Anda di halaman 1dari 50

1

LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui


pembelajaran kooperatif model jigsaw pada
siswa kelas IV sd Negeri 12 Sragen
tahun pelajaran 2009/2010

Oleh :
Siti Mukminatun
Nim. X.8806518

PROGRAM PJJ S-1 PGSD


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2009
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1

Judul Penelitian

a. Mata Pelajaran
b. Bidang Kajian
Peneliti :
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. Jenis Kelamin
c. NIM
d. Program Studi/Jurusan
e. Fakultas
f. Institut / Universitas
g. Alamat Rumah

4
5
6

h. No. HP
Nama Anggota Peneliti
Lama Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN HASIL


BELAJAR
IPA
MELALUI
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
MODEL JIGSAW PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 12 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
IPA
Desain dan Strategi Pembelajaran di Kelas
SITI MUKMINATUN, A.Ma
Perempuan
X. 8806518
PJJ S-1 PGSD / Ilmu Pendidikan
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Gerdu Rt. 01 Rw. V Sragen Tengah,
Sragen
081 56758571
1. Mursito, S.Pd
2. Hj. Anik Aningsih
6 bulan dari bulan Juli sampai dengan
bulan Desember 2009

Biaya yang diperlukan :


a. Sumber dari Ditjen Dikti
Rp. 600.000
b. Sumber lain, sebutkan dana Rp. 777.500 +
pribadi
c. Jumlah
Rp. 1.377.500
(Satu juta tiga ratus tujuh puluh tujuh ribu
lima ratus rupiah)
Mengetahui
Kepala Seklah

Surakarta, Desember 2009


Peneliti

Mursito, S.Pd
NIP.19610703 198201 1 007

Siti Mukminatun
NIM. X8806518

Mengetahui
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I

Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si


NIP. 19660415 199103 1 002

HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Laporan

Penelitian

Tindakan

Kelas

dengan

judul

UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN


KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 12
SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Guru Pendamping/Supervisor

Dr. Riyadi, M.Si


NIP. 19670116 199402 1 001

Mursito, S.Pd
NIP. 19610703 198201 1 007

ABSTRAK
Siti Mukminatun, X8806518. UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SRAGEN 12 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan


siklus perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Masalah utama dalam
penelitian ini adalah rendahnya ketrampilan menulis siswa kelas IV SD Negeri
Sragen 12 Kabupaten Sragen mata pelajaran IPA
Penelitian tindakan kelas ini secara umum untuk memperbaiki kwalitas
pembelajaran di SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen dan secara khusus
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri
Sragen 12 Kabupaten Sragen dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif
model Jigsaw.
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw adalah suatu model pembelajaran
yang menekankan adanya tim ahli . Dengan Pembelajaran Kooperatif Model
Jigsaw selain melatih membiasakan siswa berinteraksi sosial juga melatih siswa
bertanggung jawab kepada suatu masalah dan penilaian baik individu maupun
kelompok.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dua siklus dengan
materi pokok konsep Struktur Organ Tubuh Manusia dengan Fungsinya alat
pengumpul data yang digunakan terdiri instrumen pembelajaran, evaluasi (tes dan
non tes) serta observasi untuk mengetahui validasi data. Subyek yang diteliti guru
dan siswa kelas IV di IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil belajar siswa setiap siklusnya
mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan tersebut dari yang tadinya

kurang baik menjadi lebih baik. Secara berturut-turut (berdasarkan siklus I dan II)
hasil belajar IPA materi pokok konsep Struktur Organ Tubuh Manusia dengan
Fungsinya siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen adalah aspek
kognitif siklus I sebesar 72, siklus II sebesar 75, aspek afektif siklus I sebesar
67,5, siklus II sebesar 76, aspek psikomotor siklus I sebesar 68, siklus II sebesar
75, ketuntasan belajar 60 % siklus 1 dan 82 % siklus 2, APKG 1 dari 71 %
menjadi 82,6 dan APKG 2 dari 81,2 % menjadi 94,2 %. Penerapan pendekatan
pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw pada akhirnya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa di SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian tindakan kelas dengan judul UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL
JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SRAGEN 12 SRAGEN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Tujuan yang terkandung dalam penulisan ini
adalah untuk memperbaiki kwalitas pembelajaran dan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran dalam meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memnberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan
Penelitian Tindakan Kelas.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
3. Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd selaku ketua Program PJJ S-1 PGSD yang
selalu memberikan petunjuk dan arahan.
4. Dr. Riyadi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
mengorbankan segala tenaga dan waktu guna memberikan bimbingan dan
arahan selama penulis menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
5. Bapak Mursito, S.Pd, Kepala Sekolah sekaligus pembina dalam pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas.
6. Teman-teman Guru SD Negeri Sragen 12 yang telah membantu dalam
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
7. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah membantu memberikan

semangat, dukungan dan doa selama pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


ini hingga selesainya penyusunan laporan ini.

8. Penerintah yang telah memberikan bantuan beasiswa kepada penulis untuk


menempuh program studi S-1 PGSD.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerja sama kepada penulis
demi terselesaikannya Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Laporan Penelitian Tindakan
Kelas ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga Laporan Penelitian
Tindakan Kelas ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Surakarta, Desember 2009


Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii


ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi


BAB I

PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................

B. Perumusan Masalah .......................................................................................

C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................

D. Manfaat Penelitian .........................................................................................

BAB II

KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................

A. Kajian Teori ...................................................................................................

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 13


C. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 14
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................................ 16
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................... 17

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 17


B. Subjek Penelitian ............................................................................................ 17
C. Prosedur Penelitian ........................................................................................ 17
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 24

A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 24


B. Pembahasan .................................................................................................... 31
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 35

A. Kesimpulan .................................................................................................... 35
B. Saran................................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38

10

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1

Sintak Pembelajaran Kooperatif ........................................................... 11

Tabel 2

Perolehan Hasil Evaluasi Siklus 1 ........................................................ 26

Tabel 3

Perolehan Hasil Evaluasi Siklus II ....................................................... 29

Tabel 4

Rekapitulasi Hasil Evaluasi Siklus II .................................................... 33

11

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw .............................................. 13
Gambar 2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 16
Gambar 3 Spiral Penelitian Tindakan Kelas ......................................................... 18
Gambar 4 Gambar Alur Perbaikan dengan Dua Siklus ......................................... 23
Gambar 5 Grafik Histogram Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor ......................... 33
Gambar 6 Grafik Histogram Ketuntasan, Aktifitas Kegiatan Guru ...................... 33

12

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

RPP Siklus 1 dan 2

Lampiran 2

Daftar Hadir Mahasiswa

Lampiran 3

Daftar Hadir Siswa

Lampiran 4

Rekapitulasi Penilaian

Lampiran 5

Daftar Nilai Formatif Siswa

Lampiran 6

Angket Pendapat Siswa

Lampiran 7

Rekapitulasi Penilaian Guru 1(APKG 1)

Lampiran 8

Rekapitulasi Penilaian Guru 2(APKG 2)

Lampiran 9

Surat Ijin Penelitian

Lampiran 10 Curiculum Vitae Peneliti


Lampiran 11 Foto-foto

13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberhasilan

pembelajaran

ditunjukan

oleh

dikuasainya

tujuan

pembelajaran oleh siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu faktor
keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran efektif tidak
akan muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran
yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
optimal.
Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator
yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses
belajar pada diri siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas
menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai
tujuan pembelajaran yang optimal.
Permasalahan yang masih penulis hadapi sebagai guru kelas IV SD N
Sragen 12 Kabupaten Sragen adalah rendahnya hasil belajar IPA. Dari
pengalaman penulis beberapa kali ulangan tentang konsep Struktur Organ
Tubuh Manusia Dengan Fungsinya dari 40 siswa hanya berkisar 15 (37,5 %)
siswa yang tuntas (pada tes penjajagan) dengan nilai rata rata kelas 5,6
padahal ketuntasan minimal adalah 6,8.
Gejala yang nampak adalah siswa kurang bergairah dalam menerima
pembelajaran dan kecenderungan bersikap pasif dan suka mencontoh. Siswa
hanya menghafal sehingga kurang memahami konsep.
Hasil diskusi penulis dengan teman sejawat dan kepala sekolah
diindikasikan bahwa rendahnya hasil belajar tersebut antara lain disebabkan
tidak tepatnya guru dalam pembelajaran. Dimana pembelajaran yang
diterapkan adalah pembelajaran secara konvensional yang mana hanya
dipergunakan metode ceramah dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar,
1

14

kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran


sangat verbal.
Dengan ceramah sebagai alternatif utama secara otomatis pembelajaran
didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga pembelajaran kurang
melibatkan siswa, dan komunikasi antar siswa dengan siswa atau guru dengan
siswa kurang terbangun, kebermaknaan dalam belajarpun sangat kurang dan
cenderung siswa tidak menyenangi ketrampilan berbicara mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Seperti pada Wina Sanjaya (2006 : 147) Guru yang kurang
memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode
yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada didalam
kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses
pembelajaran; pikirannya melayang ke mana mana, atau siswa mengantuk,
oleh karena gaya bertutur guru yang tidak menarik.
Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Sehingga tidaklah tepat jika pembelajaran hanya dilaksanakan dengan metode
ceramah yang kemungkinan kecil dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa.Seperti dalam (Depdiknas 2003 : 2):
Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan Sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Memperhatikan pentingnya pembelajaran IPA materi pokok Struktur
Organ Tubuh Manusia Dengan Fungsinya di kelas IV SD Negeri Sragen 12
Kabupaten Sragen pada khususnya dan di SDSD pada umumnya, berdasar
hasil diskusi dengan teman sejawat perlu adanya Penelitian Tindakan Kelas
guna meningkatkan hasil belajar, membangkitkan kreatifitas dan ide-ide siswa,
menyenangkan bagi siswa, melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw.

15

Dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw selain untuk membangun


tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok juga untuk merubah
pembelajaran yang selama ini banyak dilaksanakan oleh para guru. Dimana
guru tidak merupakan satusatunya sumber belajar (teacher centered) bagi
siswa, sebab rekan sebaya (peer teaching) juga sebagai sumber pengatahuan
bagi dirinya.
Tehnik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Seperti dalam Anita lie (2002: 56 ):
Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan
membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik ini memberi kesempatan
sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasinya mereka kepada orang lain.
Berdasarkan uraian diatas penulis mengadakan penelitian dengan judul
Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif
Model Jigsaw pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12 Sragen.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya


1. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dan hasil diskusi peneliti, teman
sejawat dan Kepala Sekolah diketahui permasalahan yang masih dihadapi
siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen bahwa faktor penyebabnya antara lain
adalah:
a. Dengan menggunakan metode ceramah, pembelajaran didominasi oleh
guru ( teacher centered ) sehingga kesempatan siswa untuk berpartisipasi
aktif sangat kecil, komunikasi yang terjadi hanya komunikasi satu arah.
b. Dengan metode ceramah kebermaknaan belajar sangat rendah karena
keterlibatan siswa secara langsung tidak ada.
c. Dengan metode ceramah guru merupakan satu satunya sumber belajar
siswa, sehingga teman sebaya ( peer teaching ) yang juga sumber belajar
siswa terabekan.

16

Berdasar identifikasi masalah, analisa dan latar belakang masalah yang


telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
Apakah Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun
Pelajaran 2009/2010?
Sedangkan upaya menjawab permasalahan diatas agar indikator
keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini tercapai dilakukan berbagai
upaya yang antara lain adalah:
a. Dipergunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan segala prinsip
dan unsurnya yaitu: saling ketergantungan positif; interaksi tatap muka,
akuntabilitas individual, evaluasi proses kelompok, dan keterampilan untuk
menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja
diajarkan.
b. Ditingkatkannya keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga terwujud
pembelajaran yang student centered.
c. Dimaksimalkannya penggunaan media pembelajaran sehingga selain
meminimalisir

verbalisme

juga

meningkatkan

kebermaknaan

dan

keterlibatan siswa, yang akan membentuk long term memory seperti yang
kita harapkan.
d. Dilaksanakan penilaian yang komprehensif dan dapat mengukur ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.

C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: untuk mengetahui bahwa Pembelajaran
Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV
SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 atau tidak.

17

D. Manfaat Hasil Penelitian


1. Manfaat Teoritis
a. Hasil Penelitian Tidakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan informasi,
pada peningkatan kualitas pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Sragen
12 Kabupaten Sragen secara nyata seperti ditunjukkan dengan indikator
keberhasilan sebagai berikut:
1) Sekurang-kurangnya 75 % siswa mendapat nilai prestasi belajar IPA 68
(enam puluh delapan).
2) Sekurang-kurangnya 75 % nilai rata rata kelas dalam pembelajaran IPA
Indonesia 68 (enam puluh delapan).
b. Memperkaya kasanah pendidikan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran IPA.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat:
a. Untuk Peserta Didik
Sebagai masukan bagi siswa untuk lebih berminat dalam belajar IPA agar
prestasi belajar meningkat.
b. Untuk Guru
Sebagai masukan bagi guru dapat mengetahui variasi dari beberapa model
pembelajaran, menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran
dikelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh inovasi
serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam
terhadap apa yang terjadi dikelasnya.
c. Bagi Sekolah
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi SD Negeri 12 Sragen dalam rangka memperbaiki
pembelajaran IPA khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.

18

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Mata Pelajaran IPA
Pengertian: Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di
sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan

untuk

mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk


memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
(Depdiknas, 2003 : 2).
Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran Sains di Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) seperti pada Depdiknas (2004:2) berfungsi
untuk menguasai konsep dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari serta
untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta bertujuan:
a. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positip terhadap sains dan
teknologi.
c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
d. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
e. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

19

f. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan


Tuhan.
Ruang lingkup mata pelajaran Sains Depdiknas (2004:2) meliputi dua
aspek:
a. Kerja ilmiah yang mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai
ilmiah.
b. Pemahaman konsep dan penerapannya, yang mencakup:
1). Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
2). Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas;
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana;
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya;
5) Sains,

Lingkungan,

Teknologi, dan Masyarakat

(salingtemas)

merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan


lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya
teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
Dari beberapa pendapat yang telah diutarakan diatas dapat disimpulkan:
Prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor yang digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu faktor stimuli belajar, faktor metode belajar dan faktor individual
(Wasty Sumanto, 1998 : 3).
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistim pengelompokan / tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistim penilaian dilakukan
terhadap kelompok dan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok
mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap
anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan

20

semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu


terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota
kelompok (Wina Sanjaya, 2006 : 240).
Sedangkan Johnson (Lie, 2003:17) cooperative learning adalah
kegiatan pembelajaran secara kelompok yang terstruktur. Siswa belajar dan
bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman kegiatan belajar yang optimal,
baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif menurut
Nurhadi (2004:112) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
Nur (2005: 1) Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi
seluruh siswa,memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil
tanggung jawab. Berdasarkan pendapat tersebut diatas, pembelajaran
kooperatif dapat menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak
membeda-bedakan antar ras dan intelegensi, melatih siswa berpikir aktif dan
kreatif.
Dari

beberapa

pendapat

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur untuk


mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar akademik, menerima terhadap
keragaman dan pengembangan terhadap ketrampilan sosial.
Banyak guru telah melaksanakan metode belajar kelompok, dengan
membagi para siswa dan memberikan tugas kelompok. Namun hasil
kegiatannya tidak seperti yang diharapkan. Siswa tidak memanfaatkan kegiatan
tersebut dengan baik dan kreatif untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan mereka. Para siswa tidak dapat bekerja sama secara efektif dalam
kelompok, malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, duduk diam,
bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengerjakan
tugas mata pelajaran yang lainnya. Pada waktu yang sama ada beberapa siswa
mendominasi kelompoknya. Seperti

dikatakan Roger dan David Johnson

tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning. Untuk


mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong

21

harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab


perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses
kelompok Pendapat tersebut di atas adalah yang membedakan pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran kelompok tradisional.
Adapun unsur-unsur atau elemen tersebut seperti yang dinyatakan
Abdurrahman & Bintoro (Nurhadi ,2004:112) adalah sebagai berikut:
a. Saling ketergantungan positif, dalam pembelajaran kooperatif, guru
menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan.
Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : saling
ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan
tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan
peran, dan saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap
muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa
merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
c. Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya
dalam

belajar

kelompok.

Penilaian

ditujukan

untuk

mengetahui

penguasaaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil


penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada
kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua
anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan
sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan
atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini
yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

22

mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi


orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan

antar

pribadi

(interpersonal

relationship)

tidak

hanya

diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat


menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga
dari sesama siswa.
Dari pendapat diatas pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa
keuntungan antara lain: dapat meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, menghilangkan sifat
mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa saling percaya,
meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik,
membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
Selain

beberapa

keuntungan

diatas

pembelajaran

kooperatif

memposisikan siswa sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat


pengalaman hidupnya, sehingga dalam menerima informasi tidak hanya dari
guru melainkan lingkungan yang memiliki suatu peran besar dalam
membentuk kepribadian siswa. Siswa akan menggali kepedulian khususnya
terhadap lingkungan, jika pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran
kooperatif ini berorientasi lingkungan. Lingkungan sekeliling sebagai pusat
kegiatan. Guru sebagai fasilitator yang membimbing kegiatan pembelajaran
siap melayani pertanyaan atau perdebatan. Dalam pembelajaran ini diharapkan
guru dapat menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa
membentuk makna dari kegiatan yang telah mereka lakukan dan amati melalui
pembelajaran. Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses daripada hasil
dengan asumsi mengembangkan kompetensi dan potensi siswa melalui
pendidikan.

23

Tabel 1. Sintak Pembelajaran Kooperati


Fase
1. Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi
3 Mengorganisasikan
siswa kedalam
kelompok kelompok
belajar
4.Membimbing
kelompok bekerja
dan belajar
5. Evaluasi

6. Memberikan
penghargaan

Tingkah laku guru


Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif langkah (fase) dapat


bervariasi disesuaikan dengan pendekatan (model) yang digunakan. Adapun
salah satu contoh langkah langkah (sintak) model pembelajaran kooperatif dari
Muslimin Ibrahim dkk (2000: 10) adalah sebagai berikut:
3. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Ada berbagai model pembelajaran kooperatif seperti diutarakan oleh
Mohamad Nur (2005 : 5):
Lima model Pembelajaran Tim Siswa telah dikembangkan dan diteliti
secara luas. Terdapat tiga model pembelajaran yang cocok untuk hampir
seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas: Students Teams Achievement
Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw II. Dua yang lain
merupakan kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan pada
mata pelajaran tertentu :Cooperative Reading ad Composition (CIRC) untuk
pengajaran membaca dan menulis di Kelas II-VIII dan Team Accelerated
Instruktion (TAI) untuk Matematika pada kelas III-VI.
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pertama kali dikembangkan
oleh Elliot Aronson di Universitas Texas dan kemudian di adopsi Slavin.

24

Dalam penerapannya siswa dibagi menjadi kelompok dan setiap anggota


kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran yang
ditugaskan kepadanya dan selanjutnya mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya. Anggota dari kelompok-kelompok yang mendapat tanggung
jawab sama berkumpul untuk mempelajari materi pembelajaran, kelompok ini
disebut Tim Ahli.
Adapun langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebagai
berikut :
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 45);
b. Materi pelajaran dibagi kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagibagi menjadi beberapa sub bab;
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, yang dipelajari
memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari struktur akar dan
fungsinya. Kelompok satunya mempelajari tentang struktur batang dan
fungsinya, siswa yang lainnya tentang struktur daun dan fungsinya dan
lainnya lagi struktur bunga dan fungsinya;
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya;
e. Setelah anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar temannya secara bergilir;
f. Setelah seluruh siswa selesai melaporkan guru menunjukkan satu kelompok
untuk menyampaikan hasilnya, kelompok lain menanggapi dan guru
mengklarifikasi;
g. Membuat kesimpulan
Tiap-tiap siswa dikenai tagihan secara individu.

25

Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw (Diadopsi Muslimin


Ibrahim, 2001 : 22)

Kelompok Ahli
(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal)

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni yang ditulis oleh:
Agus Muji Widodo (2004) dengan judul Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri Pilangsari 1, Kecamatan
Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun 2004.
Dalam penelitian tersebut didapat suatu kesimpulan bahwa dengan
pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil belajar siswa meningkat
dibanding dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, dan guru
dalam proses pembelajaran dikatagorikan baik dilihat dari hasil persentase
pengamatan penampilan guru.
Agus Muji Widodo (2005) dengan judul Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model TGT Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas III
SD N Pilangsari 1, Ngrampal, Sragen.
Dari hasil penelitian tersebut didapat bahwa penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model TGT pada siswa kelas III dari hasil antar siklus meningkat
dengan cukup signifikan. Siswa dapat mengungkapkan suatu hasil pikirannya
dengan kalimat yang cukup panjang dibanding sebelum menggunakan model

26

pembelajaran

kooperatif.

Peningkatan

tersebut

disebabkan

dengan

Pembelajaran Kooperatif selain terbangun peer teaching, masyarakat belajar


juga siswa merasa senang karena karakteristik dari Pembelajaran Kooperatif
model TGT belajar dengan nuansa bermain.
Agus Muji Widodo (2007) dengan judul Penerapan Kombinasi
Problem Base Learning dengan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) meningkatkan ketrampilan berbicara siswa kelas III SD Negeri
Pilangsari 1.
Dari hasil penelitian didapat hahwa dengan kombinasi model
pembelajaran tersebut selain ketrampilan berbicara meningkat siswa dapat
mengungkapkan hasil pemecahan masalah dengan bahasanya sendiri. Kelas III
menggunakan Pembelajaran Tematik pembelajaran ini dapat dihubungkan
dengan masalah dari mata pelajaran yang lain.dimana kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dengan mempertimbangkan kehiteroginannya baik
prestasi, ras, status sosial dan sebagainya. Kelompok satu dengan yang lain
dapat memiliki bobot yang sama, ini terjadi sebab didalam pembagian
kelompok berdasarkan kehetoroginan ranking.

C. Kerangka Pikir
Bahwa pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar sebagai
tujuan. Terhadap proses pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya untuk
meningkatkan kemandirian dan keaktifan siswa dalam belajar dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencari, mengusahakan dan menemukan
sendiri ilmu pengetahuan.
Usaha peningkatan hasil belajar siswa bagi guru merupakan suatu
kewajiban dan wujud keprofesionalan seorang guru. Guru menurut kodratnya
sebagai agen perubahan haruslah selalu tanggap dan peka terhadap apa yang
terjadi baik dilingkungannya maupun di luar lingkungannya. Pembelajaran
kooperatif model Jigsaw diharapkan siswa secara aktif membangun

27

pengetahuannya baik secara individu maupun dengan bantuan teman sebaya


(peer teaching).
Menurut pemikiran penulis, pembelajaran kooperatif model Jigsaw
yang mungkin dapat memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA pada
siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen. Sebab Pembelajaran
kooperatif

model

Jigsaw

memiliki

karakteristik-karakteristik

yang

berhubungan erat dengan permasalahan yang ada. Pembelajaran kooperatif


model Jigsaw, selain melatih membiasakan siswa melaksanakan tanggung
jawabnya secara pribadi maupun kelompok juga melatih siswa mau menerima
saran, kritik, koreksi dari semua orang.
Demikian pula dengan sistem pengelolaan kelas dan lingkungan belajar
yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran. Hasil belajar
yang mengakomodasikan kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan
psikomotorik direncanakan pencapaiannya dengan pengukuran lewat instrumen
penilaian yang tepat. Siswa diusahakan dapat membangun pengetahuannya
secara runtut melalui demonstrasi keterampilan dan penyajian informasi tahap
demi tahap dengan bimbingan dan pelatihan dari guru. Proses belajar
diusahakan sedapat mungkin dihubungkan dengan lingkungan sehingga siswa
dapat menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari hari.
Penerapan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat digambarkan
dalam kerangka berpikir sebagai berikut:

28

Gambar2. Kerangka Berpikir


Gambar

diatas

menunjukkan

bahwa

penggunaan

Pembelajaran

kooperatif model Jigsaw guru mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil


belajar siswa, yang terdiri dari kognotif, afektif dan psikomotor. Selain
berpengaruh pada hasil belajar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw juga
dapat meningkatkan proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika tanpa
menggunakan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dimana siswa hanya
datang, duduk, diam, catat dan hafal seolah-olah pembelajaran hanya oleh guru
saja (teacher centered), tetapi setelah menggunakan Pembelajaran kooperatif
model Jigsaw antara guru dan siswa sama-sama dalam kondisi aktif.

D. Hipotesis Tindakan
Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, maka dapat
diputuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Tahun 2009/2010.

29

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


PenelitianTindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 12 Sragen,
Kabupaten Sragen pada minggu ke dua dan minggu ke tiga bulan Agustus
2009. Penelitian Tindakan Kelas

dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap

siklusnya 2 x 35 menit (1 x Pertemuan). Selama pelaksanaan penelitian, untuk


mengamati proses pembelajaran, dan membantu pengumpulan data peneliti
dibantu oleh 2 observer teman sejawat dari SD Negeri 12 Sragen, Kabupaten
Sragen.
B. Subjek Penelitian
Siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Kabupaten Sragen yang berjumlah
40 siswa, dan guru kelas IV sekaligus sebagai peneliti, dengan mata pelajaran
IPA materi pokok konsep Struktur Organ Tubuh Manusia dengan Fungsinya.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) dengan pusat penekanan pada upaya penyempurnaan dan
peningkatan kualitas proses serta praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih
memfokuskan pada penggunaan media pembelajaran Kooperatif model Jigsaw
sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa atau meningkatkan
hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen
dalam kegiatan yang berbentuk Randoms Siclus, sebanyak 2 (dua) siklus,
dengan mengacu pada model yang diadaptasi dari Hopkins (1993:) dalam
Supardi (2006) Setiap siklus prosedur atau langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri dari empat komponen
kegiatan pokok, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c)
pengamatan (observing); (d) refleksi (reflecting), yang pada pelaksanaannya
keempat komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus

17

30

dengan diselipkan modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan


perencanaan.
Keempat komponen kegiatan pokok ini dari sebuah siklus dalam
penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai sebuah spiral penelitian
seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas.

Sumber : Suharsimi Arikunto, 2002:84


Bagan di atas menunjukkan

bahwa langkah yang pertama adalah

planning / persiapan, yang ke dua adalah perlakuan dan pengamatan. Hasilnya


dijadikan dasar untuk menentukan refleksi (mencermati apa yang sudah
terjadi). Dari terselesaikannya satu siklus lalu disusun sebuah rencana yang
akan digunakan untuk siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil refleksi
siklus sebelumnya sampai tercapainya target yang diinginkan. Jangka waktu
setiap siklus sangat tergantung pada keadaan yang terjadi di lapangan.
Sebelum melakukan tindak penelitian melakukan penjajagan sebagai
dasar untuk mengetahui kondisi awal siswa Kelas IV SD Negeri Sragen 12
Kabupaten Sragen tentang keterampilan menulis. Selanjutnya melaksanakan
tindakan yang direncanakan dalam siklus-siklus sebagai berikut:

31

1. Siklus 1
a. Perencanaan
Guru Kelas IV (peneliti) SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen dan
pengamat (teman sejawat) mendiskusikan tentang materi, kegiatan
pembelajaran dan alat evaluasi serta menyiapakan alat peraga/instrumen dan
pedoman pengamatan.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam pelaksanaan ini peneliti (guru) melaksanakan sesuai rencana yang
ada dalam rencana pembelajaran seperti berikut ini:
1) Kegiatan awal

: Apersepsi,

penjelasan

tujuan

pembelajaran

dan

pemberian materi.
2) Kegiatan inti

: Presentasi kelas, pembagian kelompok, Pelaksanaan


pembelajaran kooperatif model jigsaw, pengerjaan
LKS

skavolding

dan

pelaksanaan

penilaian

pengamatan, presentasi kelas hasil pengerjaan LKS


dan

penyimpulan

maupun

penyamaan

persepsi

dilanjutkan evaluasi.
3) Kegiatan akhir

: Pemberian

reward,

penegasan

kembali

halhal

pokok/penting, perbaikan/pengayaan dan penutup.


c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan mencakup
aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan. Guru dan
pengamat mengamati dampak pelaksanaan. Apakah telah sesuai dengan
rencana dan hambatan atau kendala apa yang dihadapi siswa maupun guru.
Adapun perolehan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan diambil selama kegiatan pembelajaran diperoleh
dengan cara melakukan observasi, dokumentasi, dan tes.
a). Observasi dilaksanakan dengan menggunakan instrumen pengukuran
kinerja afektif maupun psikomotor, untuk mengukur indikator-

32

indikator kerja, efisiensi, dan kerja sama antara siswa, guru dan
kolaborator dalam proses pembelajaran.
b). Tes dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis dan tes unjuk
kerja untuk mengukur kemampuan dan keterampilan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran matematika
2). Validasi Data
Untuk menjamin validasi temuan perlu dilakukan pengecekan terhadap
data yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan trianggulasi yaitu tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu (Moleong, 1997:178). Trianggulasi yang digunakan adalah
trianggulasi

yang

memanfaatkan

penggunaan

isi

dengan

jalan

membandingkan data hasil pekerjaan siswa, observasi, catatan lapangan


Disamping itu juga dilakukan diskusi antara guru, kepala sekolah,
pengamat dan rekan-rekan guru yang lain
3). Alat Pengumpul Data
a). Butir soal penjajakan diambil dari soal-soal dari meteri yang
berkaitan dengan materi pokok .Untuk mengidentifikasi kemampuan
siswa sebelum diberi tindakan dan sekaligus untuk menentukan
tingkatan/rangking tiap-tiap siswa guna membentuk kelompok
kooperatif.
b). Butir soal evaluasi untuk mengetahui kemajuan dan prestasi hasil
belajar setiap siklusnya dibuat sesuai materi pokok yang dipelajari.
c). Instrumen observasi, yaitu berupa skala penilaian yang akan diisi
oleh pengamat pada saat proses pembelajaran yang berhubungan
perilaku pengajar dan aktifitas belajar siswa.
Adapun contoh instrumen pengamatan yang dipergunakan dalam
penelitian ini terlampir pada daftar lampiran.

33

Penilaian membuat perencanaan pembelajaran dan kemampuan


mengajar guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengamat
dengan lembar pengamatan yang mengacu pada APKG 1 dan APKG 2
(terlampir). APKG 1 berguna untuk mengetahui kemampuan guru dalam
mempersiapkan pembelajaran, sedangkan APKG 2 berguna untuk mengetahui
kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran .Kriteria yang dipergunakan
untuk menilai dengan APKG 1 maupun APKG 2 dalam melaksanakan proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah dengan pemberian skala 15.
Dengan ketentuan bahwa: nilai 1 (tidak satu deskriptor pun nampak), nilai 2
(satu deskriptor tampak), Nilai 3 (dua diskriptor tampak) nilai 4 (tiga deskriptor
tampak), nilai 5 (Empat diskriptor tampak).
d. Catatan lapangan
Catatan lapangan meliputi catatan tentang kegiatan selama pengajaran
dan kegiatan siswa sebagai subjek peneliti, baik secara objektif maupun
tafsiran. Adapun untuk menjamin validasi temuan perlu dilakukan pengecekan
terhadap data yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan trianggulasi yaitu
tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu (Moleong, 1997:178). Trianggulasi yang digunakan adalah
trianggulasi yang memanfaatkan penggunaan isi dengan jalan membandingkan
data hasil pekerjaan siswa, observasi, catatan lapangan dan hasil wawancara.
Disamping itu juga dilakukan diskusi antara guru, kepala sekolah, pengamat
dan rekan-rekan guru yang lain.
e. Refleksi
Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya
pembelajaran, peningkatan motivasi belajar dan mengkaji ulang tentang
kekurangan dan kelebihan pada siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari
kekurangan siklus ini dilaksanakan pada siklus berikutnya.

34

2.

Siklus 2
1) Perencanaan
Guru dan teman sejawat (kolaboratif) mendiskusikan tentang
pelaksanaan rencana pembelajaran mengacu dari hasil refleksi siklus
pertama serta menyampaikan alat-alat pendukung beserta lembar
pengamatan.
2) Pelaksanaan tindakan
Pada pelaksanakan ini guru dan pengamat melaksanakan tindakan
yang mengacu pada refleksi yang telah diperbaiki/disempurnakan pada
siklus sebelumnya.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan
mencakup aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar
pengamatan. Guru dan pengamat mengamati dampak pelaksanaan.
Apakah telah sesuai dengan rencana dan hambatan atau kendala apa
yang dihadapi siswa maupun guru.
4) Refleksi
Diskusi bersama guru dan pengamat tentang pelaksanaan. Apakah
pelaksanaan telah membawa hasil peningkatan hasil belajar IPA siswa
Kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen?. Dan masih adakah
kekurangan (kelemahan) dari sikus ini? Jika kekurangan (kelemahan)
dirasa sudah tidak ada dan hasil telah memenuhi batas minimal
ketuntasan (indikator kerja)

maka tindakan berakhir. Namun jika

masih ada kekurangan (kelemahan) dalam pelaksanaan pembelajaran


dan belum terlihat adanya peningkatan hasil belajar IPA maka
dilanjutkan dengan tindakan siklus ke-3 dan siklus selanjutnya yang
langkah-langkahnya seperti pada siklus sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya pelaksanan antar siklus dapat dilihat pada gambar
berikut :

35

GAMBAR ALUR PERBAIKAN PEMBELAJARAN DENGAN DUA


SIKLUS
Gamar 4. Gambar Alur Perbaikan Dengan Dua Siklus
Permasalahan

P
Perencanaan
tindakan 1

Pengamatan/pengu
mpulan data 1

Refleksi 1

Permasalahan baru
hasil refleksi

Perencanaan
tindakan 2

Refleksi 2

TERCAPAI/
Apabhila permasalahan
belum terselesaikan

Diadopsi dari Suharjono ( 2006 : 74 )

Pelaksanaan
tindakan 1

Pelaksanaan
tindakan 2

Pengamatan/peng
umpulan data 2

Dilanjutkan ke siklus
berikutnya

36

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Telah dikemukakan pada bab pendahuluan bahwa prestasi belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010
Sragen rendah. Rendahnya prestasi ini disebabkan oleh guru di SD Negeri 12
Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 masih menggunakan
pendekatan tradisional yang didominasi oleh lebih banyaknya penggunaan
metode ceramah, dan pemberian tugas menulis kepada para siswanya.
Akibatnya para siswa menjadi tidak bergairah dalam pembelajaran, jenuh, dan
tumbuhnya perasaan acuh tak acuh.
Proses pembelajaran IPA dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut :
pertama guru menjelaskan sedikit tentang materi, kedua siswa disuruh
membaca buku teks dan merangkum sementara guru sibuk melaksanakan
kegiatan lain ,yang antara lain mengerjakan administrasi, ketiga siswa disuruh
mengerjakan soal soal yang ada dalam kumpulan LKS, dan selanjutnya hasil
pekerjaan dikumpulkan untuk dinilai.

2. Diskripsi Siklus 1.
a. Perencanaan
Perencanaan sebelum tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Guru kelas IV (peneliti) bersama teman sejawat (kolabolator) mengadakan
diskusi dan selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
menyiapkan media pembelajaran dan instrumeninstrumen lainnya.
2) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran.

24

37

3) Mengadakan tes penjajagan yang sekaligus untuk menentukan ranking


guna membagi siswa dalam kelompok. Adapun dalam penelitian ini siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok (tim), yang masing-masing anggotanya
4(empat)-5 (lima) orang. Dari 40 siswa kelas SD Negeri 12 Sragen 1 hasil
tes penjajagan rata-rata kelas nilai IPA dengan materi macam-macam alat
indra manusia dan fungsi alat indra manusia adalah 67 (16 siswa), 68
(24 siswa).
4) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat (I dan II) dan penjelasan cara
pengisian lembar pengamatan (observasi).
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru

melakukan

langkah

pembelajaran

sesuai

dengan

skenario

pembelajaran (rencana pembelajaran terlampir).


2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan skenario kegiatan belajar mengajar.
3) Pengamat melakukan pengamatan sesuai dengan instrumen pengamatan
tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Sasaran observasi penelitian adalah aspek-aspek proses pembelajaran
yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
aspek, afektif dan psikomotor yang berhubungan dengan materi pokok
macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia.
Data hasil penilaian baik kognitif (tertulis) maupun afektif dan
psikomotor (pengamatan) untuk siswa, dan indikator aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan instrumen pengamatan
Data hasil penilaian

baik kognitif (tertulis) maupun afektif dan

psikomotor (pengamatan) untuk siswa dan indikator aspek-aspek proses


pembelajaran yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan instrumen pengamatan yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang

38

dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan pemantapan sesuai


dengan pedoman APKG 1 dan APKG 2. Adapun data hasil evaluasi dalam
kegiatan pembelajaran materi pokok macam-macam alat indra manusia dan
fungsi alat indra manusia. adalah seperti pada tabel berikut:
Tabel 2 Perolehan Hasil Evaluasi Siklus 1
KETUN

NILAI
SIKLUS

67

68

KOG
NITI
F

PSIKO
MOTOR

AFEKTIF

TASA
N

II

RT

II

68 67,5 68

68

%
PENJA
JAGAN

25

16

15

24

58
72

AKTIFITAS
GURU (APKG 2)
R
T

II

76,3

86,1

APKG 1
RT

II

RT

37,5
%
60%

67

68

81,2 64,3 77,6

71

II

Data pada tabel diatas menunjukkan hasil nilai kognitif (evaluasi),


Afektif dan psikomotor (pengamatan), terlihat bahwa rata-rata kelas ada
peningkatan. Baik rata-rata prestasi atau persentasenya, artinya rata-rata nilai
prestasi meningkat dari 58 (pada pra siklus) menjadi 72 dan ketuntasan dari
37,5 % menjadi 60%.
Sedangkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai prestasi
individu siswa juga sudah meningkat dari 15 siswa yang mendapat nilai
dibawah 68 menjadi 24 siswa. Namun dari data di atas terlihat masih 16
siswa (40 %) yang belum mencapai nilai ketuntasan (indikator kerja). Berarti
masih banyak siswa yang belum menguasai Matematika materi pokok macammacam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia.
Data indikator aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru
dengan instrumen pengamatan yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang
dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan pemantapan.
Adapun data hasil pengamatan pada siklus I tentang aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilasanakan guru sudah mencapai 60 % untuk pelaksanaan
dan 81 % untuk perencanaan/instrumen pembelajaran.

39

d. Refleksi
Dari rata-rata kelas hasil evaluasi 72 ada kenaikan dibanding nilai
rata-rata kelas hasil penjajaganyang hanya 58 Namun hasil tersebut masih
kurang dari batas minimal ketuntasan. Terlihat siswa yang tuntas (mendapat
nilai 68) hanya 24 siswa (60 %). Berarti siswa belum dapat menguasai
konsep materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra
manusia, mungkin disebabkan pembelajaran kooperatif adalah hal baru,
kurangnya pemahaman siswa dalam mempelajari/menerima penjelasan dari
guru, kurang sistimatis guru dalam presentasi dan diskusi kelas, kurangnya
pemberian motivasi dari guru, kurangnya bimbingan guru dalam diskusi.
Untuk itu dalam siklus II perlu pembenahan atas kelemahan kelemahan
tersebut diatas. Beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam siklus II antara
lain: memberikan contoh-contoh yang akrab dengan siswa, presentasi jangan
terlalu cepat, bimbingan diskusi agar ditambah.
Dari rata-rata persentase tentang aspek-aspek proses pembelajaran
yang dilakukan guru dapat dikategorikan cukup (81,3 %) untuk pelaksanaan
dan 61 % untuk perencanaan, menunjukkan bahwa lebih dari setengah aspekaspek proses pembelajaran sudah dikuasai oleh guru, sehingga penampilan
mengajarnya dapat dikategorikan cukup. Untuk itulah pada siklus II
penampilan mengajar guru akan ditingkatkan secara lebih baik dengan
mengacu kepada kelemahan-kelemahan aspek penampilan mengajar yang
telah terjadi. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut berdasarkan data yang
ada berhubungan dengan aspek merangsang perhatian siswa adalah
menyiapkan kelengkapan alat dan bahan untuk diskusi, menyiapkan lembar
pengamatan untuk siswa dan merumuskan pertanyaan atau permasalahan
tentang materi pokok, presentasi dan tambah bimbingan diskusi.
Secara keseluruhan rata-rata hasil belajar siswa dalam materi pokok
macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia. berdasarkan
penilaian pengamat I dan II pada siklus I untuk aspek afektif dan psikomotor
memiliki nilai yang diperoleh tidak terlalu jauh. Keadaan tersebut terbukti

40

bahwa rata-rata keseluruhan untuk aspek afektif 67,5 dan untuk aspek
psikomotor 68. Adapun yang menyebabkannya adalah perbedaan perolehan
nilai rata-rata berdasarkan sub aspeknya, yaitu aspek afektif 5 sub dan aspek
psikomotor 3 sub. Untuk itulah kelemahan tersebut perlu diperbaiki guru
maupun siswa agar dalam melaksanakan proses pembelajaran lebih baik lagi
pada siklus II selanjutnya,yaitu memberikan bimbingan khusus pada siswa
yang kesulitan memahami materi pokok, berikan contoh yang lebih konkrit.

3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Penelitian
Secara lebih rinci dan jelasnya perencanaan pembelajaran yang
dilakukan guru dan pengamat pada siklus II ini adalah sebagai berikut:
Mempersiapkan peta konsep materi pokok macam-macam alat indra manusia
dan fungsi alat indra manusia yang telah disusun berdasarkan siklus I.
1) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Mempersiapkan rencana pembelajaran materi pokok macam-macam alat
indra manusia dan fungsi alat indra manusia.
3) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi
alat indra manusia.
4) Mempersiapkan alat peraga/media yang akan dipergunakan dalam proses
pembelajaran berkaitan dengan materi pokok macam-macam alat indra
manusia dan fungsi alat indra manusia, misalnya: torso manusia, LKS.
5) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat (I dan II) dan penjelasan cara
pengisian lembar pengamatan (observasi).
b. Pelaksanaan
1) Guru melakukan langkah pembelajaran sesuai dengan RPP dengan
berupaya memperbaiki kelemahan aspek-aspek pembelajaran yang telah
dilakukannya pada siklus I.

41

2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan sesuai


dengan buku panduan kegiatan belajar mengajar dengan berupaya
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I, baik yang
berhubungan dengan aspek kognitif, aspek afektif maupun psikomotor.
3) Pengamat melakukan pengamatan sesuai dengan instrumen pengamatan
tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan
materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra
manusia.
c. Observasi
Sasaran observasi perbaikan pembelajaran siklus II pada dasarnya sama
dengan sasaran observasi perbaikan pembelajaran siklus I yaitu aspek-aspek
proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu aspek afektif dan psikomotor yang berhubungan dengan
materi pokok macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia.
Analisis data siklus II pada dasarnya sama dengan analisis data siklus I,
perbedaannya terletak pada hasil data yang diperoleh, baik yang berhubungan
dengan aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru maupun
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA. Adapun data hasil evaluasi
dan pengamatan pada siklus II tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 3 Perolehan Hasil Evaluasi Siklus II
KETUN

NILAI
SIKLUS
PENJA

67

68

KOG
NITIF

25

15

58

37,5%

16

24

72

60%

67

II

33

75

82%

76

JAGAN

PSIKO
MOTOR

AFEKTIF

TASAN

Data pada tabel diatas

II

RT

II

68

67,5

68

68

76

76

75

75

menunjukkan

AKTIFITAS
GURU (APKG 2)
RT

68
75

II

76,3

86,1

92,2

96,2

APKG 1
RT

81,2
94,2

64,3
81

II

77,6
84,3

hasil nilai kognitif (evaluasi),

Afektif dan psikomotor (pengamatan), terlihat bahwa rata-rata kelas ada

RT

71
82,6

42

peningkatan. Baik rata-rata prestasi atau persentasenya, artinya rata-rata nilai


prestasi meningkat dari 72 (pada siklus 1) menjadi 75 dan ketuntasan dari 60
% menjadi 82 %.
Sedangkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai prestasi
individu siswa juga sudah meningkat dari 24 siswa yang mendapat nilai
dibawah 68 menjadi 33 siswa. dari data di atas terlihat bahwa sudah 82 %
siswa yang tuntas Berarti siswa sudah menguasai IPA materi pokok macammacam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia dan telah memenuhi
indikator kerja.
Data indikator aspek-aspek proses kemampuan yang dilakukan guru
dengan instrumen pengamatan (dengan APKG-2) yaitu aspek-aspek proses
pembelajaran yang dila kukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan
pemantapan. Adapun data hasil pengamatan pada siklus II tentang aspekaspek proses pembelajaran yang dilasanakan guru sudah mencapai 94,2 %.
d. Refleksi
Dari ratarata kelas yang 75 berarti bahwa siswa telah menguasai
materi pembelajaran yang artinya dalam siklus II ini nilai prestasi siswa
maupun persentase siswa sudah dapat memenuhi indikator kerja. Sedangkan
dari 40 siswa kelas IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I
Tahun Pelajaran 2009/2010 sudah 33 siswa (82 %) mendapatkan nilai prestasi
68, yang berarti 82 % telah tuntas atau sudah memenuhi indikator kerja
sekurang-kurangnya 75 % siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I
Tahun Pelajaran 2009/2010 mendapat nilai macam-macam alat indra manusia
dan fungsi alat indra manusia mata pelajaran IPA.
Dengan rata- rata prestasi kelas macam-macam alat indra manusia dan
fungsi alat indra manusia mata pelajaran IPA yang 75 dan 82 % siswa kelas
IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010

telah

memenuhi indikator macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra
manusia mata pelajaran IPA siklus II dinyatakan tercapai. Kekurangan yang

43

ada pada siklus sebelumnya dapat teratasi dan hasil yang didapat telah tercapai
dan dapat menjawab indikator kerja yang telah ditetapkan.
Dari rata-rata persentase tentang aspek-aspek proses pembelajaran
yang dilakukan guru dapat dikategorikan baik (75 %), menunjukkan bahwa
lebih dari setengah aspek-aspek proses pembelajaran sudah dapat dikuasai
oleh guru, sehingga penampilan mengajarnya dapat dikategorikan baik,. Untuk
itulah pada siklus II penampilan mengajar guru sudah sangat optimal,
sehingga kelemahan-kelemahannya tidak ditemukan.

B. Pembahasan
1. Siklus I
Dari data-data yang telah didapat bahwa pelaksanaan pembelajaran
pada tiap- tiap siklus sangat bervariasi terlebih kekurangan/kelemahannya.
Pada siklus I rata-rata prestasi kelas yang diambil dari nilai evaluasi sudah
ada peningkatan dari 58 menjadi 72 prestasi individu siswapun mengalami
peningkatan dari 15 siswa yang mendapat nilai 68 pada tes penjajagan
menjadi 24 siswa , 24 siswa (60 %) mendapatkan nilai tuntas dan dari hasil
pengamatan rata-rata 67,5 untuk afektif dan 68 untuk psikomotor sedangkan
rata-rata aspek-aspek yang dilaksanakan guru 60 % cukup. Dari data diatas
perlu adanya perbaikan /penyempurnaan pada siklus II. Penampilan guru,
pemahaman materi, pemberian motivasi, bimbingan pelaksanaan diskusi
maupun dalam pemahaman materi yang menjadi kelemahan pada siklus ini.
2. Siklus II
Pada siklus II rata-rata prestasi kelas yang diambil dari nilai evaluasi
mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari 72 menjadi 75, prestasi
individu siswapun mengalami peningkatan dari 33 siswa yang mendapat nilai
dibawah 67 pada siklus I menjadi 7 siswa , dari 16 siswa (25 %) mendapatkan
nilai tuntas pada siklus I menjadi 24 siswa (60 %) untuk siklus ini. Sedangkan
nilai hasil pengamatan meningkat dari 67,5 pada siklus I menjadi 76 (afektif)
dan dari 68 pada siklus I menjadi 75 (psikomotor). Untuk penampilan guru

44

juga mengalami kenaikan dari 81,2 % menjadi 94,2 %. Perbaikan kekurangan


pada siklus I menjadi treatment pada siklus ini.
Dari uraian pada siklus II diatas indikator kerja yang telah ditetapkan
tercapai, maka siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun
Pelajaran 2009/2010 telah tuntas dalam pembelajaran macam-macam alat
indra manusia dan fungsi alat indra manusia mata pelajaran IPA.
3. Pembahasan Antar Siklus
Dari uraian tiap-tiap siklus dapat kita simpulkan bahwa dalam setiap
siklus terlihat ada peningkatan dibanding keadaan/pada siklus sebelumnya,
baik prestasi belajar yang diukur melalui tes maupun dari hasil pengamatan
ketika kegiatan berlangsung.
Peningkatan antara kondisi awal dengan siklus 1 khusunya pada ratarata prestasi kelas dari 58 menjadi 72 sedangkan rata-rata hasil pengamatan
pada siklus 1 adalah 67,5 (afektif ), 68 ( psikomotor ), jadi masih jauh dari
target ketuntasan

ini disebabkan antara lain: bagi siswa pembelajaran

kooperatif adalah hal baru, siswa belum terbiasa melaksanakan pembelajaran


model kooperatif sebab selama ini pembelajaran berlangsung secara
tradisional sehingga keberanian siswa untuk menjawab atau mengeluarkan
pendapat tidak ada, guru pada siklus ini belum begitu dapat menguasai
skenario pembelajaran, bagaian mana yang harus diberi penguatan-penguatan
dan masih banyak kelemahan/kekurangan pada siklus ini.
Antara siklus I dan II tidak seperti perkembangan pada siklus ini
begitu menggembirakan baik dalam evaluasi maupun dari hasil pengamatan
terbukti untuk rata-rata prestasi kelas hasil evaluasi dari 72 menjadi 75
sedangkan dari hasil pengamatan rata-rata dari 67,5 menjadi 76 (afektif) dan
dari 68 menjadi 75 (psikomotor) sedangkan aspek aspek penampilan guru
dari,81,2 % cukup menjadi 94,2 % baik, dari 60 % siswa yang tuntas belajar
menjadi 82 %, ini desebabkan antara lain: siswa sudah semakin akrab dengan
pembelajaran kooperatif, kerja kelompok pun sudah terlihat kekompakan,
keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat sudah baik, gurupun dalam

45

menguasai keadaan/situasi kelas sudah begitu baik terbukti meningkatnya


hasil dari pengamatan. Dalam siklus II inilah kegiatan belajar mengajar
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Misal:
Untuk lebih jelasnya perubahan dan perkembangan data hasil belajar
siswa mulai dari pra siklus, siklus I sampai dengan siklus II dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Evaluasi Siklkus II
SIKLUS

KOG
NITIF

AFEK
TIF

PSIKO
MOTOR

KETUN
TASAN

APKG II

APKG I

PENJAJAGAN

58

37,5 %

72

67,5

68

60 %

81,2

71

II

75

76

75

82 %

94,2

82,6

Gambar 5. Grafik Histogram Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor


80
PRA SIKLUS

60

SIKLUS 1

40

SIKLUS 2

20
0
KOGNITIF

PSIKOMOTOR

Grafik Histogram Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor


Gambar 6. Grafik Histogram Ketuntasan, Aktifitas Kegiatan Guru
100
80
60
40
20
PRA SIKLUS

0
KETUNTASAN

APKG 2

APKG 1

SIKLUS 1
SIKLUS 2

Grafik Histogram Ketuntasan, Aktifitas Kegiatan Guru

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa setiap siklus


terdapat perubahan dan perkembangan yang sangat signifikan, sehingga dapat

46

dikatakan bahwa indikator kerja yang telah ditetapkan dalam perbaikan


pembelajaran yang berjudul Penerapan pembelajaran kooperatif meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran
2009/2010 dapat tercapai.

47

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasar hasil analisis dan hal-hal yang telah dikemukakan di muka
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, selanjutnya dapat diambil
simpulan sebagai berikut.
1. Pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw merupakan pendekatan
pembelajaran dengan model pembelajaran yang dapat merangsang kreativitas
berpikir siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Siswa
dapat mengingat secara baik segala bentuk perilakunya, sehingga hasil
pembelajaran menjadi lebih optimal.
2. Peranan guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebagai fasilitator dan sumber
belajar yang dapat membimbing siswa dan mengarahkannya untuk mencari
solusi sehubungan dengan masalah yang dihadapinya.
3. Keberanian dan kemampuan berpikir kreatif merupakan modal dasar bagi
siswa dalam penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw
yang lebih berhasil.
4. Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat diatasi bersama
antara siswa dengan guru sampai pada akhirnya ditemukan solusinya yang
paling tepat.
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

dengan

menggunakan

pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil belajar siswa setiap


siklusnya mengalami perubahan secara signifikan. Perubahan tersebut dari
yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik. Secara berturut-turut
(berdasarkan siklus I dan II) hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 12
Sragen Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Materi Pokok macam-macam

35

48

alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia pada siklus I adalah sebesar
72 dengan ketuntasan 60 %, siklus II sebesar 75 dengan ketuntasan 82 %,
aspek afektif siklus I sebesar 67.5, siklus II sebesar 76, aspek psikomotor
siklus I sebesar 68, siklus II sebesar 75.
5. Penerpan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri Sragen 12
Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen.

B. Saran
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dalam kajian penelitian ini
selanjutnya dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk Kepala Sekolah
a. Hendaknya melakukan pembinaan dan bimbingan secara lebih optimal
kepada guru untuk melaksanakan tugasnya yang lebih baik.
b. Hendaknya memfasilitas guru dalam melaksanakan pembelajaran,
termasuk dalam menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif model
Jigsaw sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
c. Hendaknya memberikan motivasi, baik kepada guru maupun kepada siswa
untuk melaksanakan pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan
harapan.
2. Untuk Guru
a. Hendaknya menjadi fasilitator dan sumber belajar yang dapat membantu
siswa untuk menyerap materi pembelajaran.
b. Hendaknya mampu memberikan motivasi belajar yang lebih tinggi
terhadap peserta didik, sehingga hasil belajarnya menjadi lebih optimal.
c. Melakukan pembimbingan secara intensif kepada siswa yang lambat
dalam memahami materi pelajaran, sehingga ada kesejajaran dengan siswa
lain yang lebih pandai.
d. Melakukan analisis terhadap berbagai permasalahan yang terjadi, sehingga
dapatsegera dicarikan solusinya.

49

3. Untuk Peserta Didik


a. Hendaknya lebih aktif dalam melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan kooperatif model Jigsaw, sehingga hasil belajar yang
diharapkan menjadi lebih baik.
b. Hendaknya mampu melakukan analisis yang tajam, akurat dan tepat
terhadap setiap permasalahan yang terjadi agar segera dapat dicarikan
solusinya.
c. Jangan segan-segan bertanya kepada guru apabila terdapat kesulitan dalam
memahamai materi pelajaran.

50

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.


Depdikbud, 1999. Model Pembelajaran Kooperatif. Semarang: Depdikbud.
Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006 Jakarta: Depdiknas
Dimyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gino, Dkk.1995. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS
Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC.
Meier, Dave. 2004. The Acclelerated Handbook: Panduan Kreatif dan
Efaktif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung:
Kaifa.
Mohamad Nur.2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA
Moleong, L.J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Muslimin Ibrahim, 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Noehi Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurhadi.2002. Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual. Jakarta:
Depdiknas.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suharsini Arikunto, Suharjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wardani, IGAK.(2007). Materi Pokok Pemantapan
Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka

Kemampuan

Whina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Jakarta: Kencana.

38

Anda mungkin juga menyukai