BAB II
ISI
A. Skenario PBL
SKENARIO
Seorang lelaki bernama Adi Nugroho berusia 19 tahun datang ke RSGMP
Unsoed dengan keadaan gigi depan berdesakan. Suku kebangsaannya adalah suku
jawa. Untuk riwayat penyakit sistemik dan riwayat dental tidak ada, selain itu pula
tidak ada family history yang berkaitan karena ayah, ibu, dan kakanya sehat.
Pemeriksaan ekstra oral menyatakan pasien memiliki bentuk kepala
brakisefalik, dan wajah lurus. Pemeriksaan intraoral memiliki palatum sempit dan
tinggi, hal ini menyebabkan pasien memiliki gigi crowding pada bagian anterior.
Serta pasien memiliki restorasi composite pada gigi 15.
Analisis diskrepansi model studi didapatkan diskrepansi pada rahang atas
kekurangan 6,7 mm, diskrepansi pada rahang bawah didapatkan kekurangan 5,2
mm. Kurve spee positf dengan ukuran 4 mm. Dia menginginkan untuk merapikan
gigi depannya yang berdesakan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Analisis Umum
a. Identitas Pasien
Rekam medik tersebut tercantum identitas pasien, indentitas pasien
tersebut sangat penting untuk menunjang pemeriksaan. Selain untuk
mendapatkan informasi dan mendapatkan persetujuan dari pasien juga
terdapat identitas yang berkaitan dengan pertumbuhkembangan dan
berkorelasi menentukan diagnosis penyakit. Diantaranya yaitu umur pasien
selain sebagai identitas pasien juga sebagai data yang berkaitan dengan
perumbuhkembangan dentomaksilofasial pasien. Hal yang dimaksud adalah
adanya perubahan fase gigi geligi dari fase gigi sulung, gigi campuran, dan
gigi permanen dan adanya perubahan tersebut berkaitan dengan umur
tipe
kepala
sebelumnya
dolikosefalik,
brakisefalik,
dan
Oleh karena itu dapat diketahui Indeks Wajah : lebar wajah x 100
Panjang wajah
Gambar 2.1 Tipe muka Leptosporop (kiri), Mesoprosop (tengah) Euriprosop
(kanan)
d. Tipe profil
Pemeriksaan profil menjadi sangat penting dikarenakanproporsi
skeletal, jurusan antropometer maupun vertikal dapat terlihat dari
pemeriksaan ini. Tipe profil dibagi menjadi 3 yatu : cekung (maloklusi
angle kelas 3), lurus, dan cembung (maloklusi angle kelas 2). Tuuan utama
pemeriksaan tipe profl diantaraya adalah menentukan poisi rahang dalam
posisi sagittal, evaluasi bibir dan letak insisivus, evaluasi proporsi wajah
dalam arah vertikal dan sudut mandibula.
e. Bibir
Pada ilmu ortodonti jaringan lunak yang berpengaruh adalah pipi,
bibir, dan lidah. Bibir juga dibagi menjadi dua, yaitu bibir kompeten dan
bibir tidak kompeten. Bibir kompeten keadaan dimana bibir cukup panjang
untuk mencapai kontak bibir atas tanpa kontraksi otot pada saat
mandibular dalam keadaan istirahat, sedangkan kadaan dimana diperlukan
kontraksi otot untuk mencapai kontak bibir atas dan bawah pada saat
mandibular dalam keadaan istirahat dinamakan bibir yang tidak kompeten.
f. Fungsi bicara
berlangsung,
frekuensi
yang
cukup
serta
intensitas
dilakukan
sebelum
Asal Tekanan
Besaran Kekuatan
Lama Berlangsung
Sangat kuat
ringan
Sangat singkat
Sangat singkat
Menelan
Tekanan lidah, bibir,
dan pipi:
Menelan
Berbicara
Istirahat
Sedang
Ringan
Sangat ringan
Singkat
Sangat singkat
Lama
Sedang
sedang
Bervariasi
Bervariasi
Tekanan intrinsic
Serat PDL
Serat gingiva
Ringan
Bervariasi
Lama
Lama
kelainan,
namun
displacement
dapat
menyebabkan
maloklusi.
a. Path of closure
Path of closure adalah arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke
oklusi sentrik. Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusi
maksimum berupa gerakan engsel sederhana melewati free way space
yang besarnya 2-3 mm, arahnya keatas dan ke depan.
Free way space adalah jarak antar oklusal pada saat mandibula dalam
posisi istirahat
1) Deviasi mandibula
Deviasi mendibula adalah apabila path of closure yang berawal dari
posisi kebiasaan mandibula akan tetapi gigi mencapai oklusi
10
11
12
Available space dan required space selain melalui teknik diatas juga dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus untuk menghitung lebar benih gigi
yaitu:
Selain itu, juga dapat pula digunakan menggunakan metode moyers yaitu
Estimasi ruangan yang diperlukan untuk gigi 3,4,5 menggunakan lebar MD gigi 32,31,41,42 pada model.
13
c. Kurva spee
Kurva spee adalah kurva dengan pusat pada suatu titik di tulang
lakrimal (lakrima) dengan radius pada orang dewasa 65-70 mm. Kurva ini
berkontak dengan empat lokasi yaitu permukaan anterior kondil, daerah
kontak distooklusi moar ketiga, daerah kontak mesiooklusi molar pertama,
dan tepi insisisal.Kurva spee dalam keadaan normalnya tidak melebihi 1,5
mm.
d. Diastema
Diastema merupakan terdapatnya ruang diantara dua gigi yang
berdekatan, dan menyebabkan gingiva diantara kedua gigi tersebut terlihat.
Diastema pada fase gigi campur merupakan keadaan normal namun dalam
keadaan fase gigi permanen perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Diastema dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Lokal, apabila terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena
mesiodens, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada,
kebiasaan jelek dan persistensi.
2) Umum, apabila terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan
oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis
(Rahardjo, 2011).
e. Analisis ukuran gigi
Ukuran gigi yang proporsional diperlukan untuk mendapatkan oklusi
yang baik. Tooth size analysis (analisis Bolton) dilakukan dengan
mengukur lebar mesiodistal setiap gigi permanen. Kemudian dibandingkan
dengan tabel standar Bolton ini. Apabila perbedaan ukuran gigi kurang
dari 1,5 mm maka jarang berpengaruh secara signifikan, sedangkan
apabila perbedaan ukuran gigi lebih dari 1,5 mm sebaiknya dimasukan
untuk pertimbangan perawatan ortodontik.
f. Midline lengkung gigi
Garis median rahang atas ditentukan oleh titik pertemuan rugae
palatina kedua kiri dan kanan untuk acuan di anterior, sedangkan di
posterior titik yang dipakai adalah titik pada raphe palatina. Pada keadaan
normal garis ini melewati titik kontak insisiv sentra latas. Kemudian
penentuan garis median rahang bawah dilakukan dengan membuat titik
pada perlekatan frenulum labial dan lingual yang biasanya melewati titik
kontak insisiv sentral bawah (Rahardjo, 2011).
14
g. Malposisi Gigi
1) Elongasi atau ekstrusi atau supraversi atau supraklusi yaitu keadaan
dimana gigi lebih tinggi dari garis oklusi.
2) Depresi atau instrusi atau infraversi atau infraklusi yaitu keadaan
3)
15
2) Overjet
Overjet insisal adalah jarak horizontal antara gigi-gigi insisivus
rahang atas dan bawah pada keadaan oklusi. Hubungan overjet yang
ideal adalah insisivus rahang atas terletas insisivus rahang bawah
dengan jarak 2-4 mm Overjet berlebihan adalah jarak yang lebih 4
mm, overjet kecil / kebalikan adalah kurang dari 2 mm, edge-to-edge
bite yaitu ketika jaraknya 0 mm. Overjet menggambarkan hubungan
16
3) Open bite
Open bite adalah keadaan yang mana gigi geligi rahang bawah
tidak menyentuh gigi geligi antagonis rahang bawah ketika oklusi
sentrik. Open bite dapat melibatkan dental atau skeletal. Open bite
dapat terjadi pada segmen anterior atau posterior dari lengkung gigi,
yang disebut open bite anterior atau open bite posterior.
17
Crossbite adalah suatu keadan saat relasi sentrik terdapat satu atau
beberapa gigi rahang atas terdapat di sebelah palatinal atau lingual
gigi-gigi rahang bawah. Crossbite dapat mengenai seluruh atau
setengah rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja. Dapat dibedakan
menjadi dua:
1) Cross bite anterior
2) Cross bite posterior
Etiologi Maloklusi
18
dan
tersumbat
jalannya
napas,
Klasifikasi Angle terdapat 3 kelas yaitu kelas I Angle (neutro oklusi), kelas
II Angle (disto oklusi), dan kelas III Angle (mesio oklusi).
1) Kelas I Angle (neutro oklusi)
Pada kelas ini, hubungan mandibula dan maksila normal dengan
tanda-tanda tonjol mesiobukal gigi M1 atas terletak di buccal groove
19
atau protrusive.
Tipe 3 : Terdapat crossbite anterior karena inklinasi gigi atas ke
palatinal.
d) Tipe 4 : Terdapat crossbite posterior.
e) Tipe 5 : Gigi posterior mengalami mesial drifting.
2) Kelas II Angle ( Disto Oklusi)
Pada kelas ini, lengkung gigi mandibula dan mandibula lebih ke arah
distal dalam hubungannya dengan maksila. Tanda-tanda pada kelas
ini antara lain tonjol mesiobukal M1 atas terletak di ruangan antara
tonjol mesiobukal M1 bawah dan tepi distal tonjol bukal P2 bawah
dan tonjol mesiolingual M1 atas terletak di embrasure tonjol
mesiobukal M1 bawah dan tepi distal tonjol bukal P2 bawah. Kelas
II Angle ini terbagi menjadi 2 divisi yaitu.
a) Kelas II Angle Divisi 1
Apabila gigi-gigi anterior maksila berinklinasi ke arah labial
atau protrusive.
b) Kelas II Angle Divisi 2
Jika gigi-gigi anterior maksila berinklinasi ke palatal atau
retrusif. Biasanya terjadi pada insisivus sentral, sedangkan
insisivus lateral proklinasi.
3) Kelas III Angle (Mesio Oklusi)
Pada kelas ini, lengkung gigi mandibula dan mandibula lebih ke arah
mesial dalam hubungannya dengan maksila. Tanda pada kelas ini
antara lain tonjol mesiobukal M1 atas terletak di antara bagian distal
tonjol distal gigi M1 bawah dan tepi mesial tonjol mesial gigi M2
bawah dan adanya crossbite anterior. Deway memodifikasi kelas III
Angle menjadi 3 tipe yaitu.
a) Tipe 1 : Pada tipe ini apabila rahang beroklusi akan
menyebabkan gigi insisivus edge to edge.
20
b)
c)
b) Ekspansi
Ekspansi adalah suatu prosedur untuk melebarkan lengkung gigi, dan
dapat dilakukan baik dalam arah sagital (protraksi) maupun
transversal. Gejala klinis yang terlihat pada defisiensi lengkung gigi
adalah kontraksi lengkung gigi, gigitan silang (anterior maupun
posterior), gigi yang berjejal serta koridor bukal yang lebar.
Beberapa
indikasi
dari
perawatan
dengan
ekspansi,
diantaranya.
(1) Gigitan silang anterior (anterior crossbite).
(2) Gigitan silang posterior (posterior crossbite) bilateral atau
unilateral.
21
22
23
Gigi
Kanan Kiri
Normal
7,6
7,6
7,40-9,75
6,5
6,5
6,05-8,10
7,8
7,5
7,05-9,32
7,2
7,2
6,75-9,00
dari 21)
Asimetris (22 lebih kemesia 12;22
dari 12)
Asimetris (13 lebih ke mesial 13;23
dari 23)
Asimetris (14 lebih ke mesial 14;24
24
dari 24)
Asimetris (15 lebih ke mesial 15;25
5,8
5,8
6,00-8,10
dari 25)
Simetris
16;26
9,8
9,8
9,95-12,10
Simetris
17;27
7,2
7,1
8,75-10,87
Rahang Bawah
Gigi
Kanan
Kiri
Normal
Simetris
31;41
5,0
5,0
4,97-6,60
6,0
6,0
5,45-6,85
6,3
6,4
6,15-8,15
7,4
7,4
6,35-8,75
6,9
7,0
6,80-9,55
11,3
12
10,62-
dari 42)
Asimetris (33 lebih ke mesial 33;43
dari 43)
Asimetris (34 lebih ke mesial 34;44
dari 44)
Asimetris (35 lebih ke mesial 35;45
dari 45)
Asimetris (36 lebih ke mesial 36;46
dari 46)
13,05
Malposisi Gigi
11
Distolabio Torsoversi
12
Mesio Palatoversi
13
Ektopik
14
Normal
15
Normal
10,1
10,7
8,90-11,37
25
16
Normal
17
Normal
18
Partial Eruption
Regio 2
Malposisi Gigi
21
Normal
22
Normal
23
Normal
24
Normal
25
Normal
26
Palatoversi
27
Normal
28
Partial Eruption
Regio 3
Malposisi Gigi
31
Normal
32
Normal
33
Mesiolabio Torsoversi
34
Mesiobuko Torsoversi
35
Palatoversi
36
Mesiolinguo Torsoversi
37
Normal
38
Uneruption
Regio 4
Malposisi Gigi
41
Normal
26
42
Distolinguo Torsoversi
43
Normal
44
Normal
45
Normal
46
Normal
47
Normal
48
Uneruption
27
28
berdasarkan
metode
pont,
didapatkan
perhitungan
29
pasien
tersebut
didapatkan
diskrepansi
berdasarkan
metode
pont,
didapatkan
perhitungan
30
interdigitasi rahang atas dan bawah dalam kondisi baik, jika dilakukan
ekspansi salah satu rahang saja tidak direkomendasikan.
Ekstraksi pada gigi 35 dengan ukuran 6,9 mm akan memberikan
ruang lebih dari diskrepansi yang dibutuhkan 6,9 mm-5,2 mm = 1,7
mm. kelebihan ruang sekitar 1,7 mm akan dapat digunakan untuk
mesialisasi gigi geligi posterior memberikan tempat bagi gigi M3
untuk tumbuh dengan baik.
b. Plat Aktif
Penggunaan labial bow berdiameter 0,7 mm digunakan pada gigi
anterior untuk menahan gigi saat dilakukan pergerakan pengkoreksian
gigi kedistal. Penggunaan cantilever tunggal berdiameter 0,5 mm
digunakan pada gigi 41,31,32,33,34 untuk menggerakan ggigi tersebut
ke distal agar crowding terkoreksi.
Oleh karena itu, berdasarkan beberapa analisis tersebut dapat
ditetapkan rencana perawatan yaitu penggunaan alat lepasan baik pada
rahang atas dan rahang bawah.