Anda di halaman 1dari 28

Analisis Efisiensi Pemasaran Kopra di Sub Terminal Agribisnis Kota Kendari

HENDRIK
Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Haluoleo
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi saluran pemasaran kopra
di Sub Terminal Agribisnis di Kota Kendari. Untuk menguji variabel tersebut ,
peneliti menggunakan sampel penelitian yang terdiri atas pedagang kecamatan,
pedagang kota dan pedagang antar pulau yang menjadi lembaga pemasaran di STA
Kota Kendari. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik dokumenter. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil wawancara dan
observasi langsung di STA Kota Kendari.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari tiga pola saluran pemasaran yang ada
di STA Kota Kendari yang memiliki efisien yang lebih baik adalah saluran pemasaran
pola 3, hal ini di sebabkan jarak pemasarannya yang lebih pendek di bandingkan dua
saluran pemasaran lainnya. Saluran pola 3 hanya terdiri atas petani -> pedagang antar
pulau -> pabrik kopra di surabaya sedangkan yang terpanjang adalah saluran
pemasaran kopra pola 1 yakni petani -> pedagang kecamatan -> pedagang kota ->
pedagang antar pulau -> dan pabrik kopra di surabaya, untuk saluran pemasaran pola
2 terdiri atas petani -> pedagang kecamatan -> pedagang antar pulau -> pabrik kopra
di surabaya. Jarak saluran yang pendek merupakan faktor penentu lebih efisiennya
saluran pemasaran kopra di STA Kota Kendari. .
Kata Kunci : marjin pemasaran, saluran pemasaran kopra, efisiensi saluran
pemasaran, sub terminal agribisnis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor
pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan.
Sebagai suatu kepulauan yang terletak di daerah tropis sekitar khatulistiwa, Indonesia
memiliki beragam jenis tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari
yang konsisten sepanjang tahun, kondisi alam yang memenuhi persyaratan tumbuh
tanaman, dan curah hujan rata-rata per tahun yang cukup tinggi, semua kondisi itu
merupakan faktor-faktor ekologis yang baik untuk membudidayakan tanaman
perkebunan (Rahardi, 1995).
Salah satu tanaman perkebunan yang dapat menjadi perhatian adalah tanaman
kelapa, dimana tanaman kelapa merupakan komoditi ekspor dan dapat tumbuh
disepanjang pesisir pantai khususnya, dan dataran tinggi serta lereng gunung pada

umumnya. Buah kelapa yang menjadi bahan baku minyak disebut kopra. Dimana
kandungan minyaknya berkisar antara 60 65 %. Sedang daging buah segar (muda)
kandungan minyaknya sekitar 43 % (Warisno, 2003).
Pengembangan sektor agribisnis dalam pengelolaan komoditi kelapa
berhubungan dengan aspek budidaya, khususnya penyesuaian karasteristik wilayah.
Tanaman kelapa dapat ditanam di dataran rendah, pasang surut, ladang-ladang rakyat,
persawahan, sampai ke daerah-daerah pegunungan hingga mencapai ketinggian 900
diatas permukaan laut.
Pengembangan dalam sektor agribisnis tanaman kelapa sangat penting sebagai
pohon kehidupan dengan berbagai aspek fungsi. Karena bagian tanaman dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Jika ditelaah penggunaan pengelolaan
kelapa dalam proses produksi sangat berhubungan dengan proses pengelolaan kopra
untuk kepentingan industri minyak kelapa, industri pembuatan sabun dan bahan
sumber nabati lainnya.
Melihat tingkat konsumsi kelapa pada skala nasional diperkirakan meningkat
sekitar 5,5% tahun. Dengan laju peningkatan produksi hanya sekitar 4,37% tahun.
Hal ini menunjukan bahwa produksi kopra dari tahun ke tahun belum mencukupi
dengan kenaikan konsumsinya. Peningkatan produksi kopra dapat dilihat dari aspek
pemasaran. Sebab aspek pemasaran kopra merupakan potensi yang cukup signifikan
dalam peningkatan produksi kelapa petani. Untuk memenuhi laju pertumbuhan
konsumsi tersebut perlu upaya peningkatan produksi kelapa. Hal ini dapat dicapai
apabila budi daya kelapa tersebut mampu dikelola dengan baik, sehingga dapat
mencapai produksi 1,5 ton kopra/ha/tahun (Suhardiyono, 1993).
Sub Terminal Agribisnis (STA), menurut Badan Agribisnis Departemen
Pertanian (2000), merupakan perwujudan atas fenomena yang selama ini berkembang
dalam pemasaran komoditas pertanian dan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian
kegiatan agribisnis. Pemasaran komoditas pertanian selama ini, pada umumnya
mempunyai mata rantai yang panjang, mulai dari petani produsen, pedagang
pengumpul, pedagang besar hingga ke konsumen, sehingga mengakibatkan kecilnya
keuntungan yang diperoleh petani. Konsumen membayar lebih mahal dari harga yang
selayaknya di tawarkan sehingga biaya pemasaran (marketing cost) dari produsen ke
konsumen menjadi tinggi.
Fenomena lain menunjukkan bahwa jaminan pasar merupakan prasyarat
utama yang mennetukan tingkat keunggulan suatu komoditas, termasuk di dalamnya
indikasi tentang daya tampung dan potensi pengembangan pasar, tingkat efisiensi
distribusi, kesesuaian agroekosistem, ketersediaan dan peluang pengembangan
teknologi pertanian.
Subterminal Agribisnis menurut Tanjung (2001), merupakan infrastruktur
pemasaran sebagai tempat transaksi jual beli hasil-hasil pertanian baik transaksi fisik
maupun non fisik yang terletak di sentra produksi. Dengan demikian, penekanannya
adalah bahwa STA merupakan sarana pemasaran yang dilakukan oleh produsen.
Menurut Sukmadinata
(2001)
memberikan
batasan
bahwa
STA merupakan suatu infrastruktur pasar, tempat transaksi jual beli baik dengan cara
2

langsung, pesanan, langganan atau kontrak. STA juga merupakan wadah yang dapat
mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti layanan
informasi manajemen produksi sesuai dengan permintaan pasar, manajemen
pengadaan sarana produksi, manajemen pasca panen (pengemasan, sortasi, grading,
penyimpanan) serta kegiatan-kegiatan lainnya, seperti ruang pamer, promosi,
transportasi dan pelatihan.
Karakteristik Subterminal Agribisnis dan batasannya, juga
dikemukakan oleh Tambunan (2001), bahwa STA adalah untuk membantu
transparansi pasar dengan cara kompilasi informasi tentang harga, serta jumlah
penawaran dan permintaan yang sangat bermanfaat baik bagi produsen maupun bagi
pihak manajemen pasar sehingga dapat menentukan tujuan dan waktu penjualan.
Informasi ini memungkinkan produsen mengundur panen atau menyimpan produknya
sampai harga lebih baik atau hingga fasilitas transportasi tersedia. Selain itu dapat
membantu untuk membuat perencanaan produksi jangka panjang. Secara teoritis,
peningkatan transparansi pasar dapat bertindak sebagai pemicu berfungsinya suatu
pasar, membaiknya persaingan dan meningkatnya adaptasi untuk memenuhi
kebutuhan penawaran dan oportuniti pasar. Penekanan dari adanya Sub
Terminal Agribisnis dititik beratkan untuk lebih mempertimbangkan manfaat
terhadap pertumbuhan dan perkembangan wilayah pedesaan.
Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai infrastruktur pemasaran berdasarkan
konsep dari Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000); Tanjung (2001) dan
Sukmadinata (2001), pada intinya diharapkan bermanfaat untuk :
1. Memperlancar kegiatan dan meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas
agribisnis karena mencakup sebagai pusat transaksi hasil hasil agribisnis.
Memperbaiki struktur pasar, cara dan jaringan pemasaran serta sarana promosi
produk pertanian
2. Mempermudah pembinaan mutu hasil hasil agribisnis
3. Sebagai wadah bagi pelaku agrinisnis untuk merancang bangun pengembangan
agribisnis, mensinkronkan permintaan pasar dengan manajemen lahan, pola
tanam, kebutuhan saprodi dan permodalan serta peningkatan SDM pemasaran.
4. Peningkatan pendapatan daerah melalui jasa pelayanan pemasaran.
5. Pengembangan agribisnis dan wilayah
Pola saluran pemasaran kopra di Kota Kendari yaitu petani dalam hal ini
produsen langsung menjual kopra ke pedagang pengumpul kecamatan / desa
kemudian kopra tersebut di jual lagi ke pedagang pengumpul yang lebih besar atau
pedagang pengumpul Kota kemudian kopra di distribusikan ke pedagang antar pulau
dan dari pedagang antar pulau di jual kepada konsumen dalam ini pabrik pabrik
pengelola bahan mentah kopra. Untuk melaksanakan proses pemasaran kopra dari
petani atau produsen ke konsumen akhir (pabrik pengelola kopra) kadang-kadang
memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan resiko dan biaya

pemasaran yang dikeluarkan tidak efisien. Untuk itu perlu pengkajian kembali secara
komprehensif sistem pemasaran produk kopra yang paling efisien dilakukan, dapat
memberikan konstribusi pendapatan yang proporsional bagi petani.
Kota Kendari merupakan wilayah agraris yang memiliki potensi besar
disektor pertanian, khususnya dibidang perkebunan. Dalam rangka upaya
peningkatan produktifitas perkebunan di Kota Kendari, pemerintah melakukan upaya
intensifikasi dan ekstensifikasi, Hal ini bertujuan untuk meningkatkan PAD
( pendapatan asli daerah ) dan pengotimalisasian lahan perkebunan yang berada di
Kota Kendari, sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan data pemasaran jenis komoditi perkebunan yang diperdagangkan
di sub terminal agribisnis Kota Kendari tahun 2013 , diketahui bahwa komoditi kopra
merupakan komoditi utama yang pemasarannya di daerah Kota Kendari sangat
banyak, dimana data dari Dinas Pertanian STA Kota Kendari berdasarkan data
komoditi yang masuk di Sub Terminal Agribisnis pada tahun 2013 mencapai
11.010,65 ton sedangkan data komoditi yang keluar di Sub Terminal Agribisnis
komoditi kopra mencapai 10.347,75 ton. Komoditi ini juga adalah komoditi yang
pemasarannya sangat besar bila dibandingkan dengan komoditi komoditi unggulan
lainnya seperti lada, cengkeh, jambu mente, pala, coklat, dan komoditi perkebunan
lainnya di Kota Kendari.
Berdasarkan data dari dinas pendapatan, diketahui bahwa jumlah PAD Kota
Kendari yang diperoleh pertahunnya yaitu sebesar Rp. 94.442.000.000. yang mana
sumbangan dari dinas pertanian sebesar Rp.745.000.000, dan sumbangan dari STA
sebesar Rp. 123.200.000 yang terdiri dari sewa gedung sebesar Rp.70.000.000, sewa
lantai jemur sebesar Rp. 20.000.000, sewa tanah sebesar Rp. 13.200.000, serta
sumbangan pihak ketiga (SP3) sebesar Rp. 20.000.000. Dari hasil tersebut Dinas
Pertanian Kota Kendari menyumbangkan sebesar 0,78 % dari total pendapatan PAD
Kota Kendari secara keseluruhan.
Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya pemasaran dapat
terdiri dari perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu
tinggi; kedua, tersedia fasilitas fisik pemasaran; ketiga, adanya kompetisi pasar yang
sehat. Saluran pemasaran dikatakan efisien bila mampu mendistribusikan hasil
produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu membagi
keuntungan yang adil kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi
dan pemasaran (Mubyarto, 1980 ).
Permasalahan yang sering kali terjadi antara faktor pembatasan bagi
pengembang produk-produk Agribisnis di Kota Kendari, antara lain rantai
distribusinya serta struktur pasar yang tidak sempurna, sehingga dapat menimbulkan
tidak efisiennya dalam system pemasarannya tersebut.
Sejalan hal ini diatas, salah satu system yang perlu dibangun dan
dikembangkan sebagai instansi pelayanan pemasaran adalah Sub Terminal Agribisnis
(STA) di Kota Kendari.
Upaya memperbaiki mekanisme pemasaran hasil perkebunan saat ini, dimana
kondisi pemasaran agribisnis umumnya sebagai berikut :
4

1. Masih rendahnya kemampuan posisi tawar dari petani produsen yang umumnya
disebabkan oleh sifat alamiah komoditas perkebunan yang mudah rusak,
heterogen dalam ukuran, volume besar dan mutu rendah serta lemahnya kondisi
social, sehingga kurang memungkinkan terciptanya suatu Transaksi yang adil.
2. Biasanya selisih harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar
oleh pengelolah, pedagang mempunyai perbedaan yang mencolok.
3. Penguasaan informasi tidak sama antara petani produsen dengan publiknya,
keadaan ini menyebabkan pembeli berada pada posisi penentu harga.
4. Kurangnya Infra Struktur dan Institusi Pelayanan pemasaran yang dapat
menghambat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dianalisis dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana saluran pemasaran kopra yang ada di sub Terminal Agribisnis Kota
Kendari ?
2. Bagaimanakah margin rata rata biaya dan keuntungan dari pemasaran kopra
pada masing masing saluran yang ada di STA Kota Kendari? Sejauh mana
efisiensi pemasaran kopra yang dipasarkan di STA Kota Kendari?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran kopra yang dipasarkan di STA Kota
Kendari.
2. Untuk mengetahui besarnya margin, biaya dan keuntungan pada masing -masing
saluran pemasaran yang ada di STA Kota Kendari.
3. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran kopra di STA Kota Kendari.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat (petani) atau swasta (pengusaha kopra)
mengenai sistem pemasaran kopra yang terjadi di Sub Terminal Agribisnis (STA)
Kota Kendari.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan untuk
membuat perencanaan pengelolaan pemasaran komoditi kopra pada masa
mendatang.
3. Sebagai bahan bacaan (referensi) bagi peneliti selanjutnya
KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Kerangka Pikir

Pada Prinsipnya pemasaran adalah proses aktivitas yang ditujukan terhadap


barang dan jasa agar dapat berpindah dari prodosen ke konsumen tepat pada
waktunya. Pada penelitian ini, penulis memfokuskan pada penelitian pemasaran
kopra di Sub Terminal Agribisnis (STA) Kota Kendari.

Dalam pemasaran komoditas kopra hal yang dibahas dalam mengkaji


keragaannya yaitu terdiri dari struktur dan lembaga pemasaran kopra serta rantai
pemasaran kopra. Pola pemasaran pada kopra terlibat beberapa pelaku mulai dari
produsen (petani kelapa) yaitu orang yang menghasilkan barang dan jasa untuk dijual
atau dipasarkan, pedagang perantara yaitu Orang pribadi atau badan yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau
perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa
tertentu, misalnya komisioner. Pedagang perantara terdiri dari beberapa yaitu mulai
dari tingkat desa (pengumpul), tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi (antar
pulau), prosesor yaitu merupakan pusat kegiatan penjualan (pabrik minyak kelapa)
dan eksportir yaitu seseorang yang melakukan penjualan barang atau jasa ke luar
negeri dengan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan yang telah
ditentukan.

Hasil beberapa penelitian terdahulu, sebagian besar menyatakan struktur pasar


berbagai macam produk pertanian yang diteliti, mengarah pada struktur pasar
persaingan tidak sempurna yang bercorak monopsoni dan oligopsoni. Dalam kondisi
demikian, maka jumlah produsen yang banyak akan berhadapan dengan satu atau
beberapa orang pembeli, sehingga penentuan harga lebih didominasi oleh pembeli
(produsen sebagai penerima harga), sehingga mengakibatkan kerugian pada petani.

Di lain pihak juga dengan adanya struktur pasar dan perilaku pasar, maka
akan mempengaruhi kinerja pasar, dalam hal ini adalah share harga yang diterima
petani, distribusi margin dan share biaya dan keuntungan yang diterima oleh
lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran. Marjin
pemasaran adalah selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat
produsen. Apabila bagian harga yang diterima petani rendah, marjin pemasaran yang
tinggi dan distribusi keuntungan antara lembaga pemasaran tidak merata. Dengan
demikian marjin pemasaran juga diperoleh dengan menjumlahkan biaya pemasaran
dan keuntungan, sehingga semakin besar biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran
makin besar marjin pemasaran akan mempengaruhi kinerja pasar pada komoditas
kopra.

Beberapa masalah pemasaran komoditas kopra di Kota Kendari, antara lain ;


adanya pola pola pemasaran yang berbeda beda sehingga menyebabkan sulitnya
untuk mengetahui situasi pasar dan kepastian harga; adanya margin pemasaran yang
tidak menentu sehingga dapat menyebabkan ke tidak stabilan pasar. Berikut ini
adalah rincian kerangka konseptual pemasaran kopra di kota kendari yang dapat
dilihat pada gambar 3.1.

10

11

12

edagang antar Pulau

Gambar 3.1. Saluran Pemasaran Kopra di STA Kota Kendari

Pola III

Pola I

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah dirumuskan
sebelumnya, maka pada penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory
research dengan pengumpulan datanya menggunakan metode survey yang dilakukan
sekaligus atau secara cross-section melalui kuisioner. Penelitian explanatory research
dimaksudkan untuk memberikan penjelasan hubungan kausal antara variable melalui
pengujian hipotesis atau bertujuan untuk memperoleh pengujian yang tepat dalam
menarik kesimpulan yang bersifat kausalitas ( sebab akibat ) antara dua variable atau
fenomena melalui pengujian hipotesis ( Sekaran, 2003).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kopra yang melakukan
kegiatan pemasaran di STA Kota Kendari sejak tahun 2013 sampai dengan tahun
2014 ( 1 tahun).
Penarikan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan stratified random
sampling. Sampel akan dikelompokkan dalam beberapa kelompok, yaitu petani yang
memasarkan kopra
di IISTA Kota Kendari dan pedagang (pedagang pengumpul
Pola
kecamatan / desa, pedagang pengumpul kabupaten / kota, dan pedagang pengecer)
yang membeli kopra di STA Kota Kendari. Selanjutnya untuk sampel masing
masing kelompok tersebut dipilih secara acak dan khusus untuk pedagang di pilih
secara langsung. Jumlah sampel petani kopra sebanyak 30 orang dari 130 petani,
sedang sampel pedagang sebanyak 28 orang dari populasi sebanyak 96 orang.
Persentase penarikan sampel sebesar 25 % sesuai dengan teori yang sudah dapat
diterima untuk penelitian deskriptif yaitu untuk populasi relatif kecil minimal 20 %
( Hasan, 2002).
Metode Pengumpulan Data
Metode dan Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Observasi (pengamatan), yaitu melihat langsung sistem pemasaran kopra hasil
penjualan petani kopra di STA Kota Kendari, melihat langsung salurang /
lembaga lemabaga pemsaran yang ada dan melihat langsung terjadinya
transaksi jual beli antara para pemasar di lokasi penelitian. Faktor faktor
yang diamati, akan dicatat langsung oleh peneliti.
2. Kuisioner ( angket ), dilakukan dengan menyebar pertanyaan secara langsung
kepada pedagang dan petani yang sedang melakukan transaksi jual beli di
STA Kota Kendari. Kuisioner yang dibuat bersifat tertutup yaitu pertanyaan
yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi
jawaban kepada beberapa alternative saja atau kepada satu jawaban saja.
13

3. Wawancara, yaitu mengadakan wawancara dan Tanya jawab secara langsung


kepada petani, pedagang dan pengusaha kopra dengan berpedoman pada
kuisiner yang telah dibuat.
4. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data yang telah dipublikasikan oleh suatu
instansi dalam bentuk laporan, jurnal dan lain lain.
Uji Instrumen Penelitian
Pengujian instrument dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
instrument yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi syarat syarat alat ukur
yang baik atau sesuai dengan standar metode penelitian. Mengingat pengumpulan
data penelitian ini menggunakan kuisioner, maka keseriusan dan kesungguhan
responden dalam menjawab pertanyaan
pertanyaan
merupakan unsur penting.
EFISIENSI
PEMASARAN
Definisi Operasional
1. Sub Terminal Agribisnis (STA) adalah merupakan sarana pemasaran yang
Peningkatan Pendapatan Petani
dilakukan oleh
produsen dan pedagang.
2. Kopra adalah hasil olahan dari salah satu komoditi kelapa yang tujuannya untuk
pembuatan minyak kelapa/kopra.
3. Petani kopra adalah produsen komoditi kelapa yang melakukan pembuatan
kopra.
4. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang mengumpulkan (membeli) kopra
dari petani/produsen kemudian menjual kepada pedagang yang lebih besar
sampai pedagang antar pulau.
5. Pedagang angtar pulau adalah pedagang besar yang memperdagangkan kopra
sampai ke pabrik (antar pulau).
6. Saluran pemasaran adalah saluran distribusi yang merupakan suatu jalur yang
dilaluui oleh produk kopra dari petani/produsen sampai ke pabrik/konsumen.
7. Lembaga pemasaran adalah para pemasar kopra yang melakukan aktivitas
pemasaran di Sub Terminal Agribisnis (STA) Kota Kendari, terdiri dari
Pedagang Pengumpul (PP), Pedagang Antar Kota (PAK), Pedagang Antar Pulau
(PAP), dan Pabrik Minyak Kopra (PMK).
8. Produksi adalah banyaknya produk kopra yang dipasarkan di Sub Terminal
Agribisnis (STA) Kota Kendari.
9. Margin Pemasaran adalah selisih harga jual dengan harga beli pada masingmasing lembaga pemasaran dan untuk petani/produsen merupakan selisih antara
harga jual dengan harga pokok.
10. Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran termasuk petani atas penjualan kopranya.
11. Efisiensi pemasaran adalah biaya pemasaran dibagi dengan harga jual pada
pedagang akhir yang dinyatakan dengan Rp./Kg dikali 100 persen yang
dipertimbangkan berdasarkan jarak yang dilalui kopra dan volume yang
dipasarkan.
Metode Analisis Data

14

Untuk mencapai tujuan penelitian sesuai dengan yang dikehendaki, maka


analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kuantitatif.
1. Saluran pemasaran kopra di STA Kota Kendari dianalisis secara deskriptif.
2. Tingkat Efisiensi pemsaran dianalisis dengan menggunakan rumus menurut
( Soekartawi, 1993), yaitu :
E P = {(TBP)/(TNP)} x 100 %
dimana :
EP
= Efisiensi Pemsaran
TBP
= Total Biaya Pemasaran
TNP
= Total nilai produk yang dipasarkan
3. Untuk menghitung besarnya margin pemasaran menggunakan analisis margin
( Nurland, 1988) dengan rumus :
M
= He - Hp
dimana :
M
= Margin pemasaran kopra (rupiah/kg)
He
= Harga Kopra pada pedagang terakhir (rupiah/kg)
Hp
= Harga kopra pada tingkat petani (rupiah/kg)
Margin pemasaran yang dalam distribusinya melalui beberapa lembaga
pemasaran digunakan rumus :
M
= M1 + M2 + M3 + . Mn
dimana :
M
= Margin Pemasaran
Mn
= Margin pemasaran pada lembaga pemasaran ke - n
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
- Tata ruang pembangunan STA kota Kendari
Aspek yang ada di tata ruang pembangunan Sub Terminal Agribisnis (STA)
hasil-hasil perkebunan kota Kendari adalah:
a. Proporsi pengunaan lahan yang tersedia, yaitu:
- 30% untuk bangunan gudang, kantor, outlet dan lantai jemur
- 20% untuk pelataran/dibangun gudang-gudang semi permanen
- 50% untuk jalan dan persiapan pengembangan kedepan, seperti tambahan
fasilitas pagar keliling, kantin, mushollah, tempat sampah, taman dan
laboratorium.
b. Komoditi perkebunan yang di pasarkan di Sub Terminal Agribisnis (STA) kota
kendari sebanyak 90% (seperti kakao, kemiri, kopra, jambu mete, pala, pinang,
cengkeh dan lada).
c. 10% komoditi non pertanian, seperti: rumput laut dan batang kelapa.
- Pembangunan dan pemanfaatan STA kota kendari
Pembangunan sarana pemasaran Sub Terminal Agribisnis (STA) kota kendari
dilakukan dengan 4 tahapan, yaitu:

15

1) Tahapan persiapan yaitu dengan melakukan penilaian kelayakan pembangunan


fasilitas sarana dan prasarana STA kota kendari yaitu ditahun 2013.
2) Tahapan penyusunan Business plan dan sosialisasi yang dilaksanakan oleh BPTP
Provinsi Sultra dan dinas terkait tahun 2004.
3) Tahapan pembangunan fisis/konstruksi sarana pemasaran mulai tahun 2005
dibangun 3 unit gudang untuk penerimaan dan penjualan barang /produk
(penyimpanan barang). Tahun 2006, dibangun lagi 7 unit yang kegunaannya sama
dengan gudang yang pertama. Tahun 2006, juga dibangun 6 unit lantai jemur
melalui anggaran DAK 2006 yang kegunaannya untuk penjemuran dan sortasi
sebagai tempat administrasi, pertemuan para petani, pedagang pengumpul dan
pedagang antar pulau untuk keputusan harga/kontrak dan transaksi. Outlet
dibangn 1 unit tahun 2006 melalui dana DAK untuk tempat sampel-sampel
barang yang akan dipasarkan.
4) Tahap operasi dilakukan setelah pembangunan fisik dan sarana STA telah siap
pakai dan dilakukan sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen dan pengelolaan Sub
Terminal Agribisnis (STA) kota kendari yang STA-nya berbentuk UPTD (unit
pelaksana teknis daerah) dengan dilengkapi kepala UPTD dan staf-staf UPTD
sebagai pendamping, pembimbing teknis pemasaran dan perbaikan mutu yang
merupakan badan musyawarah ke petani/ kelompok tani/ Gapoktan dan pedagang
pengumpul antar pulau/ asosiasi.
- Fasilitas STA Kota Kendari
1) Fasilitas Utama
a. Kantor dilengkapi dengan komputer, internet, telpon (peralatan
pengembangan informasi pasar) meja dan lemari kantor/ rapat/ pertemuan
(aula).
b. Gudang 10 unit yang di sewakan kepada pedagang pengumpul untuk tempat
penyimpanan produk dan tempat pembelian, yang dilengkapi dengan
timbangan dan karung-karung produk.
c. Ruang promosi (outlet) yang dilengkapi dengan komoditi-komoditi contoh
produk.
d. Ruang rapat dan pertemuan yang di gunakan sebagai tempat pembinaan
manajemen, pembinaan petani/ kelompok maupun rapat pembinaan pedagang
(temu usaha).
2) Fasilitas tambahan
a. Gudang-gudang semi permanen sebanyak 10 unit sebagai kios-kios
pembelian/ penjualan.
b. Jalan utama STA sudah diaspal selebar 8 meter untuk tempat parker dan
bongkar muat.
Karakteristik Responden
Petani/ Produsen
Petani/ produsen yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 25
orang adalah petani komoditi kelapa yang memproduksi kelapa untuk kopra.

16

Karakteristik petani tersebut meliputi: umur, tingkat pendidikan, pengalaman


berusaha kopra, dan jumlah tanggungan keluarga.
Umur Petani
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
mengambil keputusan. Keadaan umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik
untuk bekerja maupun kemampuan untuk berfikir. Petani yang umurnya relative lebih
muda akan mempunyai kemampuan fisik yang lebih kuat, sehingga mempunyai
kemampuan bekerja lebih besar dibanding petani yang berumur lebih tua. Selain itu,
petani yang berumur lebih muda akan lebih dinamis dalam mengelola usahanya,
karena memiliki keberanian dalam diri mereka untuk menanggug resiko kegagalan
dari usaha taninya. Umur petani yang berusaha kopra di Sub Terminal Agribisnis kota
Kendari dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Umur petani / Responden pada Sub Terminal Agribisnis yang
Memasarkan / Mengelola Kopra di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
No
Umur (Tahun)
Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)
1.
25-34
4
16.00
2.
35-44
10
40.00
3.
45-54
8
32.00
4.
55-64
3
12.00
Jumlah
25
100.00
Sumber: Data primer( diolah) 2015

Tingkat Pendidikan
Secara teoritis, semakin tinggi pendidikan petani dengan umur yang relatife
muda, akan mempengaruhi dalam mengelola usahanya karena mereka lebih luwes
atau lebih dinamis dalam meresap informasi teknologi untuk meningkatkan
produktifitas dan mutu usaha taninya (Hermanto, 1989). Untuk lebih jelasnya
mengenai tingkat pendidikan petani/ responden dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Sub Terminal Agribisnis yang
Mengusahakan produk Kopra, di Kota Kendari
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tingkat Pendidikan
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SLTP
Tamat SLTP
Tidak Tamat SLTA
Tamat SLTA
Tamat Perguruan Tinggi (S1)
Jumlah

Jumlah Petani (Orang)


0
2
3
8
7
5
0
25

Sumber: Data primer( diolah) 2015

17

Persentase (%)
0,00
8.00
12.00
32.00
28.00
20.00
0,00
100.00

Pengalaman Berusaha Tani


Dalam penelitian ini pengalaman berusaha tani dilihat berdasarkan lamanya
seseorang melakukan usaha tani bidang perkebunan, khususnya petani kelapa yang
mengelola kelapanya menjadi kopra. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
pengalaman berusaha tani responden berkisar antara 5 sampai 40 tahun. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3. Pengalaman Berusaha Tani Perkebunan / Responden di Sub Terminal
Agribisnis Kota Kendari
N Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)
o
1.
5 10
5
20.00
2.
11 -20
6
24.00
3.
21 30
10
40.00
4.
31 -40
4
16.00
Jumlah
25
100.00
Sumber: Data primer( diolah) 2015

Jumlah Tanggungan Keluarga


Adapun jumlah tanggungan keluarga petani responden dalam penelitian ini berkisar
antara 4 11 orang. Hal ini dapat dilihat pada tebel 5.4 berikut.
Tabel 5.4. Jumlah tanggungan Keluarga Petani/ responden di Sub Terminal Agribisnis
Kota Kendari
No
1.
2.
3.

Pengalam Bertani (Tahun)


46
79
10 11
Jumlah

Jumlah Petani (Orang)


8
12
5
25

Persentase (%)
32.00
48.00
20.00
100.00

Sumber: Data primer( diolah) 2015

Karakteristik Pedagang
Pedagang yang ikut terlibat dalam pemasaran kopra di Sub Terminal
Agribisnis Kota Kendari terdapat 3 lembaga pemasaran. Ketiga jenis pedagang
tersebut adalah pedagang pengumpul kecamatan/ desa, pedagang pengumpul
kabupaten/ kota, dan pedagang antar pulau. Adapun jumlah responden masingmasing pedagang dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5. Jumlah pedagang Responden yang Terlibat Dalam Pemasaran Kopra di
Sub Terminal Agribisnis Kota Kendari
No
1.

Pengalam Bertani (Tahun)


Pedagang Pengumpul

Jumlah Petani (Orang)


7

18

Persentase (%)
41.18

Kecamatan/ Desa
Pedagang Pengumpul
4
23.53
Kabupaten/ Kota
3.
Pedagang Antar Pulau
6
35.29
Jumlah
17
100.00
Sumber: Data primer( diolah) 2015
Analisis Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan
Biaya Produksi
Di dalam suatu kegiatan untuk merencanakan usaha pengolahan kopra rakyat,
seorang petani harus mampu mempersiapkan modal dan dapat memperkirakan berapa
besarnya biaya yang akan dikeluarkan dalam pengolahan kopra. Biaya yang
dikeluarkan oleh petani responden dalam pengolahan kopra merupakan biaya
operasional yang dikeluarkan setiap pembuatan kopra yang meliputi biaya panjat
pohon kelapa, upah kupas, upah panggang kopra dan upah packing. Untuk lebih
jelasnya mengenai biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani responden di sajikan
dalam tabel 5.6.
2.

Tabel 5.6 Ratarata biaya pengolahan kopra satu tahun terakhir yang dikeluarkan oleh
petani responden di Sub Terminal Agribisnis Kota Kendari.
Nomor
Resp.

Upah Panjat
Pohon Kelapa
(Rp)

Upah Kupas
Kelapa
(Rp)

Upah Panggang
Kopra
(Rp)

Upah Packing
Kopra
(Rp)

Total Biaya
(Rp)

1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

2
240000
500000
625000
360000
120000
115000
220000
370000
250000
350000
490000
750000
110000
360000
120000
120000
250000
480000

3
480000
1000000
1250000
720000
240000
230000
440000
740000
500000
700000
980000
1500000
220000
720000
240000
240000
500000
960000

4
600000
1250000
1562500
900000
300000
287500
550000
925000
625000
875000
1225000
1875000
275000
900000
300000
300000
625000
1200000

5
48000
99990
125000
72000
24000
23000
44000
74000
50000
70000
98000
150000
22000
72000
24000
24000
50000
96000

6
1368000
2849990
3562500
2052000
684000
655500
1254000
2109000
1425000
1995000
2793000
4275000
627000
2052000
684000
684000
1425000
2736000

19

19
20
21
22
23
24
1
25
Jumla
h
Ratarata

125000
120000
250000
240000
250000
490000
2
370000
7675000

250000
240000
480000
500000
980000
740000
3
720000
15570000

312500
300000
600000
625000
1225000
925000
4
900000
19462500

25000
24000
48000
50000
98000
74000
5
72000
1556990

712500
684000
1378000
1415000
2553000
2229000
6
2062000
44264490

307000

622800

778500

62280

1770580

Keterangan :
Upah panjat terhitung
= Rp. 50 / biji
Upah Kupas Kopra terhitung
= Rp. 100 / biji
Upah Panggang Kopra terhitung = Rp. 125 / biji
Upah Packing Kopra terhitung
= Rp. 40 / kg ( Rp. 3000 / karung)
Produksi dan Penerimaan
Produksi yang dimaksud adalah kopra yang diperoleh masing masing petani
responden selama satu tahun terakhir. Produksi atau kopra yang dihasilkan oleh
petani tergantung produksi kelapa per triwulan, kalau produksi kelapa tinggi maka
produksi kopra menjadi tinggi pula. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi dan
penerimaan petani responden disajikan pada tabel 5.7
Tabel 5.7
Jumlah kopra dan penerimaan rata rata petani Responden di STA
Kota Kendari.
Penerimaa
Pemasaan Produksi Harga Satuan
No
n
Kopra
(Kg)
(Rp)
(Rp)
1.
Saluran I
38.925
5.500
21.408.7500
2.
Saluran II
38.925
6.000
233.550.000
3.
Saluran III
38.925
6.700
260.797.500
Sumber : Data Primer (diolah) 2014

Pendapatan
Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan total rata rata dengan
biaya total rata - rata yang dikeluarkan petani dalam proses pembuatan kopra dalam
satu tahun terakhir. Besarnya pendapatan petani tergantung pada jumlah produksi
yang diperoleh dan harga yang berlaku serta jumlah biaya yang dikeluarkan. Adapun
besarnya pendapatan petani responden dalam satu tahun terakhir di sajikan pada tabel
5.8.
Tabel 5.8. Pendapatan Ratarata Petani Responden Dalam Satu Tahun Terakhir di
STA Kota Kendari

20

N
o
1.
2.
3.

Pemasara
n Kopra
Saluran I
Saluran II
Saluran III

Penerimaa
n (Rp)
214.087.500
233.550.000
26.077.500

Biaya
Pendapata
(Rp)
n (Rp)
43.249.49 170.838.010
0
190.300.510
43.249.49 217.548.010
0
43.249.49
0
Sumber data primer ( diolah) 2014

Saluran Pemasaran Kopra di STA Kota Kendari


1. Saluran I
Peta
ni

PPDK

PPKK

Pabrik
Kopra di

PAP

2. Saluran II
Petan

PPKK

PAP

Pabrik
Kopra di

3. Saluran III
Petan

PAP

Pabrik
Kopra di

Gambar 5.1. Saluran Pemasaran Kopra di STA Kota Kendari


Analisis Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran
- Analisis Biaya, Margin, Keuntungan Pada Saluran I
Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran I
Tabel 5.9 Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran pada Saluran Pemasaran I
Saluran Pemasaran I
No
.
1.
2.
3.
4.

Lembaga Pemasaran

Petani
Pedagang Pengumpul
Desa/Kecamatan
Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota Pedagang Antar
Pulau
Jumlah

Biaya
(Rp/Kg
)

Keuntung
an
(Rp/Kg)

315
150
300
1.200

1.685
350
400
600

Margi
n
(Rp/Kg
)
2.000
500
700
1.800

1.965

3.035

8.500

Tabel 5.10. Jumlah biaya, keuntungan dan margin masing-masing lembaga pemasaran
pada saluran I.
21

No.
1.
2.

3.

4.

Komponen Biaya pada


tiap Lembaga Pemasaran

5.500

Harga
Beli/Harg
a Pokok
(Rp/Kg)
3.500

6.000

5.500

Harga
Jual
(Rp/Kg)

Petani
Biaya Pengelolaan Kopra
Pedagang Pengumpul
Desa/Kecamatan
Bongkar muat
Transportasi
Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota
Bongkar muat
Transportasi
Pedagang Antar Pulau
Bongkar muat
Transportasi
Retribusi/SP3
Penyusutan diperjalanan ke
pabrik
Total

6.700

6.000

Margin
Biaya Keuntungan
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
(Rp/Kg)
2.000

315
315

1.685

500

150

350

700

50
100
300

400

8.500

6.700

1.800

5.000

50
250
1.200
125
500
50
525
1.965

Analisis Biaya, Keuntungan dan Margin Pada Saluran II


Besarnya biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran akan menentukan besar
kecilnya keuntungan dan margin pemasaran pada saluran pemasaran II, kopra yang
dipasarkan di STA Kota Kendari melalui Saluran pemasaran II dapat dilihat pada
tabel 5.11 dan tabel 5.12
Tabel 5.11.
Jumlah biaya, margin dan keuntungan pemasaran pada Saluran
Pemasaran II.
No.
1.
2.
3.

Lembaga Pemasaran
Petani
Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota
Pedagang Antar Pulau
Jumlah

Tabel 5.12.

Saluran Pemasaran II
Biaya
Keuntungan
Margin
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
651
1.885
2.500
300
400
700
1.200
2.115

600
2.885

1.800
5.000

Jumlah biaya, keuntungan dan margin masing-masing lembaga


pemasaran pada Saluran Pemasaran II.

22

600

3.035

No
.

Komponen Biaya pada


tiap Lembaga Pemasaran

1.

Petani
Biaya Pengelolaan Kopra
Biaya transportasi
Bongkar muat
Pedagang Pengumpul
Kabupaten/Kota
Bongkar muat
Transportasi
Pedagang Antar Pulau
Bongkar muat
Transportasi
Retribusi/SP3
Penyusutan sampai
potongan pabrik surabaya
Total

2.

3.

Harga
Jual
(Rp/Kg)
6.000

6.700

Harga
Beli/Harga Margin
Pokok
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
3.500
2.500

6.000

700

8.500

6.700

1.800

5.000

Biaya
(Rp/Kg)

Keuntungan
(Rp/Kg)

615
315
250
50

1.885

300

400

50
250
1.200
125
500
50
525
2.115

600

2.885

Analisis Biaya, Keuntungan dan Margin pada Saluran Pemasaran III


Analisis biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran pada saluran
pemasaran III yaitu petani langsung menjual kepada Pedagang Antar Pulau, untuk
lebih jelasnya jumlah biaya, margin, dan keuntungan pada saluran pemasaran III
dapat dilihat pada tabel 5.13 di bawah ini.
Tabel 5.13. Jumlah biaya, margin dan keuntungan Saluran Pemasaran III
No.
1.
2..

Lembaga Pemasaran
Petani
Pedagang Antar Pulau
Jumlah

Tabel 5.14.

Saluran Pemasaran II
Biaya
Keuntungan
Margin
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
751
2.485
3.200
1.200
600
1.800
1.915
3.085
5.000

Jumlah biaya, keuntungan dan margin masing - masing lembaga


pemasaran pada Saluran Pemasaran III.

No.

Komponen Biaya pada


tiap Lembaga Pemasaran

Harga
Harga
Beli/Harga
Jual
Pokok
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
3
4

23

Margin
(Rp/Kg)

Biaya
(Rp/Kg)

Keuntungan
(Rp/Kg)

1.
2.

Petani
Biaya Pengelolaan Kopra
Biaya transportasi
Bongkar muat
Pedagang Antar Pulau
Bongkar muat
Transportasi
Retribusi/SP3
Penyusutan sampai
potongan pabrik surabaya
Total

6.700

3.500

3.200

2.485

1.800

715
315
350
50
1.200
125
500
50
525

8.500

6.700

5.000

1.915

3.085

Analisis Efisiensi Pemasaran


Efisiensi pemasaran dalam penelitian ini dilihat dari sudut pandang
produsen ( petani ) dan pengusaha, yaitu untuk pengusaha / pengumpul dengan tujuan
bagaimana mencapai keuntungan ( profit ) kompetitif dengan biaya yang lebih rendah
yang didasarkan pada hubungan antara total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh
lembaga pemasaran dengan harga penjualan di pabrik kopra Surabaya. Sedangkan
untuk petani ( produsen ) dilihat pada tingkat pendapatan p etani yaitu persentase
bagian harga yang diterima petani pada masing - masing saluran pemasaran dihitung
berdasarkan margin pemasaran dan harga pada Pedagang Antar Pulau. Efisiensi
pemasaran ditunjukkan oleh margin pemasaran, harga ditingkat konsumen dan jumlah
pesaing yang terlibat. Efisiensi pemasaran dari 3 (tiga) saluran pemasaran kopra di
STA Kota Kendari berdasarkan biaya pemasaran disajikan pada tabel 5.15.
Tabel 5.15.
No
.
1.
2.
3.

Efisiensi pemasaran kopra pada 3 saluran pemasaran berdasarkan


biaya pemasaran.
Uraian

Saluran I

Saluran II

Saluran III

Total Biaya Pemasaran


Nilai Penjualan (Rp/Kg)
Efisiensi Pemasaran

1.965
8.500
23,12

2.115
8.500
24,88

1.915
8.500
22,53

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan untuk menentukan
efisiensi Saluran Pemasaran Kopra di Sub Terminal Agribisnis Kota Kendari maka
dapat disimpulkan oleh penulis sebagai berikut :

24

600

1. Pemasaran Kopra di Sub Terminal Agribisnis melalui 3 (tiga) saluran pemasaran


yaitu Saluran I, II, dan III, dengan melibatkan Petani, Pedagang Pengumpul
Desa/Kecamatan (PPDK), Pedagang Pengumpul Kabupaten/Kota (PPKK),
Pedagang Antar Pulau (PAP) dan Pabrik Kopra di Surabaya sebagai konsumen
akhir.
2. Margin, biaya dan keuntungan yang diperoleh masing - masing lembaga
pemasaran yang terlibat dari hasil penelitian terlihat saluran pemasaran III sangat
menguntungkan dilalui oleh petani karena nilai yang diperoleh dengan biaya Rp.
715 / kg menghasilkan keuntungan Rp. 2.485 / kg dengan margin Rp. 3.200 / kg
sedangkan saluran pemasaran II dengan biaya Rp. 615 / kg menghasilkan
keuntungan Rp. 1.885 / kg dengan margin Rp. 2.500 / kg dan saluran pemasaran I
dengan biaya Rp. 315 / kg menghasilkan Rp. 1.685 / kg dan margin Rp. 2.000 /
kg. Jadi saluran pemasaran III adalah saluran pemasaran yang terbaik untuk
digunakan petani, namun di STA Kota Kendari hanya 7% yang menggunakan
saluran pemasaran III.
3. Dari 3 (tiga) saluran pemasaran yang ada di STA Kota Kendari saluran pemasaran
III yang menunjukkan paling efisien diantara saluran pemasaran I dan II karena
tingkat efisiensi yang paling tinggi adalah yang mempunyai persentase paling
rendah yaitu saluran pemasaran III = 22,53%; saluran pemasaran II = 24,88% dan
saluran pemasaran I = 23,12%.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan
saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan tingkat efisiensi pemasaran kopra di STA Kota Kendari
sebaiknya perlu diperhatikan proses pola pemasarannya agar petani dalam
melakukan penjualan kopra lebih efektif dan tidak dirugikan sehingga petani yang
ingin terus melakukan produksi kopra terus bertambah dan STA Kota Kendari di
himbau agar mampu memberikan edukasi ke petani akan manfaat berkelompok
untuk modal usaha sehingga dapat memperkuat produksi kopra yang hasilnya
sudah siap untuk dikirim langsung di Pabrik Kopra di Surabaya sehingga pola
pemasaran kopranya akan lebih pendek.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sama yaitu dalam
rangka melakukan analisis efektifitas pemasaran kopra ataupun hasil perkebunan
lainnya disarankan untuk menganalisis secara lebih detail penyebab besarnya
perbedaan tingkat efisiensi pemasaran dengan memperhatikan faktor faktor
internal maupun eksternal yang mempengaruhi tingkat efisiensi pemasaran, serta
bisa juga menambahkan pola pemasaran yang lebih beragam agar bisa lebih jelas
terlihat perbedaan dari tiap tiap pola pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA

25

Badan Agribisnis, Departemen Pertanian. 2000. Petunjuk Tenis Pengembangan Sub


Terminal Agribisnis. Jakarta.
Budiono. 1992. Ekonomi Mikro, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi. BPFE
Universitas Gajah Mada, Jogyakarta.
Clindi, F. 1988. Dasar-dasar Marketing Modern. Liberty, Jakarta
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Fanani, Z. 2002. Efisiensi Pemasaran Ayam Pedaging Model Kemitraan di
Kabupaten Malang. J. Ilmiah Ilmu Peternakan dan Perikanan. 18: 1181-1190.
Hermanto, F. 1988. Ilmu Usahatani. Swadaya, Jakarta.
I Made Wirartha. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi. Andi, Yogyakarta.
Kotler, P. 1983. Manajemen Pemasaran. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.
-----------. 1987. Dasar-dasar Pemasaran Edisi ke-3. Penerbit Intermedia, Jakarta.
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat, Jakarta.
Kristanto, K. 1986. Ekonomi Pemasaran Dalam Pertanian. Yayasan Obor Indonesia,
Gramedia, Jakarta.
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S, Jakarta.
Mulyadi. 1985. Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya.
BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Nurland, F. 1986. Pemasaran Produk Pertanian. LEPHAS, Ujung Pandang.
Rahardi, F. 1995. Agribisnis Perkebunan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soekartawi. 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian; Teori dan Aplikasinya.
Rajawali, Jakarta.
--------------. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian; Teori dan Aplikasinya.
Grafindo Persada, Jakarta.
--------------. 1999. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo, Jakarta.
--------------. 2001. Analisis Usaha Tani. Penerbit Indonesia Fers, Jakarta.

26

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang,


Malang.
Sugiono. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Andi, Jakarta.
Suhardiyono, L. 1993. Saluran PEmasaran, Konsep dan Strategi Analisa Kuantitatif.
BPFE-UGM, Yogyakarta.
Sukmadinata, T. 2001. Sistem Pengelolaan Teminal Agribisnis dan Sub Terminal
Agribisnis Secara Terpadu Untuk Memberikan Nilai Tambah Pelaku dan Produk
Agribisnis, Apresiasi Manajemen Kelayakan Terminal Agribisnis/Sub Teminal
Agribisnis, Pergudangan dan Distribusi. Hotel Cisarua Indah, 14-16 Agustus 2001.
Swastha, B. 1991. Saluran Pemasaran, Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif
Edisi II. BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Swastha, Basu dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty,
Yogyakarta.
Tanjung, D. 2001. Metode Analisis Kelayakan Pembangunan TA/STA. Bahan
Pelatihan : Apresiasi Manajemen Analisis Kelayakan Termina Agribisnis/Sub
Terminal Agribisnis, Distribusi dan Pergudangan. Cisarua: Tanggal 14-16 Agustus
2001.
Tambunan, A. H. 2001. Kriteria Rancangan Terminal Agribisnis/Sub Terminal
Agribisnis. Bahan Pelatihan : Apresiasi Manajemen Analisis Kelayakan Termina
Agribisnis/Sub Terminal Agribisnis, Distribusi dan Pergudangan. Cisarua: Tanggal
14 Agustus 2001.
Umar, H. 2003. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo
PErsada, Jakarta.
Warisno. 2003. Budidaya Kelapa Genjah. Kanisius IKAPI, Yogyakarta.
Winardi. 1989. Aspek-aspek Bauran Pemasaran. Mandor Maju, Bandung.

27

28

Anda mungkin juga menyukai