Anda di halaman 1dari 3

Mewariskan Adat Lewat

Pendidikan Informal
Oleh Drs. Yulsafli, M.A
Anggota Pengurus MAA Provinsi Aceh
dan Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Adat yang berlaku dalam suatu masyarakat adalah indentitas yang


harus dijaga dan dipelihara kelangsungannya oleh masyarakat itu sendiri.
Sebab, bila adatsebagai bagian dari kebudayaan masyarakat itutidak
dihiraukan keberadaannya ia akan terus tergusur oleh zaman yang sekaligus
dapat menghilangkan indentitas sebuah masyarakat yang sebelumnya
sebagai pendukung adat istiadat ini. Sehingga adat yang diagung-agungkan
oleh suatu masyarakat hanya akan tinggal dalam lembaran-lembaran buku
atau jurnal-jurnal kebudayaan belaka. Sayang lagi, bila adat tersebut tidak
terkumentasikan, maka ia akan hilang tak berbekas. Padahal, adat yang
berlaku dalam suatu masyarakat telah dikembangkan dalam masa yang
sangat panjang.
Adat sebagai jati diri sautu suku-bangsa, bila tidak ada lagi
pendukungnya, sudah tentu jati diri suku-bangsa tersebut akan turut
kehilangan. Ada beberapa bangsa yang telah hilang adat-kebudayaannya,
karena suku-bangsa itu telah berpindah mendukung adat-kebudayaan yang
lain. Seperti suku Inca di Amerika Tengah. Dan suku-suku bangsa lainnya.
Ssuku-bangsa tersebut tidak lagi mewariskan kebudayaan nenek moyang
mereka dan tidak pula berpindah mendukung adat-kebudayaan yang lain.
Hal semacam disebut loss generation atau generasi yang hilang. Di sini
dapat dicontohkan bila remaja putri kita tidak lagi mewariskan berbagai
bagai jenis masakan leluhurnya, dan tidak pula bisa memasak jenis masakan
kebudayaan suku-bangsa lain, maka yang terjadi kelak saat mereka
membina rumah tangga akan selalu terganggu, bahkan bisa menimbulkan
percekcokan.
Adat di dalam teori kebudayaan disebut juga norma, yaitu
seperangkat peraturan tentang apa yang harus dan apa yang tidak harus
dilakukan. Standar yang ditetapkan sebagai garis pedoman bagi setiap
aktivitas manusiadari lahir sampai meninggal. Ada norma yang disebut
mores (tatalakuan), yaitu sebagai alat untuk mengawasi sesama anggota
masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat seorang lelaki tidak boleh
bertamu atau masuk ke rumah seseorang apabila di rumah tersebut sedang
tidak ada muhrim atau suami dari yang punya rumah. Apabila hal itu

dilanggar, orang tersebut dianggap tidak punya adat dan si empunya rumah
dan si tamu akan mendapat sanksi sosial.
Ada pula norma yang disebut folkways (norma kebiasaan), yaitu
perbuatan yang dilakukan berulang-ualang dalam bentuk yang sama.
Misalnya kenduri pesta (dalam bahasa Aceh disebut meukeurija). Setiap
orang Aceh yang mempunyai status sosial yang tinggi selalu menyelenggara
pesta dalam bentuk yang besar dengan mengudang rubuan sanak-saudara
dan krabat-krabat dekatnya. Secara ada, orang Aceh harus membantu
penyelenggaraan kenduri pesta itu mulai dari awal sampai persta selesai.
Karena secara adat pula, bila kenduri pesta itu tidak terlaksana sebagaimana
yang direncanakan, maka yang harus menanggung malu bukan hanya tuan
rumah yang menyelenggarakan pesta tersebut, tapi semua masyarakat di
kampong itu akan ikut malu, bila kenduri pesta itu tidak berlangsung sesuai
yang direncanakan.
Seperti yang telah disebutkan pada awal tulisan ini, bahwa adatkebudayaan harus diwariskan dari generasi ke generasi agar dia tidak
hilang. Pewarisan itu tentulah melalui pendidikan, baik pendidikan
informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Sebagaimana
kita ketahui bahwa belajar itu berlangsung seumur hidup, dari ayunan
sampai ke liang lahat. Dengan demikian, pendidikan itu berawal secara
informal, yaitu di lingkungan rumah tangga.
Rumah tangga merupakan institusi pendidikan yang sangat penting.
Di sinilah anak mulai di bentuk. Dalam konsep Islam disebutkan bahwa
anak bagaiklan kertas putih. Orang tuanyalah yana meyahudikan atau
menasranikannya. Dalam konsep Barat disebutkan bahwa anak bagaikan
tabularasa atau botol yang kosong. Lingkungannyalah yang akan mengisi
botol tersebut, yaitu lungkungan rumah tangga (informal), lingkungan
sekolah (formal), dan lingkungan masyarakat (non-formal).
Dalam masyarakat Aceh bentuk pendidikan informal mulai
terabaikan. Malah, sebagian generasi kini tidak lagi mengetahui instrumeninstrumen untuk mendidik karena instrument tersebut tidak terwarisi dari
generasi sebelumnya. Padahal instrumen itu sangat penting kerena dengan
instrumen itulah adat-kebudayaan dapat diwariskan. Dengan demikian,
anak-anak usia pra-sekolah hampir tidak lagi memperoleh pendidikan
seperti apa yang dimaksudkan dalam konsep pendidikan Islam maupun
konsep pendidikan Barat.
Melalui pendidikan informal, adat dan kebudayan Aceh dapat
diwariskan dengan rateb (lagu untuk menidurkan anak). Untaian-untaian
kata dalam rateb tidak hanya memenuhi rasa estetik anak, tetapi juga

berfungsi untuk menanamkan nilai-nalai (values) dan pembentukan karakter


anak.
Setelah anak berumur 3-6 tahun, leluhur orang Aceh mulai
mendogeng. Dogeng dapat mengkonkretkan hal-hal yang abstrak seperti
dosa. Dosa itu sendiri banyak macamnya, salah satunya adalah durhaka
kepada kedua orang tua. Dalam hal ini lelehur kita menciptakan dogeng
Ahmad Rahmanyang. Dalam dogeng ini amanatnya adalah agar anak tidak
mengabaikan orangtuanya. Masyarakat Aceh memiliki banyak
pembendaharaan dongeng seperti cerita tentang binatang (fabel) dan ceritacerita yang berupa legenda. Sayangnya, dogeng-dogeng ini pun banyak
yang telah terkubur tanpa batu nisan.
Pendidikan dalam keluarga juga dapat dilakukan dengan
membacakan hadih maja, lalu mengurauikan makna hadih maja tersebut
pada anak. Hal ini tidak kalah pentingnya karena hadihmaja itu terbentuk
berdasarkan pengalaman dari generasi ke generasi dalam kurun waktu yang
sangat panjang. Hal ini merupakan intensitas dari realitas yang sudah teruji
zaman. Oleh karena itu, dia menjadi pedoman hidup dalam mencapai
citacitanya dan membina hubungan sosial.
Sesungguhnya pendidikan informal tidak hanya berlangsung pada
usia prasekolah, tetapi sampai anak dewasa. Dengan demikian, institusi
keluarga sangat vital baik dalam pendidikan adat, maupun norma tatalakuan
(mores) ataupun adat norma-norma kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai