Psi. Pendidikan (Iin Nurfadilah, Roslina
Psi. Pendidikan (Iin Nurfadilah, Roslina
: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu
Disusun Oleh:
Kelompok IX (Kelas A)
Iin Nurfadilah
1471040020
Roslina
1471040021
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan
memberi petunjuk dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan makalah
Psikologi pendidikan ini dengan judul Perkembangan Individu: Motorik,
Kognitif, Bahasa, Sosio-emosional, dan Spiritual. Dalam menyelesaikan
makalah ini penyusun banyak sekali mendapat bantuan, dukungan moril maupun
materi dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada kepada teman-teman yang sudah memberikan bantuan dan masukan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyajikan yang terbaik, namun penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, sangat mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Makassar, 02 Maret 2015
Kelompok VII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan individu merupakan suatu proses perubahan terus menerus
sepanjang hidup individu yang bersangkutan. Perkembangan ini merupakan
perpaduan antara tenaga-tenaga asli dari dalam diri individu itu dan tenaga dari
luar (lingkungan). Dari kedua tenaga yang disebutkan tadi terdapat dua
kemungkinan yang akan terjadi pada individu, kedua tenaga tersebut dapat
menjadikan individu itu berkembang dengan lancar tanpa gangguan yang disebut
dengan perkembangan positif, atau berkembang dengan penuh gangguan dan
disebut dengan perkembangan negatif.
Pada diri manusia baik anak-anak maupun orang dewasa terdapat gejalagejala kejiwaan hal ini tentu saja erat kaitannya dengan psikologi. Dalam gejala
kejiwaan terdapat sensasi dan persepsi, yang pada keduanya terdapat perbedaan.
Setiap anak mempunyai kelebihan atau kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu
saja kekurangan atau kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri
dan semua bakat dan kemampuan pada anak dapat dikembangkan. Orang tua dan
guru dapat membantu anak dalam memenuhi kebutuhannya akan perwujudan diri.
Pengembangan pribadi anak akan dapat diperoleh melalui proses belajar di mana
proses belajar ini akan dapat meningkatkan kepribadian dan berupaya untuk
memperoleh hal-hal baru yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kontradiksikontradiksi dalam hidup.
Dengan demikian perkembangan adalah hasil dari faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kehidupan individu yang bersangkutan selama hidupnya.
Kedua hal tersebut tergantung dari bagaimana individu itu menanggapi dan
dipengaruhi pula oleh bagaimana lingkungan menyajikannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan diatas, maka penyusun
dapat merumuskan masalah, diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
2) Pertumbuhan Otot-Otot
Peningkatan tonus (tegangan otot) anak dapat menimbulkan perubahan
dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya.
Perubahan ini tampak sangat jelas pada anak yang sehat dari tahun ke
tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam
permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan
yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.
Dalam penembangan keterampilan terutama dalam berkarya nyata, seperti
membuat mainan sendiri, melukis, dan seterusnya, peningkatan dan
perluasan (intensifikasi dan ekstensifikasi) pendayagunaan otot-otot anak
bergantung pada kualitas pusat sistem syaraf dalam otaknya.
3) Perkembangan dan Perubahan Fungsi-Fungsi kelenjar Endokrin
Perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan
berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja terhadaplawan
jenisnya. Perubahan ini dapat berupa seringnya melakukan kerja sama
dalam belajar atau berolah raga, berubahnya gaya dandanan/penampilan
dan lain-lain perubahan pola perilaku yang bermaksud menarik perhatian
lawan jenis.
sebagainya
akan
terus
meningkat
seiring
dengan
proses
dengan adanya perubahan ukuran, perubahan proposi, hilangnya ciri lama, dan
mendapatkan ciri baru.
1) Hasil proses kematangan dan belajar
Proses kematangan yaitu warisan genetik individu. Sedangkan proses
belajar yaitu perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha setiap indifidu.
Terdapat perbedaan dalam perkembangan motorik setiap individu. Walaupun pola
perkembangan sama, setiap anak akan mengikuti pola pola perkembangan yang
dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri-sendiri.
2) Dapat diramalkan
Pola perkembangan fisik dapat diramalkan semasa kehidupan pra dan
pasca lahir. Perkenbangan motorik akan mengikuti hukum chepolocaudal yaitu
perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki. Hukum yang
kedua yaitu proximodialis yaitu perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Pola
perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan.
Karateristik dalam perkembangan anak juga dapat diramalkan, hal ini
berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti
mengikuti pola perkembangan yang sama dari satu tahap ke tahap yang lainnya.
Setiap tahap memiliki bahaya yang potensial. Beberapa hal yang menyebabkan
antara lain dari lingkungan bahkan dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat
mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial anak.
Stimulasi yang bisa diberikan unruk mengoptimalkan perkembangan
motorik anak adalah:
a)
pertimbangan,
pengolahan
informasi,
pemecahan
masalah,
kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak), dan afeksi ( perasaan), yang bertalian
dengan ranah rasa.
Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif
manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas
motor dan sensorinya. Hanya cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah
kognitif tersebut belum benar-benar terlihat dengan jelas. Argument yang
dikemukkan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah bahwa kapasitas sensori
dan jasmani bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktivitas
pengendalian sel-sel otak bayi tersebut.
2.
yang
hidup
membangun
kemampuan
kognitif
kita
melalui
tindakan
yang
insight
learning
dan
kemampuan
berbahasa,
dengan
yaitu
mengidentifikasi
kemampuan
serangkaian
untuk
benda
memberi
menurut
nama
dan
tampilannya,
periode
ini
seorang
remaja
telah
memiliki
kemampuan
dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas
menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak; kemampuan untuk
mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan
mendalam.
Terdapat beberapa istilah-istilah khusus yang berhubungan dengan proses
perkembangan kognitif menurut Piaget, diantaranya:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
individu,
sampailah
dia
pada
suatu
kesimpulan
bahwa
2.
1.
Fonologi (phonology)
Fonologi berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan
menghasilkan bunyi pembicaraan bahasa. Jika kira pernah mengunjungi
daerah lain atau negara lain di mana kita hanya memiliki sedikit saja atau
tidak memiliki kemampuan bahasa mereka, maka sangat boleh jadi kita
akan kagum, heran, atau bingung karena bahasa orang asli di sana
terdengar begitu cepat dan sepertinya tidak ada putus-putus antara satu
kata dengan kata lain tetapi sesungguhnya terorganisir dengan baik.
Sebaliknya, orang asing yang sedang belajar bahasa kita juga sangat
mungkin mengalami hambatan-hambatan dalam memahami bahasa kita
karena tidak terbiasa dengan bunyi kata-kata dan pola intonasinya.
2.
Semantik (semantic)
Semantik merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari
konsepkonsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
Setelah selesai masa prasekolah, anak-anak memperoleh sejumlah katakata baru dalam jumlah yang banyak. Penelitian intensif tentang
perkembangan kosa kata pada anak-anak diibaratkan oleh Berk (1989)
sebagai sejauhmana kekuatan anak untuk memahami ribuan pemetaan
kata-kata ke dalam konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya meskipun
belum terlabelkan dalam dirinya dan kemudian menghubungkannya
dengan kesepakatan-kesepakatan dalam bahasa masyarakatnya.
3.
4.
Pragmatik (pragmatics)
Pragmatik merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan
dengan
bagaimana
menggunakan
bahasa
dengan
baik
ketika
mengusahakan
agar
benarbenar
konstruktif,
bagaimana
mobil dapat berarti saya mau mobil-mobilan, saya mau ikut naik
mobil sama ayah atau saya minta diambilkan mobil mainan dan
sebagainya.
3. Tahap kalimat dua kata (1,8 2,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk
menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan
kalimat sederhana yang disebut dengan istilah kalimat dua kata yang
dirangkai secara tepat. Misalnya anak mengucapkan mobilan siapa? atau
bertanya itu mobilan milik siapa? dan sebagainya.
4. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0 -5,0 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang
kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin
kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan
pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur
meningkat sejalan dengan kemajuan dalam kematangan perkembangan
anak.
5. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0 10,0 tahun)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata
bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan
kalimat-kalimat
sederhana
dengan
komplementasi,
relativasi,
dan
perubahan,
berkomunikasi.
dan
Keterampilan
semakin
dan
lancar
performansi
serta
fasih
dalam
tata
bahasa
terus
3.
nativisme
berpandangan
bahwa
perkembangan
kemampuan
lingkungannya.
Faktor
bawaan
yang
kuat
pengaruhnya
terhadap
dalam kemampuan
berbahasanya, akan cenderung memiliki kesempatan yang lebih banyak dan lebih
bagus untuk mengembangkan kemampuan bahasanya. Sebaliknya, individu yang
banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin kemampuan bahasanya, akan
cenderung terbatas pula kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
bahasanya.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa, yaitu:
1. Kognisi
Tinggi-rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi
cepat-lambatnya bahasa individu tersebut. Ini relevan dengan pembahasan
sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan
berpikir dengan kemampuan bahasa seseorang.
2. Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau
interaksinya relatif demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa
anggota keluarganya ketimbang yang menerapkan pola komunikasi dan
interaksi sebaliknya.
3. Jumlah anak atau anggota keluarga
Suatu keluarga yang memiliki anak dalam jumlah yang banyak atau
anggota keluarga di dalamnya banyak akan lebih mempercepat
perkembangan bahasa anak karena di dalamnya akan terjadi komunikasi
yang bervariasi daripada keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan
tidak ada anggota keluarga lainnya selain keluarga inti.
4. Posisi urutan kelahiran
Seorang anak yang posisi urutan kelahirannya di tengah akan lebih
cepat perkembangan bahasanya ketimbang anak sulung atau anak bungsu
karena anak tengah memiliki arah komunikasi ke atas maupun ke bawah,
sedangkan anak sulung hanya memiliki arah komunikasi ke bawah saja
dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5. Kedwibahasaan (blingualism)
merupakan suatu bahan bakar yang tidak tergantikan bagi otak agar mampu
melakukan penalaran serta pemahaman yang tinggi terhadap lingkungan. Emosi
menurut kreativitas, kolaborasi, inisiatif dan transformasi sedangkan penalran
logis berfungsi untuk mengantisipasi dorongan-dorongan yang keliru, untuk
kemudian menyelaraskannya dengan proses kehidupan dengna sentuhan
manusiawi. Disamping itu, sosio-emosional pada remaja menjadi salah satu
kekuatan penggerak: bukti-bukti menunjukkan bahwa nilai dan watak dasar
seseorang dalam hidup ini tidak berakar pada kecerdasan intelektual melainkan
terletak pada sosio-emosional.
Peranan remaja dalam lingkungan adalah sebagai makhluk yang harus
memiliki kemampuan dalam penyesuaian diri terhadap aspek-aspek, nilai-nilai
dan interaksi sehingga mampu menjadi makhluk sosial yang menjalankan semua
kegiatan sosialnya dengan penuh tanggung jawab.Remaja tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan sosial, sehingga lingkungan sosiallah yang mampu
memberikan pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan remaja
terutama
pada
pola
pengembangan
sosio-emosional.
Dengan
demikian
2.
Ketidakstabilan emosi
jika
menerima
pengalaman-pengalaman
baru,
termasuk
pengalaman spiritual.
3. Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun).
Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan
harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak
hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan
norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan
anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar
tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena
anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima
penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan
membedakan Tuhan dan orang tuanya.
4. Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan
kualitas kognitif pada anak (6-12 tahun).
Anak usia sekolah (6-12 tahun) berfikir secara konkrit, tetapi mereka
sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk memahami gambaran dan
makna spriritual dan agama mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan
dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pembahasan di atas, penyusun dapat menarik kesimpulan:
1.
sangat penting, yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman,
pertimbangan,
pengolahan
informasi,
pemecahan
masalah,
kepada sikap bekerja sama (koperatif) atau mau memerhatikan kepentingan orang
lain (sosiosentris).
5. Perkembangan Spiritual Individu
Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan,
pengalaman hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu
menghadirkan cinta, kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan
memelihara hubungan dengan sesama.
Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan mulai
dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa muda, dewasa
pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa memandang aspek
tumbuh-kembang manusia proses perkembangan aspek spiritual dilhat dari
kemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi
dan dilanjutkan dengan instropeksi.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini penyusun berharap pembaca mampu
memahami proses-proses perkembangan yang terjadi sepanjang hidup setiap
individu, yang meliputi perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosioemosional
dan spiritual. Dengan memahami setiap tahap perkembangan yang terjadi,
diharapkan mampu membuat setiap tahap-tahap perkembangan tersebut dapat
terlaksana dengan baik, sehingga tugas-tugas perkembangan pada satiap tahap
tesebut dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibin. 2002 : Psikologi Belajar. Jakarta : PT. R aja Grafindo Persada.
Arisandi, Muhammad Umar. Gerak Motorik.
http://umarisandi.blogspot.com/ diakses pada 02 Maret 2015, pukul 19.05
Nursusilo, Hendra. Perkembangan Individu.
http:// nursusilohendro.blogspot.com/ diakses pada 02 Maret 2015, pukul
19.05
Wikipedia. Teori Perkembangan Kognitif.
http://id.wikipedia.org/ diakses pada 02 Maret 2015, pukul 19.05
Sudrajat, Akhmad. Psikologi Pendidikan.
http:// akhmadsudrajat.Wordpress.com/ diakses pada 02 Maret 2015, pukul
19.05
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta.