Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGERTIAN KEPAILITAN
4. PENGERTIAN PENGERTIAN
Kreditur : orang yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau undang undang, yang dapat di tagih
dimuka pengadilan
Debitur : orang yang mempunyai utang karena
perjanjian atau undang undang yang pelunasan nya
dapat di tagih dimuka pengadilan
Debitur pailit : debitur yang sudah dinyatakan pailit
dengan keputusan pengadilan
Utang :
Kewajiban keajiban yang dinyatakan/dapat
dinyatakan dalam jumlah uang baik rupiah/mata
uang asing
Langsung maupun yang akan timbul dikemudian
hari atau kontinjen
6. TUJUAN KEPAILITAN
untuk mengatur kepentingan bersama para
kreditur dalam sita umum, penyelesaian utang
piutang dan menghindari kecurangan
kecurangan debitur ataupun kreditur
Kepailitan merupakan penjabaran/ perwujudan
dari pasal 1131 dan 1132 KUHPer
Kreditur Separatis
Kreditur pemegang hak jaminan kebendaan
Hak yang dipunyai kreditur ini adalah hak kewenangan
sendiri menjual / mengeksekusi objek agunan, tanpa
putusan pengadilan (parate eksekusi)
4 jaminan kebendaan
Hipotek (pasal 1162 s.d pasal 1232 BW)
Gadai (pasal 1150 s.d pasal 1160 BW)
Hak tanggungan (UU No.4/1196)
Fidusia (UU No.42/1999)
Debitur Sendiri
Seorang debitur dapat mengajukan
permohonan pernyataan pailit atas dirinya
sendiri
Jika debitur masih terikat dalam
pernikahan yang sah, permohonan hanya
dpt diajukan atas persetujuan suami atau
istri
Seorang Kreditur atau lebih
Kreditur yang dapat mengajukan permohonan
pailit terhadap debiturnya adalah kreditur
konkuren, kreditur preferen, kreditur separatis
Kejaksaan
Kejaksaan dapat mengajukan permohonan
pailit demi kepentingan umum
Pengertian kepentingan umum adalah
kepentingan bangsa dan negara dan atau
kepentingan masyarakat, misalnya :
Debitur melarikan diri
Debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan
Debitur mempunyai utang kpd BUMN atau badan usaha
lain yg menghimpun dana dari masyarakat
Debitur mempunyai utang yang berasal dari
penhimpunan dana dari masyarakat luas
Debitur tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam
menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh
waktu
Dalam hal lainnya yg menurut mrpkan kepentingan
umum
Bank Indonesia
Permohonan pailit terhadap bank hanya dapat
diajukan oleh Bank Indonesia berdasarkan penilaian
kondisi keuangan perbankan secara keseluruhan
Badan Pengawas Pasar Modal
Permohonan pailit terhadap perusahaan efek, bursa
efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, hanya dapat
diajukan oleh BAPEPAM
Menteri Keuangan
Permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan
asuransi,perusahaan reasuransi, dana pensiun atau
badan usaha milik negara yang bergerak di bidang
kepentingan publik, hanya dapat diajukan Menteri
Keuangan.
Manusia pribadi
Badan usaha (Firma, CV)
Badan Hukum (PT, Yayasan,Koperasi dll)
Harta warisan
Harta kekayaan orang yang telah meninggal
harus dinyatakan dalam keadaan pailit bila ada
dua/lebih kreditur mengajukan permohonan
untuk itu dan dapat membuktikan bahwa utang
orang yang meninggal semasa hidupnya tidak
dibayar lunas atau pada saat meninggal harta
peningalanya tidak cukup untuk membayar
utang
PENGADILAN NIAGA
1. UU no 37/2004 tidak hanya :
a. Melakukan perbaikan perbaikan terhadap ketentuan
ketentuan tentang kepailitan sebagai upaya
mewujudkan mekanisme penyelesaian sengketa
secara adil, cepat, terbuka, dan efektif, juga
b. Menghadirkan Pengadilan Niaga sebagai suatu
Pengadilan yang khusus memeriksa dan memutus
perkara kepailitan dan PKPU
4.
5. Kompetensi PN
Kompetensi Relatif : merupakan
kewenangan/kekuasaan mengadili antar PN. PN
hanya berwenang memeriksa dan memutus perkara
didaerah hukum nya masing masing (pasal 3 : 2)
Kompetensi Absolut : merupakan kewenangan
memeriksa dan mengadili antar Badan Peradilan.
PN merupakan pengadilan khusus yang diberi
wewenang untuk memeriksa dan memutus
permohonan pernyataan pailit, PKPU, dan perkara
lain dibidang perniagaan yang penetapanya
dilakukan dengan UU (pasal 300:1)
Hukum Acara yang berlaku dan diterapkan di PN
adalah Hukum Acara Perdata (HIR dan Rbg) kecuali
ditentukan lain, pada dasarnya tetap berpedoman
pada UU no 37/2004