhubungan dengan proses pengelolaan kopra
untuk kepentingan industri minyak kelapa, industri pembuatan sabun dan bahan
sumber nabati lainnya.
Melihat tingkat konsumsi kelapa pada skala nasional diperkirakan meningkat
sekitar 5,5% tahun. Dengan laju peningkatan produksi hanya sekitar 4,37% tahun.
Hal ini menunjukan bahwa produksi kopra dari tahun ke tahun belum mencukupi
dengan kenaikan konsumsinya. Peningkatan produksi kopra dapat dilihat dari aspek
pemasaran. Sebab aspek pemasaran kopra merupakan potensi yang cukup signifikan
dalam peningkatan produksi kelapa petani. Untuk memenuhi laju pertumbuhan
konsumsi tersebut perlu upaya peningkatan produksi kelapa. Hal ini dapat dicapai
apabila budi daya kelapa tersebut mampu dikelola dengan baik, sehingga dapat
mencapai produksi 1,5 ton kopra/ha/tahun (Suhardiyono, 1993).
Sub Terminal Agribisnis (STA), menurut Badan Agribisnis Departemen
Pertanian (2000), merupakan perwujudan atas fenomena yang selama ini berkembang
dalam pemasaran komoditas pertanian dan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian
kegiatan agribisnis. Pemasaran komoditas pertanian selama ini, pada umumnya
mempunyai mata rantai yang panjang, mulai dari petani produsen, pedagang
pengumpul, pedagang besar hingga ke konsumen, sehingga mengakibatkan kecilnya
keuntungan yang diperoleh petani. Konsumen membayar lebih mahal dari harga yang
selayaknya di tawarkan sehingga biaya pemasaran (marketing cost) dari produsen ke
konsumen menjadi tinggi.
Fenomena lain menunjukkan bahwa jaminan pasar merupakan prasyarat
utama yang mennetukan tingkat keunggulan suatu komoditas, termasuk di dalamnya
indikasi tentang daya tampung dan potensi pengembangan pasar, tingkat efisiensi
distribusi, kesesuaian agroekosistem, ketersediaan dan peluang pengembangan
teknologi pertanian.
Subterminal Agribisnis menurut Tanjung (2001), merupakan infrastruktur
pemasaran sebagai tempat transaksi jual beli hasil-hasil pertanian baik transaksi fisik
maupun non fisik yang terletak di sentra produksi. Dengan demikian, penekanannya
adalah bahwa STA merupakan sarana pemasaran yang dilakukan oleh produsen.
Menurut Sukmadinata
(2001)
memberikan
batasan
bahwa
STA merupakan suatu infrastruktur pasar, tempat transaksi jual beli baik dengan cara
2
langsung, pesanan, langganan atau kontrak. STA juga merupakan wadah yang dapat
mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti layanan
informasi manajemen produksi sesuai dengan permintaan pasar, manajemen
pengadaan sarana produksi, manajemen pasca panen (pengemasan, sortasi, grading,
penyimpanan) serta kegiatan-kegiatan lainnya, seperti ruang pamer, promosi,
transportasi dan pelatihan.
Karakteristik Subterminal Agribisnis dan batasannya, juga
dikemukakan oleh Tambunan (2001), bahwa STA adalah untuk membantu
transparansi pasar dengan cara kompilasi informasi tentang harga, serta jumlah
penawaran dan permintaan yang sangat bermanfaat baik bagi produsen maupun bagi
pihak manajemen pasar sehingga dapat menentukan tujuan dan waktu penjualan.
Informasi ini memungkinkan produsen mengundur panen atau menyimpan produknya
sampai harga lebih baik atau hingga fasilitas transportasi tersedia. Selain itu dapat
membantu untuk membuat perencanaan produksi jangka panjang. Secara teoritis,
peningkatan transparansi pasar dapat bertindak sebagai pemicu berfungsinya suatu
pasar, membaiknya persaingan dan meningkatnya adaptasi untuk memenuhi
kebutuhan penawaran dan oportuniti pasar. Penekanan dari adanya Sub
Terminal Agribisnis dititik beratkan untuk lebih mempertimbangkan manfaat
terhadap pertumbuhan dan perkembangan wilayah pedesaan.
Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai infrastruktur pemasaran berdasarkan
konsep dari Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000); Tanjung (2001) dan
Sukmadinata (2001), pada intinya diharapkan bermanfaat untuk :
1. Memperlancar kegiatan dan meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas
agribisnis karena mencakup sebagai pusat transaksi hasil hasil agribisnis.
Memperbaiki struktur pasar, cara dan jaringan pemasaran serta sarana promosi
produk pertanian
2. Mempermudah pembinaan mutu hasil hasil agribisnis
3. Sebagai wadah bagi pelaku agrinisnis untuk merancang bangun pengembangan
agribisnis, mensinkronkan permintaan pasar dengan manajemen lahan, pola
tanam, kebutuhan saprodi dan permodalan serta peningkatan SDM pemasaran.
4. Peningkatan pendapatan daerah melalui jasa pelayanan pemasaran.
5. Pengembangan agribisnis dan wilayah
Pola saluran pemasaran kopra di Kota Kendari yaitu petani dalam hal ini
produsen langsung menjual kopra ke pedagang pengumpul kecamatan / desa
kemudian kopra tersebut di jual lagi ke pedagang pengumpul yang lebih besar atau
pedagang pengumpul Kota kemudian kopra di distribusikan ke pedagang antar pulau
dan dari pedagang antar pulau di jual kepada konsumen dalam ini pabrik pabrik
pengelola bahan mentah kopra. Untuk melaksanakan proses pemasaran kopra dari
petani atau produsen ke konsumen akhir (pabrik pengelola kopra) kadang-kadang
memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan resiko dan biaya
pemasaran yang dikeluarkan tidak efisien. Untuk itu perlu pengkajian kembali secara
komprehensif sistem pemasaran produk kopra yang paling efisien dilakukan, dapat
memberikan konstribusi pendapatan yang proporsional bagi petani.
Kota Kendari merupakan wilayah agraris yang memiliki potensi besar
disektor pertanian, khususnya dibidang perkebunan. Dalam rangka upaya
peningkatan produktifitas perkebunan di Kota Kendari, pemerintah melakukan upaya
intensifikasi dan ekstensifikasi, Hal ini bertujuan untuk meningkatkan PAD
( pendapatan asli daerah ) dan pengotimalisasian lahan perkebunan yang berada di
Kota Kendari, sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan data pemasaran jenis komoditi perkebunan yang diperdagangkan
di sub terminal agribisnis Kota Kendari tahun 2013 , diketahui bahwa komoditi kopra
merupakan komoditi utama yang pemasarannya di daerah Kota Kendari sangat
banyak, dimana data dari Dinas Pertanian STA Kota Kendari berdasarkan data
komoditi yang masuk di Sub Terminal Agribisnis pada tahun 2013 mencapai
11.010,65 ton sedangkan data komoditi yang keluar di Sub Terminal Agribisnis
komoditi kopra mencapai 10.347,75 ton. Komoditi ini juga adalah komoditi yang
pemasarannya sangat besar bila dibandingkan dengan komoditi komoditi unggulan
lainnya seperti lada, cengkeh, jambu mente, pala, coklat, dan komoditi perkebunan
lainnya di Kota Kendari.
Berdasarkan data dari dinas pendapatan, diketahui bahwa jumlah PAD Kota
Kendari yang diperoleh pertahunnya yaitu sebesar Rp. 94.442.000.000. yang mana
sumbangan dari dinas pertanian sebesar Rp.745.000.000, dan sumbangan dari STA
sebesar Rp. 123.200.000 yang terdiri dari sewa gedung sebesar Rp.70.000.000, sewa
lantai jemur sebesar Rp. 20.000.000, sewa tanah sebesar Rp. 13.200.000, serta
sumbangan pihak ketiga (SP3) sebesar Rp. 20.000.000. Dari hasil tersebut Dinas
Pertanian Kota Kendari menyumbangkan sebesar 0,78 % dari total pendapatan PAD
Kota Kendari secara keseluruhan.
Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya pemasaran dapat
terdiri dari perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu
tinggi; kedua, tersedia fasilitas fisik pemasaran; ketiga, adanya kompetisi pasar yang
sehat. Saluran pemasaran dikatakan efisien bila mampu mendistribusikan hasil
produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu membagi
keuntungan yang adil kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi
dan pemasaran (Mubyarto, 1980 ).
Permasalahan yang sering kali terjadi antara faktor pembatasan bagi
pengembang produk-produk Agribisnis di Kota Kendari, antara lain rantai
distribusinya serta struktur pasar yang tidak sempurna, sehingga dapat menimbulkan
tidak efisiennya dalam system pemasarannya tersebut.
Sejalan hal ini diatas, salah satu system yang perlu dibangun dan
dikembangkan sebagai instansi pelayanan pemasaran adalah Sub Terminal Agribisnis
(STA) di Kota Kendari.
Upaya memperbaiki mekanisme pemasaran hasil perkebunan saat ini, dimana
kondisi pemasaran agribisnis umumnya sebagai berikut :
4
1. Masih rendahnya kemampuan posisi tawar dari petani produsen yang umumnya
disebabkan oleh sifat alamiah komoditas perkebunan yang mudah rusak,
heterogen dalam ukuran, volume besar dan mutu rendah serta lemahnya kondisi
social, sehingga kurang memungkinkan terciptanya suatu Transaksi yang adil.
2. Biasanya selisih harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar
oleh pengelolah, pedagang mempunyai perbedaan yang mencolok.
3. Penguasaan informasi tidak sama antara petani produsen dengan publiknya,
keadaan ini menyebabkan pembeli berada pada posisi penentu harga.
4. Kurangnya Infra Struktur dan Institusi Pelayanan pemasaran yang dapat
menghambat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dianalisis dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana saluran pemasaran kopra yang ada di sub Terminal Agribisnis Kota
Kendari ?
2. Bagaimanakah margin rata rata biaya dan keuntungan dari pemasaran kopra
pada masing masing saluran yang ada di STA Kota Kendari? Sejauh mana
efisiensi pemasaran kopra yang dipasarkan di STA Kota Kendari?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran kopra yang dipasarkan di STA Kota
Kendari.
2. Untuk mengetahui besarnya margin, biaya dan keuntungan pada masing -masing
saluran pemasaran yang ada di STA Kota Kendari.
3. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran kopra di STA Kota Kendari.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat (petani) atau swasta (pengusaha kopra)
mengenai sistem pemasaran kopra yang terjadi di Sub Terminal Agribisnis (STA)
Kota Kendari.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan untuk
membuat perencanaan pengelolaan pemasaran komoditi kopra pada masa
mendatang.
3. Sebagai bahan bacaan (referensi) bagi peneliti selanjutnya
KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Kerangka Pikir
Di lain pihak juga dengan adanya struktur pasar dan perilaku pasar, maka
akan mempengaruhi kinerja pasar, dalam hal ini adalah share harga yang diterima
petani, distribusi margin dan share biaya dan keuntungan yang diterima oleh
lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran. Marjin
pemasaran adalah selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat
produsen. Apabila bagian harga yang diterima petani rendah, marjin pemasaran yang
tinggi dan distribusi keuntungan antara lembaga pemasaran tidak merata. Dengan
demikian marjin pemasaran juga diperoleh dengan menjumlahkan biaya pemasaran
dan keuntungan, sehingga semakin besar biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran
makin besar marjin pemasaran akan mempengaruhi kinerja pasar pada komoditas
kopra.
10
11
12
Pola III
Pola I
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah dirumuskan
sebelumnya, maka pada penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory
research dengan pengumpulan datanya menggunakan metode survey yang dilakukan
sekaligus atau secara cross-section melalui kuisioner. Penelitian explanatory research
dimaksudkan untuk memberikan penjelasan hubungan kausal antara variable melalui
pengujian hipotesis atau bertujuan untuk memperoleh pengujian yang tepat dalam
menarik kesimpulan yang bersifat kausalitas ( sebab akibat ) antara dua variable atau
fenomena melalui pengujian hipotesis ( Sekaran, 2003).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kopra yang melakukan
kegiatan pemasaran di STA Kota Kendari sejak tahun 2013 sampai dengan tahun
2014 ( 1 tahun).
Penarikan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan stratified random
sampling. Sampel akan dikelompokkan dalam beberapa kelompok, yaitu petani yang
memasarkan kopra
di IISTA Kota Kendari dan pedagang (pedagang pengumpul
Pola
kecamatan / desa, pedagang pengumpul kabupaten / kota, dan pedagang pengecer)
yang membeli kopra di STA Kota Kendari. Selanjutnya untuk sampel masing
masing kelompok tersebut dipilih secara acak dan khusus untuk pedagang di pilih
secara langsung. Jumlah sampel petani kopra sebanyak 30 orang dari 130 petani,
sedang sampel pedagang sebanyak 28 orang dari populasi sebanyak 96 orang.
Persentase penarikan sampel sebesar 25 % sesuai dengan teori yang sudah dapat
diterima untuk penelitian deskriptif yaitu untuk populasi relatif kecil minimal 20 %
( Hasan, 2002).
Metode Pengumpulan Data
Metode dan Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Observasi (pengamatan), yaitu melihat langsung sistem pemasaran kopra hasil
penjualan petani kopra di STA Kota Kendari, melihat langsung salurang /
lembaga lemabaga pemsaran yang ada dan melihat langsung terjadinya
transaksi jual beli antara para pemasar di lokasi penelitian. Faktor faktor
yang diamati, akan dicatat langsung oleh peneliti.
2. Kuisioner ( angket ), dilakukan dengan menyebar pertanyaan secara langsung
kepada pedagang dan petani yang sedang melakukan transaksi jual beli di
STA Kota Kendari. Kuisioner yang dibuat bersifat tertutup yaitu pertanyaan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi
jawaban kepada beberapa alternative saja atau kepada satu jawaban saja.
13
14
15
16
Tingkat Pendidikan
Secara teoritis, semakin tinggi pendidikan petani dengan umur yang relatife
muda, akan mempengaruhi dalam mengelola usahanya karena mereka lebih luwes
atau lebih dinamis dalam meresap informasi teknologi untuk meningkatkan
produktifitas dan mutu usaha taninya (Hermanto, 1989). Untuk lebih jelasnya
mengenai tingkat pendidikan petani/ responden dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Sub Terminal Agribisnis yang
Mengusahakan produk Kopra, di Kota Kendari
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SLTP
Tamat SLTP
Tidak Tamat SLTA
Tamat SLTA
Tamat Perguruan Tinggi (S1)
Jumlah
17
Persentase (%)
0,00
8.00
12.00
32.00
28.00
20.00
0,00
100.00
Persentase (%)
32.00
48.00
20.00
100.00
Karakteristik Pedagang
Pedagang yang ikut terlibat dalam pemasaran kopra di Sub Terminal
Agribisnis Kota Kendari terdapat 3 lembaga pemasaran. Ketiga jenis pedagang
tersebut adalah pedagang pengumpul kecamatan/ desa, pedagang pengumpul
kabupaten/ kota, dan pedagang antar pulau. Adapun jumlah responden masingmasing pedagang dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5. Jumlah pedagang Responden yang Terlibat Dalam Pemasaran Kopra di
Sub Terminal Agribisnis Kota Kendari
No
1.
18
Persentase (%)
41.18
Kecamatan/ Desa
Pedagang Pengumpul
4
23.53
Kabupaten/ Kota
3.
Pedagang Antar Pulau
6
35.29
Jumlah
17
100.00
Sumber: Data primer( diolah) 2015
Analisis Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan
Biaya Produksi
Di dalam suatu kegiatan untuk merencanakan usaha pengolahan kopra rakyat,
seorang petani harus mampu mempersiapkan modal dan dapat memperkirakan berapa
besarnya biaya yang akan dikeluarkan dalam pengolahan kopra. Biaya yang
dikeluarkan oleh petani responden dalam pengolahan kopra merupakan biaya
operasional yang dikeluarkan setiap pembuatan kopra yang meliputi biaya panjat
pohon kelapa, upah kupas, upah panggang kopra dan upah packing. Untuk lebih
jelasnya mengenai biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani responden di sajikan
dalam tabel 5.6.
2.
Tabel 5.6 Ratarata biaya pengolahan kopra satu tahun terakhir yang dikeluarkan oleh
petani responden di Sub Terminal Agribisnis Kota Kendari.
Nomor
Resp.
Upah Panjat
Pohon Kelapa
(Rp)
Upah Kupas
Kelapa
(Rp)
Upah Panggang
Kopra
(Rp)
Upah Packing
Kopra
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
2
240000
500000
625000
360000
120000
115000
220000
370000
250000
350000
490000
750000
110000
360000
120000
120000
250000
480000
3
480000
1000000
1250000
720000
240000
230000
440000
740000
500000
700000
980000
1500000
220000
720000
240000
240000
500000
960000
4
600000
1250000
1562500
900000
300000
287500
550000
925000
625000
875000
1225000
1875000
275000
900000
300000
300000
625000
1200000
5
48000
99990
125000
72000
24000
23000
44000
74000
50000
70000
98000
150000
22000
72000
24000
24000
50000
96000
6
1368000
2849990
3562500
2052000
684000
655500
1254000
2109000
1425000
1995000
2793000
4275000
627000
2052000
684000
684000
1425000
2736000
19
19
20
21
22
23
24
1
25
Jumla
h
Ratarata
125000
120000
250000
240000
250000
490000
2
370000
7675000
250000
240000
480000
500000
980000
740000
3
720000
15570000
312500
300000
600000
625000
1225000
925000
4
900000
19462500
25000
24000
48000
50000
98000
74000
5
72000
1556990
712500
684000
1378000
1415000
2553000
2229000
6
2062000
44264490
307000
622800
778500
62280
1770580
Keterangan :
Upah panjat terhitung
= Rp. 50 / biji
Upah Kupas Kopra terhitung
= Rp. 100 / biji
Upah Panggang Kopra terhitung = Rp. 125 / biji
Upah Packing Kopra terhitung
= Rp. 40 / kg ( Rp. 3000 / karung)
Produksi dan Penerimaan
Produksi yang dimaksud adalah kopra yang diperoleh masing masing petani
responden selama satu tahun terakhir. Produksi atau kopra yang dihasilkan oleh
petani tergantung produksi kelapa per triwulan, kalau produksi kelapa tinggi maka
produksi kopra menjadi tinggi pula. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi dan
penerimaan petani responden disajikan pada tabel 5.7
Tabel 5.7
Jumlah kopra dan penerimaan rata rata petani Responden di STA
Kota Kendari.
Penerimaa
Pemasaan Produksi Harga Satuan
No
n
Kopra
(Kg)
(Rp)
(Rp)
1.
Saluran I
38.925
5.500
21.408.7500
2.
Saluran II
38.925
6.000
233.550.000
3.
Saluran III
38.925
6.700
260.797.500
Sumber : Data Primer (diolah) 2014
Pendapatan
Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan total rata rata dengan
biaya total rata - rata yang dikeluarkan petani dalam proses pembuatan kopra dalam
satu tahun terakhir. Besarnya pendapatan petani tergantung pada jumlah produksi
yang diperoleh dan harga yang berlaku serta jumlah biaya yang dikeluarkan. Adapun
besarnya pendapatan petani responden dalam satu tahun terakhir di sajikan pada tabel
5.8.
Tabel 5.8. Pendapatan Ratarata Petani Responden Dalam Satu Tahun Terakhir di
STA Kota Kendari
20
N
o
1.
2.
3.
Pemasara
n Kopra
Saluran I
Saluran II
Saluran III
Penerimaa
n (Rp)
214.087.500
233.550.000
26.077.500
Biaya
Pendapata
(Rp)
n (Rp)
43.249.49 170.838.010
0
190.300.510
43.249.49 217.548.010
0
43.249.49
0
Sumber data primer ( diolah) 2014
PPDK
PPKK
Pabrik
Kopra di
PAP
2. Saluran II
Petan
PPKK
PAP
Pabrik
Kopra di
3. Saluran III
Petan
PAP
Pabrik
Kopra di
Lembaga Pemasaran
Petani
Pedagang Pengumpul
Desa/Kecamatan
Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota Pedagang Antar
Pulau
Jumlah
Biaya
(Rp/Kg
)
Keuntung
an
(Rp/Kg)
315
150
300
1.200
1.685
350
400
600
Margi
n
(Rp/Kg
)
2.000
500
700
1.800
1.965
3.035
8.500
Tabel 5.10. Jumlah biaya, keuntungan dan margin masing-masing lembaga pemasaran
pada saluran I.
21
No.
1.
2.
3.
4.
5.500
Harga
Beli/Harg
a Pokok
(Rp/Kg)
3.500
6.000
5.500
Harga
Jual
(Rp/Kg)
Petani
Biaya Pengelolaan Kopra
Pedagang Pengumpul
Desa/Kecamatan
Bongkar muat
Transportasi
Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota
Bongkar muat
Transportasi
Pedagang Antar Pulau
Bongkar muat
Transportasi
Retribusi/SP3
Penyusutan diperjalanan ke
pabrik
Total
6.700
6.000
Margin
Biaya Keuntungan
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
(Rp/Kg)
2.000
315
315
1.685
500
150
350
700
50
100
300
400
8.500
6.700
1.800
5.000
50
250
1.200
125
500
50
525
1.965
Lembaga Pemasaran
Petani
Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota
Pedagang Antar Pulau
Jumlah
Tabel 5.12.
Saluran Pemasaran II
Biaya
Keuntungan
Margin
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
651
1.885
2.500
300
400
700
1.200
2.115
600
2.885
1.800
5.000
22
600
3.035
No
.
1.
Petani
Biaya Pengelolaan Kopra
Biaya transportasi
Bongkar muat
Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota
Bongkar muat
Transportasi
Pedagang Antar Pulau
Bongkar muat
Transportasi
Retribusi/SP3
Penyusutan sampai
potongan pabrik surabaya
Total
2.
3.
Harga
Jual
(Rp/Kg)
6.000
6.700
Harga
Beli/Harga Margin
Pokok
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
3.500
2.500
6.000
700
8.500
6.700
1.800
5.000
Biaya
(Rp/Kg)
Keuntungan
(Rp/Kg)
615
315
250
50
1.885
300
400
50
250
1.200
125
500
50
525
2.115
600
2.885
Lembaga Pemasaran
Petani
Pedagang Antar Pulau
Jumlah
Tabel 5.14.
Saluran Pemasaran II
Biaya
Keuntungan
Margin
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
751
2.485
3.200
1.200
600
1.800
1.915
3.085
5.000
No.
Harga
Harga
Beli/Harga
Jual
Pokok
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
3
4
23
Margin
(Rp/Kg)
Biaya
(Rp/Kg)
Keuntungan
(Rp/Kg)
1.
2.
Petani
Biaya Pengelolaan Kopra
Biaya transportasi
Bongkar muat
Pedagang Antar Pulau
Bongkar muat
Transportasi
Retribusi/SP3
Penyusutan sampai
potongan pabrik surabaya
Total
6.700
3.500
3.200
2.485
1.800
715
315
350
50
1.200
125
500
50
525
8.500
6.700
5.000
1.915
3.085
Saluran I
Saluran II
Saluran III
1.965
8.500
23,12
2.115
8.500
24,88
1.915
8.500
22,53
24
600
25
26
27
28