Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN KATARAK SENILIS MATUR

Oleh :

ISMAIL RASMIN
201510461011038

PELATIHAN INSTRUMENTATOR KO
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
A. Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa
yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih
sering dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di
seluruh dunia. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air
terjun. Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat
hidrasi atau denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area berawan
atau putih. Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena
proses degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia
70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya
mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.
B. Etiologi
Penyebab

tersering

dari

katarak

adalah

proses

degenerasi,

yang

menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata seperti pukulan
keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak
lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi
pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak
congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau
penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit
infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.
C. Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
transparansi. Perubahan

dalam serabut halus multipel

hilangnya

(zonula) yang

memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia

dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan 3


pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke
dalamlensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak. Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan
protein yaitu kristalin. Kristalin dan adalah chaperon, yang merupakan heat
shock protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan
mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih.
Lensa orangdewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan
kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.
Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:
1. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan
penurunan asam ino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium
meningkat. Hal ini menyebabkan lensa memasuki keadaan hidrasi yang
diikuti oleh koagulasi protein. Pada katarak senilis kortikal terjadi derajat
maturasi sebagai berikut:
Derajat separasi lamellar
Terjadi demarkasi dari serat kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat

diperhatikan menggunakan slitlamp dan masih bersifat reversibel.


Katarak insipient
Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan
adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari
ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral

(kupuliform).
Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa.
Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik,
bahan lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.

Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa.
Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada
derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi

lensa.
Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair.

Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.


Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa
menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat
berjalan terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi

longgar.
2. Katarak senilis nuclear
Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa
menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak
senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan
daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan
akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa
mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi
akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nucleus berwarna
coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen
dan jarang berwarna merah (katarak rubra).
D. Tanda dan Gejala
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien
dengan katarak senilis.
2. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari
hingga silau ketika endekat ke lampu pada malam hari.

3. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan


dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
4. Diplopia
monocular.
Kadang-kadang,
perubahan
nuclear

yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil


pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik
pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung.
Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat
dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak
5. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
6. Ukuran kaca mata sering berubah.
E. Penegakan Diagnosis
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian
besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup
padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak,
pada stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil
yang didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau
slitlamp. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada
stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan sinar
celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer selain
daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi
pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa
panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum
F. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika
gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang

kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang
dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor,
diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah
memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada
hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen
yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan
antioksidan vitamin C dan vitamin E. Penatalaksanaan definitif untuk katarak
senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang
bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung
pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur
operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dIpindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh
dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat
terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada
lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah
atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien

katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,


implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder
lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata
dengan prediposisi untuk terjadinya prolapse badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti
prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan
kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 23mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan
katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang
telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik
ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan
incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular
fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena
lebih cepat sembuh dan murah. Apabila lensa mata penderita katarak telah
diangkat maka penderita memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan
penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
kacamata afakia yang tebal lensanya
lensa kontak

lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah
diangkat
G. Komplikasi
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau
efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan
siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan
luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi
H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul saat pre-operasi:
Dx keperawatan
Tujuan
Cemas b.d krisis NOC: kontrol kecemasan
situasional
tindakan operasi

Intervensi
Menurunkan cemas :

: dan coping, setelah diberi Tenangkan pasien


Jelaskan seluruh prosedur
penjelasan selama 5
menit diharapkan klien

tindakan dan perasaan

mampu mengatasi cemas

yang muncul pada saat

dgn Indikator:

Pasien

mampu

meengidentifikasi

dan

tindakan
Berusaha mamahami
perasaan pasien
Dampingi pasien untuk

mengungkapkan gejala

cemas
Mengidentifikasi,

kecemasan
Doromg pasien

mengungkapkan,
manunjukkan

dan

menyampaikan

tehnik

perasaannya
mengontrol Kaji perasaan cemas

untuk

menguraangi

cemas
pasien
Postur tubuh, ekspresi Dengarkan pasien dengan
wajah,

bahasa

dan

tingkat

menunjukkan

tubuh

penuh perhatian
Ciptakan
hubungan saling
aktifitas
percaya ajarkan tehnik

kecemasan berkurang

relaksasi
Kolaborasi pemberian
obat untuk mengurangi
kecemasan

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul saat intraoperatif:


Dx Keperaatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
Resiko
infeksi NOC:
Kontrol
resiko Control
infeksi:
berhubungan
dengan

Selama

dilakukan intraoperatif.

prosedur indakan

infasif
pembedahan

: terjadi

operasi
transmisi

tidak
agent

yang

infeksi.

Indikator:

Berikan

aseptik

(orang)

dipakai

tindakan.
Pastikan

selama

prosedur
Batasi jumlah personil

Alat dan bahan yang


tidak

lingkungan

selama
alat

yang

terkontaminasi
Menghindari
paparan

dipakai sudah steril


Buka
alat
dengan

yang bisa mengancam

memperhatikan

kesehatan

(resiko

infeksi)
Melaksanakan
kontrol

strategi

resiko

sterilitas
Cuci tangan sebelum
dan setelah melakukan

yang

efektif.

teknik

Prosedur
Lakukan
gowning

scrubing,
dan

gloving

sesuai prosedur
Pertahankan tehnik dan
alat tetap steril selama

Resiko cidera

NOC:

perioperatif

Selama

prosedur operasi
Bila terjadi kontaminasi

alat segera di pisahkan


Tutup
luka
operasi

dengan baik dan benar.


resiko Surgical assistance

control

dilakukan

Tentukan peralatan dan

tindakan operasi rresiko

instrumen

yang

cidera

diperlukan

untuk

dapat

Indicator:
injuri

di

tidak

kontro
terjadi

tindakan pembedahan
Pasang peralatan dan

instrumen pembedahan
Siapkan
obat
dan
persediaan

peralatan

yang digunakan sesuai

indikasi
Periksa instrumen dan
susun

menurut

penggunaan
Atur posisi lampu dan
nyalakan

Posisikan
dekat

instrument

dengan

area

tindakan
Antisipasi dan sediakan
instrumen

tambahan

yang diperlukan selama

prosedur
Rawat luka secara steril

dan tutup luka


Bantu
memindahkan
pasien ke brancar dan
pindahkan

ke

ruang

post operasi
Dokumentasikan
informasi tindakan

Surgical Precaution

Periksa

operasi

secara benar
Pindahkan

semua

yang

tidak

aman
Periksa inform consent
untuk

dari

peralatan

peralatan

fungsi

tindakan
Pastikan
perediaan

prosedur

bahwa
darah

dan

identitas pasien benar


Minta pasien untuk

menyebutkan namanya
Tanyakan pada pasien
tentang riwayat alergi

Catat semua tindakan


secara benar

Diagnosa Keperawatan yang muncul pasca operasi:


Dx keperawatan
Resiko Jatuh b.d NOC:
kondisi
operasi

Tujuan
Intervensi
falls prevention Manajemen lingkungan :

post Behavior Indicator:

Kontrol kelemahan
Penempatan
penghalang

untuk

Berikan side rail


Berikan
penerangan

yang cukup
Instruksikan

pasien

memanggil perawat jika

mencegah jatuh

memerlukan sesuatu
Pindahkan
pasien
dengan hatihati.

PHACOEMULSIFIKASI
A. Definisi
Phacoemulsifikasi berasal dari 2 kata, yaitu phaco (lensa) dan emulsification
(menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak). Phacoemulsifikasi adalah
teknik operasi pembedahan katarak dengan menggunakan peralatan ultrasonic
yang akan bergetar dan menghancurkan lensa mata yang mengeruh, kemudian
lensa

yang

telah

hancur

berkeping-keping

akan

dikeluarkan

dengan

menggunakan alat fako, diikuti dengan insersi lensa buatan intraocular pada
posisi yang sama dengan posisi lensa mata sebelumnya.
B. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi teknik fakoemulsifikasi :
a. Tidak mempunyai penyakit endotel
b. Bilik mata dalam
c. Pupil dapat dilebarkan hingga 7mm.
Kontraindikasi teknik Fakoemulsifikasi:
a. Terdapat tanda-tanda infeksi
b. Luksasi atau subluksasi lensa
C. Keuntungan
Phacoemulsification termodern memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Kinder cut
Pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien.
2. Smaller incision
Insisi terdahulu biasanya 2.7 mm, dengan MICS hanya 1.8 mm.
Implikasinya:

a. Insisi

tersebut

terlalu

kecil

untuk

dapat

menyebabkan

kornea

melengkung dengan abnormal, dan menyebabkan astigmatisme (efek


samping yang biasa terjadi pada operasi katarak).
b. Kecilnya insisi tersebut juga sangat menekan resiko terhadap infeksi
3. Easy to operate
Karena sedikit sekali cairan yang mungkin keluar dari insisi mikro tersebut
maka tekanan pada mata cenderung stabil, sehingga memudahkan para
dokter melakukan tindakan operasi.
4. Heals faster
Setelah 1-2 hari tindakan, pasien sudah bisa kembali beraktivitas. Rasa
tidak nyaman setelah operasi, hilang dalam 3 hari.
Kerugian : Kerve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi lebih
serius.
Fakoemulsifier menggunakan sebuah jarum titanium berongga untuk memecahmecah nucleus lensa yang keras, sekaligus membilas dan menyedot debris
pecahan tersebut ke dalam mesin. Karena ukuran ujungnya, ECCE dapat
dilakukan melalui sebuah insisi 3mm dengan trauma minimal terhadap mata.
Namun, karena menggunakan mesin maka harus dilakukan pemeriksaan
keamanan praoperatif terhadap system irigasi dan aspirasi, dan ujung ultrasonic
harus diatur fungsinya secara tepat. Gelombang suara ultra yang digunakan untuk
mengemulsifikasi lensa adalah energy listrik yang diubah menjadi gerakan lancer
(maju-mundur), yang mengenai bahan lensa 40.000 kali setiap detiknya (40.000
Mhz). Ujung ultrasonic dikelilingi oleh sebuah selubung silicon sehingga cairan
irigasi dapat terus mengalir agar kamera anterior tetap mengembang serta ujung
tersebut dapat dipertahankan tetap dingin.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S. (2007). Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi dan
penglihatan warna hal 72-75. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification
FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddart, Edisi 8. Jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai