Oleh :
ISMAIL RASMIN
201510461011038
PELATIHAN INSTRUMENTATOR KO
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
tersering
dari
katarak
adalah
proses
degenerasi,
yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
motor/pabrik yang mengandung timbal. Cedera pada mata seperti pukulan
keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak
lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak. Katarak juga dapat terjadi
pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital. Katarak
congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau
penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit
infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.
C. Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
transparansi. Perubahan
hilangnya
(zonula) yang
memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
(kupuliform).
Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa.
Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik,
bahan lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.
Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa.
Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada
derajat maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi
lensa.
Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair.
longgar.
2. Katarak senilis nuclear
Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa
menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak
senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan
daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan
akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa
mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi
akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nucleus berwarna
coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen
dan jarang berwarna merah (katarak rubra).
D. Tanda dan Gejala
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien
dengan katarak senilis.
2. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari
hingga silau ketika endekat ke lampu pada malam hari.
yang
kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang
dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor,
diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah
memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada
hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen
yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan
antioksidan vitamin C dan vitamin E. Penatalaksanaan definitif untuk katarak
senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang
bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini
phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung
pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi
(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur
operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan
phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dIpindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh
dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun
yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat
terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada
lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah
atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata
pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah
diangkat
G. Komplikasi
1. Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau
efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.
2. Komplikasi dini pasca operatif
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan
siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan
luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan
endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi
H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul saat pre-operasi:
Dx keperawatan
Tujuan
Cemas b.d krisis NOC: kontrol kecemasan
situasional
tindakan operasi
Intervensi
Menurunkan cemas :
dgn Indikator:
Pasien
mampu
meengidentifikasi
dan
tindakan
Berusaha mamahami
perasaan pasien
Dampingi pasien untuk
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
kecemasan
Doromg pasien
mengungkapkan,
manunjukkan
dan
menyampaikan
tehnik
perasaannya
mengontrol Kaji perasaan cemas
untuk
menguraangi
cemas
pasien
Postur tubuh, ekspresi Dengarkan pasien dengan
wajah,
bahasa
dan
tingkat
menunjukkan
tubuh
penuh perhatian
Ciptakan
hubungan saling
aktifitas
percaya ajarkan tehnik
kecemasan berkurang
relaksasi
Kolaborasi pemberian
obat untuk mengurangi
kecemasan
Selama
dilakukan intraoperatif.
prosedur indakan
infasif
pembedahan
: terjadi
operasi
transmisi
tidak
agent
yang
infeksi.
Indikator:
Berikan
aseptik
(orang)
dipakai
tindakan.
Pastikan
selama
prosedur
Batasi jumlah personil
lingkungan
selama
alat
yang
terkontaminasi
Menghindari
paparan
memperhatikan
kesehatan
(resiko
infeksi)
Melaksanakan
kontrol
strategi
resiko
sterilitas
Cuci tangan sebelum
dan setelah melakukan
yang
efektif.
teknik
Prosedur
Lakukan
gowning
scrubing,
dan
gloving
sesuai prosedur
Pertahankan tehnik dan
alat tetap steril selama
Resiko cidera
NOC:
perioperatif
Selama
prosedur operasi
Bila terjadi kontaminasi
control
dilakukan
instrumen
yang
cidera
diperlukan
untuk
dapat
Indicator:
injuri
di
tidak
kontro
terjadi
tindakan pembedahan
Pasang peralatan dan
instrumen pembedahan
Siapkan
obat
dan
persediaan
peralatan
indikasi
Periksa instrumen dan
susun
menurut
penggunaan
Atur posisi lampu dan
nyalakan
Posisikan
dekat
instrument
dengan
area
tindakan
Antisipasi dan sediakan
instrumen
tambahan
prosedur
Rawat luka secara steril
ke
ruang
post operasi
Dokumentasikan
informasi tindakan
Surgical Precaution
Periksa
operasi
secara benar
Pindahkan
semua
yang
tidak
aman
Periksa inform consent
untuk
dari
peralatan
peralatan
fungsi
tindakan
Pastikan
perediaan
prosedur
bahwa
darah
dan
menyebutkan namanya
Tanyakan pada pasien
tentang riwayat alergi
Tujuan
Intervensi
falls prevention Manajemen lingkungan :
Kontrol kelemahan
Penempatan
penghalang
untuk
yang cukup
Instruksikan
pasien
mencegah jatuh
memerlukan sesuatu
Pindahkan
pasien
dengan hatihati.
PHACOEMULSIFIKASI
A. Definisi
Phacoemulsifikasi berasal dari 2 kata, yaitu phaco (lensa) dan emulsification
(menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak). Phacoemulsifikasi adalah
teknik operasi pembedahan katarak dengan menggunakan peralatan ultrasonic
yang akan bergetar dan menghancurkan lensa mata yang mengeruh, kemudian
lensa
yang
telah
hancur
berkeping-keping
akan
dikeluarkan
dengan
menggunakan alat fako, diikuti dengan insersi lensa buatan intraocular pada
posisi yang sama dengan posisi lensa mata sebelumnya.
B. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi teknik fakoemulsifikasi :
a. Tidak mempunyai penyakit endotel
b. Bilik mata dalam
c. Pupil dapat dilebarkan hingga 7mm.
Kontraindikasi teknik Fakoemulsifikasi:
a. Terdapat tanda-tanda infeksi
b. Luksasi atau subluksasi lensa
C. Keuntungan
Phacoemulsification termodern memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Kinder cut
Pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien.
2. Smaller incision
Insisi terdahulu biasanya 2.7 mm, dengan MICS hanya 1.8 mm.
Implikasinya:
a. Insisi
tersebut
terlalu
kecil
untuk
dapat
menyebabkan
kornea
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S. (2007). Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi dan
penglihatan warna hal 72-75. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification
Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification
FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddart, Edisi 8. Jakarta EGC.