Anda di halaman 1dari 13

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Tempat Asal
Pekerjaan
Status Perkawinan
Suku
Agama
Tanggal Masuk
Tanggal Pemeriksaan

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Ny. N
44 tahun
Perempuan
(400 meter dari puskesmas)
Penjahit
Sudah Kawin
Aceh
Islam
9 Oktober 2014
9 Oktober 2014

ANAMNESA
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Riwayat Penyakit sekarang

:
:
:

Riwayat Penggunaan Obat

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Terdahulu :

III.

IV.

STATUS PRESENT
Keadaan umum :
Kesadaran
:
Tekanan Darah :
Nadi
:
Laju Pernapasan :
Suhu
:

Demam, batuk kering 4 bulan.


Pasien datang dengan keluhan batuk kering
yang dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.
Pasien mengaku terkadang keluhannya
disertai demam dan malaise( demamnya
kayak mana?). Pasien menyangkal adanya
penurunan berat badan, keringat malam,
sesak napas malam hari, dan nyeri dada.
Pasien mengaku diberi obat oleh mantri tapi
tidak kunjung sembuh. Pasien tidak
mengingat obat apa yang diberikan. Selama
ini pasien mengkonsumsi obat DM
yaitulinodiab (gliclazide).
Ibu pasien menderita DM, 7 orang saudara
kandung pasien juga menderita DM.
Sedangkan
Ayah
pasien
mengalami
hipertensi.
Riwayat diabetes melitus sejak 7 tahun yang
lalu (mulai dari 2007)

Baik
Kompos Mentis
100/80 mmHg
72 kali/menit
20 kali/menit
36,50C

PEMERIKSAAN FISIK

Leher

Thorax
Inspeksi :
Palpasi
:
Perkusi :
Auskultasi :
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

:
:
:

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening


Gerakan dada simetris
Stem fremitus meningkat
Redup

Auskultasi :

Ictus cordis tidak terlihat


Ictus cordis teraba
- Atas : ICS II linea parasentralis sinistra
- Kanan : ICS IV linea parasentralis dextra
- Kiri
: ICS IV linea midclavikula sinistra
BJ 1> BJ 2

Abdomen
Inspeksi :
Palpasi
:
Perkusi :
Auskultasi :

Sikatriks (-), massa (-), perubahan warna (-)


Tidak terdapat adanya asites
Timpani
Peristaltik dalam batas normal

Ekstremitas Superior : Lesi (-/-), edema (-/-), sianosia (-/-), akral dingin (-/-),
turgor kulit normal
Ekstremitas Inferior : Lesi (-/-), edema (-/-), sianosia (-/-), akral dingin (-/-),
turgor kulit normal
V.

Pemeriksaan Penunjang
Laboraturium : BTA (+)
Radiologi
: Tidak dilakukan

VI.

DIAGNOSIS BANDING
1. Pneumonia
2. Bronkiektasis
3. Abses paru
4. Kanke r paru
5. Asma bronkial

VII.

DIAGNOSIS KERJA
1. Tuberkulosis Paru

VIII.

PENATALAKSANAAN
Diberikan OAT KDT :
1. Rifampisin 150mg
2. Isoniazid 75mg

3. Pirazinamid 400mg
4. Etambutol 275mg
Diminum 4x1 hari diminum pada malam hari selama 2 bulan tanpa putus.
IX.

PROGNOSIS

TUBERKULOSIS PARU
1.1 Defenisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kronik kuman
Mycobacterium tuberculosis complex .
1.2 Epidemiologi
Berdasarkan pedoman penangulangan TB di Indonesia tahun 2011,
Indonesia termasuk negara dengan prevalensi TB terbanyak ke 5 setelah
Nigeria.
1.3 Etiologi
Kuman penyebab penyakit TB adalah Mycobacterium tuberculosis.
Kuman ini berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora
dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 0,6 m dan panjang
1 4 m. Dinding M.tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor,
dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Unsur lain
yang terdapat pada diniding sel bakteri tersebut adalah polisakarida
sepertiarabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang
kompleks tersebut menyebabkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam,
yaitu apabilasekali diwarnai, tahan terhadapupaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam alkohol (Konsesus).
1.4 Masa Tunas
1.5 Cara Penularan
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak(droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangijumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh
kuman.Percikan dapat bertahan selamabeberapa jam dalam keadaan
yang gelap dan lembab.
d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pmeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan


oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut
.
1.6 Patogenesis
A. TUBERKULOSIS PRIMER
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas
akanbersarang di jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu
sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer. Dari
sarang primer akankelihatan peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks
primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang
Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya Salah satu contoh
adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat
penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar
hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman
tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini
ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada
lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai
epituberkulosis.
b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun
ke paru sebelahnya. Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus.
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Kejadianpenyebaran
ini sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan
virulensi basil. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara
spontan, akan tetapibila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa,typhobacillosis
Landouzy.Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis
pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin
berakhir dengan :

Sembuh dengan meninggalkan sekuele(misalnya pertumbuhan


terbelakang
pada
anak
setelah
mendapat
ensefalomeningitis,tuberkuloma ) atau
Meninggal.
Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.
B. TUBERKULOSIS POST-PRIMER
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian
tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Bentuk
tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat,
karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer
dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal
dari lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya
berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang pneumonik ini
akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresopsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan
cacat
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses
penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
akan membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan
akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya dapat juga
sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan
menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Nasib kaviti ini :
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik
baru. Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola perjalanan
seperti yang disebutkan diatas
Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan
disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tapimungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan
menjadi kaviti lagi
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yangdisebut
open healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus
diri, akhirnya mengecil sehingga kelihatan seperti bintang
(stellate shaped).
1.7 Diagnosis
1. Gejala klinik

Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala


respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik
Batuk 3 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
b. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam,
anoreksia, berat badan menurun
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
bila TB dengan fibrosisditemukan atrofi dan retraksi
interkostal
Palpasi : fremitus meningkat karena terdapat infiltrat yang luas, sering pada
apeks paru
Perkusi :
redup, jika ada kavitas hipersonor
Auskultasi :
suara napas bronkial ditambah adanya suara napas
tambahan ronki basah kasar. Jika ada kavitas amforik
3. Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Hal ini sangat penting dalam penegakan diagnosis. Bahan untuk
pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari: dahak, cairan
pleura,liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung,
kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces
dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarumhalus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut
atau dengan cara:
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dapat dilakukan
dengan cara:
Mikroskopik : - Pewarnaan Ziehl-Nielsen
- Pewarnaan Kinyoun Gabbett
Biakan
lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan
ialah bila :
2 kali positif, 1 kali negatif Mikroskopik positif
1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali , kemudian
bila 1 kali positif, 2 kali negatif Mikroskopik positif

bila 3 kali negatf Mikroskopik negatif


4. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru dan segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas
Kalsifikasi atau fibrotik
Kompleks ranke
Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Polymerase chain reaction (PCR)
2. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda: ELISA, ICT, PAP
3. Pemeriksaan BACTEC
4. Pemeriksaan Cairan Pleura
5. Pemeriksaan histopatologi jaringan berupa granuloma dgn
perkejuan
6. Pemeriksaan darah
7. Uji tuberkulin biasanya dilakukan pada anak-anak, dipakai tes
mantoux dgn menyuntikan 0,1 cc tuberkulin P.P.D (purified protein
derivative)
Hasil tes mantoux dibagi dalam:
Negatif
: indurasi 0-5 mm
Meragukan : indurasi 6-9 mm
Positif
: indurasi 10-15 mm
Positif
: indurasi >15 mm

6. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
Rifampisin
INH
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari :
Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin
150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol
275 mg dan
Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid. 400 mg
3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin
Kuinolon
Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, makrolid,
amoksilin + asam klavulanat
Derivat rifampisin dan INH
Tabel 1. Ringkasan paduan obat TB
Kategori
Kasus
Paduan Obat Yang Keterangan

II

- TB paru BTA
+,
BTA - , lesi
luas
- TB di luar
paru
kasus berat
- Kambuh
Gagal
pengobatan

dianjurkan
2RHZE / 4RH atau
2 RHZE / 6 HE atau
2RHZE / 4R3H3

-3 RHZE / 6 RH
Bila
-2 RHZES lalu sesuai streptomisin
hasil uji
alergi, dapat
resistensi atau
diganti
kanamisin
2RHZES/1RHZE /
5R3H3E3
III
-TB paru lalai Sesuai
lama
berobat
pengobatan
sebelumnya,
lama
berhenti
minum
obat
dan
keadaan
klinik, bakteriologik &
radiologik saat ini
(lihat
uraiannya) atau
2RHZES / 1RHZE /
5R3H3E3
IV
-TB paru BTA 2 RHZ / 4 RH atau
neg.
6 RHE atau
lesi minimal
2RHZ / 4 R3H3
-TB di luar
paru
kasus ringan
V
- Kronik
Sesuai uji resistensi
atau
H seumur hidup
VI
- MDR TB
Sesuai uji resistensi +
kuinolon
atau H seumur hidup
Catatan : Obat yang digunakan dalam Program Nasional TB
Tabel 2. Efek samping obat TB

7. Komplikasi
Komplikasi dini :
Pleuritis
Efusi pleura
Empiema
Laringitis

Komplikasi lanjut :
Sindrom obstruksi pasca TB (SOPT)
Fibrosis paru
Sinrom gagal napas
Kor pulmonal
Kavitas TB
TB milier

Pencegahan dan Pengawasan


1. Tahap pencegahan penyakit
a. Primary prevention
1. Health promotion
a. Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai tindakan yang dapat
dilakukan untuk pencegahan penularan penyakit TB Paru dalam
keluarga, seperti:
Memisahkan makanan dengan penderita TB Paru
Memisahkan alat makan yang dipakai pendeita TB Paru
Menjauhkan anggota keluarga lain dari penderita TB Paru saat batuk
Menghindari penularan melalui dahak pasien penderita TB Paru
Menyediakan tempat khusus unrtuk pasien TB Paru membuang dahak saat
batuk
b. Tindakan yang dapat dilakukan keluarga dalam upaya pencegahan
penularan TB Paru, seperti:
Membuka jendela rumah
Menjemur kasus pasien TB Paru
c. Mengingatkan pada penderita TB Paru untuk menutup mulut saat
batuk agar kuman TB tidak menyebar ke udara dan mencegah
penularan ke orang lain

d. Mengkonsumsi makanan gizi seimbang sebagai perlindungan awal


terhadap penyakit
e. Menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari kemungkinan
bakteri M. Tb
2. Specific protection
a. Pemberian vaksin BCG untuk semua infant (< 2 bulan ) dengan dosis
normal 0,05 ml untuk neonates dan bayi sedangkan 0,1 ml untuk
anak
b. Meningkatkan hygiene sanitasi perorangan
c. Mengkonsumsi makanan gizi seimbang
d. Membatasi diri dengan orang yang menderita tuberculosis dalam
waktu cukup lama
b. Secondary prevention
1. Early diagnosis
a. Memerikasakan ke pelayanan kesehatn apabila ada tanda atau gejala
penyakit tuberkulosis paru seperti, batuk lebih dari 3 minggu disertai
demam, keringat malam, nyeri dada agar mendapatkan penanganan
yang tepat
b. Melakukan pemeriksaan kesehatn secara berkala
c. Bila sudah terdiagnosa penyakit tuberculosis paru, maka penderita
harus rutin melakukan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara
cepat dan tepat agar tidak agar tidak menimbulkan komplikasi lebih
lanjut
2. Disability limitation
a. Pengobatan pada penderita tuberculosis paru secara tepat dan
adekuat. Pengobatan dilakukan secar rutin selama 6 sampai 12
bulan agar tuntas dan kuman tidak terdapat lagi pada tumbuh
penderita
b. Pengobatan yang adekuat agar tidak menimbulkan komplikasi
3. Tertiary Prevention
Rehabilitasi
a. Psikoterapi: rehabilitasi kejiwaan agar penderita tidak depresi karena
penyakit yang dideritanya. Tujuan dari psikoterapi ini adalah agar
penderita lebih percaya diri untuk kembali bersosialisasi dengan
masyarakat
2. Pencegahan upaya kuratif
a. Tujuannya: Memutuskan rantai penularan, mengobati dan mencegah
timbulnya kecacatan akibat komplikasi
b Medikamentosa: Dengan program MDT, barupa pengobatan dengan OAT
secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai