Anda di halaman 1dari 3

Evaluasi Sumberdaya Lahan dan Air 2011

PEMETAAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN DAS KRASAK


DENGAN METODE MATCHING DAN SKORING
M.Chrisna Satriagasa
08/267021/GE/6401
Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM

A. Pendahuluan
DAS Krasak merupakan daerah yang terletak di lereng barat gunungapi Merapi yang secara
administratif berada di wilayah kabupaten Magelang, kabupaten Sleman dan sedikit kabupaten Kulon
Progo. DAS Krasak yang memiliki luasan area sebesar 34,3 Km2 ini memiliki variasi fisiografi yang
cukup beragam sehingga memiliki karakteristik serta kualitas lahan yang bervariasi pula. Karakteristik
serta kualitas lahan menentukan potensi dan pembatas yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai
penentu kemampuan lahan.
Parameter yang digunakan dalam pemetaan kemampuan lahan DAS Krasak terdiri dari 10 faktor
penghambat, antara lain yaitu lereng, kepekaan terhadap erosi, tingkat erosi, kedalaman tanah, tekstur
tanah, permeabilitas, drainase, bahan kasar, ancaman banjir serta salinitas/kadar garam. Kemampuan
lahan DAS Krasak dibagi menjadi 8 kelas (I-VIII) yang merepresentasikan tingkat kemampuan lahan
dari paling mampu hingga paling tidak mampu.
B. Metode Pemetaan Kemampuan Lahan
Metode yang digunakan dalam pemetaan kemampuan lahan sangat beragam, beberapa yang
digunakan dalam pemetaan kemampuan lahan DAS Krasak yaitu metode matching dan metode
skoring.
1. Metode Matching
Metode matching atau pencocokan merupakan metode pencocokan antara karakteristik serta
kualitas lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan. Pencocokan tiap parameter didasari atas
klasifikasi parameter kemampuan lahan dalam Sitorus (1985). Kelas kemampuan lahan dari tiap
unit pemetaan yang dalam hal ini berupa satuan lahan didapat berdasar penyimpulan seluruh kelas
kemampuan lahan dari parameter-parameter yang digunakan. Terdapat tiga cara penyimpulan
kelas kemampuan lahan yaitu cara weight factor, cara aritmatik dan cara subjektif.
a. Cara weight factor
Kesimpulan yang diambil dengan cara ini
ditekankan pada faktor pembatas yang paling
berat atau dengan kelas kemampuan lahan
paling buruk dalam tiap satuan lahan. Oleh
karena itu peta kemampuan lahan yang
dihasilkan menggunakan cara ini memiliki kelas
kemampuan lahan yang cenderung buruk seperti
halnya pada kemampuan lahan DAS Krasak
yang berkisar antara VIIs dan VIIIs. Faktor
pembatas terberat yaitu kondisi tanah (tekstur,
kedalaman, kepekaan terhadap erosi, tingkat
erosi, permeabilitas, bahan kasar).
Cara ini agak kurang relevan dalam penentuan
kelas kemampuan lahan karena hanya faktor terberat yang dipertimbangkan dan tidak
menguntungkan secara ekonomi (lahan tidak dapat digunakan untuk budidaya). Akan tetapi
disisi lain metode ini baik digunakan jika tujuannya untuk konservasi.

Evaluasi Sumberdaya Lahan dan Air 2011

b.

2.

Cara aritmatik
Cara aritmatik ditentukan berdasarkan kelas
kemampuan lahan yang paling dominan dari
seluruh parameter sehingga lebih mewakili
kondisi sebenarnya. Akan tetapi tiap parameter
dianggap memiliki pengaruh yang sama
terhadap kemampuan lahan padahal beberapa
parameter merupakan pembatas non permanen
yang masih dapat diperbaiki dengan perlakuan
tertentu guna meningkatkan produktifitas
lahan.
Kemampuan lahan DAS Krasak terbagi
menjadi 6 kelas yaitu IVs, VIe, VIt, VIIs, VIIe,
dan VIIIs. Satuan lahan dengan kelas terburuk
terletak pada lereng atas hingga lereng tengah
gunungapi Merapi sedangkan kelas kemampuan terbaik terletak pada lereng kaki gunungapi
Merapi. Faktor penghambat cukup bervariasi yaitu tanah, bahaya erosi, serta topografi.
c. Cara subjektif
Penentuan kelas kemampuan lahan dengan
cara subjektif digunakan untuk mengkoreksi
kedua cara yang sebelumnya dengan
menekankan beberapa parameter yang
dianggap lebih berpengaruh terhadap
kemampuan lahan serta lebih sulit untuk
diperbaiki (penghambat permanen).
DAS Krasak terbagi menjadi 16 kelas
kemampuan lahan yang terdiri dari kelas I
hingga VIII dengan faktor penghambat
berupa tanah, topografi dan bahaya erosi.
Hasil yang diperoleh jauh lebih relevan dari
dua cara sebelumnya jika didekati dengan
pendekatan geomorfologi (berkaitan dengan
morfologi dan proses).
Metode Skoring
Metode skoring merupakan metode pengharkatan/pemberian skor kepada tiap parameter. Skor
yang digunakan didasarkan atas Arsyad dalam Argentina (2009). Penentuan kelas kemampuan
lahan menggunakan metode skoring dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan
penjumlahan/pengurangan, perkalian/pembagian serta kombinasi dari keduanya.
a. Cara penjumlahan/pengurangan
Kemampuan lahan ditentukan berdasarkan skor/nilai
total dari penjumlahan skor tiap parameter dalam
satuan lahan. Semakin besar nilai maka kemampuan
lahannya makin tinggi begitu pula sebaliknya.
DAS Krasak terdiri dari 8 kelas kemampuan lahan
dengan lahan berkelas kemampuan paling rendah
(VIII) menempati sebagian besar lereng atas hingga
lereng tengah gunungapi Merapi, sedangkan lahan
berkelas kemampuan paling baik (I) menempati
lereng bawah hingga lereng kaki gunungapi Merapi.
Hasil yang didapatkan dengan cara ini cukup masuk
akal, hanya saja cara ini tidak mempertimbangkan
perbedaan pengaruh tiap parameter (penghambat

Evaluasi Sumberdaya Lahan dan Air 2011

b.

c.

permanen dan non permanen) dalam penentuan kelas kemampuan lahan.


Cara perkalian/pembagian
Cara perkalian mempertimbangkan hal yang diabaikan oleh cara penjumlahan/pengurangan
yaitu pembobotan pada parameter kemampuan lahan yang lebih mempengaruhi/sulit dibenahi.
Pembobotan didasarkan atas parameter pembatas permanen dan non permanen. Pembatas
permanen seperti lereng dan tanah (kedalaman, tekstur, bahan kasar dan permeabilitas) diberi
bobot 2, sedangkan pembatas non permanen diberi bobot 1.
Kombinasi dari penjumlahan dan perkalian
Cara perkalian hanya memberikan bobot
PETA KEMAMPUAN LAHAN METODE
tiap parameter saja, tetapi tidak dapat
PENJUMLAHAN DAN PERKALIAN
DAS KRASAK
memproses hasil untuk tiap parameter
dalam satuan lahan menjadi nilai akhir,
untuk itu perlu adanya pengkombinasian
antara metode penjumlahan/pengurangan
dengan metode perkalian/pembagian.
Kemampuan
lahan
ditentukan
berdasarkan
skor/nilai
total
dari
penjumlahan skor tiap parameter yang
telah dikalikan dengan nilai bobot dalam
satuan lahan. Sama seperti pada cara
penjumlahan, semakin besar nilai maka
kemampuan lahannya makin tinggi begitu
pula sebaliknya.
Kemampuan Lahan DAS Krasak terbagi menjadi 8 kelas dengan kelas kemampuan lahan VIII
terletak pada lembah-lembah baranco, lereng tengah gunungapi Merapi serta dataran
fluviovolkan yang berbatasan langsung dengan kali Progo. Sedangkan lahan dengan kelas I
terletak pada lereng bawah hingga lereng kaki gunungapi merapi. Cara ini cukup relevan
dalam penentuan kelas kemampuan lahan (terutama jika parameter yang digunakan derajat
pengaruhnya terhadap kemampuan lahan tidak sama besarnya), sehingga peta kemampuan
lahan yang dihasilkan dengan cara ini lebih dekat dengan kondisi sebenarnya dilapangan.

C. Kesimpulan
1. Variasi fisiologi menimbulkan adanya variasi potensi dan pembatas yang mempengaruhi
variabilitas kelas kemampuan lahan pada DAS Krasak.
2. Berbagai metode yang digunakan untuk evaluasi kemampuan lahan memiliki berbagai kelebihan
dan kekurangan tersendiri, tidak ada metode yang paling baik.
3. Metode matching memerlukan kriteria kemampuan lahan sedangkan metode matching
memerlukan skor tiap parameter sebagai patokan dalam pengkelasan kemampuan lahan.
4. Metode yang paling tepat untuk pemetaan kelas kemampuan lahan DAS Krasak yaitu metode
subjective matching.
Daftar Pustaka
Argentina, Ana Dwi J.2009.Kemampuan Lahan di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Skripsi.
Surakarta : Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sitorus, Santun.1985.Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Penerbit Tarsito

Anda mungkin juga menyukai

  • Etd
    Etd
    Dokumen1 halaman
    Etd
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • KKL
    KKL
    Dokumen2 halaman
    KKL
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Indo 17 1417
    Indo 17 1417
    Dokumen9 halaman
    Indo 17 1417
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Ring Kasan
    Ring Kasan
    Dokumen2 halaman
    Ring Kasan
    Muhamad Andi
    Belum ada peringkat
  • 1881 Chapter II
    1881 Chapter II
    Dokumen27 halaman
    1881 Chapter II
    asfan
    Belum ada peringkat
  • Borang Pengesahan
    Borang Pengesahan
    Dokumen3 halaman
    Borang Pengesahan
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Cover Aja
    Cover Aja
    Dokumen1 halaman
    Cover Aja
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Cover MIPET
    Cover MIPET
    Dokumen1 halaman
    Cover MIPET
    Trisna Dea Anindya Sari
    Belum ada peringkat
  • Ep13302 PDF
    Ep13302 PDF
    Dokumen28 halaman
    Ep13302 PDF
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen9 halaman
    Latar Belakang
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Ke Simp Ulan
    Ke Simp Ulan
    Dokumen2 halaman
    Ke Simp Ulan
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • DASRER
    DASRER
    Dokumen1 halaman
    DASRER
    Trisna Dea Anindya Sari
    Belum ada peringkat
  • Uji Pompa
    Uji Pompa
    Dokumen1 halaman
    Uji Pompa
    Aprilia Wahyuni
    100% (2)
  • Rumusan Masalah
    Rumusan Masalah
    Dokumen2 halaman
    Rumusan Masalah
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Analisis Komparatif Kekeringan Berdasarkan Curah Hujan Dan Tanah
    Analisis Komparatif Kekeringan Berdasarkan Curah Hujan Dan Tanah
    Dokumen17 halaman
    Analisis Komparatif Kekeringan Berdasarkan Curah Hujan Dan Tanah
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Gri
    Gri
    Dokumen6 halaman
    Gri
    Trisna Dea Anindya Sari
    Belum ada peringkat
  • Studi Area Dan Data
    Studi Area Dan Data
    Dokumen1 halaman
    Studi Area Dan Data
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Cover Manben
    Cover Manben
    Dokumen1 halaman
    Cover Manben
    Aprilia Wahyuni
    Belum ada peringkat