Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

SEJARAH BILANGAN dan SISTEM NUMERASI


Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Matematika 1
Pengampu: Dr. Riyadi, M.Si

Disusun oleh:
Slamet Tri Widodo
K7115165

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun masih diberikan kesehatan maupun kesempatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Bilangan dan Sistem Numerasi dengan
lancar.
Melalui kesempatan yang sangat berharga ini penyusun menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada yang terhormat Bapak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun
mengharapkan dengan penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan, sehingga dapat bermanfaat untuk hidup kita sebagai bangsa Indonesia terutama
dalam bidang matematika.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna perbaikan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.

Surakarta, 13 September 2015

Slamet Tri Widodo

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan dalam bidang matematika sudah diperlukan bahkan telah
menyatu dalam kehidupan purbakala. Mereka membutuhkan pengetahuan matematika
untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam pergaulan mereka sehari-hari, misalnya
perhitungan hasil pertanian dan peternakan. Bangsa Mesir kuno hidup disepanjang
Sungai Nil, bangsa Babilonia hidup disepanjang Sungai Efrat-Tigirs, bangsa Hindu
hidup disepanjang Sungai Hindus dan Gangga, dan bangsa Cina yang hidup
disepanjang Sungai Huang Yo dan Yang Tze membutuhkan pengetahuan matematika
untuk memnuhi keperluan mereka yaitu mengendalikan banjir, mengeringkan rawarawa, membuat irigasi, dan lain-lain. Oleh karena itu, diperlukanlah pengembangan
dalam sistem numerasi.
Dalam kehidupan seharik-hari kita akan sering menemukan sebuah bilangan
karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi, maupun
dalam musik dan filosofi. Adanya sebuah bilangan akan membantu manusia utnuk
menyelesaikan masalah perhitungan, mulai dari perhitungan sederhana sampai
perhitungan yang rumit sekalipun. Setiap bangsa yang sudah disebutkan mempunyai
cara mereka sendiri dalam menggambarkan sebuah bilangan, misalnya dalam bentuk
simbol maupun yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah bilangan dan sistem numerasi berdasarkan bangsa Mesir
kuno, bangsa Maya, bangsa Romawi, bangsa Arab-Hindu, bangsa Cina, bangsa
Yunani, dan sistem turus?
2.
C. Tujuan Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini terdapat sebuah tujuan, yaitu:
1. Dapat memahami sejarah dan sistem numerasi beberapa bangsa yang ada di dunia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bilangan dan Sistem Numerasi


Pengertian bilangan menurut beberapa para ahli diantaranya: menurut
Suhendra (2005:13) bilangan adalah suatu ide yang bersifat abstrak. Bilangan bukan
simbol atau lambang, bukan pula lambang bilangan. Bilangan memberikan
keterangan mengenai banyak. Menurut Alexander dalam sitorus (2008:22) adalah
sebuah angka digunakan untuk melambangkan bilangan, suatu identitas abstrak dalam
ilmu matematika. Setiap bilangan, misalnya bilangan yang dilambangkan dengan
angka 1, sesungguhnya adalah konsep abstrak yang tak bisa tertangkap oleh indera
manusia, tetapi bersifat universal.
Setiap bilangan mempunyai banyak lambang bilangan. Satu lambang bilangan
menggambarkan satu bilangan, misalnya bilangan 125 mempunyai nama bilangan
seratus dua puluh lima yang terdiri dari lambang bilangan 1, 2, dan 5.
Menurut sejarah ketika manusia mulai mengenal tulisan dan melakukan
kegiatan bilangan membilang atau mencacah, mereka bingung bagaimana
memberikan lambang bilangannya. Sehingga kemudian dibuatlah suatu sistem
numerasi yaitu sistem yang terdiri dari numerial (lambang bilangan/angka). Sistem
numerasi adalah aturan untuk menyatakan/menuliskan bilangan dengan menggunakan
sejumlah lambang bilangan.
Beberapa konsep yang digunakan dalam sistem numerasi adalah
1. Aturan Aditif
Tidak menggunakan aturan tempat dan nilai dari suatu lambang didapat dari
menjumlah nilai lambang-lambang pokok. Simbolnya sama nilainya sama
dimanapun letaknya.
2. Aturan Pengelompokkan Sederhana
Jika lambang yang digunakan mempunyai nilai-nilai n 0, n1, n2,... dan mempunyai
aturan aditif.
3. Aturan Tempat
Jika lambang-lambang yang sama tetapi tempatnya beda mempunyai nilai yang
berbeda.
4. Aturan Multiplikatif
Jika mempunyai suatu basis (misal b), maka mempunyai lambang-lambang
bilangan 0,1,2,3,...b-1 dan mempunyai lambang untuk b2,b3,b4,...dan seterusnya.
B. Sistem Numerasi
Banyaknya suku bangsa di dunia menyebabkan banyaknya sistem numerasi
yang berbeda-beda. Secara umum, sistem numerasi yang pertama digunakan

merupakan sistem penjumlahan, sistem pengurangan, sistem perkalian, dan sistem


nilai tempat.
Penjumlahan mula-mula dinyatakan dalam sekumpulan simbol-simbol. Sebuah
bilangan yang dinyatakan dengan kumpulan simbol merupakan jumlah dari bilanganbilangan yang dinyatakan oleh masing-masing simbol.
Misalnya:
1. @ adalah simbol-simbol dalam sistem mesir , artinya 111(=100+10+1)
2. XI adalah simbol-simbol dalam sistem romawi yang artinya 11(=10+1)
Berikut ini adalah beberapa sistem numerasi yang pernah digunakan dan
dikembangkan oleh beberapa bangsa yang ada di dunia:
1. Sistem Mesir Kuno
Sistem numerasi ini merupakan salah satu pelopor dari sistem penjumlahan
yang tercatat dalam sejarah yaitu kurang lebih 3000 SM (Glenn John and Litter,
Graham dalam A Dictionary of Mathematics, 1984, p.58) tulisan pada jaman mesir
(kurang lebih 650 S.M)ditulis pada papyrus (dari kata papu,yaitu semacam
tanaman) atau pada perkamen (kulit kambing).
Lambang dan Simbol Bilangan Mesir
Tongkat
Tulang tumit
Gulungan tali
Bunga teratai
Telunjuk
Pollowing/burbot (berudu)
Orang astronis

Simbol-simbol dalam sistem mesir dapat diletakkan dengan urutan


sembarang. Sehingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sama dapat ditulis
dengan beberapa cara. Dengan kata lain, sistem mesir kuno tidak mengenal nilai
tempat atau bersifat aditif.
Contoh:
Penulisan 43
atau bisa ditulis dengan dan bisa juga ditulis

Penulisan 43 dalam sistem yang sekarang nilainya berbeda dengan 34. Ini bukti
bahwa sistem numerasi mesir kuno tidak mengenal nilai tempat atau bersifat aditif.
Sistem Penjumlahan menggunakan simbol mesir kuno, misalnya:
a. @@@= 300+30+3 = 333

b. = 40+5 = 45
2. Sistem Babilonia
Sistem numerasi babilonia ini digunakan kira-kira 3000 SM (Green John
and Litter Graham dalam A Dictionary of Mathematics, 1984). Pada masa
babilonia saat itu mereka menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet
yang terbuat dari tanah liat (clay tablets).
Ciri-Ciri Sistem Numerasi Bangsa Babilonia:
a. Menggunakan bilangan dasar (basis) 60
b. Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak)
c. Simbol-simbol yang digunakan adalah
dan <
digunakan untuk menyatakan angka 1 dan < digunakan untuk menyatakan
angka 10, kedua simbol tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan 1-59,
yaitu dengan cara menuliskan kedua simbol tersebut secara berulang-ulang.
Contoh: < < <
= 35
d. Tidak mengenal simbol 0

3. Sistem Maya
Peradaban Maya telah menetap di wilayah Amerika Tengah dari sekitar
2000 SM, meskipun yang disebut sebagai Periode Klasik membentang dari sekitar
250 AD sampai 900 AD.

Pentingnya astronomi dan perhitungan kalender Maya dalam matematika


masyarakat diperlukan, dan Maya yang dibangun cukup awal sistem nomor yang
sangat canggih, mungkin lebih maju dari yang lain di dunia pada saat itu
(meskipun perkembangan cukup sulit).
Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat
aneh,berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis.Hal ini tentu dipengaruhi oleh
alat tulis yang dipakai,yaitu tongkat yang penampangnya lindris (bulat),sehingga
dengan cara manusukkan tongkat ke tanah liat akan berbekas lingkaran atau
dengan meletakkan tingkat mereka sehingga berbekas aris.
Ciri-ciri sistem numerasi Maya :
a) Menggunakan basis 20
b) Mengenal simbol 0 yaitu ()
c) Ditulis secara tegak atau vertikal
Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh Francisco de Cordoba pada
tahun 1517 M di kota peninggalan mereka di Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan.
Lambang-lambang dari sistem numerasi ini adalah gabungan antara garis dan
noktah. Untuk bilangan-bilangan yang lebih besar dari 19 dipakai bilangan dasar
20. Untuk bilangan-bilangan yang lebih besar lagi, dipakai bilangan dasar 18.20,
18.202, 18.203, ... 18.20n.
Dalam sistem numerasi ini, penulisan dimulai dari atas kebawah, mulai dari
pangkat tertinggi sampai pangkat terendah. Simbol-simbol dasar yang dipakai
dalam sistem angka maya ini adalah:
Seperti diuraikan diatas, tulisan Maya ini adalah gabungan antara noktah
dan garis, setiap satu noktah mempunyai nilai satu dan tiap satu garis mempunyai
nilai lima. Penulisan lambang suatu bilangan pada sistem angka maya ini dari atas
kebawah, dimulai dari koefisien pangkat tertinggi sampai koefisien pangkat
terendah.

Contoh: menulis 258.458 dalam bilangan Maya


1(20)4 = 160.000

12(20)3= 96.000
6(20)2 =

2.400

2(20)1 =

40

18(20)0 =
a. 2(20) =40

3 = 3
43

18 +
258.458
b.

1(20) =20
0 = 0
20

4. Sistem Romawi
Sistem numerasi Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 SM.
Sampai saat ini, lambang bilangan Romawi masih banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sistem numerasi Romawi yang sekarang ini merupakan
modernisasi sistem adisi dari sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem nilai
tempat, kecuali pada hal-hal tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak
mempunyai nol, tapi sistem romawi yang seperti sekarang ini belum lama
dikembangkannya.

Sistem Numerasi Berdasarkan Bangsa Romawi


Angka Romawi sangat terkenal saat ini dan sistem angka yang dominan
untuk perdagangan dan administrasi disebagian besar bangsa Eropa. Penulisan
lambang bilangan Romawi tidak diperkenankan mengulang lambang yang sama
lebih dari tiga kali secara berturut-turut, oleh karenanya menuliskan 90 yang sama
benar adalah XC bukan LXXXX. Untuk penulisan angka yang besar
menggunakan perkalian dengan 1000 dengan menuliskan garis diatas huruf.
4 Prinsip yang digunakan dalam sistem Romawi:
1. Pengulangan
Angka yang boleh diulang adalah I, X, C, M (tidak boleh diulang lebih dari 3X)
Contoh: 20 = XX 3 = III

4 tetapi 4 = IV
100 LL tetapi 100 = C
2. Penjumlahan
Jika suatu angka diikuti oleh angka yang lebih kecil, maka nilai angka yang lebih
kecil menambah nilai angka sebelumnya.
Yang boleh mengikuti adalah I, V, X, L, C, dan D
Contoh: VI = 6
XI = 11
MD = 1.500

3. Pengurangan
Jika angka yang lebih kecil mendahului nilai angka yang lebih besar, maka nilai
angka yang lebih kecil mengurangi nilai angka yang lebih besar.
Contoh: IX = 9, CM = 900
49 IL tetapi 49 = XLIX
999 IM tetapi 999 = CMXCIX
4. Perkalian
Dengan menambahkan tanda strip ( ), dibaca bar diatas angka romawi maka
akan menambah nilai angka tersebut menjadi 1000 X nya.
X= 10.000
D = 500.000.000
X= 10.000
D = 500.000.000
I=1
V=5

I
V
X
L

5.

UNUS
QUINQUE
DECEM
QUINQUAGINT

C
M

A
CENTUM

X = 10
L = 50
C = 100
M =1000
Sistem Arab-Hindu

Sistem Hindu-Arab berasal dari India sekitar 300 SM dan mengalami


banyak perubahan yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan
Yunani. Baru sekitar tahun 750 M sistem Hindu-Arab berkembang di Baghdad.
Bukti sejarah hal ini tertulis dalam buku karangan matematisi arab yang bernama
Al-Khawarizmi yang berjudul Liber Algorismi De Numero Indorum.
Ciri-ciri sistem numerasi Arab-Hindu:
a.
b.
c.
d.

Menggunakan basis 10
Menggunakan nilai tempat
Menggunakan angka 1, 2, 3, 4, ... , 9
Mengenal simbol 0

Menurut sejarahnya, sistem ini belum menggunakan nilai tempat dan


belum mempunyai lambang nol. Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat
diperkirakan terjadi pada tahun 500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab
menggunakan sistem niali tempat dengan basis 10 yang dipengaruhi oleh
banyaknya jari tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang artinya
sepuluh, maka sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem desimal. Tidak
diketahui pastinya kapan dan dimana mulainya lambang nol digunakan, hanya
ada beberapa dugaan bahwa lambang nol ini berasal dari Bangsa Babilonia lewat
Bangsa Yunani. Sistem numerasi Hindu-Arab yang kita kenal sekarang adalah
berasal dari numerasi Arab-Timur yang telah berbeda dari asalnya.
Hindu-Arab
1
2
3
4
5

Arab Timur

Hindu-Arab
6
7
8
9
10

Hindu-Arab

Walaupun penulisan dengan tulisan Arab dari kanan ke kiri, tetapi penulisan
lambang bilangan adalah tetap dari kiri ke kanan.
6. Sistem Numerasi Cina
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 SM. Bangsa Cina
menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana
bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang
mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina-Jepang disebut dengan sistem
batang, mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM.
Sistem numerasi Cina menggunakan batang bambu kecil diatur untuk
mewakili angka 1 sampai 9, yang kemudian tempat di kolom mewakili unit
puluhan, ratusan, ribuan, dst. Bangsa Cina juga menulis angka menggunakan alat
tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas. Oleh karena itu,
suatu sistem nilai tempat desimal, sangat mirip dengan yang kita gunakan saat ini
memang adalah sistem nomor pertama tersebut, diadopsi oleh orang Cina lebih
dari seribu tahun sebelum diadopsi oleh barat dan membuat perhitungan cukup
kompleks, sangat cepat, dan mudah.

Angka tradisional Cina menggunakan pengelompokkan dengan


bilangan dasar 10. Disamping itu sistem angka ini juga mempunyai sistem
pengelompokkan perkalian (multiplikatif).
Andaikan telah ditentukan lambang-lambang bilangan dasar dari 1
sampai 9, sedangkan bilangan 10, 102, 103, ... dimisalkan mempunyai lambang
berturut-turut a, b, c, ... maka bilangan Cina-Jepang 5624 ditulis 5 c 6 b 2 a 4, jadi
setiap lambang a, b, c dan seterusnya dikalikan dengan koefisiennya dan tidak
ditulis berulang-ulang. Keunikannya angka yang ditulis dalam angka Cina-Jepang
itu ditulis dari atas kebawah.

Lambang-Lambang Bilangan Cina


7. Sistem Numerasi Yunani
Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624
sampai 546 SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun
perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika
Mesir dan Babilonia.
Yunani mengembangkan sistem numerasinya sendiri. Sistem Yunani kuno pada
mulanya disebut dengan sistem attic, muncul sekitar tahun 600 SM, yakni dilambangkan
sederhana, dimana angka satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat,
misal: 2 ll, kemudian berkembang menjadi sistem ionia (alfabetis) Yunani.
1. Sistem Attic (Yunani Kuno)
Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 600 SM. Tulisan ini ditemukan
didaerah reruntuhan Yunani yang bernama Attic.
Lambang-lambang dasar dari sistem ini adalah :

Desimal
1
5
10
100
1000
10000

Simbol

Yunani angka

Dari lambang-lambang diatas jelas bahwa bilangan dasarnya adalah 10. Lambang
untuk bilangan nol belum ada. Selain lambang-lambang diatas ada pula lambang lain
yang dipergunakan sebagai penyingkat, yaitu yang berarti lima. Lambang ini
dapat pula digabung dengan lambang-lambang diatas, dengan demikian nilainya sama
dengan lima kali nilai lambang dasar yang tertulis.
2. Sistem Ionia (Alfabetis)
Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan suatu sistem
angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Huruf-huruf itu
mempunyai nilai sebagai berikut :
Untuk menyatakan ribuan diatas sembilan angka dasar pertama (dari sampai )

dibubuhi tanda aksen (), sebagai contoh = 1000, = 5000. Sedangkan kelipatan
10000 dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan diatas tanda .
Contoh:
1. 12 =
2. 21 =
3. 247 =
4. 5000 =
5. 3567 =

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk
menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral.
Karena banyaknya suku bangsa di dunia sejak zaman purba, maka berkembang pula
sistem numerasi yang berbeda sehingga saat ini dapat diketahui bahwa suatu bilangan
dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang.
Sistem numerasi yang pertama-tama digunakan adalah sistem turus yang
didasarkan pada penghitungan korespondensi satu-satu. Kemudian seiring dengan

perkembangan peradaban manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang semakin
kompleks menyebabkan manusia mengembangkan berbagai sistem numerasi yang
berlaku di berbagai belahan dunia, seperti Mesir, Babilonia, Yunani, Maya, CinaJepang, Romawi, dan Hindu-Arab.
Sistem numerasi yang digunakan sekarang ini merupakan sistem numerasi yang
merupakan perpaduan antara numerasi Hindu dan Arab. Sistem ini tetap bertahan
karena dianggap masih mampu memenuhi kebutuhan angka manusia modern.
B. Saran
Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data
sejarah yang diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur
lain yang lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet yang belum dapat
divalidasi seluruhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Soewito, dkk.1992.Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Depdiknas
https://ninamath.wordpress.com/2013/03/14/sejarah-sistem-numerasi/
http://ensiklopediamath.blogspot.com/2011/09/lambang-bilangan-danperkembangannnya.html

Anda mungkin juga menyukai