Anda di halaman 1dari 45

MANAJEMEN GIGI MOBILITI AKIBAT PENYAKIT

PERIODONTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ENAMIA SANITIN GINTING


NIM : 050600106

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Fakultas Kedokteran Gigi


Departemen Periodonsia
Tahun 2009

Enamia Sanitin Ginting


Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal
viii + 33 halaman
Manajemen klinis terhadap gigi mobiliti merupakan masalah yang sangat
membingungkan, terutama apabila penyebab terhadap kasus mobiliti tersebut tidak di
diagnosa dengan tepat. Pada beberapa kasus, gigi yang mobiliti dapat dirawat hanya
dengan penyelarasan oklusal. Namun bila gigi mobiliti diikuti dengan keadaan
periodonsium yang tidak adekuat, stabilisasi gigi dengan menggunakan teknik splin
menjadi pilihan. Tujuan utama terhadap keberhasilan perawatan gigi mobiliti adalah
memperbaiki fungsi gigi dan kenyamanan pengunyahan yaitu dengan mendapatkan
oklusi yang stabil serta keadaan periodonsium yang sehat.
Bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan pasien untuk mempertahankan
jaringan dan kebutuhan terhadap estetik menjadi pilihan, penggunaan teknik adhesif
dan bahan komposit yang dikombinasi dengan fiber mampu memenuhi kebutuhan
tersebut. Penggunaan bahan ini memberikan perbaikan terhadap kekuatan fleksural
bahan sehingga restorasi resin bisa bertahan lebih lama.
Berbagai jenis fiber dapat ditambahkan kedalam bahan resin. Pada skripsi ini,
pemilihan Polyethylen fiber sebagai serat yang ditambahkan kedalam bahan resin
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

karena serat yang tipis dan warna yang transparan memberikan estetik yang sangat
baik terhadap restorasi.
Evaluasi terhadap penggunaan bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon
pada kasus yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun, Arya Arman dan Howard E.
Strassler dan Carolyn Brown terhadap kasus gigi mobiliti menunjukkan adanya
keberhasilan terhadap perawatan yang dilakukan. Stabilisasi gigi yang baik, restorasi
yang estetis dan restorasi splin yang kuat telah mampu memberikan penyelesaian
terhadap keluhan pasien.
Daftar Pustaka : 13 (2000-2009)

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

MANAJEMEN GIGI MOBILITI AKIBAT PENYAKIT


PERIODONTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ENAMIA SANITIN GINTING


NIM : 050600106

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 Juni 2009

Pembimbing :

1. Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio


NIP : 130 385 271

Tanda tangan

.............................

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 30 Juni 2009

TIM PENGUJI

KETUA

Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio

ANGGOTA

: 1. Irma Ervina, drg., Sp. Perio


2. Aini Hariyani Nasution, drg.

.........................
.........................
.........................

Mengetahui
KEPALA BAGIAN

Zulkarnain, drg.,M.Kes

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

.......................

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih-Nya
skripsi ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan
terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta Bapak Ir. U. Ginting
beserta Ibu M. br Bangun yang telah mendidik dan selalu mendoakan penulis
sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini. Kepada kakanda dr. Destanti
Ginting, abangda Bramanta Ginting, ST, dan adikku tercinta Johanes Ginting atas
cinta kasih, dukungan, pengorbanan dan doa yang tiada henti demi kebaikan dan
kebahagian penulis.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.

Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio selaku dosen pembimbing


skripsi yang telah begitu sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga,
memberikan pemikiran seta masukan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.

2.

Zulkarnain, drg., M. Kes selaku ketua Departemen Periodonsia dan seluruh


staf pengajar serta pegawai Departemen Periodonsia.

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

3.

Kepada seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalankan pendidikan.

4.

Sahabat- sahabat terbaikku, Arinda, Irene, Agita, Ina, Meinarly, Sally, Puspa,
Sabrina, Rohdo, Sry Mawar, Carolyn P, Carolyn M, Ferry, Selvia, Andi,
Thomas, dan seluruh teman-teman Angkatan 2005 atas kebersamaan,
dukungan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis selama
menjalani perkuliahan.

5.

Kakak- kakak senior, adik- adik junior di FKG dan serta pihak lain yang
penulis tidak dapat sebutkan satu per satu, atas semua bantuan dan semangat
yang telah diberikan. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan dan
memberikan kemudahan kepada kita semua.
Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga Tuhan


selalu menyertai kita.

Medan, 30 Juni 2009


Penulis,

(Enamia S. Ginting)

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................

ii

HALAMAN TIM PENGUJI ............................................................................

iii

KATA PENGANTAR .....................................................................................

iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vii

BAB 1

PENDAHULUAN ............................................................................

BAB 2

PERAWATAN GIGI MOBILITI AKIBAT PENYAKIT


PERIODONTAL
2.1 Pengertian Gigi Mobiliti ...........................................................
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Gigi Mobiliti ................................
2.3 Perawatan Terhadap Gigi Mobiliti ............................................

4
5
8

BAB 3

BAB 4

SPLINTING PADA PERAWATAN GIGI MOBILITI


3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Splinting ........................................
3.2 Jenis Splin Yang Dapat Digunakan Pada Perawatan Periodontal
3.3 Splin Periodontal Dengan Thin High Modulus Polyethylen
Ribbon .............................................................................................

12
13
16

LAPORAN KASUS PENGGUNAAN SPLIN PADA KASUS GIGI


MOBILITI DENGAN MENGGUNAKAN THIN HIGH
MODULUS POLYETHYLEN RIBBON ............................................

22

DISKUSI DAN KESIMPULAN


5.1 Diskusi .....................................................................................
5.2 Kesimpulan...............................................................................

29
30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

32

BAB 5

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Radiografi kehilangan tulang angular akibat penyakit periodontal ........

Gambaran radiografi tulang alveolar akibar trauma karena oklusi .........

Splin provisional yang dibuat dari kawat stainless ................................

14

Bite guard akrilik yang berfungsi sebagai splin provisional ..................

15

Crown yang dihubungkan yang berfungsi sebagai splin cekat ...............

16

Preparasi daerah interproksimal dengan menggunakan bur diamond .....

17

Ribbon dengan lebar 3 mm dipotong sama panjang dengan dental floss

17

Ribbon dibasahi dengan bahan resin adhesif .........................................

18

Gigi yang akan di splint dietsa selama 30 detik .....................................

18

10

Resin adhesif dietsa ke seluruh permukaan enamel dengan


menggunakan sikat disposable ..............................................................

19

11

Resin komposit diletakkan pada permukaan lingual ..............................

19

12

Ribbon diletakkan pada resin komposit dan ditekan dengan


menggunakan cotton plier atau burnisher ..............................................

19

13

Bahan polysiloxane dari daerah embrasur gingiva ................................

20

14

Polish akhir embrasur gingiva dengan menggunakan pasta polish.........

20

15

Pandangan lingual dari gigi yang telah selesai di splin dengan


menggunakan bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon ..............

21

16

Gambaran klinis gigi pasien sebelum dilakukan perawatan ...................

23

17

Gambaran klinis gigi pasien setelah fase perawatan ortodonti ...............

24

18

Kondisi splint lingual setelah 14 bulan pemasangan .............................

25

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

19

Pandangan frontal gigi pasien setelah 14 bulan perawatan ....................

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

25

BAB 1
PENDAHULUAN

Gigi mobiliti adalah masalah yang sering terjadi pada gigi yang dapat
berakibat terhadap hilangnya gigi dikarenakan penyakit ataupun cedera pada gingiva
atau tulang yang mendukung gigi.1 Mobiliti pada gigi dapat bersifat fisiologis ataupun
patologis. Secara klinis gigi mobiliti juga dapat dibedakan atas mobiliti reversibel
ataupun mobiliti irreversibel. Terjadinya peningkatan gigi mobiliti dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Namun terjadinya inflamasi yang diakibatkan oleh akumulasi
plak dan adanya trauma karena oklusi merupakan faktor penyebab yang paling sering
terlibat sebagai penyebab terjadinya gigi mobiliti.2
Perawatan terhadap kasus gigi mobiliti harus dilakukan dengan baik.
Diagnosa yang tepat terhadap faktor penyebab terjadinya gigi mobiliti sangat
dibutuhkan sehingga keberhasilan perawatan dapat tercapai. Terdapat berbagai
bentuk perawatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gigi mobiliti.
Untuk kasus gigi mobiliti yang disebabkan inflamasi maka dapat dilakukan
penyingkiran terhadap faktor penyebab inflamasi seperti skeling dan penyerutan akar,
penggunaan obat lokal dan sistemik serta terapi pembedahan.3 Pada kasus gigi
mobiliti yang disebabkan karena adanya trauma karena oklusi maka harus dilakukan
penyingkiran terhadap faktor penyebab terjadinya trauma karena oklusi. Perawatan
seperti penyelarasan oklusal, perbaikan terhadap kebiasaan parafungsi, stabilisasi gigi

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

dengan menggunakan splin, pemakaian alat ortodonti dan rekonstruksi oklusal


menjadi pilihan perawatan. Ekstraksi terhadap gigi mobiliti juga dapat dilakukan
apabila dukungan terhadap gigi mobiliti tidak diperoleh meskipun telah dilakukan
perawatan.4
Splin pada gigi sebagai salah satu perawatan terhadap gigi mobiliti memiliki
berbagai bentuk. Splin dalam bentuk lepasan ataupun cekat yang dapat dibuat dari
bahan tambalan komposit, akrilik, kawat, ataupun kombinasi bahan komposit dengan
fiber memiliki keuntungan dan kerugian yang berbeda serta di indikasikan untuk
tujuan yang berbeda. Dalam skripsi ini perawatan dengan menggunakan teknik splin
dengan menggunakan bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon menjadi pilihan
sehingga tujuan utama perawatan untuk mengurangi ataupun menghilangkan mobiliti
pada gigi dapat tercapai.
Pada Bab 2 akan dibahas mengenai pengertian gigi mobiliti, faktor penyebab
terjadinya gigi mobiliti dan perawatan yang dapat dilakukan terhadap gigi mobiliti.
Selanjutnya pada Bab 3 akan dijelaskan mengenai indikasi dan kontraindikasi
splinting, jenis splinting yang dapat digunakan dalam perawatan periodontal dan
secara khusus mengenai splin periodontal dengan menggunakan Thin High Modulus
Polyethylen Ribbon
Dua laporan kasus mengenai penggunaan bahan Thin High Modulus
Polyethylen Ribbon untuk mengatasi mobiliti gigi akibat penyakit periodontal
berdasarkan penelitian Neslihan Arhun, Arya Arman dan Stassler HE, Carolyn Brown
akan dijelaskan pada bab 4. Diskusi mengenai hasil penelitian yang diperoleh pada
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

beberapa penelitian tersebut dan kesimpulan dari seluruh pembahasan akan dimuat
dalam bab 5.
Besarnya harapan pasien terhadap keberhasilan perawatan yang dilakukan
mendorong kita sebagai dokter gigi untuk menguasai dan tetap mengikuti
perkembangan ilmu yang ada. Dengan penulisan skiripsi ini diharapkan dapat
menambah pemahaman bagi kita terhadap penanganan kasus gigi mobiliti dan
perawatan yang dapat dilakukan agar kehilangan gigi yang terjadi akibat penyakit
periodontal dapat dihindari.

------oo00oo------

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

BAB 2
PERAWATAN GIGI MOBILITI AKIBAT PENYAKIT PERIODONTAL

Gigi mobiliti adalah masalah dental yang terjadi karena penyakit ataupun
cedera terhadap gingiva dan tulang yang mendukung gigi. Masalah ini menyebabkan
nyeri akut pada gigi khususnya ketika gigi digunakan untuk mengunyah dan
memungkinkan terjadinya kehilangan gigi. Gigi mobiliti sering terjadi pada pasien
yang menderita periodontitis kronis, trauma karena oklusi dan juga pada pasien
dengan trauma karena oklusi yang disertai periodontitis kronis.1 Dalam uraian ini
akan dijelaskan mengenai pengertian gigi mobiliti, faktor penyebab terjadinya gigi
mobiliti serta perawatan yang dapat dilakukan terhadap kasus gigi mobiliti.

2.1 Pengertian Gigi Mobiliti


Gigi mobiliti diartikan sebagai pergerakan gigi pada dataran vertikal atau
horizontal. Derajatnya tergantung pada lebar ligamen periodontal, area perlekatan
akar, elastisitas prosesus alveolar dan fungsi dari masing-masing gigi. Gigi yang
berakar tunggal umumnya lebih mudah goyang dibandingkan dengan gigi yang
berakar banyak. Oleh karena itu, gigi insisivus merupakan gigi yang paling sering
mengalami mobiliti.2

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Dalam keadaan yang normal gigi juga memiliki derajat mobiliti. Mobiliti ini
disebut sebagai mobiliti fisiologis. Mobiliti fisiologis paling besar terjadi di pagi hari
karena adanya peningkatan sewaktu tidur dan secara perlahan berkurang di siang hari

setelah gigi menerima tekanan fungsional dari pengunyahan, penelanan, dan ketika
berkontak dengan antagonisnya.2
Batas mobiliti fisiologis ini adalah 0,15 mm. Mobiliti yang melebihi rentang
fisiologis disebut sebagai mobiliti yang abnormal atau patologis. Disebut patologis
karena melebihi batas nilai mobiliti normal yang mampu diterima oleh
periodonsium.2
Secara klinis, gigi mobiliti dapat dibedakan atas mobiliti reversibel dan
mobiliti irreversibel. Mobiliti reversibel adalah jenis mobiliti pada gigi yang terjadi
akibat tekanan yang abnormal atau inflamasi. Mobiliti yang terjadi dapat berkurang
atau dihilangkan dengan menyingkirkan faktor penyebab. Sedangkan mobiliti
irreversibel merupakan jenis mobiliti yang ditandai dengan berkurangnya dukungan
periodonsium. Derajatnya dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan meskipun
telah dilakukan perawatan.2

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Gigi Mobiliti


Terjadinya peningkatan gigi mobiliti yang patologis dapat disebabkan oleh
banyak faktor seperti kehamilan, status penyakit (lokal atau sistemik), trauma (akibat
pergerakan ortodonti), kebiasaan hiperfungsi dan hipofungsi. Namun, dua faktor yang

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

paling sering terlibat adalah inflamasi yang disebabkan akumulasi plak dan tekanan
oklusal yang berlebihan.2
a. Inflamasi yang disebabkan akumulasi plak
Inflamasi yang terjadi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan
periodontitis merupakan akibat dari akumuasi plak dan mikroorganisme yang
menempel pada gigi.3 Penjalaran inflamasi dari tepi gingiva ke struktur periodontal
pendukung lebih lanjut akan berakibat terhadap hilangnya perlekatan jaringan
pendukung dan resorpsi tulang di sekitar gigi. Pada keadaan ini juga terjadi saku
infraboni dan kehilangan tulang angular sehingga meningkatnya mobiliti akibat
berkurangnya tinggi tulang alveolar pendukung gigi juga tidak dapat dihindari.5

Gambar 1.

Radiografi kehilangan tulang angular akibat penyakit periodontal


(Philstrom BL, Michaloicz BS, Johnson NW. Periodontal disease. The
Lancet 2005;366:1812)

b. Trauma karena oklusi


Trauma karena oklusi diartikan sebagai trauma terhadap periodonsium karena
tekanan fungsional ataupun parafungsional yang menyebabkan kerusakan terhadap
perlekatan pada periodonsium karena melebihi kapasitas adaptif dan reparatifnya.6
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Lesi yang terjadi akibat trauma karena oklusi dapat terjadi bersamaan dengan, atau
pada periodonsium yang mengalami inflamasi.4 Menurut penelitian Ericcson dan
Linde, trauma oklusi yang berlebihan ketika dikombinasi dengan periodontitis akan
mempercepat kehilangan perlekatan. Namun pada keadaan tanpa inflamasi, tekanan
oklusal yang berlebihan akan meningkatkan terjadinya kehilangan tulang dan mobiliti
pada gigi.5
Secara umum dikenal dua bentuk trauma karena oklusi:
1. Trauma karena oklusi primer
Trauma oklusi primer diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari
tekanan oklusal yang berlebihan yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan
periodonsium yang sehat atau normal.7
2. Trauma karena oklusi sekunder
Trauma oklusi sekunder diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari
tekanan oklusal yang normal yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan
periodonsium yang inadekuat atau lemah.7

Gambar 2.

Gambaran radiografi tulang alveolar akibar trauma karena oklusi


(http://en.wikipedia.org/wiki/Oklusal_trauma)

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Tanda klinis yang paling umum terjadi pada pasien trauma karena oklusi
adalah meningkatnya derajat mobiliti gigi. Terjadinya mobiliti ini adalah sebagai
adaptasi periodonsium terhadap tekanan berlebihan yang diterimanya.5 Selain itu,
tanda klinis lain yang mungkin ditemui pada pasien dengan trauma karena oklusi
adalah migrasi gigi, nyeri pada gigi atau ketidaknyamanan pada waktu pengunyahan
atau perkusi, lemahnya otot-otot pengunyahan, timbulnya faset pada gigi, retaknya
enamel atau fraktur pada mahkota atau akar, dan fremitus.4
Gambaran radiografis seperti pelebaran ruang ligamen periodontal, kerusakan
lamina dura, radiolusensi pada daerah furkasi atau pada apeks gigi yang vital dan
resorpsi pada daerah akar sering menyertai pasien dengan trauma karena oklusi.4
Untuk menegakkan diagnosa terhadap pasien dengan trauma karena oklusi,
sejumlah tanda dan gejala klinis maupun radiologis harus ditemukan pada sistem
pengunyahan, namun prosedur tambahan seperti tes pulpa vital dan evaluasi terhadap
kebiasaan parafungsi dapat membantu menegakkan diagnosa.4

2.3 Perawatan Terhadap Gigi Mobiliti


Meningkatnya mobiliti gigi akibat inflamasi periodonsium harus dibedakan
dengan mobiliti yang terjadi akibat trauma karena oklusi. Meskipun mobiliti gigi
dapat terjadi secara bersamaan namun perawatan terhadap keadaan ini dilakukan
secara terpisah. Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi ataupun
menghilangkan mobiliti yang ada, menghindari terjadinya migrasi gigi yang lebih
jauh, mengurangi perubahan radiografis yang terjadi, memperbaiki kontak prematur

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

dan fremitus serta memperoleh kenyamanan dalam pengunyahan.4 Untuk itu satu atau
beberapa perawatan berikut dapat dilakukan;

1. Penyingkiran faktor inflamasi


Perawatan yang dilakukan terhadap pasien dengan inflamasi periodonsium
adalah untuk menyingkirkan faktor inflamasi yang terdapat pada jaringan
periodonsium sehingga diperoleh jaringan yang lebih sehat.5 Bentuk perawatan
periodontal berupa terapi bedah dan non bedah bisa dilakukan agar tujuan dari
perawatan dapat diperoleh, diantaranya:
a. Skeling dan penyerutan akar
Efek menguntungkan dari skeling dan penyerutan akar yang dikombinasi
dengan kontrol plak yang adekuat dari pasien telah terbukt i mampu mengurangi
inflamasi, mengurangi keberadaan mikroba patogen, mengurangi kedalaman saku dan
mengurangi terjadinya perkembangan penyakit.3
b. Penggunaan obat lokal dan sistemik
Kontrol dengan menggunakan agen kemoterapi pada perawatan saku
periodontal dapat mengubah keadaan flora patogen dan memperbaiki tanda klinis
yang terjadi akibat periodontitis. Penggunaan serat etilen vinil asetat yang
mengandung tetrasiklin, lempeng gelatin yang mengandung klorheksidin dan formula
polimer minoksiklin sebagai tambahan pada perawatan skeling dan penyerutan akar
dapat mengurangi kedalaman saku, perdarahan sewaktu probing dan meningkatkan
perlekatan klinis jaringan.3

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Penggunaan obat antibiotik sistemik yang mengandung anti inflamasi non


steroid dan sub antimikrobial dosis rendah seperti doksisiklin diperkirakan mampu
menghentikan atau memperlambat perkembangan penyakit periodontal dan
memperbaiki keadaan/ status periodontal.3
c. Terapi bedah
Perawatan dengan pembedahan dilakukan untuk memperoleh akses yang lebih
baik dalam menyingkirkan faktor etiologi mobiliti, mengurangi kedalaman saku serta
regenerasi atau perbaikan terhadap jaringan periodonsium yang hilang. Beberapa
percobaan klinis menunjukkan bahwa kombinasi perawatan bedah dan non bedah
memberikan hasil yang lebih efektif dalam pengembalian level perlekatan.3

2. Penyingkiran penyebab trauma karena oklusi


Perawatan terhadap gejala trauma karena oklusi harus dilakukan bersamaan
dengan terapi periodontal.3 Karena penyingkiran tekanan oklusi yang traumatik pada
keadaan periodontitis tidak akan membantu mengurangi mobiliti gigi dan regenerasi
tulang alveolar.6 Oleh karena itu, sejumlah perawatan yang berhubungan harus
dipertimbangkan termasuk satu atau beberapa hal dibawah ini:4
a). Penyelarasan oklusal
Penyelarasan oklusal merupakan terapi yang efektif untuk mengurangi
mobiliti gigi dan memperbaiki kehilangan tulang yang terjadi akibat trauma karena
oklusi.6 Volmer dan Rateitschak8 menyebutkan bahwa penyelarasan oklusal mampu
mengurangi mobiliti gigi sebesar 18%-28% setelah perawatan selama 30 hari.8.
b). Memperbaiki kebiasaan parafungsi
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

c). Stabilisasi temporer, provisional atau jangka panjang menggunakan alat


lepasan atau cekat
Splin dental merupakan alat yang didisain untuk menstabilisasi gigi mobiliti
dan membantu gigi untuk berfungsi normal meskipun jumlah periodonsium terbatas.
Dasar dari perawatan dengan splin adalah mengurangi mobiliti gigi dan membantu
gigi menjadi lebih stabil serta memperbaiki kerusakan periodontal. Splin di
klasifikasikan berdasarkan waktu dan tujuan pemakaian yaitu splin temporer,
provisional dan permanen.8
d). Pergerakan gigi dengan menggunakan alat ortodonti
e). Rekonstruksi oklusal
f). Ekstraksi gigi
Apabila mobiliti gigi yang terjadi tidak memberi respon terhadap perawatan
yang telah dilakukan, gigi tersebut dapat diekstraksi untuk selanjutnya dilakukan
perawatan definitif yaitu dengan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi
tiruan cekat.6
Untuk memperoleh hasil perawatan yang maksimal, sejumlah perawatan
periodontal pendukung wajib dilakukan. Kontrol plak harian yang efektif serta
kontrol berkala harus dilakukan oleh pasien sehingga jaringan periodonsium yang
sehat dapat diperoleh.3

------oo00oo------

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

BAB 3
SPLINTING PADA PERAWATAN GIGI MOBILITI

Splin adalah alat yang digunakan untuk mendukung jaringan periodonsium


yang lemah serta bertujuan untuk memberikan sandaran terhadap jaringan pendukung
gigi selama proses penyembuhan setelah cedera atau proses pembedahan. Splin juga
membantu gigi dalam melakukan fungsinya ketika gigi dan jaringan pendukungnya
tidak dapat berfungsi secara adekuat.9 Berikut ini akan dijabarkan mengenai indikasi
dan kontraindikasi penggunaan splin, jenis splin yang dapat digunakan dalam
perawatan periodontal serta penggunaan splin dengan menggunakan bahan Thin High
Modulus Polyethylen Ribbon

3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Splinting


Perdebatan mengenai peranan splin pada perawatan periodontal masih belum
jelas.9 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meskipun splinting pada gigi dapat

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

memperbaiki status mobiliti untuk sementara waktu tetapi tidak dapat mengurangi
mobiliti apabila alat tersebut dilepaskan.8
Menurut Tarnow dan Fletcher ada beberapa indikasi untuk mengurangi gigi
mobiliti dengan penggunaan splinting periodontal:7
1. Trauma karena oklusi primer
2. Trauma karena oklusi sekunder
3. Mobiliti progresif, migrasi gigi dan nyeri ketika berfungsi.

Splinting terhadap gigi yang mobiliti tidak dianjurkan apabila stabilitas


oklusal dan kondisi periodontal yang baik tidak mungkin diperoleh.6

3.2 Jenis Splinting Yang Dapat Digunakan Dalam Perawatan Periodontal


Ramjford mengklasifikasikan splin atas splin temporer, splin provisional
dan splin permanen.10
a. Splin temporer
Splin temporer adalah jenis splin yang dapat digunakan untuk membantu
penyembuhan setelah cedera atau setelah perawatan bedah. Umumnya tidak
menyebabkan kerusakan jaringan. Splin ini harus dapat dipakai dengan mudah pada
gigi yang goyang dan juga dengan mudah dilepaskan setelah penyembuhan
diperoleh.9 Splin temporer tidak boleh ditempatkan pada gigi lebih dari 6 bulan. Jika
pada waktu yang ditentukan stabilisasi gigi belum adekuat maka dibutuhkan bentuk
splin permanen.10
b. Splin provisional
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Splin provisional adalah jenis splin memiliki kegunaan yang hampir sama
dengan splin temporer. Splin ini sering digunakan untuk tujuan diagnostik atau dalam
kasus- kasus dengan hasil perawatan yang tidak dapat diperkirakan. Splin provisional
dapat digunakan selama beberapa waktu tertentu, dari beberapa bulan sampai
beberapa tahun.10

Beberapa bentuk splin temporer/provisional:


1. Splin dengan bahan tambalan komposit
Splin jenis ini merupakan bentuk splin temporer yang paling sederhana dan
paling berguna dalam keadaan darurat. Bahan tambalan komposit dietsa ke
permukaan gigi yang mengalami mobiliti dan dihubungkan.9
2. Splin kawat dan akrilik.
Splin kawat dan akrilik adalah bentuk splin yang juga mudah dipakai. Sering
digunakan untuk stabilisasi gigi insisivus.Splin jenis ini lebih kuat dan lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan splin komposit.9

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Gambar 3.

Splin provisional yang dibuat dari kawat stainless (Bernal G, Carvajal JC,
Munoz CA. A review of clinical management of mobile teeth. J Contemp
Dent Pract 2002;(3)4:6)

3. Band ortodontik
Bentuk splin temporer cekat lain adalah band ortodontik.10 Band ortodontik
terutama digunakan sebagai splin pada segmen posterior. Band stainless steel 0,005
inch dipasangkan kegigi dan dipatrikan bersama. Alternatif lain, splin dapat
dipasangkan pada model dan kemudian disemenkan ke gigi. Tepi dari band harus
dibentuk dan dipolish sehingga mampu mengurangi retensi plak dan menjaga
jaringan lunak terhadap iritasi.9
4. Splin lepasan
Biteguard akrilik yang digunakan pada perawatan bruksism dapat juga
digunakan sebagai splin. Splin ini harus menutupi permukaan oklusal gigi dan meluas
1-2mm ke permukaan oklusal gigi.9

Gambar 4.

Biteguard akrilik yang berfungsi sebagai splin provisional (Bernal G,


Carvajal JC, Munoz CA. A review of clinical management of mobile teeth.
J Contemp Dent Pract 2002;(3)4:6)

c. Splin permanen
Splin permanen adalah jenis splin yang digunakan dalam jangka waktu yang
lama. Alat ini diindikasikan apabila perawatan dengan menggunakan splin temporer
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

ataupun splin provisional mengalami kegagalan atau tidak menunjukkan keberhasilan


perawatan. Bentuk splin permanen ini bisa berupa splin cekat atau lepasan.8
1. Crown dan bridge
Merupakan bentuk splin permanen yang paling dapat diandalkan untuk
mengimobilisasi gigi.9 Bentuk splin ini adalah bentuk yang sangat dianjurkan namun
harus disertai perhatian terhadap oral hygiene.10 Dalam pembuatannya crown ini
membutuhkan preparasi terhadap gigi, keahlian dari dokter gigi dan waktu yang lebih
lama.9

Gambar 5.

Crown yang dihubungkan yang berfungsi sebagai splin cekat.(Capp NJ.


Occlusion and splint therapy. British Dent J 1999;186(3):218)

2. Splin lingual
Splin lingual adalah bentuk splin permanen lepasan yang tidak menyebabkan
kehilangan jaringan gigi, lebih mudah dibuat dibandingkan dengan splin cekat dan
dapat diubah ataupun dilepaskan apabila diperlukan. Splin lingual yang pada
dasarnya adalah gigi tiruan sebagian lepasan terbuat dari chrom cobalt dengan
perluasan menutupi permukaan lingual gigi.9

3.3 Splinting Periodontal Dengan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon


Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Splin dengan menggunakan bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon


adalah salah satu jenis splin yang dapat digunakan dalam perawatan gigi mobiliti.
Merupakan modifikasi dari jenis splin resin komposit dengan penambahan
Polyethylen fiber yang memiliki modulus elastisitas yang tinggi sehingga mampu
memperbaiki kekuatan fleksural dibandingkan splin komposit yang telah ada. Thin
High Modulus Polyethylen Ribbon memiliki diameter sebesar 3 mm 11 dan ketebalan
sebesar 0,18 mm.12 Splin jenis ini juga memiliki estetis yang sangat baik karena
tidak membutuhkan preparasi gigi di permukaan lingual.11

Teknik dan Cara Pemakaian:11


1. Isolasi daerah yang akan di splin dengan menggunakan dental dam atau
dengan menempatkan absorben.
2. Gigi pada permukaan lingual dan fasial yang akan di splin dibersihkan dengan
menggunakan cup prophilaksis dengan pasta pumice non fluoridasi. Permukaan
interproksimal juga dibersihkan dan dipreparasi dengan menggunakan diamond bur
yang berdiameter kecil dan berujung bulat.

Gambar 6.

Preparasi daerah interproksimal dengan menggunakan bur diamond


(Strassler HE, Brown C. Periodontal splinting with thin high modulus
polyethylen ribbon. Compendium 2001;22(8):613).

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

3. Menentukan panjang ribbon yang dibutuhkan dengan bantuan dental floss dan
memotongnya sesuai panjang yang dibutuhkan.

Gambar 7.

Ribbon dengan lebar 3 mm dipotong sama panjang dengan dental floss


(Strassler HE, Brown C. Periodontal splinting with thin high modulus
polyethylen ribbon. Compendium 2001;22(8):613).

4. Potongan ribbon dibasahi dengan bahan resin adhesif.

Gambar 8.

Ribbon dibasahi dengan bahan resin adhesif (Strassler HE, Brown C.


Periodontal splinting with thin high
modulus polyethylen ribbon.
Compendium 2001;22(8):613).

5. Gigi dietsa dengan etsa asam fosfor selama 30 detik, kemudian dibersihkan
dengan semprotan air selama 10 detik dan dikeringkan dengan semprotan udara.
Bahan elastomer kemudian disemprotkan ke daerah interproksimal dibawah daerah
kontak.

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Gambar 9.

6. Untuk

Gigi yang akan di splint dietsa selama 30 detik (Strassler HE, Brown C.
Periodontal splinting with thin high modulus polyethylen ribbon.
Compendium 2001;22(8):613).

meminimalkan

kelebihan

resin

komposit,

bahan

impression

polysiloxane dengan viskositas sedang ditempatkan pada daerah embrasur gingiva.


7. Resin adhesif dipakai untuk permukaan enamel yang telah dietsa termasuk
daerah interproksimal lingual dan interproksimal fasial dengan menggunakan sikat
disposable.

Gambar 10.

Resin adhesif dietsa ke seluruh permukaan enamel dengan menggunakan


sikat disposable (Strassler HE, Brown C. Periodontal splinting with thin
high modulus polyethylen ribbon. Compendium 2001;22(8):614).

8. Resin komposit diletakkan pada permukaan lingual gigi.

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Gambar 11.

Resin komposit diletakkan pada permukaan lingual ( Strassler HE, Brown


C. Periodontal splinting with thin high modulus polyethylen ribbon.
Compendium 2001;22(8):615).

9. Ribbon diletakkan pada resin komposit. Dimulai dari bagian permukaan


tengah lingual tiap gigi kaninus yang akan di splin. Burnisher dan cotton plier dapat
digunakan untuk menekan ribbon ke dalam resin komposit.

Gambar 12.

Ribbon diletakkan pada resin komposit dan ditekan dengan menggunakan


cotton plier atau burnisher (Strassler HE, Brown C. Periodontal splinting
with thin high modulus polyethylen ribbon. Compendium 2001;22(8):615).

10. Kelebihan resin akibat penekanan ribbon dibuang kemudian diberikan lagi
penyinaran selam 60 detik untuk tiap gigi.
11. Bila daerah perlekatan ribbon belum sempurna dan ketebalan yang didapat
belum adekuat maka penambahan bahan resin komposit flowable dapat digunakan
dan gigi di sinari lagi selama 20 detik.
12. Bahan polysiloxane dilepaskan dari daerah embrasur gingiva.

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Gambar 13.

Bahan polysiloxane dari daerah embrasur gingiva (Strassler HE, Brown C.


Periodontal splinting with thin high modulus polyethylen ribbon.
Compendium 2001;22(8):615).

13. Dental dam juga dilepaskan. Bila komposit resin masih membutuhkan
pembentukan lebih lanjut maka dapat di selesaikan dengan finishing bur atau
diamond bur.
14. Polishing akhir dengan menggunakan pasta polish.

Gambar 14.

Polish akhir embrasur gingiva dengan menggunakan pasta polish (Strassler


HE, Brown C. Periodontal splinting with thin high modulus polyethylen
ribbon. Compendium 2001;22(8):615).

15. Pandangan daerah lingual gigi mobiliti telah selesai di splin dengan
menggunakan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon.

Gambar 15.

Pandangan lingual dari gigi yang telah selesai di splin dengan menggunakan
bahan Thin High Modulus Polyethylen Ribbon (Strassler HE, Brown C.
Periodontal splinting with thin high modulus polyethylen ribbon.
Compendium 2001;22(8):615).

Desain dari tiap splin memberikan keuntungan yang berbeda namun


pemilihannya harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan pertimbangan terhadap
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

hasil akhir yang dapat dicapai sehingga tujuan perawatan dengan menggunakan splin
dapat dicapai.
Untuk membahas lebih lanjut penggunaan splin sebagai alat untuk stabilisasi
gigi mobiliti maka pemakaian splin dengan menggunakan bahan Thin High Modulus
Polyethylen Ribbon akan di evaluasi pada Bab 4.

------oo00oo------

BAB 4
LAPORAN KASUS
PENGGUNAAN SPLINTING PADA KASUS GIGI MOBILITI DENGAN
THIN HIGH MODULUS POLYETHYLEN RIBBON

Restorasi yang fraktur dan estetik yang kurang baik menjadi masalah yang
sering timbul dalam restorasi yang menggunakan bahan resin komposit adhesif.
Seperti penelitian yang dilakukan Pollack selama 25 tahun menunjukkan keharusan
untuk melakukan perbaikan terhadap restorasi komposit akibat frakturnya restorasi di
sekitar gigi. Tetapi masalah ini sudah dapat diatasi dengan diperkenalkannya bahan
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Polyethylen fiber yang memiliki kekuatan yang sangat baik, biocompatible, estetis,
mudah untuk dimanipulasi, memiliki serat yang berwarna transparan dan yang dapat
ditanamkan kedalam bahan resin.11
Untuk membahas lebih lanjut tentang penggunaan bahan ini, dalam Bab ini
akan dikutip 2 laporan kasus yang nantinya akan menggunakan bahan ini sebagai alat
splin periodontal khususnya pada kasus gigi mobiliti akibat penyakit periodontal.
Kasus pertama seperti yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun, Arya Arman13 dan kasus
kedua seperti yang dilaporkan oleh Howard E.Stressler, Carolyn Brown.11

Laporan Kasus yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun dan Arya Arman
Seorang pasien wanita berumur 41 tahun dan selama lima bulan tidak
memiliki masalah terhadap kesehatanya. Pasien pertama sekali mengunjungi klinik
periodontik dikarenakan masalah mobiliti pada gigi anterior maksilanya. Pasien

tersebut memiliki hubungan oklusi klas I dengan nilai overbite/overjet yang melebihi
nilai normal dan multidiastema pada rahang atas akibat penyakit periodontal serta
gigi yang crowded di rahang bawah.
Gigi 35,45 dan 23 telah hilang dan gigi 75,85 dan 63 masih berada dalam
rahang. Uji klinis dan radiologis memperlihatkan adanya mobiliti gigi, resesi gingiva,
kehilangan tulang alveolar dalam arah vertikal dan horizontal dan ruang triangular
black pada daerah anterior maksila. Gigi insivus sentralis kanan dan insisivus lateralis
kiri mengalami ekstrusi dan protrusi akibat penyakit periodontal. Dalam pembicaraan
terhadap

pilihan

perawatan,

pasien

memutuskan

untuk

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

merestorasi

dan

mempertahankan giginya serta setuju untuk melakukan perawatan ortodonti di


kemudian hari.13

Gambar 16.

Gambaran klinis gigi pasien sebelum dilakukan perawatan (Arhun N,


Arman A. Fiber-reinforced technology in multidisciplinary chairside
approach. Indian Dent Res 2008;19(3):275).

Rencana perawatan yang dilakukan adalah untuk menutup ruang pada daerah
maksila dengan retrusi insisivus, intrusi periodontal pendukung gigi anterior maksila,
membentuk kembali gigi insisivus untuk memperoleh kontak permukaan yang ideal
sehingga mengurangi ruang triangular black, memperbaiki crowded pada mandibula
dengan protrusi insisivus bawah dan mengurangi enamel pada gigi insisivus bawah
untuk mendapatkan oklusi yang baik serta restorasi yang estetis.13
Gigi 12, 11, 21 dan 22 mendapatkan perawatan endodonti sebagai perawatan
pendahuluan sebelum perawatan ortodonti. Rahang atas dan rahang bawah di bonding
dengan besar kawat yang ditingkatkan mulai dari kawat Ni-Ti 0.014 meningkat
sampai 0.016 x 0.022 kawat stainless steel. Karena pasien mengalami masalah
periodontal yang berat maka penggunaan light ortodontik force menjadi pilihan.
Perawatan ortodonti aktif telah selesai dalam waktu delapan bulan dan oklusi dengan
hubungan interinsisal yang normal telah diperoleh.13
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Gambar 17.

Gambaran klinis gigi pasien setelah fase perawatan ortodonti (Arhun N,


Arman A. Fiber-reinforced technology in multidisciplinary chairside
approach. Indian Dent Res 2008;19(3):275)

Terdapat dua alternatif rencana perawatan yang dapat digunakan sebagai


restorasi akhir. Alternatif pertama adalah dengan membentuk jembatan pada gigi
anterior. Sedangkan pilihan lain adalah merestorasi ruang black triangle serta kaninus
primer dengan menggunakan resin komposit. Dengan memperhatikan keaadan
periodontal pasien akhirnya ahli ortodontik, periodontik dan prostodontik
menetapkan perawatan dengan menggunakan resin komposit sebagai pilihan untuk
restorasi akhir. Gigi 63 di retorasi menyerupai gigi kaninus dan ruang black triangle
ditutup dengan menggunakan resin komposit. Retainer cekat dengan menggunakan
fiber reinforced ribbon dan resin komposit digunakan sebagai retensi untuk
menstabilisasi gigi yang mobiliti dan kunjungan 14 bulan setelah perawatan
dijadwalkan untuk mengetahui keadaan splin, status periodontal dan higiene oral
pasien.13

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Gambar 18.

Kondisi splint lingual setelah 14 bulan pemasangan (Arhun N, Arman A.


Fiber-reinforced technology in multidisciplinary chairside approach. Indian
Dent Res 2008;19(3):275).

Gambar 19.

Pandangan frontal gigi pasien setelah 14 bulan perawatan (Arhun N, Arman


A. Fiber-reinforced technology in multidisciplinary chairside approach.
Indian Dent Res 2008;19(3):275).

Laporan kasus yang dilaporkan oleh Howarrd Strassler dan Carolyn Brown 2:
Seorang pasien datang dengan keluhan ketidaknyamanan gigi ketika
digunakan untuk mengunyah pada daerah anterior rahang bawah. Secara radiografis,
daerah insisivus mandibula telah mengalami kehilangan tulang lebih dari 50% dengan
mobility 2, sesuai dengan indeks Miller. Pasien tersebut disarankan untuk melakukan
splinting oleh ahli periodontik akibat trauma oklusi sekunder pada daerah insisivus
mandibula. Setelah berkonsultasi dengan ahli periodontik maka diputuskan untuk
menggunakan bahan ribbon reinforced composite resin bonded splint yang
ditempatkan secara langsung, mulai dari kaninus ke kaninus pada mandibula.11
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Untuk prosedur klinis pada kasus ini, hal-hal yang dilakukan meliputi;
Gigi diisolasi dengan dental dam. Dental dam bertujuan memberikan derajat
isolasi yang baik. Selain itu, pada pasien dengan sensitivitas akar dan permukaan akar
yang tersingkap bertindak sebagai penahan terhadap air, udara dan semprotan airudara selama prosedur splinting sehingga penggunaan bahan anestesi menjadi tidak
terlalu penting.11
Kemudian

permukaan

fasial

dan

lingual

gigi

dibersihkan

dengan

menggunakan cup prophylaksis dengan pasta pumice non fluoridasi. Permukaan


interproksimal gigi juga dibersihkan dan dipreparasi dengan menggunakan
CeriSander, sebuah medium grit strip diamond. Untuk mengurangi daerah
interproksimal permukaan fasial digunakan bur chamfer diamond tipis, berujung
bulat. Composite resin reinforcement sangat efektif pada daerah interproksimal oleh
karena itu splin ini harus meluas dari permukaan lingual tengah tiap gigi kaninus.11
Dental floss diletakkan pada permukaan lingual pada daerah kontak proksimal
dan dipotong sesuai dengan panjang permukaan itu. Bersamaan dengan pemotongan
floss, sepotong ribbon dengan lebar 3 mm diambil dan dipotong sama panjang
dengan dental floss. Untuk memotong ribbon, pabrik menyediakan gunting dengan
pisau pemotong khusus sebagai bagian dari produk. Kontaminasi pada permukaan
sangat mungkin terjadi bahkan sampai plasma treated fiber dibasahi resin adhesif.
Oleh karena itu, penggunaan alat yang bersih ketika memegang ribbon sebelum resin
di aplikasikan harus dilakukan.11

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Potongan ribbon ini diisi oleh resin adhesif dari sistem bonding generasi
keempat, Tenure Sb.. Tujuannya untuk mengubah bentuk opaque dari ribbon
menjadi translusen. Kemudian ribbon dikeringkan untuk menghilangkan kelebihan
resin dengan menggunakan napkin. Ribbon di kesampingkan dahulu dan ditutupi
untuk menghalangi adanya cahaya yang masuk sampai ribbon tersebut dapat
ditanamkan kedalam resin komposit pada gigi.11
Kemudian gigi di etsa selama 30 detik dengan menggunakan gel etsa asam
fosfor (Uni Etch,d). Bahan etsa dialirkan pada semua gigi yang akan di splin.
Kemudian gigi dibersihkan dengan semprotan air-udara selama 10 detik dan
dikeringkan. Untuk mengurangi kelebihan resin komposit, maka bahan impression
dengan viskositas sedang ditempatkan pada daerah embrassur gingiva.11
Selanjutnya resin adhesif diletakkan pada permukaan enamel yang telah di
etsa termasuk permukaan fasial dan interproksimal dengan menggunakan sikat
disposable (Benda Brush). Resin komposit hibrida dengan viskositas sedang yang
terdapat dalam tube (Prisma TPHf) dikeluarkan ke permukaan fasial dari semua
daerah interproksimal gigi yang akan di splin. Permukaan fasial dibentuk dan disinari
selama 20 detik. Ribbon ditempatkan ke resin komposit dimulai dari permukaan
midlingual dari tiap kaninus dan ditekan kedalam resin komposit. Kelebihan resin
komposit yang terjadi saat ribbon di tekan harus dibersihkan sebelum dilakukan
penyinaran. Pernyinaran permukaan lingual dilakukan selama 60 detik untuk tiap
gigi. Pada saat ini, ribbon masih dapat terlihat dan belum ditutupi oleh ketebalan
yang adekuat dari resin komposit. Untuk itu, resin komposit dengan kekuatan yang
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

baik, tahan terhadap pemakaian dan memiliki daya alir yang baik di aplikasikan untuk
menghaluskan permukaan yang tidak rata pada permukaan lingual dan memberikan
ketebalan yang cukup dari komposit yang menutupi ribbon. Kemudian di lakukan
penyinaran lagi selama 20 detik.11
Bahan

polysiloxane dilepaskan dari embrasur gingiva. Dental dam juga

dilepaskan. Pada tahap ini, bila dibutuhkan pembentukan lebih lanjut, dapat di
lakukan dengan finishing bur atau diamond bur. Permukaan lingual di polish dengan
menggunakan alumunium abrasif (Enhance,f). Polish akhir diselesaikan dengan
menggunakan pasta polish resin komposit. Tahap akhir adalah penyesuaian oklusi
dan menjadikan splin terlihat estetis.11
Splin yang baik memberikan stabilisasi terhadap gigi, meningkatkan fungsi
gigi dan memenuhi kebutuhan estetis yang diharapkan pasien. Gambaran radiografi
dari splin yang baik juga memperlihatkan perbaikan antara jaringan periodonsium
dengan gigi. 11

------oo00oo------

BAB 5
DISKUSI DAN KESIMPULAN

5.1 Diskusi

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Gigi mobiliti merupakan tanda klinis yang sering menyertai inflamasi ataupun
cedera pada gingiva dan tulang pendukung gigi. Terjadinya mobiliti pada gigi
menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan pada gigi sewaktu mengunyah. Untuk
mengurangi atau menghilangkan mobiliti yang terjadi pada gigi serta memperoleh
rasa nyaman pada waktu pengunyahan maka splinting disarankan sebagai terapi
untuk stabilisasi gigi. Pada masa yang lalu, stabilisasi langsung dan splinting gigi
dengan menggunakan teknik adhesif membutuhkan penggunaan kawat, pin dan mesh
grids. Alat-alat ini secara mekanis hanya mampu mengunci daerah disekitar restorasi
resin. Oleh karena hal ini, maka terdapat kemungkinan timbulnya tekanan yang
mempermudah terjadinya fraktur pada restorasi dan kegagalan perawatan. Ketika
perawatan dengan splin mengalami kegagalan, masalah klinis lain yang dapat terjadi
meliputi traumatik oklusi, peningkatan penyakit periodontal dan karies rekuren.11
Dengan diperkenalkannya bahan bondable, polyethylen woven ribbon,
masalah-masalah yang terjadi akibat jenis resin yang sebelumnya sudah dapat
teratasi. Efek bahan ini terhadap sifat fisik dan keberhasilan klinis menunjukkan
bahwa dengan adanya penambahan fiber mampu memperbaiki fleksural strength dan
modulus fleksural dari komposit resin. Penggunaan bahan Thin High Modulus
Poltethylen Ribbon pada kasus yang dilaporkan oleh Neslihan Arhun, Arya Arman

dan Howard E. Strassler dan Carolyn Brown terhadap kasus gigi mobiliti
menunjukkan adanya keberhasilan terhadap perawatan yang dilakukan.
Secara klinis keberhasilan perawatan telah menunjukkan hasil setelah
digunakan selama satu tahun. Evaluasi klinis terhadap Original Ribbon Reinforced
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Ribbon yang digunakan sebagai splinting periodontal pada penelitian yang dilakukan
oleh Strassler,dkk selama 42-48 bulan juga menunjukkan keberhasilan perawatan dan
masalah seperti restorasi yang fraktur dan karies sekunder tidak ditemukan.11

5.2 Kesimpulan
Skripsi ini memaparkan tentang kasus mobiliti pada gigi yang terjadi akibat
inflamasi dan cedera terhadap periodonsium. Terdapat beberapa jenis perawatan
untuk mengatasi masalah dental ini. Splin adalah salah satu salah jenis perawatan
yang dapat digunakan untuk stabilisasi gigi mobiliti. Terdapat beberapa jenis splin
yang sering dipakai dan tiap jenis splin tersebut memiliki indikasi, keuntungan dan
kerugian yang berbeda. Pada skripsi ini, teknik splin dengan menggunakan bahan
Polyethylen Fiber yang ditambahkan kedalam resin komposit menjadi fokus utama
untuk mengatasi masalah mobiliti yang ada.
Dengan kombinasi bahan, sifat adhesif mekanis dan karakteristik estetis resin
komposit menjadi lebih baik. Perawatan yang diperoleh juga menjadi lebih efektif.
Teknik pemasangan yang mudah dan prosedur perawatan yang singkat memberi
keuntungan bagi pasien. Permukaan bahan Polyethylen Fiber yang tipis juga
menguntungkan karena tidak dibutuhkan preparasi gigi pada permukaan lingual.
Resistensi restorasi terhadap fraktur akan membantu mempertahankan
restorasi menjadi lebih lama sehingga perbaikan terhadap restorasi yang fraktur tidak
lagi menjadi kendala untuk memperoleh keadaan gigi yang stabil.

------oo00oo-----Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

1. India

dental

care.

Tooth

mobility.

http://india-dental-care.com/tooth-

mobility.html (22april2009).
Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

2. Caputo A, Wylie R. Force generation and reaction within the periodontium.


http://www.dent.ucla.edu/pic/member (5maret2009).
3. The American Academy of Periodontology. Treatment of plaque induced
gingivitis chronis periodontitis and other clinical condition. J Periodontol
2001;72:1790-1800.
4. The American Academy of Periodontology. Parameter on occlusal traumatism
in patient with chronic periodontitis. J Periodontol 2000;71(suppl):873-5.
5. Bhola M, Cabanilla L, Kolhatkar S. Dental occlusion and periodontal disease:
what is the real relationship. J California Dent Ass 2008;36(12):925-30.
6. Bernal G, Carvajal JC, Munoz CA. A review of clinical management of
mobile teeth. J Contemp Dent Pract 2002;(3)4:1-11.
7. Strassler HE. Periodontal splinting with fiber reinforced composite resin.
http://www.benco.com/pdf_files/cecoures/perio-splinting.pdf
(19februari2009).
8. Kao RT, Chu R, Curtis DA. Occlusal consideration in determining treatment
prognosis.http://www.cda.org/library/cda_member/pubs/journal/jour1000/trea
tment.html. (11februari2009).

9. Eley BM, Manson JD, Periodontics. 5th ed. Elsevier Limited,2004:366-8.


10. Bui DX. Temporary and permanent splinting.
http://www.drbui.com/artsplinting.html (7mei2009).

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

11. Strassler HE, Brown C. Periodontal splinting with thin high modulus
polyethylen ribbon. Compendium 2001;22(8):610-20.
12. Ganesh M, Tandon S. Versality of ribbond in contemporary dental practice.
Trends Biomater. Artif. Organs, 2006;20(1):53-8.
13. Arhun N, Arman A. Fiber-reinforced technology in multidisciplinary
chairside approach. Indian Dent Res 2008;19(3):272-7.

------oo00oo------

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

Anda mungkin juga menyukai