Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. KEBIJAKAN UMUM PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Berdasarkan ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten
dan kota dan Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota tersebut
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Dari ketentuan tersebut menunjukkan bahwa UUD 1945
memiliki semangat pemberlakuan asas desentralisasi dan otonomi daerah untuk
memperkuat dan memberdayakan pemerintahan daerah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan cara memberikan hak dan kewajiban mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Dalam ketentuan Pasal 18 UUD 1945 tersebut juga ditentukan bahwa susunan dan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
Dalam rangka mengimplementasikan ketentuan UUD 1945 tersebut, maka
dibentuklah perangkat peraturan pelaksanaannya dalam bentuk Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
untuk keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka
penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan
yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban
menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan Negara.
Kebijakan Desentralisasi yang efektif dilaksanakan sejak tahun 2001 pada
gilirannya akan meningkatkan kesempatan bagi Pemerintahan Daerah untuk
dalam batas tarif minimum dan maksimum yang ditetapkan dalam Undang-undang.
4. Pemerintah daerah dapat tidak memungut jenis pajak dan retribusi yang
tercantum dalam undang-undang sesuai kebijakan pemerintahan daerah.
5. Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara
preventif dan korektif. Rancangan Peraturan Daerah yang mengatur pajak dan
retribusi harus mendapat persetujuan Pemerintah sebelum ditetapkan menjadi
Perda. Pelanggaran terhadap aturan tersebut dikenakan sanksi.
1.
A.
PENGATURAN DI DAERAH
2.
3.
4.
5.
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Bumi
Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan; dan
6.
1.
Pajak Daerah
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, kemampuan Daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran semakin besar karena Daerah dapat dengan
mudah menyeseuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis
pajak daerah dalam penetapan tarip. Dipihak lain, dengan tidak memberikan
kewenangan kepada daerah untuk menetapkan jenis pajak daerah baru akan
memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang pada gilirannya
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Pajak Hotel;
b.
Pajak Restoran;
c.
Pajak Hiburan;
d.
Pajak Reklame;
e.
f.
g.
Pajak Parkir;
j.
2.
Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum
meliputi retribusi yang dikenakan atas jasa umum, yaitu pelayanan yang disediakan
atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Retribusi Retribusi Dokumen Kependudukan dan Akta Catatan Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
e. Retribusi Pelayanan Pasar;
f.
j.
1.
1.
2.
3.
1.
f.
kartu keluarga.
akta perkawinan ;
2.
akta perceraian;
3.
4.
5.
akta kematian.
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen kependudukan dan catatan sipil berdasarkan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Prinsip penetapan struktur
dan besarnya tarif retribusi adalah untuk mengganti biaya pencetakan dan
pengadministrasian dalam penerbitan dokumen kependudukan dan pencatatan sipil.
3.
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan, Jenis
Retribusi Perzinan Tertentu yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah :
a.
b.
c.
d.
memerlukan IMB.
-
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
didasarkan pada tujuan untuk menutup semua atau sebagian biaya
penyelenggaraan perizinan, Perhitungan Besarnya Retribusi IMB didasarkan pada
Jenis Retribusi IMB, Tingkat penggunaan Jasa.
3.2.
usaha mikro dan kecil yang kegiatan usahanya di dalam bangunan atau persil
yang dampak kegiatan usahanya tidak keluar dari bangunan atau persil ; atau
Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tarip retribusi ijin trayek adalah
untuk menutup biaya survey, biaya administrasi, biaya pengaturan, biaya
pengendalian dan biaya pengawasan.
A.
B.
C.
D.
E.
1.
A.
B.
C.
4.
b.
c.
Retribusi Terminal;
d.
e.
f.
g.
pemakaian tanah;
2.
3.
4.
laboratorium;
5.
kendaraan;
6.
7.
saluran
8.
4.2.
Objek Retribusi Tempat Pelelangan ikan adalah penyediaan tempat pelelangan yang
secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan
ikan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat
pelelangan. Termasuk objek Retribusi tempat pelelangan ikan adalah tempat yang
dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat
pelelangan. Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana diatas adalah tempat
pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
Besarnya retribusi yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa tempat pelelangan ikan dihitung dengan cara mengalikan tarif
retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. Tingkat penggunaan Jasa diukur
berdasarkan prosentase dan nilai harga jual ikan hasil lelang pada waktu
pelelangan. Prinsip penetapan tarif Retribusi Tempat Pelelangan Ikan adalah untuk
mengganti jasa pelayanan, pemeliharaan sarana dan prasarana serta pembinaan
pengawasan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pemeriksaan daging dari luar Kecamatan Gresik dan Kebomas dan dari luar
Kabupaten Gresik dengan ketentuan Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
Dikecualikan dari objek Retribusi Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan
penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan dan jenis serta
jumlah hewan/ternak yang akan dipotong. Prinsip dan sasaran dalam penetapan
struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada tujuan untuk distribusi
pangan yang baik dan aman dengan memperhatikan mutu gizi pangan serta untuk
memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas
diterima oleh Pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi
pada harga pasar. Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan, jenis dan
jumlah ternak. Besarnya tarip ditetapkan berdasarkan tarif pasar yang berlaku di
wilayah Daerah.
a.
Pelayanan labuh
b. Pelayanan
pemanduan untuk kapal
angkutan laut dalam
negeri dan luar negeri
c.
Penumpang dan
barang angkutan
penyeberangan Gresik
Bawean
1.
2.
Pelayanan penundaan untuk kapal angkutan laut luar negeri di perairan wajib
pandu
3.
4.
f.
Pelayanan
penundaan kapal
2.
3.
4.
5.
6.
Kawasan wisata Makam Sunan Giri, meliputi; Makam Sunan Prapen, Patilasan
Kawasan wisata Makam Maulana Malik Ibrahim yang meliputi; Makam Malik
Ibrahim, Makam Pusponegoro, Makam Raden Santri, Makam Nyi Ageng Pinatih
yang berada di desa Gapuro Sukolilo kelurahan Bedilan dan Kebungson;
c.
Kawasan Wisata Siti fatimah Binti Maimun yang meliputi Situs Leran termasuk
e.
Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan tempat pariwisata yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi menikmati
pelayanan. Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif
retribusi adalah untuk pengganti biaya operasional, pemeliharaan bangunan,
sarana, prasarana, dalam rangka pengawasan pengendalian dengan
memperhatikan tingkat kemampuan masyarakat
5.
pajak pusat, namun sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah. Pada APBD
penerimaan PBB tersebut selama ini dimasukkan kedalam komponen dana
perimbangan pada rekening bagi hasil pajak.
Pemungutan PBB diatur dengan Undangundang Nomor 12 tahun 1994 yang
merupakan penyempurnaan Undangundang Nomor 12 tahun 1985. Menurut
Undangundang tersebut objek PBB dibagi atas 5 (lima) sektor, yaitu :
1.
Perdesaan
2.
Perkotaan
3.
Pertambangan
4.
Kehutanan, dan
5.
Perkebunan
Dengan diberlakukannya Undangundang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, PBB Perdesaan dan Perkotaan atau disingkat PBB P2
diserahkan pengelolaan pemungutannya kepada Kabupaten/Kota untuk menjadi
Pajak Daerah. UndangUndang tersebut mengatur bahwa pemungutan PBB P2
tersebut harus sudah dilaksanakan oleh daerah selambatlambatnya 31 Desember
2013. sepanjang belum ada Peraturan Daerah tentang PBB Perdesaan dan
Perkotaan.
Pengalihan wewenang pemungutan PBB P2 ini merupakan peluang bagi daerah,
karena akan meningkatkan penerimaan Pajak Daerah. Namun perlu diketahui
bahwa PBB P2 termasuk jenis pajak yang tidak sederhana dalam
pengadministrasiannya serta mempunyai efisiensi pemungutan yang rendah. Oleh
karena itu Daerah perlu mempersiapkan dengan sebaikbaiknya, karena apabila
tidak dipersiapkan dengan baik dari tatanan administrasi maupun pelaksanaannya
bisa berdampak negatif yakni terjadinya penurunan penerimaan.
PBB P2 adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Yang dimaksud
dengan pengertian bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
Jalan lingkungan yang terletak dalam satu komplek bangunan seperti hotel,
pabrik dan emplasemennya yang merupakan satu kesatuan dengan komplek
bangunan tersebut.
2.
Jalan tol
3.
Kolam renang
4.
Pagar mewah
5.
6.
1.
Tempat penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak dan
2.
Menara
Ada beberapa objek pajak yang tidak dikenakan PBB P2 yang terdiri dari objek
pajak yang:
1.
2.
3.
4.
Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum
dibebani suatu hak.
5.
6.
2.
3.
4.
5.
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Bumi
Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan; dan
6.
Peraturan Daerah tersebut merupakan hukum positif yang wajib dijadikan acuan
oleh seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah di Kabupaten Gresik. Peraturan Daerah tentang Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah (Perda PDRD) merupakan peraturan yang
mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009, khususnya Pasal 95
ayat (1) dan Pasal 156 ayat (1). Sebagaimana sebuah Peraturan Daerah, pada
beberapa sisinya Perda PDRD belum sepenuhnya dapat diimplementasikan karena
norma-norma yang dimuat masih bersifat umum sehingga memerlukan peraturan
pelaksanaan.
Sedangkan ketentuan jenis peraturan Bupati diatur dan tetap diakui sebagai
peraturan perundang-undangan berdasarkan ketentuan Pasal 8 UU No. 12/2011
yang berbunyi:
Pasal 8
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi
Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat
yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah UndangUndang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang
setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dibentuk berdasarkan kewenangan.
dalam Pasal 62 Perda nomor 5 tahun 2011 karena ruang lingkup materi yang diatur
tidak jelas.
Secara rinci pokok pendelegasian tersebut antara lain :
1.
A.
a.
Tata cara penggunaan bon penjualan (bill) atau kwitansi untuk setiap
transaksi pelayanan restoran
C.
D.
E.
F.
G.
tata cara pengisian dan penyampaian SKPD atau dokumen lain yang
dipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT
H.
I.
J.
K.
L.
Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara
pembukuan atau pencatatan
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
V.
W.
X.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.
AF.
tata cara pendataan dan pelaporan Objek Pajak bumi dan bangunan
AG.
AH.
Tata cara pengisian dan penyampaian SPOP, SPPT dan SKPD PBB
AI.
AJ.
AK.
AL.
AM.
AN.
AO.
AQ.
Rusunawa
AR.
kedaluwarsa.
1.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
1.
2.
Peraturan Bupati Gresik Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Sistem Dan Prosedur
Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Kabupaten Gresik.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Peraturan Bupati Gresik Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengajuan
Dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan
10. Peraturan Bupati Gresik Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengembalian
Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan
11. Peraturan Bupati Gresik Nomor 60 Tahun 2011 Tentang Pemberian Insentif
Bagi Tim Pencapaian Target Surat Keputusan Bersama Pajak Bumi Dan Bangunan
(SKB.PBB) Perdesaan Dan Perkotaan Kabupaten Gresik
12. Peraturan Bupati Gresik Nomor 62 Tahun 2011 Tentang Pemberian Dan
Pemanfaatan Intensif Pemungutan Retribusi Daerah.
13. Peraturan Bupati Gresik Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Jasa Pelayanan
Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah Daerah
Pencapaian Target Surat Keputusan Bersama Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Kabupaten Gresik.
2.
Penunjukan Bank Jatim Sebagai Bank Penerima Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) Di kabupaten Gresik.
4.
Pemberian dan Pembayaran Intensif Pemungutan Retribusi Daerah Bagi Pejabat dan
Staf pada Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun Anggaran 2011.
5.
Pemberian dan Pembayaran Intensif Pemungutan Retribusi Daerah Bagi Pejabat dan
Staf pada Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Sosial Kabupaten Gresik Tahun
Anggaran 2011.
6.
Nilai Jual Obyek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi Da Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan
7.
Pencapaian Target Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Kabupaten
Gresik Tahun 2012
9.
11.
a.
2.
b.
c.
d.
5.
e.
6.
f.
lokasi pemungutan.
Daerah menganggap dengan tidak adanya kerangka acuan yang jelas dalam
membentuk Perda dan Perbup Bidang Pajak daerah dan Retribusi Daerah, maka
pembentukan Perda mengabaikan ketentuan-ketentuan prinsip mengenai asas dan
materi muatan Pembentukan Perda dan Perbup sebagaimana ditetapkan UU No. 32
Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah, UU No. 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan perundang-undangan dan UU 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
hukum. Hal ini bisa juga terjadi dalam hal terdapat peraturan pelaksanaan yang
dipandang tidak sesuai dengan dengan UU pokoknya.
5.
6.
7.
8.
9.
Salah satu ide reformasi yang harus diwujudkan, bahwa hukum harus dikawal demi
tegaknya supremasi hukum untuk mencapai tujuannya yaitu kepastian hukum,
keadilan, ketertiban, ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan. Pemikiran
filosofis mengungkapkan bahwa hukum berdiri pada tiga nilai dasar yaitu :
1.
2.
3.
berbeda satu sama lainnya, sehingga ketiganya mempunyai potensi untuk saling
bertentangan
Apabila kita lebih berpegang pada kepastian hukum, maka sebagai nilai yang
menempatkan diri pada sudut pandang peraturan, disadari ataupun tidak sedikit
banyak akan segera menggeser keberadaan nilai keadilan dan kegunaan. Hal ini
terjadi karena pada nilai kepastian ide pokok keberadaan norma dan kaidah yang
tertuang dalam peraturan menjadi sangat dominan. Tentang apakah peraturan itu
telah memenuhi rasa keadilan dan berguna bagi masyarakat adalah di luar
pengutamaan nilai kepastian hukum. Jika kita lebih cenderung berpegang kepada
nilai kegunaan, maka sebagai nilai ia akan menggeser nilai kepastian hukum
maupun nilai keadilan, karena yang penting bagi nilai kemanfaatan adalah
kenyataan apakah hukum tersebut membawa manfaat atau berguna bagi
masyarakat. Begitu pula yang terjadi jika kita hanya berpegang pada nilai keadilan,
maka sebagai nilai ia akan menggeser nilai kepastian dan kegunaan, karena pada
nilai keadilan tersebut tidak terikat kepada kepastian hukum ataupun nilai
kegunaan, disebabkan oleh karena sesuatu yang dirasakan adil belum tentu sesuai
dengan nilai kegunaan dan kepastian hukum. Dengan demikian sebisa mungkin kita
harus dapat membuat kesebandingan secara proporsional di antara ketiga nilai.
Dalam menyesuaikan norma dan kaidah dengan peristiwa nyata yang berlaku
dalam masyarakat, bukanlah merupakan persoalan mudah, karena hal ini
merangkum ketiga nilai dari hukum itu. Keadaan seperti ini memberikan pengaruh
tersendiri terhadap efektivitas bekerjanya peraturan dalam masyarakat. Kebiasaan
yang timbul dalam praktek hukum di Indonesia, bahwa Negara menkaji efektifitas
bekerjanya hukum dari sudut pandang peraturan, sehingga ukuran untuk menilai
tingkah dan hubungan hukum didasarkan pada sumber hukum formil yang berlaku.
Tidak salah memang, karena peraturanlah yang dianggap paling bisa divariabelkan
koefisiennya, tentu dengan syarat peraturan tersebut dibuat dengan
memperhatikan kesebandingan nilai dasar hukum lainnya. Keterpurukan Negara
ditandai dengan permasalahan kepastian hukum dan regulasi yang masih menjadi
hambatan dalam kegiatan penyelenggaraan bernegara dan pembangunan. Banyak
BAB III
PELAKSANAAN PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PEMUNGUTAN
RETRIBUSI DAERAH
A. Analisa
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, apabila diperhatikan
ternyata instrument pelaksana Perda PDRD sebagian besar ada pada bidang Pajak
daerah, sedangkan instrument pelaksanaan pemungutan retribusi sangatlah
minim. Dari data sementara yang diperoleh, hanya ada 2 (dua) instrumen amanat
Perda Retribusi daerah yaitu Peraturan Bupati Gresik Nomor 62 Tahun 2011
Tentang Pemberian Dan Pemanfaatan Intensif Pemungutan Retribusi
Daerah dan Peraturan Bupati Gresik Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Jasa
Pelayanan Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah
Daerah dimana didalamnya tidak hanya mengatur biaya insentif pelayanan dan 2
(dua) keputusan bupati tentang penetapan pemberian insentif tahun 2011, dan 1
(satu) instrument Keputusan Bupati tentang Penunjukan Pejabat Yang Diberi
Wewenang Sebagai Pengelola Keuangan Pelayanan Kepelabuhanan Pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Gresik, yang berisi penetapan pejabat yang
mengelolarekening penampungan sementara (ascrow account) Pemda untuk
keperluan Retribusi Kepelabuhanan pada dinas Perhubungan sebagai pelaksanaan
dari sesuai dengan Pasal 35 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor
19 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan di Kabupaten Gresik dan Pasal 52 ayat (3)
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 6 Tahun 2011 tentang Jasa Usaha.
Sedangkan peraturan pelaksana lainnya didominasi peraturan tentang Pajak
Daerah.
Kenyataan tersebut dimungkinkan terjadi karena :
1.
2.
3.
4.
5.
Pajak Hotel;
b.
Pajak Restoran;
c.
Pajak Hiburan;
d.
Pajak Reklame;
e.
f.
g.
Pajak Parkir;
j.
k.
dilakukan oleh Dinas Daerah yaitu Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Gresik.
Sedangkan pemungut retribusi daerah dapat diketahui dari inventarisasi pada tabel
dibawah ini :
No
1
Jenis Retribusi
Retribusi Pelayanan Kesehatan;
Instansi Pemungut
Dinkes
Kebersihan;
Dinas PU
Dispenduk
Dishub
Umum;
5
Diskoperindag
Dishub
Telekomunikasi.
Dishub
BPMP
BPMP
10
Dishub
11
DKPP
Bagian Perlengkapan
pemakaian tanah;
1.
2.
3.
laboratorium;
4.
kendaraan; dan
12 5.
alat-alat berat.
Bagian Perlengkapan
Bagian Perlengkapan
Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU
13
DKPP
14
Retribusi Terminal;
Dishub
15
Dishub
16
DKPP
17
Dishub
dan
Disbudparpora
19
Dishub
20
Dinas PU
b.
d.
e.
Dalam pelaksanaannya dengan memperhatikan rincian tugas, fungsi dan tata kerja
SKPD, Pembinaan administrasi dapat diselenggarakan oleh Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan/atau instansi terkait sesuai tugas
pokok dan fungsi masing-masing secara berkoordinasi dan dapat melibatkan SKPD
pemungut yang bersangkutan.
Pembinaan Teknis Pemungutan Retribusi Daerah dapat dilakukan untuk kegiatan:
a.
b.
c.
d.
e.
Dalam rangka pemungutan retribusi daerah paling lama pada pertengahan tahun
anggaran berjalan SKPD harus menyampaikan rencana kegiatan pembinaan
administrasi dan teknis pemungutan retribusi daerah kepada DPPKAD selaku
Koordinator untuk perencanaan tahun berikutnya.
Rencana kegiatan tersebut secara teknis dapat dirinci menurut: a. nama dan latar
belakang kegiatan; b. Jumlah anggaran dan waktu pelaksanaan; c. Rincian dan
langkah-langkah kegiatan; d. Tujuan, sasaran dan hasil yang diharapkan. Rencana
kegiatan yang telah disampaikan selanjutnya diteliti dan dikoordinasikan lebih
lanjut oleh Tim Pembinaan Administrasi dan Teknis Pemungutan Retribusi Daerah
yang keanggotaannya terdiri dari instansi terkait dengan susunan keanggotaan
yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Terhadap hasil penelitian dan koordinasi
disampaikan kembali oleh Tim kepada masing-masing Kepala SKPD yang
bersangkutan dan sebagai bahan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), dengan tembusan Bappeda dan DPPKAD.
2.
Retribusi Daerah
a.
Penyusunan Kebijakan
b.
Setiap SKPD pemungut retribusi daerah paling lambat pada akhir bulan Juni
c.
Daerah
Pelaksanaan monitoring, evaluasi penerimaan dan permasalahan retribusi daerah
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. SKPD pemungut retribusi daerah paling lambat pada tanggal 15 satu bulan
sebelum pelaksanaan monitoring evaluasi penerimaan dan permasalahan retribusi
daerah wajib menyampaikan data jumlah ketetapan retribusi beserta sanksi yang
tercantum dalam SKRD, SKRD Jabatan, SKRD Tambahan dan STRD berikut data
tersebut pada angka 2, sebagai bahan analisis dan evaluasi penerimaan pada tahun
berjalan.
5.
melalui rapat koordinasi antara DPPKAD, instansi terkait dan SKPD/unit kerja
daerah pemungut retribusi daerah.
6.
d.
e.
f.
retribusi daerah;
2.
3.
Retribusi Daerah
a.
Daerah
Pelaksanaan penyuluhan kepada aparat dan petugas pemungut retribusi daerah
dilakukan dengan cara:
1. Memberikan penyuluhan peraturan perundang-undangan kepada petugas di
lingkungan SKPD atau masyarakat, khususnya pengguna jasa pelayanan yang
dilakukan oleh SKPD masing-masing;
2. Materi dan tenaga penyuluh sebagaimana tersebut pada huruf 1, dapat
menggunakan pejabat di lingkungan dan/atau di luar Pemerintah Daerah sepanjang
terkait dengan materi penyuluhan;
3.
b.
2.
materi sosialisasi.
c.
Acara dan dilaporkan kepada DPPKAD dengan tembusan instansi terkait dalam
rangka penyusunan rencana penerimaan perubahan maupun penerimaan tahun
berikutnya.
d.
Terhadap SKPD yang telah memiliki database dan aplikasi agar melakukan
e.
Pelaksanaan pembinaan teknis lainnya yang terkait dengan retribusi daerah dapat
dilakukan dengan cara:
a.
b.
d.
dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang
retribusi daerah yang kegiatannya harus dilaksanakan dalam suatu periode tertentu
sehingga keterangan atau Iaporan tersebut dapat digunakan sebagai pembanding
dan/atau melengkapi data yang telah ada;
e.
4.