DIFRAKSI FRAUNHOFER
Disusun Oleh :
Debi Rianto (1301683)
Desi Anriani (13016610)
Elfi Susilawati (1301672)
Wela Yulianda (1301669)
Dosen Pembimbing :
Hidayati, M.Si
Rio Anshari, S.Pd, M.Si
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah tidak lupa Penulis ucapkan kehadirat Allah Yang
Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga Penulis
dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan.
Dalam makalah ini diangkat judul Difraksi Fraunhofer. Untuk memenuhi
predikatnya sebagai makalah, tentu saja penyajian teori dipaparkan lebih detail
serta tetap memperhatikan bahan pustaka yang diambil sebagai sumber landasan
teori, sehingga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
masyarakat luas.
Penulis sadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang Penulis miliki. Oleh karena
itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Penulis ucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
Padang, November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................... 3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Difraksi merupakan salah satu ciri khas dari gerak gelombang. Pada
umumnya, gelombang merambat lurus pada medium homogen (serba sama),
jika terhalang oleh sesuatu, gelombang
Pembelokan seperti itu disebut lenturan gelombang atau difraksi. Difraksi bisa
diamati apabila
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk difraksi fraunhofer pada celah tunggal?
2. Bagaimana tranformasi fourier melalui suatu lensa?
3. Bagaimana gambaran gelombang bidang?
4. Bagaimana difraksi oleh suatu rectangular aperture?
5. Bagaimana difraksi dari suatu circular aperture?
6. Bagaimana bentuk teorema array?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bentuk difraksi fraunhofer pada celah tunggal.
2. Mengetahui tranformasi fourier melalui suatu lensa.
3. Mengetahui gambaran gelombang bidang.
4. Mengetahui difraksi oleh suatu rectangular aperture.
5. Mengetahui difraksi dari suatu circular aperture.
6. Mengetahui bentuk teorema array.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Difraksi Fraunhofer
Difraksi adalah penyebaran arah gelombang karena melewati celah sempit
dimana intensitas cahaya dari difraksi akan semakin berkurang disetiap titiknya.
Terdapat beberapa macam difraksi salah satu diantaranya yaitu difraksi
Fraunhofer.
Difraksi Fraunhofer adalah difraksi yang terjadi apabila pola dari sebuah
gelombang cahaya berubah atau berbeda dengan pola asalnya setelah menabrak
sebuah hambatan. Difraksi Fraunhofer terjadi apabila jarak penangkap pola
interferens jauh lebih panjang daripada ukuran celah, maka sinar-sinar
membentuk pola interferens itu boleh dipandang sejajar sehingga analisisnya lebih
sederhana.
Untuk memperoleh persamaan yang menjelaskan diffraksi Fraunhofer, Kita
asumsikan bahwa sumber berupa cahaya tak terbatas, z1 pada gambar 1, jadi
bahwa celah disinari oleh penjalaran paralel sebuah gelombang cahaya pada
sumbu z. Kita akan dapat memperkirakan pernyataan, dapat pada (1) dari posisi
vektor R pada gambar 10-2. Kita menghasilkan sebuah perkiraan pernyataan dari
posisi vektor pada pengamatan titik Po, relativ terhadap lubang, dengan asumsi
bahwa lubang berukuran kecil, relatif terhadap jarak pada titik pengamatan.
Menggunakan pernyataan dan perkiraan paraxial, kita bisa merumuskan integral
Huygens-Fresnel pada 2 dimensi Transformasi Fourier.
Gambar 1. Lubang satu dimensi dengan lebar yang digunakan untuk membuat
bentuk Fraunhofer dan Fresnel.
Jarak dari suatu titik pada celah untuk pengamatan titik 0 pada Gambar 3
adalah
R 2 x y Z 2
2
(1)
Dari Gambar 3, kita lihat 0 adalah jarak dari pusat layar sampai titik pengamatan
0
R2o 2 2 Z 2
(2)
R 2 o R 2 2 2 Z 2 x 2 2 x 2 y 2 2 y 2 Z 2
2x y x 2 y 2
(3)
(4)
Menggunakan persamaan (4), kita dapat menulis perhitungan dari posisi titik
pada celah pada persamaan (5)
r Ro R
R2o R2
R0 R
2x y x 2 y 2
Ro1 R
Ro R 2 Ro R Ro
1
R Ro
2 Ro
2 Ro
(5)
x y x 2 y 2 Ro R
1
Ro R
2 Ro
2 Ro
Ro
1
1 Ro R
2 Ro
1
1
1 r
2 Ro
iAe ik Ro
Ro
x y x 2 y 2
f x, y exp ik
Ro
2 Ro
dxdy
(6)
x y x 2 y 2
x y x 2 y 2
ik
i 2 Ro 2Ro
Ro
2
Ro
(7)
Jika pengamatan, titik jauh dari layar, kita dapat mengabaikan rentang
waktu kedua dan menampilkan tingkat variasi bentuk jarak lintas pada celah
adalah sebuah fungsi posisi linier. Persamaan ini diasumsikan bahwa difraksi
gelombang adalah sebuah pengumpulan gelombang cahaya. Secara matematika,
rentang waktu kedua pada persamaan (7) dapat diabaikan jika
x2 y2
2
2Ro
Ini disebut perkiraan medan-jauh.
(8)
Ro
(9)
Ro
Cosinus ini dapat membatasi medan jauh. Sebagai bagian ukuran dari celah
layar, kita menggunakan perkiraan panjang gelombang bahwa koordinat celah
dapat didefinisikan menjadi
X
(10)
Kita dapat menulis kembali (6) dengan menggunakan perkiraan pada (8) dan
didefinisikan sebagai (9) dan (10)
p L, M
iAe ik Ro
Ro
f x, y exp i2 LX MY dXdY
(11)
x kL
2
,
Ro
y kM
2
Ro
(12)
(13)
p x , y
iAe ik Ro
Ro
f x, y exp i
x y y dxdy
Bahwa sama dengan spektrum frekuensi ruang pada layar difraksi. Amplitudo
transmisi pada celah f(x,y) boleh jadi diterjemahkan sebagai superposisi dari
untuk menentukan matrix ABCD jika sinar merambat dari depan ke belakang
fokus lensa
x1 1
1
0
f 1
1
1 f
0 1
0 0
f xo
1
xo
f
lalu, sebuah sumber diletakkan di depan titik fokus lensa, pada posisi xo diatas
sumbu optikal, akan menghasilkan gelombang datang , dimana membuat sebuah
sudut
xo
f
dengan sumbu optik pada bagian belakang titik fokus lensa. Pada gambar 5, kita
memperlihatkan bahwa gelombang cahaya akan menjalar kebawah dengan sudut
10
Gambar 5. Hubungan antara petunjuk dari gelombang datang dan posisi pada
letak fokus cahaya.
Jika sebuah lensa ditambahkan pada dua celah percobaan Youngs untuk
mengumpulkan cahaya dari dua celah, kemudian kita akan menemukan distribusi
dari cahaya dibelakang titik fokus lensa yang merupakan transformasi Fourier dari
distribusi cahaya pada bagian depan titik fokus lensa.
Dua celah yang terletak dibagian depan titik fokus cahaya pada lensa.
Gelombang yang menyinari celah di polarisasi sepanjang sumbu y dan mermbat
pada bidang x-z. Cahaya dari dua celah menutupi sebagian bagian belakang titik
fokus lensa
diberikan oleh (4-12) dengan bentuk sudut diberikan oleh (4-16). Untuk melihat
hal tersebut, pertimbangan bahwa dua celah akan dibuat, pada satu dimensi,
sebagai dua titik sumber. Transformasi cahaya lensa dari dua celah menjadi dua
gelombang cahaya yang menyebar pada sudut
sumbu z. Kita dapat bentuk perbedaan antara dua gelombang cahaya sebagai
g 2 h2 kzcos 1 cos 2 kxsin 1 sin 2
h
2f
h
2f
jadi bahwa
h
g 2 h2 2 kx sin
2f
kxh
f
(14)
dimana sesuai dengan (4-16) jika kita menggantikan jarak antara celah dan
pengamatan cahaya D dengan titik fokus cahaya suatu lensa. Kesimpulan yang
11
kita dapat lukiskan dari analisa ini adalah bahwa intensitas penyebaran di bagian
belakang titik fokus cahaya pada lensa, dengan dua jarak celah yang sama untuk
kxh
cos 2
2
f
h
2
dan
h
2
Pada bab 6, transformasi Fourier N fungsi delta dihitung pada (6-26) dan
ditunjukkan sama dengan fungsi kosinus dari N = 2. Untuk dua celah ,
pengamatan percobaan adalah equivalen untuk laporan matematika. Kita telah
mempertunjukkan bahwa sebuah transformasi Fourier memiliki hubungan antara
penyebaran amplitudo pada bagian depan titik fokus cahaya dan penyebaran
amplitudo pada bagian belakang titik fokus cahaya pada lensa. Kelihatannya
sesuai untuk memberikan akhir dari dua titik sumber sampai N sumber. Sebuah
langkah yang lebih luas dalam alasan yang diperlukan untuk menyampaikan
akibat dari penyebaran secara terus-menerus, tapi hal itu kelihatannya menjadi
sebuah perluasan yagn sesuai dan pada lampiran 10-A itu akan menjadi
pernyataan yang formal.
Oleh karena itu kita menyimpulkan bahwa sebuah lensa akan menghasilkan,
pada bagian titik fokus cahaya, bentuk difraksi Fraunhofer dari penyebaran
amplitudo di bagian depan titik fokus cahaya. (Perlu menjadi catatan bahwa lensa
kedua akan menghasilkan gambar positif pada frekuensi tempat pada posisi
koordinat pada bagian titik fokus cahaya dan mengubahnya menjadi negatif yang
dilanjutkan dengan gelombang cahaya. Oleh karena itu, dua buah lensa
melakukan dua transformasi Fourier, menghasilkan fungis asli. Perbaikan fungsi,
bagaimanapun, ditampilkan pada sistem koordinat bahwa sisitem koordinat asli
adalah negatif, contoh x x dan y y ).
12
memberikan konsep ke sejumlah titik yang lebih luas, membolehkan kita untuk
menyimpulkan bahwa bentuk difraksi Fraunhofer sama dengan bentuk interferensi
yang dihasilkan oleh sekumpulan gelombang datang.
Karena hubungan timbal balik antara sebuah fungsi dan transformasi
Fourier, kita harus mampu menampilkan gelombang datang dari bentuk difraksi
seperti sebuah gambaran khusus dari sebuah celah . Dari pengamatan ini sama
dengan untuk mengambil satu dari sejumlah kecil paket gelombang seperti
pendistribusian frekuensi dari fungsi sinus dan cosinus (gambar 6-6 dan 6-7).
Kita dapat menegaskan bahwa celah seperti sekumpulan gelombang datang
yang disalurkan melalui kelompok dari penyebaran. Pada bagian ini, kita akan
menjelaskan bahwa gambaran ini mungkin untuk menampilkan pendistribusian
ruang yang diperoleh dengan menggabungkan sebuah penyaluran gelombang
datang. Integral akan mempunyai bentuk dari invers transformasi Fourier.
Kita lihat dalam pembahasan transformasi Fourier, gambar 6-7, bahwa
sebuah
gelombang
terbatas
dangan
sementara
lamanya
tidak
dapat
kx
adalah
dk x
dk
kx kx x
2
2
d Ak x exp it k r dk x
(15)
13
Kita akan menganggap gelombang pada t=0 untuk berpindah lamanya tergantung
pada gelombang
x Ak x e ik x x dk x
dapat
14
Karena celah adalah dua dimensi, kita perlu untuk mepergunakan transformasi
Fourier dua dimensi (6-41). Fungsi transformasi amplitudo terpisah pada, x dan y,
jadi kita bisa menggunakan (6-42) dan menulis pendistribusian difraksi amplitudo
dari celah segiempat seperti
x
iA ik Ro o
i y
p
e
f x, y e i x x dx f x, y e y dy
Ro
xo
yo
(17)
Ketika keduanya f(x) dan f(y) ditemukan sebagai fungsi simetris, kita hanya
memerlukan perhitungan transformasi cosinus (6-15a)
p i
4 xo y o A ik Ro sin xo xo sin y y o
e
Ro
x xo
y yo
(18)
2
sin 2 x xo sin y y o
x xo 2 y yo 2
(19)
15
Gambar 7. Difraksi dari celah yang tidak terbatas. Fungsi sinus menjelaskan
gelombang datang amplitudo yang akan ada pada arah x.
2 sin x
2
Ro
2 sin y
2
Ro
Io
2 A 2
2 R 2 o
sin y y
Ro
m
2 yo
Dimensi dari bentuk difraksi adalah karakteristik dari daerah nol pertama, contoh
n=m=1 dan diberikan dengan Pengamatan koordinat koordinat datang dan .
Dimensi dari bentuk difraksi merupakan kebalikan dari perbandingan dimensidimensi celah . Seperti celah dimensi perluasan, lebar bentuk difraksi berkurang
16
menjadi, dalam jumlah tidak terbatas lebar celah , bentuk difraksi menjadi fungsi
delta.
Gambar 7 adalah teoritis bentuk difraksi dari celah segiempat. Gambar 8
adalah percobaan yang menghasilkan bentuk difraksi Fraunhofer.
17
y s sin
f(x,y) = f(s, ),
dxdy = s ds d
(20)
sin
(21)
cos ,
Yang baru, system koordinat silinder pada pengamatn cahaya, frekuensi ruang
dapat ditulis sebagai berikut
k
k
cos
Ro
Ro
k
k
sin
Ro
Ro
(22)
xx y y
ks
cos cos sin sin
Ro
ks
cos
Ro
(23)
iA ik Ro
p
e
Ro
2 2
f s, exp ik R
0 0
cos sdsd
(24)
18
persamaan
1, s 2 , seluruh
f s,
a
0,
s
2
a ka
e ik Ro J 1
k 2 Ro
iA
ka
2 Ro
(10-25)
19
2 J u
I Io 1
u
(26)
I o
R
o
Bentuk intensitas ditunjukkan dengan (26) dan dijelaskan pada gambar 10-6b
yang disebut bentuk Airy. Intensitas pada u = 0 dalan (26) sama seperti yang
dihasilkan dari lubang yang berbentuk segiempat pada daerah yang sama (19)
karena dalam limit
2 J u
lim 1 1
u
Gambar 11. Percobaan yang menghasilkan bentuk difraksi Fraunhofer dari lubang
lingkaran.
20
Gambar 11. Perbandingan penyaluran amplitudo pada bentuk difraksi dari lubang
segiempat dan lubang lingkaran.
Gambar 12. Distribusi intensitas dan distribusi medan pada difraksi fraunhofer
dengan celah benebentuk lingkaran.
F. Teorema Array
Teorema array adalah teknik matematika yang bagus untuk penyampaian
celah yang lebih dari satu disebut teorema array. Teorema ini adala dasar dalam
integral yang sulit yang dibahas dalam bab 6 (6-35) dan kenyataannya dibuat
dengan menggunakan transformasi Fourier yang sulit untuk dua fungsi yang
merupakan hasil dari transformaasi Fourier fungsi tunggal. (6-38). Kita akan
21
membuktikan teorema untuk satu dimensi dimana fungsi-fungsi mewakili celahcelah lensa. Hasil dapat diberikan untuk dua dimensi padalam gelombang
Diasumsikan bahwa kita memiliki kumpulan celah-celah yang sama,
ditunjukkan padala gambar 10-8 bagian kanan. Jika satu celah berletak pada asal
celah cahaya, itu merupakan fungsi transmisi yaitu x . Fungsi transmisi suatu
celah
terletak pada titik Xo dapat ditulis dalam jangka waktu yang sama rata
(x - x n ) =
( x ) ( x)d
(10-28)
Integral yang sulit akan dibolehkan aplikasi dari teorema yang sulit untuk derivasi
yang lengkap dari teorema array.
Celah
pendistribusian celah
x x e i x x dx
x
x x xo e i x x
n 1
Gambar 13. Convolution sebuah celah dengan fungsi delta akan menghasilkan
celah identik,, setiap lokasi pada posisi dari satu fungsi delta.
22
x f x f x xo
n 1
f x f x xo
n 1
x f x f x xo
n1
(28)
Transformasi pertama pada (28) adalah bentuk fungsi pada celah tunggal
dan transformasi kedua adalah bentuk difraksi yang dihasilkan oleh satu set titik
sumber dengan persamaan pendistribusian ruang sebagai array dari celah-celah
identik. Kita akan menyebutkan transformasi kedua dari fungsi array. Pada satu
dimensi, fungsi array adalah fungsi yang dicari dengan teliti dari transformasi
fourier yang telah dihitung. (6-28).
Disimpulkan, bahwa keadaan teorema array bentuk difraksi array serupa
dengan celah , diberikan oleh hasil dari bentuk difraksi.dari celah tunggal dan
bentuk difraksi (atau interferensi) dari penyaluran yang identik dengan array pada
titik sumber.
Gambar 14 adalah realisasi fisika dari teorema array. Penyaluran dalam
gambar 14a adalah bentuk difraksi yang secraa acak pada celah lingkaran yang
ditunjuukan pada gambar 14b. Keseluruhan dari bentuk difraksi adalah bentuk
Airy yang sama dengan difraksi dari celah lingkaran yang identik. Intensitas
pendistribusian dalam disk Airy adalah pendistribusian secara acak yang memilki
intensitas maksimal dan minimal. Pendistribusian bintik disebut gangguan bintik
dan sama untuk interfernsi antara gelombang dari array secara acak pada celah
lingkaran. Kita akan menyebutkan kembali gangguan bintik pada lampiran 10-C.
23
Gambar 14. Secara acak dari celah yang berbentuk lingkaran, seperti ditunjukkan
dalam (a) hasil dari bentuk difraksi Fraunhofer, (b) sebagai hasil dari teorema
array., bentuk keseluruhan difraksi adalah bentuk dari Airy dari celah lingkaran,
sedangkan intensitas distribusi dalam disk airy adalah sama untuk interfernsi
antara gelombang dari array secara acak dari celah. Bentuk intensitas bintik yang
dihasilkan oleh interfernsi yang disebut gangguan bintik.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dua dimensi transformasi Fourier dari fungsi transmisi celah f(x,y) dengan
frekuensi ruang
2
R0
2
R0
sin 2 x x0
x x0 2
sin 2 y y 0
I p
Ro
4. Teorema array digunakan
array dari celah yang sama
menjadi
2 J 1 u
u
sin 2 sin 2 N
2 sin 2
Dimana variabel didefinisikan sebagai
I I 0
ka
sin x
2
B. Saran
Melalui makalah ini penulis berharap agar tulisan ini dapat menjadi
referensi bagi masyarakat dan sumber ilmu baru yang perlu dikaji lebih jauh.
25
DAFTAR PUSTAKA
D.Guenther, Robert. 1990. Modern Optics. John Wiley and Sons, Inc : Canada
E. Hechts. 2002.Optics.Adison wesley, 2002