Anda di halaman 1dari 13

New Public Management (NPM)

New Public Management (NPM) merupakan isu penting dalam reformasi sektor publik.
Konsep NPM juga memiliki keterkaitan dengan permasalahan manajemen kinerja sektor publik
karena pengukuran kinerja menjadi salah satu prinsip NPM yang utama. Gerakan NPM pada
awalnya terjadi di negara-negara maju di Eropa, akan tetapi pada perkembangannya konsep
NPM telah menjadi suatu gerakan global, sehingga negara-negara berkembang pun juga terkena
pengaruh penyebaran global dari konsep ini. New Public Management (NPM) merupakan sistem
manajemen administrasi publik yang paling aktual di seluruh dunia dan sedang direalisasikan di
hampir seluruh negara industri. Sistem ini dikembangkan di wilayah anglo Amerika sejak paruh
kedua tahun 80-an dan telah mencapai status sangat tinggi khususnya di Selandia Baru.
Perusahaan-perusahaan umum diprivatisasi, pasar tenaga kerja umum dan swasta dideregulasi,
dan dilakukan pemisahan yang jelas antara penetapan strategis wewenang negara oleh lembagalembaga politik apa yang dilakukan negara dan pelaksanaan operasional wewenang oleh
administrasi pemerintah dan oleh badan penanggung jawab yang independen atau swasta
bagaimana wewenang dilaksanakan.
Dalam NPM, pemerintah dipaksa untuk mengadopsi, baik teknik-teknik administrasi
bisnis juga nilai-nilai bisnis. Ini meliputi nilai-nilai seperti kompetisi, pilihan pelanggan, dan
respek atas semangat kewirausahaan. Sejak tahun 1990-an, reformasi-reformasi di sektor publik
menghendaki keunggulan-keunggulan yang ada di sektor swasta diadopsi dalam prinsip-prinsip
manajemen sektor publik.
Pendekatan manajerial model NPM yang dikembangkan pertama kali oleh Hood ini atau
managerialism istilah Polit atau market based public administration istilah Lan dan Rosenbloom
atau entrepreneurial government istilah Osbone dan Gebler, walau memiliki istilah yang berbeda
namun pada dasarnya sama-sama berupaya mentransformasi birokrasi lama menjadi birokrasi
baru. Dengan melakukan hal-hal yang sebagaimana dikemukakan Owen E. Hughes (1994, 3) :
Improving public management, reducing budgets, privatisations of public enterprise seem
universal; no-one now is arguing for or increasing the scope of government or bureaucracy. Dan
memiliki tujuan yang sama pula, antara lain : pertama, lebih memperhatikan pada hasil tujuan
dan tanggung jawab personal manajer; kedua, lebih mengutamakan pembentukan organisasi,
personil, dan pekerja dan suasana yang lebih fleksibel; ketiga, membuat tujuan organisasi dan

personil yang jelas dan mudah diukur dengan menentukan indikatornya; keempat, staf senior
lebih memiliki komitmen politik (politically commited) pada pemerintah, tidak partisan dan tidak
netral benar; kelima, fungsi pemerintah lebih kepada fasilitator dari pada pelaksana; terakhir,
pada fungsi pemerintah dikurangi dengan melakukan privatisasi (Hughes, 1994, 58)

Pengertian New Public Management


New Public Management tidak selalu dipahami sama oleh semua orang, bagi sementara
orang, NPM adalah suatu system manajemen desentral dengan perangkat-perangkat manajemen
baru seperti controlling, benchmarking dan lean management, bagi yang lain, NPM dipahami
sebagai privatisasi sejauh mungkin atas aktivitas pemerintah. Sebagian besar ahli membedakan
antara pendekatan manajemen sebagai perangkat baru pengendalian pemerintah dan pendekatan
persaingan sebagai deregulasi secara maksimal serta penciptaan persaingan pada penyediaan
layanan pemerintah kepada masyarakat. Jika disimpulkan, NPM memiliki ciri-ciri berikut:
pertama pengendalian yang berorientasi pada persaingan dengan cara pemisahan wewenang
antara pihak yang memberi dana dan pihak pelaksana tugas; kedua memfokuskan pada
efektifitas, efisiensi dan mutu pelaksanaan tugas; ketiga pemisahan manajemen strategis apa dari
manajemen operasional bagaimana, keempat dalam pemberian order dan anggaran umum,
pelaksana order pemerintah dan swasta diperlakukan sama, kelima Adanya upaya meningkatkan
inovasi yang terarah (sebagai bagian dari order kerja) karena adanya pendelegasian (bukan hanya
desentralisasi) manajemen opersional.

Tujuan New Public Management


1. Menurut Rainey (1990): public management aims to achieve skills and improve skills and
improve accountability Manajemen publik itu ditujukan untuk meningkatkan tercapainya tujuan
sektor publik (lebih efektif dan efisien), pegawainya lebih berkeahlian dan lebih mampu
mempertanggungjawabkan kinerjanya.
2.

Menurut

Graham

&

Hays

(1991):

public

managemen

are

concerned

with

efficiency,accountability,goal achlevement and dozen of other managerial and technical

question, Manajemen publik itu bertujuan untuk menjadikan sector public lebih efisien,
akuntabel, dan tujuannya tercapai serta lebih mampu menangani berbagai masalah manajerial
dan teknis.
Tujuan New Public Management adalah untuk merubah administrasi publik sedemikian
rupa sehingga, kalaupun belum bisa menjadi perusahaan, ia bisa lebih bersifat seperti
perusahaan. Administrasi publik sebagai penyedia jasa bagi warga harus sadar akan tugasnya
untuk menghasilkan layanan yang efisien dan efektif. Tapi, di lain pihak ia tidak boleh
berorientasi pada laba. Padahal ini wajib bagi sebuah perusahaan kalau ia ingin tetap bertahan
dalam pasar yang penuh persaingan.

Karakteristik New Public Management


Menurut C.Hood (1991) terdapat 7 karakteristik New Public Management, yaitu:
1. Hands-on professional management. Pelaksanaan tugas manajemen pemerintahaan diserahkan
kepada manajer professional.
2. Explicit standards and measures of performance. Adanya standar dan ukuran kinerja yang
jelas.
3. Greater emphasis on out put controls. Lebih ditekankan pada control hasil/keluaran.
4. A shift to desegregations of units in the public sector. Pembagian tugas ke dalam unit-unit
yang dibawah.
5. A shift to greater competition in the public sector. Ditumbuhkannya persaingan ditubuh sektor
publik.
6. A stress on private sectore styles of management practice. Lebih menekankan diterapkannya
gaya manajemen sektor privat.
7. A stress on greater discipline and parsimony in resource use. Lebih menekankan pada
kedisiplinan yang tinggi dan tidak boros dalam menggunakan berbagai sumber. Sektor publik
seyogjanya bekerja lebih keras dengan sumber-sumber yang terbatas (to do more with less).

NPM adalah konsep yang menaungi serangkaian makna seperti desain organisasi dan
manajemen, penerapan kelembagaan ekonomi atas manajemen publik, serta pola-pola pilihan
kebijakan. Telah muncul sejumlah debat seputar makna asli dari NPM ini. Namun, di antara
sejumlah perdebatan itu muncul beberapa kesamaan yang dapat disebut sebagai prinsip dari
NPM, yang meliputi:

Penekanan pada manajemen keahlian manajemen professional dalam

mengendalikan organisasi; Standar-standar yang tegas dan terukur atas performa organisasi,
termasuk klarifikasi tujuan, target, dan indikator-indikator keberhasilannya. Peralihan dari
pemanfaatan kendali input menjadi output, dalam prosedur-prosedur birokrasi, yang kesemuanya
diukur lewat indikator-indikator performa kuantitatif.

Peralihan dari system manajemen

tersentral menjadi desentralistik dari unit-unit sektor publik. Pengenalan pada kompetisi yang
lebih besar dalam sektor publik, seperti penghematan dana dan pencapaian standar tinggi lewat
kontrak dan sejenisnya;
Penekanan pada praktek-praktek manajemen bergaya perusahaan swasta seperti kontrak
kerja singkat, pembangunan rencana korporasi, dan pernyataan misi; dan Penekanan pada
pemangkasan,

efisiensi,

dan

melakukan

lebih

banyak

dengan

sumber

daya

yang

sedikit.Penekanan pertama, yaitu keahlian manajemen professional, mensugestikan top-manager


(presiden, menteri, dirjen) harus mengendalikan organisasi-organisasi publik secara aktif dengan
cara yang lebih bebas dan fleksibel. Top-top manager ini tidak lagi berlindung atas nama jabatan,
tetapi lebih melihat organisasi yang dipimpinnya sebagai harus bergerak secara leluasa
bergantung pada perkembangan sektor publik itu sendiri. Sebab itu, para top manager harus
punya skill manajerial professional dan diberi keleluasaan dalan memanage organisasinya
sendiri, termasuk merekrut dan member kompensasi pada para bawahannya. Lalu, penekanan
pada aspek orientasi output menghendaki para staf bekerja sesuai target yang ditetapkan. Ini
berbalik dengan OPM yang berorientasi pada proses yang bercorak rule-governed. Alokasi
sumber daya dan reward atas karyawan diukur lewat performa kerja mereka. Juga, terjadi
evaluasi atas program serta kebijakan dalam NPM ini.
Sebelum berlakunya NPM, output kebijakan memang telah menjadi titik perhatian dari
pemerintah. Namun, perhatian atas output ini tidaklah sebesar perhatian atas unsure input dan
proses. Ini akibat sulitnya pengukuran keberhasilan suatu output yang juga ditandai lemahnya

control demokratis atas output ini. NPM justru menitikberatkan aspek output dan sebab itu
menghendaki pernyataan yang jernih akan tujuan, target, dan indikator-indikator keberhasilan.
Konsep anggaran dengan pendekatan New Public Management (NPM) merupakan isu
penting dalam reformasi sektor publik. Konsep ini muncul karena sistem tradisional yang
diterapkan di negara-negara berkembang saat itu dirasa masih banyak kelemahan antara lain
proses anggaran ini masih terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi,
bersifat tahunan, menerapkan sentralisasi, persetujuan yang sering terlambat, dan aliran
informasi yang tak memadai. Dari situlah muncul konsep anggaran dengan pendekatan NPM
yakni untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada sistem sebelumnya (sistem tradisional).
Konsep NPM memiliki keterkaitan dengan permasalahan manajemen kinerja sektor publik
karena memang fokus utama konsep ini adalah pada pengukuran kinerja, bukan pada kebijakan
(bpkp, 2007). Konsep ini pada awalnya terjadi di negara-negara maju di Eropa, akan tetapi pada
perkembangannya konsep ini telah menjadi suatu gerakan global yang mana negara-negara
berkembang pun ikut terpengaruh dari penyebaran konsep ini. Dengan diterapkannya konsep
NPM ini, maka otomatis menimbulkan beberapa konsekuensi pada pemerintah yakni adanya
tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.
Langkah untuk menerapkan New Public Management bisa dilakukan dengan syarat ada
cukup jumlah pendukung yang kritis yang menghendaki reformasi. Para pendukung ini harus
berasal dari administrasi (pemda, pemkot) dan politik; berarti mereka harus seorang birokrat dan
politisi. Warga juga akan setuju dengan penerapan NPM ini karena mereka banyak mengkritisi
kelemahan atau kinerja administrasi yang loyo. Namun demikian, reformasi ini harus didukung
bersama agar warga bisa memberikan tekanan yang dibutuhkan terhadap politisi dan pihak
administrasi untuk menyelesaikan proses reformasi dengan sukses. Harus jelas bahwa
restrukturisasi seperti ini punya harga, tapi harus disadari pula bahwa penghematan yang
dihasilkan reformasi ini bisa dengan mudah membiayai kembali investasi. Akan tetapi, sebelum
upaya penerapan NPM ini bisa direalisasikan, harus diciptakan dulu prakondisi, yakni pertama,
batasan tanggung jawab antara unit perencana dan unit pelaksana (politik dan administrasi) dan
perangkat sumber daya yang bersifat desentral.
New Public Management (NPM) adalah suatu sistem manajemen desentral dengan
perangkat-perangkat manajemen baru seperti controlling, benchmarking dan leanmanagement;

bagi yang lain, NPM dipahami sebagai privatisasi sejauh mungkin atas aktivitas pemerintah.
Sebagian besar penulis membedakan antara pendekatan manajemen sebagai perangkat baru
pengendalian pemerintah dan pendekatan persaingan sebagai deregulasi secara maksimal serta
penciptaan persaingan pada penyediaan layanan pemerintah kepada rakyat.
New Public Management tidak selalu dipahami sama oleh semua orang. Bagi sementara
orang, NPM adalah suatu sistem manajemen desentral dengan perangkat-perangkat manajemen
baru seperti controlling, benchmarking dan lean management; bagi yang lain, NPM dipahami
sebagai privatisasi sejauh mungkin atas aktivitas pemerintah. Sebagian besar penulis
membedakan antara pendekatan manajemen sebagai perangkat baru pengendalian pemerintah
dan pendekatan persaingan sebagai deregulasi secara maksimal serta penciptaan persaingan pada
penyediaan layanan pemerintah kepada rakyat. Jika disimpulkan, NPM memiliki ciri-ciri berikut:
Pengendalian yang berorientasi pada persaingan dengan cara pemisahan wewenang
antara pihak yang memberi dana dan pihak pelaksana tugas; pemfokusan pada efektifitas,
efisiensi dan mutu pelaksanaan tugas; pemisahan manajemen strategis dari manajemen
operasional Dalam pemberian order dan anggaran umum, pelaksana order swasta dan pemerintah
diperlakukan sama.

NPM sebagai Produk dari Globalisasi


Globalisasi bisa menjanjikan kemakmuran pada negara-negara maju yang rnenginginkan
tercapainya misi nrgara-negara tersebut dalam mengusung gaya ideologi kapitalisme dan
liberalisme. Mereka dapat memasuki wilayah negara yang sedang berkembang dengan
mengusung misi "kebebasan" disemua aspek, yaitu politik, ekonomi dan sosial budaya.
Tidak dapat disangsikan lagi bahwa pengaruh globalisasi dibidang ekonomi sangat
menguntungkan negara-negara maju, karena dalam "upaya" mcmperbaiki ekonomi negaranegara berkembang, terdapat unsur-unsur ideologi yang disusupkan kedalam suatu negara,
Seperti Amerika Serikat yang berada dibalik Iembaga bantuan peminjaman seperti IMF dan
Bank Dunia, jika ingin memberikan bantuan maka salah satu persyaratannya harus menerima
prinsip pasar bebas. Hal ini bagi negara berkembang seperti negara Indonesia akan berakibat

hanya dijadikan negara koloni, yaitu tidak Iebih hanya pasar barang dan tempat pemasaran
industri oleh negara-negara maju.
Karena terdapat unsur keberpihakan pada negara-negara maju, pengaruh globalisasi bagi
Indonesia menimbulkan keterpurukan ekonomi yang disebabkan ketidak mampuan kita dalam
bersaing secara cepat pada hasil-hasil produksi di tanah air. Demikian juga tingkat
ketergantungan kita yang secara tidak sadar telah mengikat secara politik prinsip-prinsip kapitalis
dan pemikiran liberal. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi
informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.

Pengaruh NPM Bagi Sektor Swasta Maupun Pemerintah


Perkembangan Ilmu terus membuktikan bahwa persaingan mendorong peningkatan
kinerja, tapi tidak ada bukti yang menyebutkan bahwa industry swasta lebih produktif dari
administrasi public. Namun, banyak politisi berasumsi bahwa kinerja industry swasta lebih
unggul. Lalu seringkali mereka menganggap privatisasi sebagai cara yang teruji khasiatnya
dalam rangka mengatasi masalah dalam administrasi public. Tapi asumsi ini tidak tepat apabila
monopoli pemerintah selama ini diubah menjadi monopoli swasta. Karena itu istilah privatisasi
tidak tepat digunakan di sini. Sebenarnya yang harus dibicarakan adalah menciptakan
persaingan. Apabila persaingan seperti ini diciptakan, maka tidak penting lagi apakah
administrasi menjadi bagian dari persaingan atau tidak, selama tidak ada subsidi untuk
mengaktifkan persaingan tersebut.
Metode tender untuk aktivitas administrasi public. Tujuannya adalah untuk mencari
penawar yang kompeten yang bisa menghasilkan layanan jasa yang selama ini dikerjakan
administrasi pemerintah dalam bentuk dan waktu yang diinginkan, dengan biaya serendah
mungkin. Mitra seperti ini juga bisa berasal dari dalam organisasi pemerintah sendiri, artinya dari
satu unit organisasi (divisi). Pemberi jasa public tidak perlu khawatir terhadap persaingan seperti
ini.
Di Inggris misalnya, metode tender umum untuk sebagian besar layanan public
merupakan suatu kewajiban yang diatur UU. Pemberian tender ini dilakukan dalam bentuk

perjanjian antara pihak pemerintah dan perusahaan jasa yang di dalamnya mencantumkan kerja
yang hendak dicapai dengan ukuran kerja yang jelas. Pihak penawar secara langsung
menyuplainya kepada klien. Namun tanggung jawab secara keseluruhan dan pengawasan mutu
tetap berada di tangan administrasi public atau pemerintah. Dengan dikerjakannya order oleh
pihak swasta, berarti beban pemerintah berkurang, tapi di lain pihak muncul pekerjaan tambahan,
yakni dalam hal mengendalikan layanan tersebut secara keseluruhan.
Meskipun pelibatan pihak swasta ada risikonya, tapi pengalaman-pengalaman
internasional menunjukkan bahwa perluasan persaingan secara wajar melalui tender terbuka
sebagai instrument pengendalian, mungkin menjadi langkah terpenting dalam meningkatkan
orientasi pada warga dan penghematan anggaran.

Komentar dan Analisis


Model NPM (New Public Management), pada dasarnya merupakan model yang
dikembangkan oleh para teoritisi dalam upaya memperbaiki kinerja birokrasi (model tradisional)
yang dirasakan kurang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan dalam memenuhi
harapan masyarakat akan pelayanan yang diinginkan dengan mengedepankan pendekatan
manajerial. Inti dari New Public Management adalah bagaimana membawa paradigma bisnis
yang menguntungkan ke dalam administrasi negara atau dengan kata lain privatisasi administrasi
negara. Dengan mentransformasikan kinerja pasar seperti ini maka dengan kata lain akan
mengganti atau mereform kebiasaan kinerja sektor publik yang berlandaskan aturan dan proses
yang menggantungkan pada otoritas pejabat menjadi orientasi pasar, dan dipacu untuk
berkompetisi sehat.
Paradigma ini menginginkan inovasi yang pada akhirnya akan menghasilkan efisiensi dan
efektifitas dalam administrasi publik Konsep New public management ini dapat dipandang
sebagai suatu konsep baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien
yang dilakukan oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan konsep seperti ini maka
New Public Management akan mengubah cara dan model birokrasi publik yang tradisional ke
arah model bisnis privat dan perkembangan pasar. Hal ini dimungkinkan dengan diberikannya
asas persaingan dan berbagai prinsip-prinsip dan perangkat New Public Management.
New Publik Management tidak menunjukan teori yang menyeluruh dan umumnya
didasari pada pengalaman-pengalaman empirik hasil eksperimen yang bertujuan membuat
administrasi public menjadi lebih baik dan lebih efisien. Tujuan ini bukan ditunjang pada
keyakinan bahwa pemerintah akan bekerja lebih baik dan cepat, tetapi karena kekurangan dana,
jadi bekerja secara efisien dan lebih baik adalah keniscayaan bagi organisasi pulik.Tidak ada
buku pedoman untuk penerapan New Publik Management yang menjamin kesuksesan jika ia
direalisasikan secara konsisten. Berhasil atau tidaknya New Publik Management akan sangat
tergantung pada kehendak politik dari semua organisasi yang terlibat. Syarat pertama adalah
bagaimana perangkat/prinsip New Publik Management diterapkan sungguh-sungguh oleh
organisasi publik (organisasi pemerintah maupun swasta). Jika syarat ini terpenuhi, harus dibuat
analisa khusus terhadap situasi dan kondisi, serta dalam analisa inilah ditaksir kelebihan dan
kekurangan serta risiko-risiko yang mungkin timbul, di saat melakukan perombakan ke arah

administrasi public yang modern, atau risiko-risiko yang memang sudah ada. Tanpa strategi
,implementasi biasanya tidak akan berhasil dan akan mandek di tengah jalan. Lalu, hasilnya pun
akan lebih buruk dari kondisi yang pernah ada sebelumnya. Di lain pihak, ketidakpuasan warga
terhadap efisiensi administrasi atau penyelenggaraan pemerintahan dan tuntutan dari pihak
donator internasional serta mitra memaksa penyelenggara pemerintah mengkaji tema Good
Governance ke satu arah yang mendorong terciptanya peningkatan dan perbaikan kinerja dari
organisasi publik, yang pada gilirannya menghalangi terjadinya penyalahgunaan dana dan
mengakhiri pemborosan dana. Dengan penerapan New Publik Management, praktik-praktik
seperti korupsi dan nepotisme pasti bisa ditemukan dan dihentikan sejak dini. Pada saat yang
sama, melalui pembatasan tanggung jawab yang jelas, mereka yang melakukan kesalahan bisa
diminta pertanggungjawabannya. Dengan demikian, New Publik Management sangat perlu
diterapkan pada organisasi publik, meski itu menuntut pekerjaan yang tak ringan. Sebelum upaya
penerapan NPM ini bisa direalisasikan, harus diciptakan dulu prakondisi, yakni batasan tanggung
jawab antara unit perencana dan unit pelaksana (politik dan administrasi) dan perangkat sumber
daya yang terlibat langsung.

Satu hal yang patut di ingat, pertimbangan yang lebih menekankan pada aspek kegunaan
atau manfaat model itu sendiri, ketimbang sekedar pembaharuan atau kecanggihan tipenya
mungkin merupakan kriteria terbaik untuk menilai model tertentu. Bilamana di suatu saat kita
dihadapkan pada persoalan kebijakan public dan ternyata kita ingin menggunakan model-model
tertentu sebagai acuan, maka ada baiknya jika kita memahami kriteria yang dapat digunakan
untuk menilai kegunaan suatu model.

Model New Public Management saya rasa belum tepat untuk di terapkan di negara
berkembang seperti indonesia, karena kebijakannya yang cenderung tidak pro rakyat dan
mengurangi campur tangan pemerintah karena pada dasarnya pemerintah harus melayani rakyat
bukan pihak swasta bila pihak swasta yang menguasai sektor publik maka orientasi mereka ada
provit atau keuntungan, penganut New Public Management juga menekankan efisiensi ekonomi.
Kamensky mengutarakan public choice theories have tended to reject concepts like public
spirit, public service, and so forth. And these are not ideas we can afford to ignore in a

democratic society. Dengan demikian penerapan NPM sulit untuk diterapkan di Indonesia
sebagai salah satu Negara demokrasi terbesar di dunia.
Seperti yang di katakan oleh Prof. Drs. H Solichin Abdul Wahab, MA, Ph.D di mata
kuliah reformasi sektor publik : Bahwa New Public Management tidak amanah tetapi New
Public Management harus di pahami dan New public Management sudah melanda sistem negara
kita yang tersirat dalam pembuatan kebijakan pulik yang isinya kebijakan ekonomi. Dengan
begitu dapat di tarik kesimpulan bahwa setiap Model ada plus minusnya dan tempat di mana di
terapkannya model juga mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu model berkembang. Model
New Public Management tidak sepenuhnya buruk karena model ini mendidik pelaku sektor
swasta untuk bersaing secara sehat karena dengan adanya persaingan mereka akan berlombalomba memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen atau masyarakat seperti yang kita
tahu bahwa sektor pelayanan publik yang di kelola oleh pemerintah dan swasta berbeda jauh
kualitasnya, tentu saja ada harga yang tinggi untuk bisa menikmati kenyamanan dan kualitas
tinggi, kembali konsumenlah yang di rugikan.

Daftar Pustaka
Abdul Wahab, Solikhin. Prof, 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang : UMM Press.
Jan- Erik Lane, 2010. New Public Management. London and New York
Denhardt, J,V. and R.B. Denhardt, 2000. The New Public Service: Serving Rather Than Steering.
Public Administration Review, Nov/Dec.60 6, 549-559.
_________, 2003. The New Public Servive: Serving Not Steering. Expanded Edition. New
York : M.E. Sharpe.
Dunn, William, N, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gajah mada
University Press.
Farazm and Handbook of Comparative and Development A dministration. New York. Marcel
Dekker. Inc.
Hiromi Yamamoto, New Publik Management: Japans Practice, (Japan: Institute for International
Policy Studies, 2003) p.1.
Mahmudi. New Public Management (NPM) : Pendekatan Baru Manajemen Sektor Publik. 2003.
(journal.uii.ac.id/index.php/Sinergi/article/view/919)
Mahmudi. Studi Kasus sebagai Strategi Riset untuk Mengembangkan Akuntansi Sektor Publik.
2003. (http://journal.uii.ac.id/index.php/JAAI/article/view/850/776)
NPM; melalui: http://transformasipengetahuan.blogspot.com/2013/05/ new-public-managementnpm.html diakses: ( 29-10-2014)
Thoha, M. 2002. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta. Rajawali Pers.
http://setabasri01.blogspot.com/2009/05/new-public-management.html
Agus Dwiyanto, 2005,Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik, UGM
Press,Yogyakarta.

PAPER
TEORI NEW PUBLIK MANAJEMEN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEORI MANAJEMEN PUBLIK

NAMA

: SOPAN AJI WIBOWO

NIM

: 135030100111047

KELAS/No

Tgl. Dikumpulkan : 3-11-2014


ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014-2015

Anda mungkin juga menyukai