Oleh :
Pupus Ledysta
G99141056
Ekkim Al Kindi
G99141057
Pembimbing
dr. Bayu Basuki Wijaya, Sp.PD.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R AK AR TA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Pupus Ledysta
G99141056
Ekkim Al Kindi
G99141057
Pembimbing
LAPORAN KASUS
I. Identitas Penderita
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
No. RM
:
:
:
:
:
:
:
Tn. T
55 tahun
Laki-laki
Islam
Buruh
Paron, Ngawi, Jawa Timur
01255033
Suku
Agama
Status
Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
:
:
:
:
:
:
Jawa
Islam
Kawin
61
172
20,61 (kesan: underweight)
Masuk Bangsal
Pemeriksaan
: 19 Mei 2014
: 20 Mei 2014
aktivitas dan membaik setelah digunakan untuk beristirahat dan makan. Lemas
disertai rasa nggliyer saat beraktivitas.
Pasien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan sejak 1 bulan
SMRS. Pasien makan 3 kali sehari sebanyak 2-3 sendok tetapi terkadang
langsung dimuntahkan kembali. Penurunan nafsu makan disertai dengan
penurunan berat badan lebih dari 5 kg dalam waktu 1 bulan.
Pasien mengatakan BAK 2-3 kali sehari, air kencing berwarna seperti
teh, sebanyak 1-1 gelas belimbing setiap BAK. Pasien tidak mengeluhkan
adanya nyeri maupun anyang-anyangan saat BAK. BAK tidak disertai darah.
BAB pasien tidak ada keluhan, 1x/hari berwarna kuning kecoklatan dengan
konsistensi padat lunak tanpa disertai dengan darah dan lendir maupun BAB
hitam. Pasien menyangkal adanya sesak, demam, dan juga tidak ada keluhan
badan berwarna kuning.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Riwayat sakit gula
2. Riwayat sakit jantung
5. Riwayat asma
6. Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
3. Riwayat darah tinggi : disangkal
4. Riwayat sakit ginjal : disangkal
: disangkal
: disangkal
7. Riwayat sakit liver :
Pasien
menyatakan pernah menderita sakit kuning
pada waktu kecil. Pasien mendapatkan
pengobatan dan sembuh.
Pasien pernah dirawat di RS Siloam Jambi
dengan diagnosis Hepaotcellularcarcinoma
D. RiwayatPenyakitKeluarga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
E. Riwayat Keluarga
55 th
F. Riwayat Kebiasaan
1.Riwayat minum obat-obatan bebas
: disangkal
2.Riwayat merokok
pasien
Pasien makan sehari tiga kali, sekali makan 2-3 sendok makan nasi putih
dengan dengan lauk tahu, tempe, dan sayur.
H. Riwayat sosial ekonomi
Penderita adalah seorang pria berusia 55 tahun. Pasien dulunya adalah
seorang buruh yang bekerja di Jambi. Pasien tinggal dengan 1 orang istri, dan 4
orang anak.
I. Anamnesis Sistem
1. Keluhan utama
:
perut sebah
2. Kulit :
kuning (-), kering (-), pucat (-),
menebal (-), gatal (-), bercak-bercak kuning
(-), luka (-), bintik-bintik perdarahan pada kulit
(-), keringat malam (-).
3. Kepala
:
pusing (-), nyeri kepala
(-), nggliyer (+), kepala terasa berat (-),
perasaan berputarputar (-), rambut mudah
rontok (-).
4. Mata :
keluar
pendengaran berkurang
mual
kesemutan pada
Status gizi
Kulit
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
(-)
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi
Mulut
penghidu normal
Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat (-), lidah
tifoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka pada sudut
Leher
bibir (-)
JVP R+2 cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar
Thorax
Perkusi
SIC
V,
cm
medial
linea
dextra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V, 1 cm medial linea
medioclavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC III linea parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi
Pulmo :
Anterior
Inspeksi
Statis
Dinamis
Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
sesuai
batas
jantung
pada
SIC
linea
medioclavicularis sinistra.
Auskultasi
Kanan
Kiri
krepitasi (-)
Posterior
Inspeksi
Statis
Dinamis
Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Kanan
Kiri
Normochest, simetris.
Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak
membesar, retraksi intercostal (-).
Simetris
Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Sonor, mulai redup pada batas paru bawah vertebra thorax X
Sonor, mulai redup pada batas paru bawah vertebra thorax XI
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-/-), Ronkhi
basah halus (-/-), ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-),
krepitasi (-)
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-/-), Ronkhi
basah halus (-/-), ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-),
krepitasi (-)
Abdomen :
Inspeksi
Auscultasi
venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-), ikterik (-)
Bising usus (+) 19 x/menit normal , bruit hepar (-), bising
Perkusi
epigastrium (-)
Pekak alih (+), pekak sisi (+), undulasi (+), area Traube
timpani, liver span bawah arcus costae 10 cm, dan liver span
Palpasi
Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
Palmar
Eritema
_
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
Pemeriksaa
n
19/5/20
14
Hb
Hct
AL
AT
AE
HEMATOLOGI RUTIN
11.7
10.7
11.0
33
30
32
8.7
6.9
10.3
263
237
257
3.84
3.45
3.68
HEMOSTASIS
PT
14.7
APTT
26.1
20/5/20
14
13.4
26.9
23/5/20
14
15.5
32.0
Satua
n
Rujukan
g/dL
%
106/L
12-15,6
33 45
4.5-11
150-450
4,1 - 5,1
detik
10.0 -
detik
15.0
20.0 -
103/L
103/L
40.0
INR
1.040
1.310
KIMIA KLINIK
GDS
132
mg/dL
SGOT
175
183
/L
0 35
SGPT
75
66
/L
0 45
Gamma GT
556
IU/L
<55
Alkali
227
IU/L
53-128
Fosfatase
Bilirubin total
1.72
mg/dL
0.00
Bilirubin
1.27
mg/dL
1.00
0.00
Direct
Bilirubin
0.45
mg/dL
0.30
0.00
Indirect
Protein Total
6.2
g/dL
0.70
6.4 8.3
Albumin
2.8
g/dL
3.5 - 5.2
Globulin
3.4
g/dL
Kreatinin
2.4
mg/dL
0.9 - 1.3
Ureum
180
mg/dL
<50
Asam Urat
8.0
mg/dL
2.4 6.1
Kolesterol
154
mg/d
L
50 200
total
80 140
Kolesterol
102
88 203
LDL
Kolesterol
mg/d
L
22
28 71
HDL
Trigliserida
mg/d
L
121
mg/d
L
<150
124
mmol/
136145
3.3
L
mmol/
3,7-5,4
L
mmol/
98106
L
mmol/
1.17
1.29
ELEKTROLIT
Na
127
3.3
Cl
99
Ca2+
1.17
LAIN-LAIN
HbsAg
Reaktif
Non
reaktif
10
11
V. RESUME
1. Keluhan Utama : perut sebah
2. Anamnesis
:
Pasien datang dengan keluhan perut sebah sejak 1 bulan
SMRS. Perut sebah dirasakan terus menerus dan tidak membaik
dengan pemberian makanan. Pasien mengaku bila diberi
makanan, perut terasa penuh. Pasien juga mengeluhkan mual
sejak 1 bulan SMRS. Mual dirasakan hilang timbul. Mual muncul
setiap setelah makan. Mual disertai muntah, muntahan berisi
makanan tanpa disertai darah. Pasien juga mengeluhkan perut
dirasakan semakin membesar. Perut membesar terasa nyeri
yang dirasakan terus menerus.
Pasien juga mengeluhkan
lemas
yang
dirasakan
tetapi
terkadang
langsung
dimuntahkan
kembali.
12
a. Laboratorium :
Hb: 11,7 g/dL, Hct: 33%, AE: 3,84 x 106/L, SGOT: 175
/L, SGPT: 75 /L, GGT: 556 IU/L, Alkali fosfatase: 227
IU/L, Bilirubin total: 1,72 mg/dL, Bilirubin direct: 1,27
mg/dL, protein total: 6,2 g/dL, albumin: 2,8 g/dL,
kreatinin: 2,4 mg/dL, asam urat: 8,0 mg/dL, HDL: 22
mg/dL, ureum: 180 mg/dL, Na: 127 mmol/L, dan HbSAg
reaktif.
b. Radiologi : c. Lain-lain :
EKG: Sinus ritmis, HR 100 kali per menit, normoaxis.
33
MCV = 3,84 10=85.94 FL
11,7
MCH = 3.84 10=30.5 pg
2 127+
Osmol
LFG
VI.
132 193
+
=330,26
18 2,8
( 14055 ) 61
=30,01
72 2,4
mosm/kg
mL/men/1,73m2
PROBLEM
13
RENCANA AWAL
No
Diagnosis/Masalah
Pengkajian (Assesment)
Rencana Awal
Rencana Terapi
Re
diagnosis
1
Sirosis
Hepatis
decompensata
e.c
Hepatitis B
Perut sebah
ed
Mual muntah
ten
kkal, RP 0,5-
da
seperti teh
1,0/kgBB/hr
ko
Asites
di warung
Infus Aminofel 1
fl/24jam
Sklera ikterik
NT abdomen (+)
SGOT: 175 /L
SGPT: 75 /L
HbSAg reaktif
cepat kenyang (+)
undulasi (+)
14
ed
ola
nggliyer (+)
esofagus
(+)
Lactulac syr
ed
3x1sendok makan
ten
Spironolakton 2 x
da
25mg
ko
lemas (+)
Hct: 33%
Inj. Omeprazole
Inj. Ceftriaxon
2gr/24jam
Infus NaCl 0.9%
ed
20tpm
ten
mual (+)
kidney injury
muntah (+)
15
Propanolol 3 x
20mg
da
ko
BAB 1
PEMBAHASAN
Pasien mengeluh perut sebah dan terasa nyeri. Perut dirasakan membesar
seperti penuh terisi cairan. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan dinding perut
lebih tinggi dari dinding dada, positif pada pemeriksaan pekak alih, pekak sisi,
dan undulasi. Hepar dan lien tidak teraba. Hal ini menunjukkan pasien mengalami
penimbunan cairan di rongga peritoneal atau asites. Asites pada pasien ini
disebabkan karena penurunan kadar albumin (2,8 g/dL). Penurunan kadar albumin
disebabkan oleh penurunan fungsi hepar dalam memproduksi protein.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ikterik pada sklera. Ikterik pada sklera
ini akibat adanya hiperbilirubinemia. Selain itu, juga didapatkan BAK berwarna
seperti teh. Ikterus dan BAK berwarna seperti teh terjadi akibat akumulasi
bilirubin tak terkonjugasi di jaringan (1,27 mg/dL).
Pasien merasa lemas. Lemas dirasakan setelah adanya penurunan nafsu
makan yang dialami oleh pasien. Penurunan nafsu makan akibat dari rasa mual
dan muntah. Mual muntah disebabkan oleh peningkatan kadar ureum dan
kreatinin (Ur: 193 mg/dL; Cre: 3,3 mg/dL,) dalam darah akibat dari gangguan
fungsi ginjal. Gangguan fungsi ginjal ditandai dengan penurunan jumlah urin 11 gelas belimbing dalam satu hari dan LFG 30,01 mL/men/1,73m2. Pasien
menyangkal adanya riwayat penyakit ginjal, hipertensi, dan diabetes mellitus.
Pasien juga menyangkal pernah mengalami keluhan bengkak pada mata dan kaki,
serta menyangkal adanya penurunan jumlah urin saat BAK sebelumnya. Sehingga
kemungkinan gangguan fungsi ginjal pasien terjadi akibat acute kidney injury.
Penurunan kadar hemoglobin (Hb: 11,7 g/dL, Hct: 33%, AE: 3,84 x
106/L)
diikuti nilai normal MCV (85,94 FL) dan MCH (30,5 pg), menunjukkan
16
Tanggal
Subyektif
Obyektif
-`
19 Hepatis
Mei 2014Dekompensata
20 Mei 2014
Sirosis
Perut sebah, mual muntah,perut cepat kenyang, nafsu makan Perut sebah
menurun, nyeri perut, nyeri perut setelah makan, air kencing warna
seperti teh
KU: sakit sedang, compos mentis, gizi kesan kurang
KU: compos mentis, gizi kesan kurang
Tensi
: 120 / 60 mmHg
Tensi
: 120 / 80 mmHg
Asites
Varises esofagus
AKI Respirasi : 18 x / menit
Respirasi
: 16 x / menit
Nadi
: 84 x / menit, isi cukup, reguler
Nadi
: 80 x / menit, isi cukup, reguler
Suhu
: 36.2 C
Suhu
: 37.1 C
Mata: CP (+/+), SI(+/+)
Mata: CP (+/+), SI(+/+)
Leher: JVP(R+2cm), KGB tidak membesar.
Leher: JVP(R+2cm), KGB tidak membesar.
Melena
Azotemia
Cor:
Cor:
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
P : IC tidak kuat angkat
P : IC tidak kuat angkat
P : batas jantung kesan tidak melebar
P : batas jantung kesan tidak melebar
A : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-)
A : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (
Pulmo:
Pulmo:
I : Pengembangan dada kanan=kiri
I : Pengembangan dada kanan=kiri
P : Fremitus raba kanan=kiri
P : Fremitus raba kanan=kiri
P : sonor/sonor
P : sonor/sonor
A : SDV(N/N), RBH (-/-)
A : SDV(N/N), RBH (-/-)
Abdomen:
Abdomen:
I : DP lebih tinggi dari DD
I : DP lebih tinggi dari DD
A : bising usus (+) normal
A : bising usus (+) normal
P : tympani, pekak alih (+), pekak sisi (+), undulasi (+), area P : tympani, pekak alih (+), pekak sisi (
troube timpani
timpani
P : supel, nyeri tekan (+), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
P : supel, nyeri tekan (+), hepar tidak teraba,
Akral dingin:
- -
-`
Pmx
Penunjang
Assesment
Planning
Oedem:
Akral dingin:
- -
Oedem:
Terlampir
Terlampir
17
lipid, elektrolit
Terapi
18
Tanggal
Subyektif
Obyektif
-`
-`
21 Mei 2014
22 Mei 2014
Perut sebah
Perut sebah
KU: compos mentis, gizi kesan kurang
KU: compos mentis, gizi kesan kurang
Tensi
: 120 / 70 mmHg
Tensi
: 130 / 90 mmHg
Respirasi : 18 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Nadi
: 82 x / menit, isi cukup, reguler
Nadi
: 76 x / menit, isi cukup, reguler
Suhu
: 36.5 C
Suhu
: 37.1 C
Mata: CP (+/+), SI(+/+)
Mata: CP (+/+), SI(+/+)
Leher: JVP(R+2cm), KGB tidak membesar.
Leher: JVP(R+2cm), KGB tidak membesar
Cor:
Cor:
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
P : IC tidak kuat angkat
P : IC tidak kuat angkat
P : batas jantung kesan tidak melebar
P : batas jantung kesan tidak melebar
A : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-)
A : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising
Pulmo:
Pulmo:
I : Pengembangan dada kanan=kiri
I : Pengembangan dada kanan=kiri
P : Fremitus raba kanan=kiri
P : Fremitus raba kanan=kiri
P : sonor/sonor
P : sonor/sonor
A : SDV(N/N), RBH (-/-)
A : SDV(N/N), RBH (-/-)
Abdomen:
Abdomen:
I : DP lebih tinggi dari DD
I : DP lebih tinggi dari DD
A : bising usus (+) normal
A : bising usus (+) normal
P : tympani, pekak alih (+), pekak sisi (+), undulasi (+),area troube P : tympani, pekak alih (+), pekak sisi (+)
timpani
timpani
P : supel, nyeri tekan (+), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
P : supel, nyeri tekan (+), hepar tidak teraba
Akral dingin:
- Pmx
Penunjang
Assesment
Planning
Terapi
Oedem:
Akral dingin:
- -
Oedem:
Terlampir
Terlampir
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Hepatitis B
A. Definisi
Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan
hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat -obatan, toksin, gangguan
metabolik, maupun kelainan autoimun. Infeksi yang disebabkan virus,
bakteri,
Tetapi, virus hepatitis B 50 sampai 100 kali lebih menular . Tidak seperti
HIV, virus hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh dan stabil pada
permukaan lingkungan setidaknya selama tujuh hari . Selama waktu ini ,
20
virus tetap dapat menyebabkan infeksi jika memasuki tubuh orang yang
tidak dilindungi oleh vaksin. Inokulasi langsung virus hepatitis B dapat
terjadi melalui benda mati seperti sikat gigi, botol bayi, mainan, pisa u
cukur, peralatan makan, peralatan rumah sakit dan benda benda lain
serta melalui kontak dengan selaput lendir atau kulit yang ter luka.
Masa inkubasi dari virus hepatitis B rata-rata adalah 90 hari, tetapi
dapat bervariasi 30-180 hari. Virus ini dapat dideteksi 30 sampai 60 hari
setelah infeksi dan berlangsung selama periode variabel waktu tertentu .
Patogenesis dan manifestasi klinis dari hepatitis B adalah karena interaksi
antara virus dengan sistem imun sel inang. Siste m imun menyerang virus
hepatitis B dan menyebabkan terjadinya luka pada hati. Limfosit CD4+
dan limfosit CD8+ yang teraktivasi mengenali berbagai peptida virus
hepatitis B yang terletak
pada
permukaan
hepatosit,
dan
reaksi
imunologi s pun terjadi. Reaksi imun yang terganggu (pelepasan sit okin,
produksi antibodi) atau status imun yang relatif
toleran dapat
mengakibatkan
akhir penyakit
terjadinya hepatitis
kronik.
Keadaan
hepatitis B adalah sirosis. Pasien dengan sirosis hati dan infeksi virus
hepatitis B cenderung untuk mengembangk an karsinoma hepatoseluler
(Fan, et al., 2012).
Pada saat awal infeksi hepatiti s B terjadi toleransi imunologi , dimana
virus masuk ke dalam sel hati melalui aliran darah dan dapat melakukan
replikasi tanpa adanya kerusakan jaringan hati dan tanpa gejala klinis. Pada
saat ini DNA HBV, HBsAg, HBeAg, dan anti -HBc terdeteksi dalam serum.
Keadaan ini berlangsung terus selama bertahun -tahun terutama pada
neonatus dan anak, yang dinamakan sebagai pengidap sehat. Pada tahap
selanjutnya terjadi reaksi imunologis sehingga terjadi kerusakan sel hati
yang terinfeksi. Pada akhirnya penderita dapat sembuh atau berkembang
menjadi hepatitis kronik (Arief, 2012).
C. Faktor Risiko
21
Menurut
WHO
(2002),
terdapat
beberapa
kelo mpok
yang
22
23
Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : Vena porta hepatica
yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan nutrien seperti asam
amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan mineral dan Arteri
hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Hati dikelilingi
oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dan dibungkus
peritorium pada sebagian besar keseluruhan permukaannnya.
C. Gejala dan Tanda Klinis Sirosis Hati
1. Gejala
Gejala sirosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama
di liver yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu
makan, mual-mual, badan lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung
dan spider angiomas. Pada sirosis terjadi kerusakan hati yang terus
menerus dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang
difus.
2. Tanda Klinis
a. Adanya ikterus
b. Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis. Liver kehilangan
kemampuannya membuat protein albumin. Faktor utama asites adalah
peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya
timbul setelah timbulnya asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia
dan resistensi garam dan air.
c. Hati yang membesar dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah.
Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan
menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
d. Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang
memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.
D. Klasifikasi Sirosis Hati
Secara klinis sirosis hati dibagi menjadi:
1. Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang
nyata
24
3.
E. Komplikasi
Komplikasi sirosis hati yang dapat terjadi antara lain:
1.
Perdarahan pada saluran
cerna yang paling sering dan berbahaya pada sorosis hati adalah
perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang
ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak
tanpa didahului rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman
dan tidak akan membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
2.
F. Faktor Risiko
Penyebab pasti dari sirosis hati sampai sekarang belum jelas, tetapi sering
disebutkan antara lain:
25
kadang
dalam
bentuk
makrositer
yang
disebabkan
26
Pada
sirosis
globulin
menaik,
sedangkan
albumin
juga
27
Risk
LFG
nilai >25%
dasar
injury
>2,0
nilai >50%
dasar
Failure
nilai <0.5
dasar
kali
mL/kg/jam,
6 jam
nilai <0,5
dasar
3.0
kali
dasar
atau
mg/dL
kenaikan
nilai >75%
Kriteria UO
mL/kg/jam,
>12 jam
nilai <0,3
4 dasar
mL/kg/jam,
dengan
24
jam
akut
atau
anuria
Loss
0.5 mg/dL
12 jam
Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari
End
4 minggu
Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari
stage
3 bulan
B. Penyebab AKI
AKI Prarenal
1. Hipovolemia
a.
kehilangan
cairan
kerusakan
jaringan
Kehilangan darah
d.
Kehilangan cairan ke
luar tubuh
28
sindrom
hepatorenal,
siklosporin,
radiokontras)
b. Kegagalan peningkatan resistensi arteriol eferen
c. Penggunaan penyekat ACE, ARB
d. Stenosis a. renalis
5. Sindrom hiperviskositas
Mieloma multipel, makroglobulinemia, polisitemia
AKI Renal/intrinsik
29
takrolimus,
1. Obstruksi
renovaskular
Obstruksi
a.renalis
(plak
aterosklerosis,
30
berukuran kecil pada PGK, namun dapat pula berukuran normal bahkan
membesar seperti pada neuropati diabetik dan penyakit ginjal polikistik.
Upaya pendekatan diagnosis harus pula mengarah pada penentuanetiologi,
tahap AKI, dan penentuan komplikasi.
D. Pemeriksaan Klinis
Petunjuk klinis
penurunan UO dan berat badan dan perlu dicari apakah hal tersebut
berkaitan dengan penggunaan OAINS, penyekat ACE dan
ARB. Pada
AKI.
Diagnosis AKI renal toksik dikaitkan dengan data klinis penggunaan zat-zat
nefrotoksik ataupun toksin endogen (misalnya mioglobin, hemoglobin, asam
urat). Diagnosis AKI renal lainnya perlu dihubungkan dengan gejala dan
tanda yang menyokong seperti gejala trombosis, glomerulonefritis akut, atau
hipertensi maligna.
AKI pascarenal dicurigai apabila terdapat nyeri sudut kostovertebra
atau suprapubik akibat distensi pelviokalises ginjal, kapsul ginjal, atau
kandung kemih. Nyeri pinggang kolik yang menjalar ke daerah inguinal
menandakan obstruksi ureter akut. Keluhan terkait prostat, baik gejala
obstruksi maupun iritatif, dan pembesaran prostat pada pemeriksaan colok
dubur menyokong adanya obstruksi akibat pembesaran prostat. Kandung
kemih neurogenik dapat dikaitkan dengan pengunaan antikolinergik dan
temuan disfungsi saraf otonom.
E. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan urinalisis, dapat ditemukan berbagai penanda
inflamasi glomerulus, tubulus, infeksi saluran kemih, atau uropati kristal.
31
32
33
yang nyata pada penderita SHR telah ditunjukkan dengan beberapa metode
eksplorasi termasuk arteriografi ginjal, klirens para aminohipuric acid dan
yang terbaru ultrasonografi Doppler. Pemakaian beberapa teknik ini
mendapatkan
beberapa
perubahan
dalam
perfusi
ginjal
yang
Vasokonstriktor :
Vasodilators :
Angiotension II
Norepineprine
Neuropeptide Y
Endothelin
Adenosine
Cysteinyl leukotrines
F2-isoprostanes
Prostaglandins
Nitric
oxide
Natriuretic
peptides
Kallikrein kinin system
Vaktor Vasokonstriktor
C. Gambaran Klinis
Mekanisme klinis penderita SHR ditandai dengan kombinasi antara
gagal ginjal, gangguan sirkulasi dan gagal hati. Gagal ginjal dapat timbul
secara perlahan atau progresif dan biasanya diikuti dengan retensi natrium
34
dan air yang menimbulkan ascites, edema dan dilutional hyponatremia, yang
ditandai oleh ekresi natrium urin yang rendah dan pengurangan kemampuan
buang air (oliguri anuria ). Gangguan sirkulasi sistemik yang berat ditandai
dengan tekanan arteri yang rendah, peningkatan cardiac output, dan
penurunan total tahanan pembuluh darah sistemik.
Gambaran klinis dari uremia jarang dijumpai, begitu juga dengan
analisa urin dalam keadaan normal. Secara klinis SHR dapat dibedakan atas
2 tipe yaitu:
1. Sindroma Hepatorenal tipe I
Tipe I ditandai oleh peningkatan yang cepat dan progresif dari
BUN (Blood urea nitrogen) dan kreatinin serum yaitu nilai kreatinin
>2,5 mg/dl atau penurunan kreatinin klirens dalam 24 jam sampai 50%,
keadaan ini timbul dalam beberapa hari hingga 2 minggu. Gagal ginjal
sering dihubungkan dengan penurunan yang progresif jumlah urin,
retensi natrium dan hiponatremi . Penderita dengan tipe ini biasanya
dalam kondisi klinik yang sangat berat dengan tanda gagal hati lanjut
seperti ikterus, ensefalopati atau koagulopati. Tipe ini umum pada sirosis
alkoholik berhubungan dengan hepatitis alkoholik, tetapi dapat juga
timbul pada sirosis non alkoholik. Kira-kira setengah kasus SHR tipe ini
timbul spontan tanpa ada factor presipitasi yang diketahui, kadangkadang pada sebagian penderita terjadi hubungan sebab akibat yang erat
dengan beberapa komplikasi atau intervensi terapi (seperti inveksi
bakteri, perdarahan gastrointestinal, parasintesis). Spontaneus bacterial
peritonirtis (SBP) adalah penyebab umum dari penurunan fungsi ginjal
pada sirosis. Kira-kira 35% penderita sirosis dengan SBP timbul SHR
tipe I. SHR Tipe I adalah komplikasi dengan prognostic yang sangat
buruk pada penderita sirosis, dengan mortalitas mencapai 95%. Rata-rata
wktu harapan hidup penderita ini kurang dari dua minggu, lebih buruk
dari lamanya hidup disbanding dengan gagal ginjal akut dengan
penyebab lainnya.
35
E. Penatalaksanaan
36
37
38
Pasien sirosis hati dengan tekanan portal yang normal, maka belum
terbentuk varises oesofagus. Ketika tekanan portal meningkat maka secara
progresif akan terbentuk varises yang kecil. Dengan berjalannya waktu,
dimana terjadi peningkatan sirkulasi hiperdinamik maka aliran darah di
dalam varises akan meningkat dan meningkatkan tekanan dinding.
Perdarahan varises akibat ruptur yang terjadi karena tekanan dinding yang
maksimal. Jika tidak dilakukan penanganan terhadap tinggi tekanan
tersebut, maka merupakan faktor resiko untuk terjadinya perdarahan ulang.
D. Diagnosis Varises oesofagus
Oesofagogastroduodenoskopi
merupakan
gold
standar
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Dagher L, Moore K. The Hepatorenal Syndrome. Gut 2001;49:729-737
39
40