PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam nukleat adalah biopolymer yang berbobot molekul tinggi dengan unit
monomernya mononukleotida. Asam nukleat terdapat pada semua sel hidup dan
bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetic, kemudian menerjemahkan
informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas bagi masingmasing sel. Asam nukleat (bahasa Inggris: nucleic acid) adalah makromolekul
biokimia yang kompleks, berbobot molekul tinggi, dan tersusun atas rantai
nukleotida yang mengandung informasi genetik. Asam nukleat yang paling umum
adalah Asam deoksiribonukleat (DNA) and Asam ribonukleat (RNA). Asam
nukleat ditemukan pada semua sel hidup serta pada virus. Asam nukleat dinamai
demikian karena keberadaan umumnya di dalam inti (nukleus) sel.
Pada tahun 1879, Albrecht Kossel menemukan asam nukleat yang tersusun
oleh suatu gugus gula, gugus fosfat, dan gugus basa. Asam nukleat berbentuk
rantai linier yang merupakan gabungan monomer nukleotida sebagai unit
pembangunnya. Molekul ini menyimpan informasi pertumbuhan sel dan
reproduksi.
Monomer nukleotida sebagai struktur primer asam nukleat diperoleh dari hasil
hidrolisis asam nukleat. Proses hidrolisis lebih lanjut dari monomer nukleotida
akan dihasilkan asam fosfat dan nukleosida. Proses hidrolisis ini dilakukan dalam
suasana basa. Jika hidrolisis dilanjutkan kembali terhadap senyawa nukleosida
dalam larutan asam berair akan dihasilkan molekul gula dan basa nitrogen dengan
bentuk heterosiklik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Struktur, macam, dan fungsi asam nukleat
Makrobiomolekul ini mempunyai susunan yang sangat unik, yaitu berupa
polimer yang tersusun atas monomer yang disebut nukleotida. Tiap nukleotida
terdiri atas nukleosida dan asam fosfat. Nukleosida terdiri atas gula pentose
(ribose atau deoksiribosa) dan basa nitrogen heterosiklik, yaitu turunan purina
(adenine dan guanine) dan turunan pirimidina (sitosin, urasil, dan timin).
(Sumardjo,2006)
deoksiribo)nukleosidanya
terdiri
atas
deoksiadenosin,
deoksiguanosin,
gula
pada
nukleotida
berikutnya,
maka
ikatan
ini
sekaligus
meskipun
di
dalamnya
juga
terdapat
banyak
basa
N.
ini
adalah
polimer
yang
terdiri
atas
molekul-molekul
DNA
Gula : deoksiribosa
Basa : AGCT
Untai Ganda
Prokariot : Sitoplasma
Eukariot : Inti
Penyimpan informasi
Beberapa
fungsi
RNA
penting
Gula : Ribosa
Basa : AGCU
Untai Tunggal
Prokariot : sitoplasma
Eukariot : inti dan sitoplasma
Hasil transkripsi
asam
nukleat
adalah
menyimpan,
pembawa energi; koenzim pemindah asam asetat, zat gula, senyawa amino
dan biomolekul lainnya; koenzim reaksi oksidasi reduksi.
( Mustofa, 2012)
2.2 Sifat sifat asam nukleat
Sifat-sifat Fisika-Kimia Asam Nukleat
Di bawah ini akan dibicarakan sekilas beberapa sifat fisika-kimia asam
nukleat. Sifat-sifat tersebut adalah stabilitas asam nukleat, pengaruh asam,
pengaruh alkali, denaturasi kimia, viskositas, dan kerapatan apung.
b. Pengaruh asam
Di dalam asam pekat dan suhu tinggi, misalnya HClO 4 dengan suhu lebih
dari 100C, asam nukleat akan mengalami hidrolisis sempurna menjadi
komponen-komponennya. Namun, di dalam asam mineral yang lebih encer,
hanya ikatan glikosidik antara gula dan basa purin saja yang putus sehingga
asam nukleat dikatakan bersifat apurinik.
c. Pengaruh alkali
Pengaruh alkali terhadap asam nukleat mengakibatkan terjadinya
perubahan status tautomerik basa. Sebagai contoh, peningkatan pH akan
menyebabkan perubahan struktur guanin dari bentuk keto menjadi bentuk
enolat karena molekul tersebut kehilangan sebuah proton. Selanjutnya,
perubahan ini akan menyebabkan terputusnya sejumlah ikatan hidrogen
sehingga pada akhirnya rantai ganda DNA mengalami denaturasi. Hal yang
sama terjadi pula pada RNA. Bahkan pada pH netral sekalipun, RNA jauh
lebih rentan terhadap hidrolisis bila dibadingkan dengan DNA karena adanya
gugus OH pada atom C nomor 2 di dalam gula ribosanya.
d. Denaturasi kimia
Sejumlah bahan kimia diketahui dapat menyebabkan denaturasi asam
nukleat pada pH netral. Contoh yang paling dikenal adalah urea (CO(NH 2)2)
dan formamid (COHNH2). Pada konsentrasi yang relatif tinggi, senyawasenyawa tersebut dapat merusak ikatan hidrogen. Artinya, stabilitas struktur
sekunder asam nukleat menjadi berkurang dan rantai ganda mengalami
denaturasi.
e. Viskositas
DNA kromosom dikatakan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi
karena diameternya hanya sekitar 2 nm, tetapi panjangnya dapat mencapai
beberapa sentimeter. Dengan demikian, DNA tersebut berbentuk tipis
memanjang. Selain itu, DNA merupakan molekul yang relatif kaku sehingga
larutan DNA akan mempunyai viskositas yang tinggi. Karena sifatnya itulah
molekul DNA menjadi sangat rentan terhadap fragmentasi fisik. Hal ini
menimbulkan masalah tersendiri ketika kita hendak melakukan isolasi DNA
yang utuh.
f. Kerapatan apung
Analisis dan pemurnian DNA dapat dilakukan sesuai dengan kerapatan
apung (bouyant density)-nya. Di dalam larutan yang mengandung garam pekat
dengan berat molekul tinggi, misalnya sesium klorid (CsCl) 8M, DNA
mempunyai kerapatan yang sama dengan larutan tersebut, yakni sekitar 1,7
g/cm3. Jika larutan ini disentrifugasi dengan kecepatan yang sangat tinggi,
maka garam CsCl yang pekat akan bermigrasi ke dasar tabung dengan
membentuk gradien kerapatan. Begitu juga, sampel DNA akan bermigrasi
menuju posisi gradien yang sesuai dengan kerapatannya. Teknik ini dikenal
sebagai sentrifugasi seimbang dalam tingkat kerapatan (equilibrium
density gradient centrifugation) atau sentrifugasi isopiknik.
Oleh karena dengan teknik sentrifugasi tersebut pelet RNA akan berada di
dasar tabung dan protein akan mengapung, maka DNA dapat dimurnikan baik
dari RNA maupun dari protein. Selain itu, teknik tersebut juga berguna untuk
a. Absorpsi UV
Asam nukleat dapat mengabsorpsi sinar UV karena adanya basa nitrogen
yang bersifat aromatik; fosfat dan gula tidak memberikan kontribusi dalam
absorpsi UV. Panjang gelombang untuk absorpsi maksimum baik oleh DNA
maupun RNA adalah 260 nm atau dikatakan maks = 260 nm. Nilai ini jelas
sangat berbeda dengan nilai untuk protein yang mempunyai maks = 280 nm.
Sifat-sifat absorpsi asam nukleat dapat digunakan untuk deteksi, kuantifikasi,
dan perkiraan kemurniannya.
b. Hipokromisitas
Meskipun maks untuk DNA dan RNA konstan, ternyata ada perbedaan nilai
yang bergantung kepada lingkungan di sekitar basa berada. Dalam hal ini,
absorbansi pada 260 nm (A260) memperlihatkan variasi di antara basa-basa
pada kondisi yang berbeda. Nilai tertinggi terlihat pada nukleotida yang
diisolasi, nilai sedang diperoleh pada molekul DNA rantai tunggal (ssDNA)
atau RNA, dan nilai terendah dijumpai pada DNA rantai ganda (dsDNA).
Efek ini disebabkan oleh pengikatan basa di dalam lingkungan hidrofobik.
Istilah klasik untuk menyatakan perbedaan nilai absorbansi tersebut adalah
hipokromisitas. Molekul dsDNA dikatakan relatif hipokromik (kurang
berwarna) bila dibandingkan dengan ssDNA. Sebaliknya, ssDNA dikatakan
hiperkromik terhadap dsDNA.
suatu sampel DNA yang memperlihatkan nilai A260 /A280 kurang dari 1,8
dikatakan terkontaminasi oleh protein.
molekul DNA ke bentuk rantai ganda seperti semula. Renaturasi yang terjadi
antara daerah komplementer dari dua rantai asam nukleat yang berbeda
dinamakan hibridisasi.
f. Superkoiling DNA
Banyak molekul dsDNA berada dalam bentuk sirkuler tertutup atau closedcircular (CC), misalnya DNA plasmid dan kromosom bakteri serta DNA
berbagai virus. Artinya, kedua rantai membentuk lingkaran dan satu sama lain
dihubungkan sesuai dengan banyaknya putaran heliks (Lk) di dalam
molekul DNA tersebut.
Sejumlah sifat muncul dari kondisi sirkuler DNA. Cara yang baik untuk
membayangkannya adalah menganggap struktur tangga berpilin DNA seperti
gelang karet dengan suatu garis yang ditarik di sepanjang gelang tersebut. Jika
kita membayangkan suatu pilinan pada gelang, maka deformasi yang
terbentuk akan terkunci ke dalam sistem pilinan tersebut. Deformasi inilah
yang disebut sebagai superkoiling.
g. Interkalator
Geometri suatu molekul yang mengalami superkoiling dapat berubah
akibat beberapa faktor yang mempengaruhi pilinan internalnya. Sebagai
contoh, peningkatan suhu dapat menurunkan jumlah pilinan, atau sebaliknya,
peningkatan kekuatan ionik dapat menambah jumlah pilinan. Salah satu faktor
yang penting adalah keberadaan interkalator seperti etidium bromid (EtBr).
Molekul ini merupakan senyawa aromatik polisiklik bermuatan positif yang
dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal
tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan
pergeseran DNA polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Setiap
rantai DNA yang lama akan berfungsi sebagai cetakan yang menentukan
urutan nukleotida di sepanjang rantai DNA komplementer baru yang
bersesuaian dengan cara mendeteksi basa komplemennya. Monomer DNA yang
berupa nukleotida ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali
DNA polimerase bergeser. Setelah mendapatkan pasangan yang sesuai,
nukleotida yang baru tersebut disambung satu sama lain untuk membentuk
tulang punggung gula-fosfat rantai DNA yang baru. Jadi, setiap molekul DNA
terdiri atas satu rantai DNA lama dan satu rantai DNA baru. Setelah seluruh
rantai benar-benar terpisah, maka,terdapat dua molekul DNA yang sama persis
dengan satu molekul DNA induk.
Enzim DNA polimerase memiliki fungsi lain, yaitu mengoreksi DNA
yang baru terbentuk, membetulkan setiap kesalahan replikasi, dan memperbaiki
DNA yang rusak. Adanya fungsi tersebut menjadikan rangkaian nukleotida
DNA sangat stabil dan mutasi jarang terjadi.Yang berikut ini merupakan awal
dari proses replikasi DNA yang diambil dengan menggunakan mikroskop.
Enzim DNA polimerase memisahkan dua rantau DNA heliks ganda :
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses
sintesis rantai. Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu;
salah satu yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang
merupakan enzim pembantu pembentukan rantai DNA baru yang
merupakan suatu polimer. Proses replikasi diawali dengan pembukaan
untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses
pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim helikase yang dapat
mengenali titik-titik tersebut, dan enzim girase yang mampu membuka
pilinan rantai DNA. Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan
untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua
rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan
rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA
polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA
ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase
bergeser. Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti.
Proses sintesis rantai DNA baru memiliki suatu mekanisme yang
mencegah terjadinya kesalahan pemasukan monomer yang dapat berakibat
fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya kesalahan sintesis
amatlah kecil. Jadi, replikasi DNA adalah proses penggandaan molekul
DNA untai ganda. Pada sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel.
Prokariota terus-menerus melakukan replikasi DNA. Pada eukariota, waktu
terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu pada fase S siklus sel,
sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim
DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara nukleotidanukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat pula
dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase
(PCR).
Mekanisme replikasi DNA
Ada tiga cara teoretis replikasi DNA yang pernah diusulkan, yaitu
konservatif, semikonservatif, dan dispersif. Pada replikasi konservatif seluruh
tangga berpilin DNA awal tetap dipertahankan dan akan mengarahkan
pembentukan tangga berpilin baru. Pada replikasi semikonservatif tangga
berpilin mengalami pembukaan terlebih dahulu sehingga kedua untai
polinukleotida akan saling terpisah. Namun, masing-masing untai ini tetap
dipertahankan dan akan bertindak sebagai cetakan (template) bagi pembentukan
untai polinukleotida baru. Sementara itu, pada replikasi dispersif kedua untai
polinukleotida mengalami fragmentasi di sejumlah tempat. Kemudian, fragmenfragmen polinukleotida yang terbentuk akan menjadi cetakan bagi fragmen
nukleotida baru sehingga fragmen lama dan baru akan dijumpai berselangseling di dalam tangga berpilin yang baru. antara ketiga cara replikasi DNA
yang diusulkan tersebut, hanya cara semikonservatif yang dapat dibuktikan
kebenarannya melalui percobaan yang dikenal dengan nama sentrifugasi
seimbang
dalam
tingkat
kerapatan
atau
equilibrium
density-gradient
kromosom prokariota dapat mengalami reinisiasi replikasi pada dua ori yang
baru terbentuk sebelum putaran replikasi yang pertama berakhir. Akibatnya, selsel hasil pembelahan akan menerima kromosom yang sebagian telah
bereplikasi.
Protein DnaA membentuk struktur kompleks yang terdiri atas 30 hingga
40 buah molekul, yang masing-masing akan terikat pada molekul ATP. Daerah
ori akan mengelilingi kompleks DnaA-ATP tersebut. Proses ini memerlukan
kondisi superkoiling negatif DNA (pilinan kedua untai DNA berbalik arah
sehingga terbuka). Superkoiling negatif akan menyebabkan pembukaan tiga
sekuens repetitif sepanjang 13 pb yang kaya dengan AT sehingga
memungkinkan terjadinya pengikatan protein DnaB, yang merupakan enzim
helikase, yaitu enzim yang akan menggunakan energi ATP hasil hidrolisis untuk
bergerak di sepanjang kedua untai DNA dan memisahkannya.
Untai DNA tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya
diselubungi oleh protein pengikat untai tunggal atau single-stranded binding
protein (Ssb) untuk melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik dan
mencegah renaturasi. Enzim DNA primase kemudian akan menempel pada
DNA dan menyintesis RNA primer yang pendek untuk memulai atau
menginisiasi sintesis pada untai pengarah. Agar replikasi dapat terus berjalan
menjauhi ori, diperlukan enzim helikase selain DnaB. Hal ini karena
pembukaan heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran baru berupa
superkoiling positif. Superkoiling negatif yang terjadi secara alami ternyata
tidak cukup untuk mengimbanginya sehingga diperlukan enzim lain, yaitu
topoisomerase tipe II yang disebut dengan DNA girase. Enzim DNA girase ini
merupakan target serangan antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat
mencegah berlanjutnya replikasi DNA bakteri.
Seperti telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai
pengarah maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks
yang disebut primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval
1.000 hingga 2.000 basa. Primosom terdiri atas helikase DnaB dan DNA
primase. Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan
mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks
multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah
dan separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis
pada kedua untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama. Masing-masing
bagian dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit a, yang mempunyai
fungsi polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai fungsi
penyuntingan berupa eksonuklease 3 5. Selain itu, terdapatsubunit b yang
menempelkan polimerase pada DNA. Begitu primer pada untai tertinggal
dielongasi oleh DNA polimerase III, mereka akan segera dibuang dan celah
yang ditimbulkan oleh hilangnya primer tersebut diisi oleh DNA polimerase I,
yang mempunyai aktivitas polimerase 5 3, eksonuklease 5 3, dan
eksonuklease penyuntingan 3 5. Eksonuklease 5 - 3 membuang primer,
sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya,
fragmen-fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase. Secara in
vivo, dimer holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini membentuk
kompleks berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan adanya
replisom sintesis DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap detik.
Kedua garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180C dari ori.
Di sekitar daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan
gerakan garpu replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus,
suatu inhibitor bagi helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran
hasil replikasi masih menyatu. Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase
IV. Masing-masing lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikanke dalam
kedua sel hasil pembelahan. Replikasi DNA eukariota
Pada eukariota, replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam
interfase. Untuk memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein
kompleks yang disebut siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclindependent protein kinases (CDKs), yang berturut-turut akan diaktivasi oleh
sinyal pertumbuhan yang mencapai permukaan sel. Beberapa CDKs akan
melakukan fosforilasi dan mengaktifkan protein-protein yang diperlukan untuk
inisiasi pada masing-masing ori.Berhubung dengan kompleksitas struktur
kromatin, garpu replikasi pada eukariota bergerak hanya dengan kecepatan 50
pb tiap detik. Sebelum melakukan penyalinan, DNA harus dilepaskan dari
nukleosom pada garpu replikasi sehingga gerakan garpu replikasi akan
diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan kecepatan seperti ini
diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul DNA kromosom pada
kebanyakan mamalia.
Sederetan sekuens tandem yang terdiri atas 20 hingga 50 replikon
mengalami inisiasi secara serempak pada waktu tertentu selama fase S. Deretan
yang mengalami inisasi paling awal adalah eukromatin, sedangkan deretan yang
agak lambat adalah heterokromatin. Daerah sentromer dan telomer dari DNA
bereplikasi paling lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas
struktur
kromatin
yang
berbeda-beda
terhadap
faktor
inisiasi.
Seperti halnya pada prokariota, satu atau beberapa DNA helikase dan Ssb yang
disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A) diperlukan
untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang
berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen
untai tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase
yang merupakan bagian integral enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan
meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA
polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal.
Baik DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan.
Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang
disebabkan oleh adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell
nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim
DNA polimerase III pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan
histon di dalam sel juga mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan
dengan garpu replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesinmesin tersebut dapat divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli
DNA yang sedang bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog
timidin, yaitu bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli
tersebut dilakukan dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang
mengenali BUdR.
Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya karena tidak
ada DNA yang dapat menggantikan RNA primer yang dibuang dari ujung 5
untai tertinggal. Dengan demikian, informasi genetik dapat hilang dari DNA.
Untuk mengatasi hal ini, ujung kromosom eukariota (telomer) mengandung
beratus-ratus sekuens repetitif sederhana yang tidak berisi informasi genetik
dengan ujung 3 melampaui ujung 5. Enzim telomerase mengandung molekul
RNA pendek, yang sebagian sekuensnya komplementer dengan sekuens
repetitif tersebut. RNA ini akan bertindak sebagai cetakan (templat) bagi
penambahan sekuens repetitif pada ujung 3.
Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas telomerase mengalami
penekanan di dalam sel-sel somatis pada organisme multiseluler, yang lambat
laun akan menyebabkan pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika
pemendekan mencapai DNA yang membawa informasi genetik, sel-sel akan
menjadi layu dan mati. Fenomena ini diduga sangat penting di dalam proses
penuaan sel. Selain itu, kemampuan penggandaan yang tidak terkendali pada
kebanyakan sel kanker juga berkaitan dengan reaktivasi enzim telomerase.
Gambar 6. DNA
Replikasi DNA. Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi
dua untai tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan topoisomerase (11)
yang mengurangi tegangan untai DNA. Untaian DNA tunggal dilekati oleh
protein-protein pengikat untaian tunggal (10) untuk mencegahnya membentuk
heliks ganda kembali. Primase (6) membentuk oligonukleotida RNA yang
disebut primer (5) dan molekul DNA polimerase (3 & 8) melekat pada seuntai
tunggal DNA dan bergerak sepanjang untai tersebut memperpanjang primer,
membentuk untaian tunggal DNA baru yang disebut leading strand (2) dan
lagging strand (1). DNA polimerase yang membentuk lagging strand harus
mensintesis segmen-segmen polinukleotida diskontinu (disebut fragmen
Okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4) kemudian menyambungkan potonganpotongan lagging strand tersebut.
(Anonymous a,2012)
Jenis RNA
RNA dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu RNA genetik dan
RNA non-genetik.
1. RNA genetik
RNA genetik memiliki fungsi yang sama dengan DNA, yaitu sebagai
pembawa keterangan genetik. RNA genetik hanya ditemukan pada makhluk
hidup tertentu yang tidak memiliki DNA, misalnya virus. Dalam hal ini fungsi
RNA menjadi sama dengan DNA, baik sebagai materi genetik maupun dalam
mengatur aktivitas sel.
2. RNA non-genetik
RNA non-genetik tidak berperan sebagai pembawa keterangan genetik
sehingga RNA jenis ini hanya dimiliki oleh makhluk hidup yang juga memiliki
DNA. Berdasarkan letak dan fungsinya, RNA non-genetik dibedakan menjadi
mRNA, tRNA, dan rRNA.
1) mRNA (messenger RNA) atau ARNd (ARN duta)
mRNA
merupakan
RNA
yang
urutan
basanya
komplementer
(berpasangan) dengan salah satu urutan basa rantai DNA. RNA jenis ini
merupakan polinukleotida berbentuk pita tunggal linier dan disintesis oleh DNA
di dalam nukleus. Panjang pendeknya mRNA berhubungan dengan panjang
pendeknya rantai polipeptida yang akan disusun. Urutan asam amino yang
menyusun rantai polipeptida itu sesuai dengan urutan kodon yang terdapat di
dalam molekul mRNA yang bersangkutan. mRNA bertindak sebagai pola
cetakan pembentuk polipeptida. Adapun fungsi utama mRNA adalah membawa
kode-kode genetik dari DNA di inti sel menuju ke ribosom di sitoplasma.
mRNA ini dibentuk bila diperlukan dan jika tugasnya selesai, maka akan
dihancurkan dalam plasma.
2) tRNA (transfer RNA) atau ARNt (ARN transfer)
RNA jenis ini dibentuk di dalam nukleus, tetapi menempatkan diri di
dalam sitoplasma. tRNA merupakan RNA terpendek dan bertindak sebagai
penerjemah kodon dari mRNA. Fungsi lain tRNA adalah mengikat asam-asam
DNA
-
Letak
(Deoxyribo
Nukleat Acid)
Dalam
inti
mitokondria,
sel,
kloroplas,
inti
sel,
senriol.
Polinukleotida ganda yang
Polinukleotida
Bentuk
- Gula
-
terpilin panjang
Deoxyribosa
Golongan purin : adenine
dan pendekl
Ribosa
Golongan
purin
Basanya
dan guanine
Golongan
pirimidin
tunggal
Golongan pirimidin :
Fungsi
yang menurun
mengontrol sifat
sintesis protein
sintesis RNA
sintesis protein
Dipengaruhi
Kadarnya
protein.
protein.
Macam ARN :
dengan
ARN duta
ARN ribosom
Timin,
Cytosin
dengan
Guanin.
Kedua
ARN transfer
sintesis
Sintesis RNA
Sintesis RNA (atau transkripsi) dapat didefinisikan sebagai proses
mentransfer informasi dari urutan nukleotida DNA ke urutan RNA.Dalam
organisme multi-selular (eukariota), mereka telah berevolusi jauh lebih
kompleks mekanisme pengaturan transkripsi dari organisme uniseluler
(prokariota).Sebuah enzim besar yang dikenal sebagai transkripsi RNA
polimerase mengkatalisis. Dengan peran yang berbeda dan sifat, berbagai
transkripsi RNA polimerase mengkatalisis tipe RNA yang berbeda. Meskipun
ada perbedaan besar dalam ukuran dan jumlah subunit polipeptida, struktur
keseluruhan dari polimerase RNA di prokariota dan eukariota cukup mirip,
mengungkap asal evolusi yang sama.
Berikut ini adalah garis besar dari RNA polimerase pada eukariota:
RNA polimerase I terletak di nucleolus dan mentranskripsi ribosomal
RNA (rRNA). Ribosomal RNA, bersama dengan berbagai bentuk protein
ribosom. Satu rRNA tertentu adalah katalis untuk pembentukan ikatan peptida.
Berbagai jenis rRNA berbagai ukuran dari 120-4700 basis amina. Eukariotik
dan prokariotik rRNA yang jelas berbeda, namun kedua spesies berumur
panjang dan stabil.
RNA polimerase II lokal dengan inti, dan mentranskripsi messenger
RNA (mRNA) dan RNA nuklir paling kecil. Messenger RNA adalah pembawa
informasi genetik pada struktur primer protein dari DNA, bersama dengan fitur
khusus yang memungkinkan untuk menempel ribosom dan fungsi dalam
sintesis protein. Ukurannya tergantung pada ukuran protein untuk yang kode.
Ini cenderung relatif pendek-hidup, dan umur bervariasi dari spesies secara
molekuler spesies molekul tergantung pada peran biologis protein.
RNA polimerase III mentranskripsi RNA transfer (tRNA) dan RNA
kecil lainnya. tRNA adalah molekul kecil (65-110 nukleotida) dirancang untuk
membawa asam amino diaktifkan untuk tempat sintesis protein, ribosom. Ini
adalah berumur panjang dan stabil.
Transkripsi berlangsung dalam tiga (3) tahap:
1. Inisiasi,
2. Perpanjangan, dan
3. Penghentian.
Berikut ini menjelaskan transkripsi eukariotik:
Pada tahap inisiasi, RNA polimerase DNA pencarian untuk situs inisiasi,
juga disebut situs promotor, atau promotor. Pada tahap ini, DNA untai ganda
("tertutup"). Ini RNA polimerase / luka-struktur DNA yang disebut sebagai
kompleks ditutup. polimerase RNA kemudian unwinds bentangan pendek DNA
heliks ganda untuk menghasilkan beruntai tunggal ("terbuka") template DNA
dari yang dibutuhkan petunjuk. Ini RNA polimerase / diterminasi-struktur DNA
disebut kompleks terbuka.
Pada
tahap
perpanjangan,
RNA
polimerase
memilih
trifosfat
untuk semua bentuk RNA, termasuk messenger RNA, transfer RNA, dan RNA
ribosomal. Langkah-langkah dasar hanya dijelaskan juga berlaku untuk semua
bentuk. proses sintetik mereka berbeda terutama dalam peraturan, pengolahan
posttranscriptional, dan polimerase khusus yang berpartisipasi.
RNA sintesis dapat dirangsang dengan pemberian RNA eksogen.
Ditunjukkan dalam beberapa percobaan, al Grabowska et. menentukan tingkat
penggabungan 5p uridin radioaktif-trifosfat (UTP) ke dalam RNA disintesis
(dikembangkan dalam sistem sel-bebas dengan kromatin dari hati tikus dan
DNA polimerase RNA bergantung dari E coli). Mereka menemukan transkripsi
yang meningkat lima kali lipat setelah penambahan hati tikus RNA [6].
Kanehisa et al. and Dobrzelewski et al. memperoleh hasil yang sama dalam
sistem dari DNA ayam hidup atau betis kromatin timus dan polimerase RNA
dari E coli.
(Dendhi, 2012)
2.4 Proses transkripsi dan translokasi
Transkripsi
Transkripsi merupakan pembentukan/sintesis RNA dari salah satu rantai
DNA, sehingga terjadi proses pemindahan informasi genetik dari DNA ke RNA.
Fungsi ini disebut fungsi heterokatalis DNA karena DNA mampu mensintesis
senyawa lain yaitu RNA. Sebuah rantai DNA digunakan untuk mencetak rantai
tunggal mRNA dengan bantuan enzim polimerase. Enzim tersebut menempel
pada kodon permulaan, umumnya adalah kodon untuk asam amino metionin.
Pertama-tama, ikatan hidrogen di bagian DNA yang disalin terbuka. Akibatnya,
dua utas DNA berpisah. Salah satu polinukleotida berfungsi sebagai pencetak
atau sense, yang lain sebagai gen atau antisense. Misalnya pencetak memiliki
urutan basa G-A-G-A-C-T, dan yang berfungsi sebagai gen memiliki urutan basa
Proses transkripsi ini terjadi di dalam inti sel (nukleus). DNA tetap berada di
dalam nukleus, sedangkan hasil transkripsinya dikeluarkan dari nukleus menuju
sitoplasma dan melekat pada ribosom. Ini dimaksudkan agar gen asli tetap
terlindung, sementara hasil kopinya ditugaskan untuk melaksanakan pesan-pesan
yang dikandungnya. Jika RNA rusak, akan segera diganti dengan hasil kopian
yang baru
1. Inisiasi (permulaan)
Daerah DNA di mana RNA polimerase melekat dan mengawali
transkripsi disebut sebagai promoter. Suatu promoter menentukan di mana
transkripsi dimulai, juga menentukan yang mana dari kedua untai heliks DNA
yang digunakan sebagai cetakan.
2. Elongasi (pemanjangan)
Saat RNA bergerak di sepanjang DNA, RNA membuka untaian heliks
ganda DNA dengan bantuan enzim polimerase, sehingga terbentuklah
molekul RNA yang akan lepas dari cetakan DNA-nya.
3. Terminasi (pengakhiran)
Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase mentranskripsi
urutan
DNA yang
yang
ditranskripsi
merupakan suatu urutan RNA yang berfungsi sebagai kodon terminasi (kode
stop) yang sesungguhnya. Pada sel prokariotik, transkripsi biasanya berhenti
tepat pada akhir kodon terminasi, yaitu ketika polimerase mencapai titik
terminasi sambil melepas RNA dan DNA. Sebaliknya, pada sel eukariotik
Gambar 8. Translokasi
floem
adalah
antara
363
sampai
550
mm.jam-1.
Dengan teknik yang lebih maju, pengukuran velositas dapat dilakukan dengan
isotop11C dalam bentuk CO2 yang diberikan pada daun. Isotop ini akan
terkandung dalam fotosintat yang akan diangkut melalui pembuluh floem.
Pada 2 atau lebih posisi pada batang ditempatkan pendeteksi radiasi dengan
jarak yang telah ditetapkan.
Phloem Loading dan Unloading
Proses peningkatan konsentrasi gula pada sel-sel floem yang berada dekat
dengan sel-sel fotosintetik pada daun disebut proses pengisian floem (phloem
loading). Berdasarkan pengukuran pada berbagai spesies, terlihat bahwa
potensi osmotik sel-sel mesofil (sekitar -0,8 MPa sampai -1,8 MPa) lebih
tinggi dibanding pada pembuluh floem (antara -2,0 MPa sampai -3,0 MPa).
Karena bahan terlarut (sukrosa) pada pembuluh floem lebih tinggi dibanding
pada sel-sel mesofil.
Serapan sukrosa oleh sel peneman floem ini yang dikarenakan oleh sel
peneman ini lebih besar dan lebih aktif dibandingkan sel-sel lain pada jaringan
floem dan juga adanya penumbuhan ke dalam (ingrowth) yang menyebabkan
luas permukaan membran sel ini menjadi 3 kali lebih luas. Menyebabkan
potensi osmotic sitoplasma sel ini menjadi turun (lebih negatif) dan ini akan
merangsang air untuk masuksecara osmosis kedalam sel ini dari sel-sel
mesofil disekitarnya. Sebagai akibatnya tekanan internal pada sel peneman
akan meningkat dan mengakibatkan sukrosa bergerak masuk ke pembuluh
floem secara simplastik melalui plasmodesmata. Masuknya larutan yang
mengandung sukrosa ke pembuluh floem dari sel-sel peneman ini yang
mengakibatkan tekanan internal pada pembuluh floem pada daun lebih tinggi,
yang kemudian menjadi faktor pendorong dari aliran larutan floem, berarti
pengangkutan senyawa-senyawa yang terlarut didalamnya.
Proses pengisian >embrane> bersifat selektif. Jenis material yang di
translokasi seperti gula rafinosa : glukosa, rafinosa, dan stakiosa juga ada pada
gula alcohol: manitol, sorbitol, galaktitol, serta mio-inositol. Fruktosa jarang
diangkut kedalam pembuluh floem. Demikian juga dengan asam amino dan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bagaimana proses sintesis DNA dan RNA?
Bagaimana proses transkripsi dan translokasi?
Asam nukleat tersusun atas nukleotida, yang mana nukleotida tersusun atas
nukleosida dan fosfat. Nukleosida tersusun atas gula pentose dan basa
nitrogen (purin dan pirimidin).
Asam nukleat memiliki sifat kimia, yaitu stabilitas asam nukleat, pengaruh
asam, pengaruh alkali, denaturasi kimia, viskositas, dan kerapatan apung,
sedangkan sifat spektroskopik-termal asam nukleat meliputi kemampuan
absorpsi sinar UV, hipokromisitas, penghitungan konsentrasi asam nukleat,
penentuan kemurnian DNA, serta denaturasi termal dan renaturasi asam
nukleat.
Proses sintesis DNA berupa replikasi DNA yang terdiri atas 3 macam, yaitu
model konservatif, model semikonservatif, dan model dispersif. Sedangkan
sintesis RNA terdiri atas RNA polimerase I terletak di nucleolus dan
mentranskripsi ribosomal RNA (rRNA), lalu, RNA polimerase II lokal dengan
inti, dan mentranskripsi messenger RNA (mRNA) dan RNA nuklir paling
kecil. RNA polimerase III mentranskripsi RNA transfer (tRNA) dan RNA
kecil lainnya.
Proses Transkripsi terdiri atas insiasi, elongasi, dan terminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous a. 2012. Replikasi di prokariota dan eukariota. http://www.google.com
Di akses 20 Mei 2012
Anonymous b. 2012. Transkripsi. http://desybio.wordpress.com/tag/1-transkripsi/
Di akses 20 Mei 2012
Dendhi, Deny. 2012. Sintesis DNA.
http://denydendhi.blogspot.com/2011/03/replikasi-dna.html Di akses 20 Mei
2012
Lakitan, Benyamin.1993. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT RajaGrafindo
Persada : Jakarta
Mustofa, Kharis. 2012. Komponen Asam Nukleat. http://kharism.blog.unsoed.ac.id/
Di Akses 20 Mei 2012
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia : Buku Pnduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Susanto, Agus H. 2012. BAB II Asam Nukleat.
http://biomol.wordpress.com/bahan-ajar/asam-nukleat/ Di akses 20 Mei 2012