Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TINJUAN PUSTAKA
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
1.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan
ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga
perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa
misalnya dalam cervik, pars intertistialis atau dalam tanduk rudimeter rahim.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat
implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang
mencapai aterm.
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dimana setelah
fertilisasi, implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri. Hampir 90%
kehamilan terjadi di tuba uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau ruptura apabila kehamilan berkembang melebihi ruang implantasi
(misalnya : tuba) dan peristiwa ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
(Lilis, 39 : 2011)
1.2

Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik yaitu bila
perjalanan menuju uterus, telur (ovum) yang sudah dibuahi di bagian
ampula tuba mengalami hambatan, yang dapat diakibatkan oleh salpingitis,
riwayat operasi tuba/pasca operasi tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna,
perlekatan tuba akibat operasi non ginekologis seperti apendiktomi,
endometriosis tuba, divertikel tuba, perlekatan peritubal dengan distorsi atau
lekukan tuba, tumor yang menekan dinding tuba, migrasi luar ovum dan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Hal-hal tersebut secara umum
menyebabkan perlengketan intra maupun ekstra luminal pada tuba, sehingga
menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Karena tuba bukan
merupakan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sebagian besar
kehamilan di tuba terganggu pada usia kehamilan 6-10 minggu. Dengan

terjadinya implantasi di dalam lumen tuba, dapat terjadi beberapa


kemungkinan yaitu :
a. Hasil Konsepsi Mati Dini
Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh,
karena kecilnya kemungkinan diresorbsi.
b. Terjadinya Abortus
Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil
konsepsi mati dan lepas lumen, lepasnya hasil konsepsi menimbulkan
perdarahan dalam lumen tuba atau keluar lumen serta membentuk
timbunan darah, tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan
operasi.
c. Tuba Falopi Pecah
Karena tidak dapat berkembang maka tuba dapat pecah, jonjot vili
menembus sehingga terjadi ruptura yang menimbulkan timbunan darah
ke dalam ruangan abortus.
d. Ruptura Tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan
kemungkinan akan melakukan implantasi menjadi kehamilan abdomen
sekunder, kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar.
Dari penjelasan di atas, maka kehamilan ektopik terganggu (KET) dapat
disimpulkan disebabkan oleh :
a. Faktor Uterus
Tumor uterus yang menekan tuba
Uterus hipoplasia
Tuba sempit dan berlekuk-lekuk sering disertai dengan
gangguan fungsi silia endosalping.
b. Faktor Tuba
Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalping
Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
Diventrikel tuba dan kelainan kongenital lainnya.
Operasi plastik tuba dan strelisasi yang tidak sempurna (lumen
tuba menyempit)
c. Faktor Ovum
Migrasi eksterna dari ovum
Perlekatan membran granulosa
Migrasi internal ovum. (Anik Maryunani, 38: 2009)
1.3 Patofisiologi

Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba


(lokasi tersering), isthmus, fibrial, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium,
rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi
tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan
yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang
relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian
diresorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot.
Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak
integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutanya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan
tempat impalantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun
mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron,
sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick-pun
ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun trofoblas.
Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya
menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian
disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat implantasi pada kehamilan
ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan
akan terkompromi.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik
adalah :
a.
b.
c.

Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi


Abortus ke dalam lumen tuba
Ruptur dinding tuba

Abortus dapat terjadi ke dalam lumen tuba, dimana terjadi perdarahan


karena pembentukan pembuluh-pembuluh darah oleh vili korialis pada
dinding tuba di tepat implantasi sehingga melepaskan mudigah dari dinding
tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Ruptur dinding
tuba dapat pula terjadi karena terjadi penembusan vili korialis ke dalam
lapisan muskularis tuba hingga ke peritoneum atau karena trauma ringan
seperti saat koitus dan pemeriksaan vagina. Hal itulah yang disebut sebagai
kehamilan ektopik terganggu (KET). (Anik Maryunani, 40: 2009)

1.4 Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain pada :
Tuba Fallopii, Pars-interstisialis, Isthmus, Ampula, infundibulum, Fimbrae,
Uterus, Kanalis servikalis, Divertikulum, Kornu, Tanduk rudimenter,
Ovarium,

intraligamenter,

Abdominal

primer,

sekunder,

Kombinasi

kehamilan dalam dan luar uterus.


a. Kehamilan Tuba
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi
di ampulla tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke
kavum uteri dan ditempat yang terkahir ini mengadakan implantasi di
endometrium.

Keadaan

pada

tuba

yang

mengahambat

atau

mengahalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa implantasi


terjadi pada endosalping. Selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa
kelainan ovum yang dibuahi memberi predisposisi untuk implantasi di
luar kavum uteri, akan tetapi hal ini kiranya tidak banyak terjadi.
b. Kehamilan Heterotipik
Kehamilan ektopik di sebuah lokasi koeksis dengan kehamilan
intrauterin. Kehamilan heterotipik ini sangat langka. Hingga satu
dekade yang lalu insidens kehamilan heterotipik adalah 1 dalam
30.000 kehamilan namun dikatakan bahwa insiden sekarang telah
menimgkat menjadi 1 dalam 7000, bahkan 1 dalam 900 kehamilan,
berkst perkembangan teknik-teknik reproduksi.
c. Kehamilan Ovarial

Kehamilan ovarial sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan


tersebut ditegakkan atas dasar 4 kriterium dari spigelberg yakni : (a)
tuba pada sisi kehamilan harus normal, (b) kantong janin harus
berlokasi pada ovarium, (c) ovarium dihubungkan dengan uterus oleh
ligamnetum ovari propium, (d) histopatologis ditemukan jaringan
ovarium di dalam dinding kantung janin.
d. Kehamilan Servikal
Kehamilan servikal pun sangat jarang terjadi. Bila ovum
berimplantasi dalam kanalis servikalis, maka akan terjadi perdarahan
tanpa nyeri pada kehamilan muda.jika kehamilan berlangsung terus,
serviks membesar dengan ostium uteri ekternum terbuka sebagian.
Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan biasanya
diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan.
e. Kehamilan Abdominal
Menurut kepustakaan, kehamilan abdominal jarang terjadi kirakira 1 diantara 1500 kehamilan. Kehamilan abdominal ada dua macam
yaitu : (a) kehamilan abdominal primer, terjadi bila telur dari awal
mengadakan implantasi dalam rongga perut. (b) kehamilan abdominal
sekunder, berasal dari kehamilan tuba dan setelah rupture baru
menjadi kehamilan abdominal.

1.5 Diagnosis
Menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu tentunya dengan
melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :

a.

Anamnesa tentang trias kehamilan ektopik terganggu


Terdapat amenorhea (terlambat datang bulan)
Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri didaerah bahu
dan seluruh abdomen. [Nyeri perut terutama nyeri unilateral (satu
sisi). Gejala ini spesifik untuk kehamilan tuba, tetapi nyeri bisa
juga bilateral yang menyebar ke rongga perut, nyeri menyebar ke
tengah atau seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut
merangsang diafragma sehingga menyebabkan nyeri bahu/sekitar
25-30% penderita mengalami keluhan nyeri bahu ini]. (Anik
Maryunani, 2009)
Terdapat perdarahan melalui vagina atau spotting/bercak.
[Perdarahan pervaginam berasal dari pelepasan desidua dan dari
abortus tuba. Umumnya perdarahan tidak banyak dan berwarna
coklat tua. Gejala perdarahan dan/atau perdarahan. Bercak ini
timbul pada 75% kasus yang timbul satu atau dua minggu setelah
keterlambatan haid ]. (Anik Maryunani, 2009)

b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: Untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang dialami ibu


Kesadaran
:Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu composmentis,
apatis, somnolen, koma. Pada pasien kehamilan ektopik
kesadarannya bervariasi dari baik sampai koma tidak
sadar
Tekanan darah :Untuk mengetahui tekanan darah ibu normalnya
(100/70mmHg-140/90mmHg), umumnya tekanan darah
menurun. Pada pasien dengan

kehamilan ektopik

perlu diwaspadai dengan tekanan darah yang menurun


(hipotensi), karena hal tersebut merupakan tanda gejala
Suhu

syok.
: Untuk mengetahui suhu badan ibu hipotermi atau tidak

Nadi

normalnya (36,50C-37,50C)
: Untuk mengetahui denyut nadi yang dihitung dalam 1 menit
normalnya (60-80 x/menit). Pada pasien dengan kehamilan

ektopik apabila mengalami takhikardia (nadi meningkat) diatas


112x/menit patut dicurigai tanda gejala syok
Respiratory Rate :Untuk mengetahui frekuensi pernapasan klien
normalnya 16-24x/menit
Pada pemeriksaan abdomen :
Ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri
ketok, nyeri lepas, (defense musculaire) ini disebabkan karena
darah yang masuk ke dalam rongga abdomen akan merangsang
peritoneum.
Tanda cairan bebas dalam abdomen.
Perut kembung
Pemeriksaan khusus melalui vagina (pemeriksaan ginekology)
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
Serviks terlalu lunak nyeri tekan
Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadang-kadang sulit
diketahui karena nyeri abdomen yang hebat.
Kavum douglas menonjol oleh karena tensi darah dan nyeri.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Kadar haemoglobin dan eritrosit menurun atau leukosit
meningkat.
[kadar haemoglobin

dan

eritrosit

yang

berkurang

menunjukkan adanya perdarahan yang terjadi pada KET

dapat terjadi leukositas].


Tes kehamilan (urine dan HCG)
[Tes kehamilan biasanya positif, walau hasil negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan KET karena kematian hasil
konsepsi dan degenerasi trofoblas dapat menyebabkan
produksi HCG menurun sehingga menyebabkan tes
kehamilan menjadi negatif. Oleh karena itu, umumnya yang
diperiksakan adalah HCG, kualitatif untuk diagnosis cepat

kehamilan].
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Dijumpai kantung kehamilan di luar kavum uteri disertai
atau tanpa adanya genangan cairan (darah) di kavum

Douglas pada KET.


Pada pemeriksaan USG Trans- vaginal

Dapat mendeteksi tubal ring (massa berdiameter 1-3 cm


dengan pinggir ekhogenik yang mengelilingi pusat yang

hipoekholik)
Gambaran ini cukup spesifik untuk kehamilan ektopik.
Juga menunjukkan evaluasi kavum pelvis dengan lebih
baik, termasuk visualisasi cairan di kavum Douglas dan

masa pelvis.
Pemeriksaan Kuldosentesis
Untuk mengetahui adanaya cairan atau darah dalam kavum

Douglas
Dengan adanya pemeriksaan USG dan pemeriksaan kadar
HCG yang telah akurat, maka kuldosentesis sekarang ini
sudah tidak terlalu sering dilakukan, karena pemeriksaan ini

sangat tidak nyaman bagi penderita


Meskipun demikian, pemeriksaan kuldosentesis masih
dilakukan bila tidak ada fasilitas USG atau bila pada
pemeriksaan USG

kantung kehamilan tidak berhasil

terdeteksi.
Pemeriksaan yang ditegakkan secara bedah (surgical diagnosis)
Dilatasi-kuretase (D/C) : dijumpai dari Aries-Stella
- Kuretase dapat dikerjakan untuk membedakan
kehamilan ektopik dari abortus insipiens atau abortus
-

inkomplit.
Kuretase biasanya dianjurkan pada kasus-kasus dimana
timbul kesulitan membedakan abortus dari kehamilan
ektopik dan kehamilan uterine tidak terdeteksi dengan

USG trans-vaginal
Laparoskopi dan laparatomi jika perlu
- Pemeriksaan laparoskopi untuk melihat rongga
pelvik melalui dinding perut terutama pada keadaan
yang meragukan misalnya: kehamilan tuba yang
-

belum terganggu.
Pemeriksaan laparotomi umunnya dikerjakan bila
keadaan hemodinamik pasien tidak stabil. (Anik
Maryunani : 2009)

1.6 Penatalaksanaan

Kehamilan ektopik terganggu merupakan masalah klinis yang


memerlukan penanganan spesialistis, sehingga rujukan merupakan langkah
yang sangat penting. Dengan gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu,
kiranya bidan dapat menegakkan diagnosis kemungkinannya sehingga sikap
yang paling baik diambil adalah segera merujuk penderita (ibu) ke fasilitas
yang lebih lengkap seperti puskesmas, dokter atau langsung kerumah sakit.
(Anik Maryunani, 47 : 2009).
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Dalam

tindakan

demikian,

beberapa

hal

harus

diperhatikan

dan

dipertimbangkan kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan


fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik rongga
pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan
teknologi fertilisasi invirto setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan
apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat
dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingektomi
atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam
keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.
1.7 Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah
perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter,
dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan
anestesi.

1.8 Prognosis
Kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun
sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang
cukup. Kehamilan ektopik terganggu pada umunnya bersifat bilateral.

Sebagian wanita menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan) setelah


mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami kehamilan
ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain. Angka kematian ektopik yang
berulang dilaporkan antara 0% sampai 14,6 %. Untuk wanita dengan anak
yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomia
bilateralis. Dengan sendirinya hal ini perlu disetujui oleh suami isteri
sebelumnya.

BAB II
KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KASUS
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
Fokus Data
2.1 Data Subjektif (Anamnese)
a. Biodata
Nama : sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah
Sakit/Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
Umur : Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan
terapi dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa
penyakit/kelainan tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi
pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251)..
Pekerjaan: Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,
sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.
b. Keluhan Utama
Terjadi amenorhea yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai
beberapa bulan atau haidnya tidak teratur.
Terdapat rasa nyeri mendadak disertai rasa nyeri didaerah bahu dan
seluruh abdomen. [Nyeri perut terutama nyeri unilateral (satu sisi).
Gejala ini spesifik untuk kehamilan tuba, tetapi nyeri bisa juga
bilateral yang menyebar ke rongga perut, nyeri menyebar ke tengah
atau seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut merangsang
diafragma sehingga menyebabkan nyeri bahu/sekitar 25-30%
penderita mengalami keluhan nyeri bahu ini]. (Anik Maryunani,
2009)
Terdapat perdarahan melalui vagina atau spotting/bercak.
[perdarahan pervaginam berasal dari pelepasan desidua dan dari
abortus tuba. Umumnya perdarahan tidak banyak dan berwarna
coklat tua. Gejala perdarahan dan/atau perdarahan. Bercak ini timbul
pada 75% kasus yang timbul satu atau dua minggu setelah
keterlambatan haid ]. (Anik Maryunani, 2009)
c. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan resiko kehamilan
ektopik adalah pernah mengalami kehamilan ektopik, induksi abortus

berulang dan mola. Sekali pasien pernah mengalami kehamilan ektopik ia


mempunyai kemungkinan 10-25% untuk terjadi lagi. Hanya 60% dari
wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik menjadi hamil lagi.
Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 014,6%. Sebagian konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan kehamilan
ektopik sebelumnya dan mengenal gejala-gejala sekarang yang serupa.
d. Riwayat infeksi menular seksual (IMS)
Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan
ektopik mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya, calon ibu
menderita infeksi akibat penyakit GO (Gonorrhea) ataupun radang
panggul. Selain itu ibu dengan riwayat penyakit Clamidia juga berpotensi
mengalami kehamilan ektopik terganggu.
e. Riwayat kontrasepsi
Pada pengguna pil KB yang hanya mengandung progesterone dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat dan pada pemakai IUD dapat
timbul proses peradangan pada endometrium. (Prawirohardjo, 2011:479)
Pada kasus-kasus wanita yang menggunakan kontrasepsi sterilisasi tuba
dan wanita yang menggunakan AKDR/mengkonsumsi mini pil berupa
hormone progestin saja dapat meningkatkan insiden kehamilan ektopik.
f.

Riwayat operasi tuba


Adanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik prosedur
sterilisasi yang gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba
semakin umum sebagai faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik.

g. Pola aktivitas sehari hari


Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri
adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang
terkumpul dirongga abdomen.

Pola aktivitas (istirahat tidur)

Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibat


hematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.

Pola kebiasaan sehari-hari


Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan insiden
kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan
jumlah dan afinitas reseptor andrenergik dalam tuba.

2.2 Data Objektif


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: Untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang dialami ibu


Kesadaran
: Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu composmentis,
apatis, somnolen, koma. Pada pasien kehamilan ektopik
kesadarannya bervariasi dari baik sampai koma tidak
sadar
Tekanan darah :Untuk mengetahui tekanan darah ibu normalnya
(100/70mmHg-140/90mmHg), umumnya tekanan darah
menurun. Pada pasien dengan kehamilan ektopik perlu
diwaspadai dengan tekanan darah yang menurun
(hipotensi), karena hal tersebut merupakan tanda gejala
Suhu

syok.
: Untuk mengetahui suhu badan ibu hipotermi atau tidak

Nadi

normalnya (36,50C-37,50C)
: Untuk mengetahui denyut nadi yang dihitung dalam 1 menit
normalnya (60-80 x/menit). Pada pasien dengan kehamilan
ektopik apabila mengalami takhikardia (nadi meningkat) diatas

112x/menit patut dicurigai tanda gejala syok.


Respiratory Rate :Untuk mengetahui frekuensi pernapasan klien
normalnya 16-24x/menit
Pada pemeriksaan abdomen :
- Ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri
tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense musculaire) ini disebabkan
karena darah yang masuk ke dalam rongga abdomen akan
merangsang peritoneum.
- Tanda cairan bebas dalam abdomen.

- Perut kembang
Pemeriksaan khusus melalui vagina (pemeriksaan dalam)
- V/t : v/v tidak ada kelainan, portio tebal lembek, tidak ada
pembukaan.
- Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
- Serviks terlalu lunak nyeri tekan
- Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadang-kadang sulit
diketahui karena nyeri abdomen yang hebat.
- Kavum douglas menonjol oleh karena tensi darah dan nyeri.
- Perdarahan pervaginam sedikit
Pemeriksaan penunjang
- Tes kehamilan (urine dan HCG) : positif
- Pemeriksaan Ultrasonografi (USG): KET (+)
(Anik Maryunani :2009)
2.3 Analisa Data
G...P....Ab... hamil ............ minggu dengan kehamilan ektopik terganggu.
Masalah aktual : ibu merasa cemas terhadap kehamilannya, nyeri
perut bagian bawah, keadaannya lemas.
Masalah potensial : akan terjadi syok hipovolemik, Abortus ke
dalam lumen tuba (Abortus tubaria), ruptur tuba.
Kebutuhan segera :
- Merperbaiki KU (keadaan umum) dengan memasang infus RL.
- Berkolaborasi dengan dokter dan segera melakukan rujukan
2.4 Penatalaksanaan
a. Mandiri :
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
mengalami kehamilan di luar kandungan yang harus diatasi secepat
mungkin.
Melakukan informed consent setiap tindakan.
Merperbaiki KU (keadaan umum) dengan memasang infus RL
b. Kolaborasi
Mempersiapkan untuk dilakukan transfusi darah.
Memberikan terapi sesuai advis dokter.
c. Rujukan

Merujuk pasien ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan laparotomi. Bila


kondisi penderita semakin buruk misalnya dalam keadaan syok, lebih baik
dilakukan salpingektomia.
Evaluasi
Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi
pemenuhan kebutuhan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnose dan masalah.
(Varney, 2004)
Hasil yang diharapkan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan
ektopik terganggu adalah :

Keadaan umum ibu baik

Tidak terjadi perdarahan

Tidak terjadi infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Maryunani Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media
Lisnawati Lilis. 2011. Buku Pintar Bidan (Aplikasi Penatalalsanaan Gawat
Darurat Kebidanan Di Rumah Sakit). Jakarta: Trans Info Media
Taber, Ben-Zion.1994. Kapita Selekta Kegawatdaruratan Obstetri Dan
Ginekologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai