Anda di halaman 1dari 8

DEMAM

BERDARAH
DENGUE
Dmam berdarah dengue
adalah penyakit demam
akut dengan cirri-ciri
demam
manifestasi
perdarahan
dan
bertendensi
mengakibatkan rejatan
yang
dapat
menyebabkan kematian.
Puncak kasus DBD
terjadi pada musism
hujan, yaitu
bulan
desember
sampai
dengan maret.
Etilogi (penyebab)
Virus
dengue
serotype 1,2,3,dan 4
yang ditularkan melalui
vector nyamik aedes
aigypty. Nymuk aedes
albopictus,
aedes
polynesiensis
dan
beberapa spesies lainya
merupakan vector yang
kurang
berperan.
Infeksi
salah
satu

stereotype
akan
menimbulkan antibody
seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan
tetapi
tidak
ada
perlindungan terhadap
serotype yang lain.
Patofisiologi
(proses
terjadinya)
Virus
hanya
dapat hidup dalam sel
hidup sehingga harus
bersaing dengan sel
manusia
terutama
dalam kebutuhan akan
protein.
Persaingan
tersebut
sangat
tergantung pada daya
tahan tubuh manusia itu
sendiri.
Sebagai reaksi
terhadap adanya infeksi
terjadi (1) aktivasi
system
complement
sehingga dikeluarjan zat
anafilaktosin
ang
menyebabkan
peningkatan
permeabilitas
kapiler
dan terjadi perembesan
plasma
dari
ruang

intravascular ke ruang
ekstravaskular,
(2)
agregasi
trombosit
menurun,
apabila
kelainan ini berlanjut
akan
menyebabkan
keliana fungsi trombosit
sebagai
akibat
mobilisasi sel trombosit
muda dari sumsum
tulang, (3) kerusakan
sel endotel pembuluh
darah akan merangsang
factor pembekua.
Ketiga
factor
diatas menyebabkan (1)
peningkatan
npermeabilitas kapiler
(2)
kelainan
homeostasis
yang
disebabkan
oleh
vaskulopati,
trombositopenia,
dan
koagulopati.
Manifestasi
klinis
(gejala dan tanda
Infeksi
virus
dengue menyebabkan
manifestasi klinis yang
bervariasi mulai dari
asimtomati

Manifestasi Klinis
Infeksi Virus Dengue
mengakibatkan
manifestasi klinis yang
bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit
paling ringan (mild
undifferentiated febrile
illness),
demam,
dengue,
demam
berdarah
dengue,
sampai syndrome shock
dengue.
Walupun
secara edpidemiologis
infeksi ringan lebih
banyak, tetapi pada
awal penyakit hamper
tidak
mungkin
membedakan
infeksi
ringan atau berat.
Biasanya
ditandai
dengan demam tinggi,
fenomena perdarahan,
hepatomegali,
dan
kegagalan
sirkulasi.
Demam dengue pada
bayi dan anak berupa
demam ringan disetai
timbulnya
ruam
makulopapular.
Pada

anak besar dan dewasa


dikenal sindrom trias
dengue berupa demam
tinggi mendadak, nyeri
pada anggta baadn
(kepala,bola
mata,
punggung, dan sendi),
dan
timbl
ruam
makulopapular. Tanda
lain menyerupai demam
dengue yaitu anoreksia,
muntah,
dan nyeri
kepala.
Pemeriksaan
Penunjang
Lakukan pemeriksaan
hemoglobin,
hematokrit,
hitung
trombosit, ji serologi
HL (Haemagglutination
Inhibiting
antibody),
Dengue Blot.
Trombositopenia
ringan sampai nyata
bersamaan
dengan
hemokonsentrasi adalah
geajala yang spesifik.
Leukosit normal pada
1-3
hari
pertama,

menurun saat
tejadi
syok,
meningkat saat
teratasi.

akan
dan
syok

Diagnosis
Dasar Diagnosis DBD
(WHO 1997)
Klinis
1.
Demam tinggi
dengan mendadak
dan terus-menerus
selama 2-7 hari.
2.
Manifestasi
perdarahan,
termasuks etidaktidaknya
uji
bendung positif dan
bentuk lain. Petekie,
purpura, ekimosis,
epistaksis,
perdarahan
gusi),
hematemesis atau
melena.
3.
Pembesaran hati
4.
syok
yang
ditandai oleh nadi
lemah, cpat disertai

tekanan
nadi
menurun ( menjadi
20 mmHg atau
kurang),
tekanan
darah
menurun
(tekanan
sistolik
menurun sampai 80
mmHg atau kurang)
disertai kulit yang
teraba dingin dan
lembab
terutama
pada ujung hidung,
jari dan kaki, pasien
menjadi
gelisah,
timbul
sianosis
disekitar mulut.
Laboratorium
Trombositopenia
(<
100.000?ul)
dan
hemokonsentrasi (nilai
hemtokrit lebih 20 %
dari nomal).
Dua gejala klinis
pertama ditambah satu
gejala
laboratories
cukup
untuk
menegakkan diagnosis
kerja DBD.

Indikator Fase Syok

Hari sakit ke 4-5

Suhu turun

Nadi cepat tanpa


demam

Tekanan
nadi
turun/hipotensi

Leukopenia
<5.000/mm3
Derajat (WHO 1997) :
I. Demam dengan uji
bendung positif.
II. Derajat I disertai
perdarahan
spontan dikulit
atau perdarahan
lain.
III. Ditemukannya
kegagalan sirkulasi,
yaitu nadi cepat dan
lemah, lembab dan
pasien
menjadi
gelisah.
IV. Syok berat dengan
nadi yang tidak
teraba dan tekana
darah tidak dapat
diukur.

Diagnosis Banding
Pada awal penyakit,
diagnosis
banding
mencakup
infeksi
baktei,
virus
atau
protozoa seperti demam
tifoid,
campak,
influenza,
hepatitis,
demam chikungunya,
leptospirosis,
dan
amalaria.
Adanya
trombositopenia yang
jelas
disertai
hemokonsentrasi
membedakan DBD dari
penyakit
lain.
Diagnosis banding lain
adalah
sepsis,
meningitis meningokok,
idiophatic
thrombocytopenic
purpura
(ITP),
lekuimia, dan anemia
aplastik.
Demam
chikungunya
(DC)
sangat menular dan
biasanya
seluruh
keluarga
terkena
dengan gejala demam

mendadak,
masa
demam lebih pendek,
suhu
lebih
tinggi,
hamper selalu diikuti
dengan
ruam
makulopapular, injeksi
konjungtiva dan lebih
sering dijumpai nyeri
sendi.
Proporsi uji
bendung
positif,
petekie, dan epsitaksis
hamper sama dengan
DBD. Pada DC tidak
ditemukan perdarahan
gastrointestinal
dan
syok.
Pada
hari-hari
pertama ITP dibedakan
dengan DBD dengan
demam yang cepat
meghilang dan tidak
dijumpai
hemokonsentrasi,
sedangkan pada fase
penyembuhan jumlah
tobosit pada DBD lebih
cepat kembali.
Perdarahan dapat juga
terjadi pada leukemia
atau anemia aplastik.
Pada leukemia, demam

tidak teratur, kelenjar


limfe dapat teraba dan
anak sangat anemis.
Pada anemia aplastik
anak sangat anemis dan
demam timbul karena
infeksi sekunder.
Penatalaksanaan
Pada dasarnya bersifat
suportif yaitu mengatasi
cairan plasma sebagai
akibat
peningkatan
permeabilitas
kapiler
dan sebagai akibat
perdarahan. Pasien D
dapat berobat jalan
sedangkan pasien DBD
dirawat
diruang
perawatan biasa, tetapi
pada kasus dengan
DBD
dengan
komplikasi diperlukan
perawatn intensif. Fase
kritis pada umumnya
terjadi pada hari sakit
ke tiga.
Rasa
haus
dan
keadaan dehidrasi dapat
timbul akibat demam
tinggi, anoreksia dan

muntah.
Pasienperlu
diberi minum banyak,
50 ml/kgBB dalam 4-6
jam pertama berupa air
the dengan gula, sirup,
susu, sari buah, atau
oralit. Setelah keadaan
dehidrasi dapat diatasi,
berikan caira rumatan
80-100 ml/kgBB dalam
24 jam berikutnya.
Hiperpireksi
diatasi
dengan antipiretik dan
bila
perlu
surface
cooling
dengan
compress es dan alcohol
70%.
Parasetamol
direkomendasikan
untuk
mengatasi
demam dengan dosis
10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian
caian
intravena pada apsien
DBD tanpa renjatan
dilakukan bila apsien
terus-menerus muntah
sehingga tidak mungkin
diberi makanan peroral
atau didapatkan nilai
hemtokrit
ynag
bertendensi
terus

meningkat (>40 vol %).


Jumlah cairan yang
diberikan
tergantung
dari derajat dehidrasi
dan
kehilangan
elektrolit,
dianjurkan
cairan glukosa 5%
dalam 1/3 larutan NaCl
0,9 %. Bila terdapat
asidosis, dari jumlah
larutan
total
dikeluarkan dan diganti
dengan larutan yang
berisi 0,167 mol/liter
natrium bikarbonat (3/4
bagian berisi larutan
NaCl 0,9% + glukosa
ditambah natrium
bikarbonat).
Apabila
terdapat
kenaikan
hemokonsentrasi 20%
atau
lebih
maka
komposisi jenis cairan
yang diberikan harus
sama dengan plasma.
Volume dan komposisi
cairan yang diperlukan
sesuai seperti cairan
untuk dehidrasi pada
diare ringan sampai

sedang, yaitu cairan


rumatan
ditambah
deficit 6% (5-8%).
Pada anak gemuk,
kebutuhan
cairan
disesuaikan
dengan
berat badan ideal untuk
anak yang beumur
sama.
Kebutuhan
cairan rumatan dihitung
seperti pada table.
Jenis
Cairan
(Rekomendasi WHO)

Kristaloid
- Larutan
Ringer
Laktat (RL) atau
dekstrosa 5 %
dalam
larutan
ringer
laktat
(D5/RL)
- Larutan
Ringer
Asetat (RA) atau
dekstrosa 5 %
daalm
larutan
ringer
asetat
(D5/RA)
- Larutan
NaCl
0,9%
(garam

Faali=GF)
atau
dekstrosa
5%
dalam
larutan
garam
Faali
(D5/GF)
Koloid
Dekstran 40
Plasma

Pasien harus dirawat


dan segera diobati bila
dijumpai
tanda-tanda
syok yaitu gelisah,
letargi/lemah,
ekstremitas dingin, bibir
sianosis,oligori,
dan
nadi lemah, tekanan
nadi menyempit (20
mmHg atau kurang)
atau hipotensi, dengan
peningkatan mendadak
kadar hemtokrit yang
meningkat
terusmenerus meskipun telah
diberikan
cairan
intravena.
Penangaanan Syok
Dalam keadaan renjatan
berat diberikan cairan
rnger laktat secara cepat

(diguyur) selama 30
menit. Apabila syok
tidak teratasi dan/atau
keadaan
klinis
memburuk, ganti cairan
dengan koloid 10-20
ml/kgBB.
Setelah
perbaikan, segera cairan
ditukar kembali dengan
Kristaloid (tetesan 20
ml/kgBB). Bila dengan
cairan
koloid
dan
kristaloid syok belum
teratasi
sedangkan
kadar hemtokrit tetap,
diduga telah terjadi
paerdarahan;
maka
dianjurkan pemberian
tranfusi darah segar.
Apabila kadar Ht tetap
>40 vol%, berikan
darah sebanyak 10
ml/kgBB/jam,
tetapi
bila perdarahan masih
berikan 20 ml/kgBB.
Bila renjatan tidak berat
diberikan cairan dengan
kecepatan
20
ml/kgBB/jam.
Bila renjatan sudah
diatasi, nadi sudahelas

teraba, ampitudo nadi


cukup besar, tekanan
sistolik 80 mmHg atau
lebih, maka kecepatan
tetesan
dikurangi
menjadi
10ml/kgBB/jam.
Kecepatan pemberian
cairan
selanjutnay
disesuaikan
dengan
gejala klinik, nadi,
tekanan
darah,
pernapasan suhu, dan
pengeluaran
urin
dilakukan lebih sering.
Perlu
dilakukan
monitoring, yaitu:
Nadi, tekanan darah,
respirasi
dan
temperature
harus
dicatat setiap 15-30
menit atau lebih,
sampai syok teratasi.
Kadar hemtokrit harus
diperiksa tiap 4-6 jam
sampai keadaan klinis
pasien stabil.
Setiap
pasienharus
mempunyai formulir
pemantauan mengenai

jenis cairan, jumlah


dan tetesan, untuk
mengethaui
apakah
cairan yang diberikan
sudah mencukupi.
Diureis
dipantau.
Bila diuresis blum
mencukupi
2ml/kgBB/jam,
sedangkan
cairan
yangdiberikan sudah
sesuai
kebutuhan,
berikan furosemide 1
mg/kgBB.
Bila
diuresis tetap belum
mencukupi,
pada
umumnya syok belum
teratasi dengan baik,
maka
pemasangan
central
venous
pressure (CVP) perlu
dilakukan
untuk
pedoman pemberian
plasma selanjutnya.
Cairan intravena dapat
dihentikan bila Ht telah
turun sekitar 40 vol%.
jumlah
urin
12
ml/kgBB/jam atau lebih
menandakan keadaan
sirkulasi
membaik.

Pada umumnya, cairan


tidak perlu diberikan
lagi setelah 48 jam
sejak syok teratasi.
Apabila cairan tetap
diberikan
pada
reabsorpsi plasma dari
ektravaskular (ditandai
dengan
penurunan
kadar
hematokrit
setelah
pemberian
cairan rumatan), maka
akan
menyebabkan
hipervolemia, dengan
akibat terjadi edema
paru dan gagal jantung.
Penurunan Ht jangan
dianggap sebagai tanda
perdarahan
tai
disebabkan hemodilusi.
Nadi yang kuat, diuresi
cukup, tanda ital baik,
merupakan
tanda
terjadinya
fase
reabsorpsi.
Pada pasien gelisah,
berikan kloralhidrat per
oral atau per rectal
dengan dosis 12,5-50
mg/kgBB
(tidak
melebihi
1
gram).

Terapi dengan oksigen


2 liter per menit harus
selalu diberikan pada
semua pasien syok.
Ensefalopati Dengue
Pada
ensefalopati
cenderung
terjadi
edema
otak
dan
alkalosis.
Bila syok
telah teratasi maka
cairan diganti dengan
cairan
yang
tidak
mengandung HCO3
dan jumlah cairan harus
segera
dikurangi.
Larutan segera ditukar
dengan larutan NaCl
0,9% : Glukosa 5% =
3:1. Untuk mengurangi
edema
berikan
kortikosteroid kecuali
terdapat
perdarahan
saluran cerna.
Bila
terdapat dsfungsi hati,
berikan vitamin K
intravena 3-10 mg
selama 3 hari, kadar
gula darah diusahakan
> 60%, cegah terjadinya
peningkatan
tekanan

intrkranial
dengan
mengurangi
jumlah
cairan
(bila
perlu
diberikan
diuretik),
koreksi asidosis dan
elektrolit.
Perawatan jalan napas
dengan oksigen yang
adekuat,
untuk
mengurangi produksi
amoniak
berikan
neomisin dan laktulosa,
karena, mudah terjadi
infeksi
sekunder,
berikan
antibiotic
profilaksis (kombinasi
ampisilin
100
mg/kgBB/hari
+
Klorafenikol
75
g/kgBB/hari).
Usahakan
tidak
memberikan obat-obat
yan tidak diperlukan
untuk
mengurangi
beban detoksifikasi obat
dalam hati. Transfuse
darah
segar
atau
komponen
dapat
diberikan atas indikasi
yang tepat.
Bila
diperlukan
tranfusi

tukar,
pada
masa
penyembuhan
dapat
diberikan asam amino
rantai pendek.
Kriteria
memulangkan pasien
Tidak
demam
selama 24 jam tanpa
antipiretik
Nafsu
makan
membaik
Tampak perbaikan
secara klinis
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah
syok teratasi.
Jumlah
trombosit
>50.000/ul
Tidak
dijumapi
distress pernapasan
(disebabkan
oleh
efusi pleura atau
asidosis).
Prognosis
Penyakit
ini
mengakibatkan
syok
yang
dapat
menyebabkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai