Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Imunnodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan segala penyakit yang datang.
(Chriss W. Green, 2007)
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) adalah sekumpulan gejala yang timbul
akibat menurunnya system kekebalan tubuh manusia yang didapat (bukan keturunan) dan
disebabkan oleh HIV. (Depkes RI, 2005)
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS selama
hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang
berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS.
Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin
karena sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan
itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah
menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya
pun akan menyebabkan sakit atau bahkan meninggal.
B. Epidemiologi HIV/AIDS
a. Epidemiologi HIV/AIDS di Dunia
AIDS pertama dikenal sebagai gejala entitas klinis yang aneh pada tahun 1981, namun secara
retrospektif dapat dilacak kembali bahwa kasus AIDS secara terbatas telah muncul selama tahun
1970-an di AS dan di beberapa bagian di dunia (Haiti, afrika, eropa). Akhir tahun 1999, lebih
dari 700.000 kasus AIDS dilaporkan di AS. Walaupun AS tercatat mempunyai kasus AIDS
terbesar, estimasi kumulatif dan angka tahunan AIDS di Negara-negara Sub- Sahara Afrika
ternyata jauh lebih tinggi. Di seluruh dunia, WHO memperkirakan lebih lebih dari 13 juta kasus
(dan sekitar 2/3 nya Negara-negara Sub-Sahara Afrika) terjadi pada tahun 1999.Di AS,distribusi
kasus AIDS disebabkan oleh risk behavior yang berubah pada dekade waktu yang lalu.
Walaupun wabah AIDS di AS terutama terjadi pada pria yang berhubungan sex dengan pria,
angka pertambahan terbesar di laporkan pada pertengahan tahun 1990-an terjadi diantara wanita
dan populasi minoritas. Pada tahun 1993 AIDS muncul sebagai penyebab kematian terbesar pada
penduduk berusia 25-44 tahun, tetapi turun ke urutan kedua sesudah kematian yang disebabkan
1
oleh kecelakaan pada tahun 1996. Namun infeksi HIV tetap merupakan kasus tertinggi penyebab
kematian pada pria dan wanita kulit hitam berusia 25-44 tahun. Penurunan insidens dan kematian
karena AIDS di Amerika Utara sejak pertengahan tahun 1990 antara lain karena efektifnya
pengobatan antiretroviral, disamping upaya pencegahan dan evolusi alamiah dari wabah juga
berperan. HIV/AIDS yang dihubungkan dengan penggunaan jarum suntik terus berperan dalam
wabah HIV terutama dikalangan kaum minoritas kulit berwarna di AS. Penularan heteroseksual
dari HIV di AS meningkat secara bermakna dan menjadi pola predominan dalam penyebaran
HIV di Negara-negara berkembang. Kesenjangan besar dalam mendapatkan terapi antiretroviral
antara Negara berkembang dan Negara maju di ilustrasikan dengan menurunnya kematian karena
AIDS pertahun di semua Negara maju sejak pertengahan tahun 1990-an dibandingkan dengan
meningkatnya kematian karena AIDS pertahun di sebagian besar Negara berkembang yang
mempunyai prevalensi HIV yang tinggi.Di AS dan Negara-negara barat, insidens HIV
pertahunnya menurun secara bermakna sebelum pertengahan tahun 1980-an dan tetap relative
rendah sejak itu. Namun, di beberapa Negara sub-Sahara Afrika yang sangat berat kena penyakit
ini, insiden HIV tahunan yang tetap tinggi hamper tidak teratasi sepanjang tahun 1980 dan 1990an. Negara-negara di luar Sub-Sahara Afrika, tingginya prevalensi HIV (lebih dari 1%) pada
populasi usia 15-49 tahun, ditemukan di Negara-negara Karibia, Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Dari sekitar 33,4 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS pada tahun 1999 diseluruh dunia 22,5
juta diantaranya ada di Negara-negara sub Sahara Afrika dan 6,7 juta ada di Asia Selatan dan
Asia Tenggara, 1,4 juta ada di Amerika latin dan 665.000 di AS. Diseluruh dunia AIDS
menyebabkan 14 juta kematian, termasuk 2,5 juta di tahun 1998. HIV-1 adalah yang paling
tinggi, HIV-2 hanya ditemukan paling banyak di Afrika Barat dan di Negara lain secara
epidemiologis berhubungan dengan Afrika Barat.
b. Epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia
Kasus AIDS pertama kali diketahui di Indonesia pada bulan April tahun 1987, pada seorang
warganegara Belanda yang meninggal di RSUP Sanglah Bali akibat infeksi sekunder pada paruparu, sampai pada tahun 1990 penyakit ini masih belum mengkhawatirkan, namun sejak awal
tahun 1991 telah mulai adanya peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat (doubling
time) kurang dari setahun, bahkan mengalami peningkatan kasus secara ekponensial.
Depkes RI melaporkan bahwa sampai pada tahun 1996 kasus HIV/AIDS tercatat sebanyak
501 orang (119 kasus AIDS dan 382 HIV +) yang menyebar di 19 Propinsi.
C. Riwayat Alamiah HIV/AIDS
a. Stage of Susceptibility
Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit, dan lingkungan. Host yang sehat
berinteraksi dengan pengidap HIV melalui hubungan seksual maupun non seksual. Pada tahap ini
penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih kuat, walaupun sudah terancam akibat
interaksi tersebut.
b. Stage of Subclinical Disease
Pada fase ini host tidak memperlihatkan gejala-gejala walaupun jumlah HIV semakin banyak
dan semakin menggerogoti kekebalan tubuhnya. Fase ini berlangsung selama lebih kurang lima
sampai sepuluh tahun. Jika dilakukan tes antibody untuk mengetahui keberadaan HIV, hasilnya
akan negatif.
c. Stage of Clinical Disease
Fase Presimtomatis Pada fase ini di dalam tubuh terdapat HIV namun penderita tidak
menunjukkan gejala apapun, tetapi jika dilakukan tes antibody hasilnya sudah menunjukkan
positif. Fase ini berlangsung selama 1 sampai 6 bulan. Pada fase ini penderita mengalami
perubahan patologi seperti sindrom retroviral akut berupa pembesaran kelenjar, pembesaran hati
atau ginjal, nyeri otot, nyeri tenggorokan dan sebagainya seperti pada infeksi virus lain.
Fase Klinis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau keseluruhan sistem imun
penderita dan penderita dapat dinyatakan positif mengidap AIDS.
Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan 2 dari 3 gejala utama dan 1 dari 5
gejala minor. Gejala utamanya antara lain demam berkepanjangan, penurunan berat badan lebih
dari 10% dalam kurun waktu 3 bulan, & diare kronis selama > 1 bulan secara berulang-ulang
maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu batuk kronis selama > 1 bulan, munculnya Herpes
zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut & tenggorokan yg disebabkan oleh Candida
albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta pembengkakan kelenjar getah bening secara
3
menetap di seluruh tubuh. Akibat rusaknya sistem kekebalan, penderita menjadi mudah terserang
penyakit-penyakit yg disebut penyakit oportunitis. Penyakit yg biasa menyerang orang normal
seperti flu, diare, gatal-gatal, dll, bisa menjadi penyakit yg mematikan di tubuh seorang penderita
AIDS.
d. Stage of Recovery Disability or Death
Untuk mengurangi resiko mendapatkan infeksi, ODHA dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan diri (personal hygienes), memelihara keamanan & kebersihan makanan dan
minuman, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari perilaku yg beresiko tertular atau
menularkan penyakit & menjalankan pengobatan secara teratur.
Ketika penyakit terus berkembang, pasien perlu perawatan serius dari keluarga atau perawat
masyarakat (community nurse). Berbagai fasilitas pendukung di masyarakat harus dikenali.
Ketika pasien berada dalam fase terminal, perawatan yg memberi dukungan kenyamanan &
dukungan emosi untuk pasien dan keluarga sangat dibutuhkan.
D. Mekanisme Penularan HIV/AIDS Menurut Teori Epidemiologi
Terdapat beberapa komponen proses pada penyakit menular, yaitu:
1. Agent (penyebab)
Agent merupakan organisme penyebab penyakit, pada penyakit HIV agent berupa virus,
virus tersebut dinamakan Human Immunodefeciency Virus (HIV). Virus ini pertama kali di
isolasi oleh Montagnier dan kawan kaa i Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada Tahun
1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada Tahun 1986 nama
virus dirubah menjadi HIV. Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA.
Dalam Bentukny yang asli merupakan partikel yang inert, tidak apat berkembang atau Melukai
sampai ia suk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T,Karena ia mempunyai
reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang
dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap Hidup lama dalam sel dengan keadaan in aktif.
Walaupun demikian virus dalam tubuh Pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat
dapat aktif dan dapat Ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV
4
terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan Bagian selubung (envelop). Bagian inti
berbentuk silindris
tersusun
atas
transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp
41 dan gp 120).Gp 120 Berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian
luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap
Pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan Dengan berbagai
disinfektan seperti eter , aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan Sebagainya, tetapi telatif resisten
terhadap radiasi dan sinar ultraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar Tubuh. HIV
dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
2. Host (penjamu)
Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor
sosiologis-gender.Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam
posisi menampung, dan alat reproduksi wanita sifatnya masuk kedalam dibandingkan pria
yang sifatnya menonjol keluar. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik
tanpa diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus
HIV.Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami
perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi
virus HIV. Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita
(pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang
menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus
kedalam pelacuran sebagai strategi survival.
Status yang rawan terjangkit HIV ;
a. Bayi dan anak dari ibu yang menderita HIV
b. Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda, karena maraknya pergaulan bebas.
c. PSK ( Pekerja Seks Komersial) dan pelanggannya
d. TKI/TKW
e. Biseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
3. Environment (lingkungan)
Kondisi lingkungan dapat pula menjadi faktor penyebab penularan HIV. Kondisi lingkungan
yang selau berubah dapat menurunkan kondisi fisik manusia sehingga dia rentan terhadap
5
penyakit atau kondisi lingkungan yang berubah sehingga agent dapat berkembang biak dengan
pesat pada lingkungan tersebut yang menyebabkan timbulnya penyakit.
Seseorang yang tinggal dengan lingkungan orang-orang yang terjangkit HIV akan beresiko lebih
tinggi untuk tertular Virus HIV
4. Portals entry and exit
Tempat masuk kuman Human imuno defisiensi virus ada 3 cara :
a. Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang yang telah
terinfeksi HIV.
b. Transfusi darat atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.
c. Mother-to-Child Transmission : Dari ibu yang terjangkit HIV pada anaknya
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan
tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum,
gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau
tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau
AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri,
suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
E. Masa inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai
dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata- rata cukup lama dan
dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejalagejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat
masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3
bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa wndow periode.
Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada
orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang
relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan
gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.
F. Gejala menderita HIV/AIDS
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi
proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 %
terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan
kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau
gejala-gejala.
Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
G. Pencegahan
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual,
persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin
atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan
pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi
dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat
diabaikan.
Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang :
7
HIV (monogamy).
Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.
Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual.
Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.
Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.
Tidak melakukan hubungan anogenital.
Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual.
Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh agama, penyebarluasan informasi
tentang AIDS dengan bahasa agama, melalui penataran P4 dan lain-lain yang bertujuan untuk
mempertebal iman serta norma-norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab.
8
mampu mencegah
10
11
Simpulan:
1. HIV (Human Imunnodeficiency Virus) adalah Virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrom) adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena
adanya infeksi HIV.
2. Terdapat beberapa komponen proses pada penyakit menular, yaitu: Agent, Host,
Environtment, Portals entry and exit.
3. Tempat masuk kuman Human imuno defisiensi virus ada 3 cara :
Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi dengan orang yang telah
terinfeksi HIV, transfusi darat atau penggunaan jarum suntik secara bergantian, dari ibu
yang terjangkit HIV pada anaknya
4. Pencegahan AIDS terdiri dari 2 macam, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
5. HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan
tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan
minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang
sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
6. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang
dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang ada
hanyalah pencegahannya saja
12
Daftar Pustaka:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
http://www.diskes.baliprov.go.id/id/HIV-AIDS
https://id.wikipedia.org/wiki/AIDS#Epidemiologi
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah3.pdf.
http://penyebabhivaids.com/
http://www.slideshare.net/ChaJonas/epidemiologi-hiv-aids
Spritia.2014.Statistik Kasus AIDS di Indonesia. Diakses tgl 22 Maret 2016
Available: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1
13