Disusun oleh:
Slamet Tri Widodo
K7115165
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun masih diberikan kesehatan maupun kesempatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Sejarah Bilangan dan Sistem Numerasi dengan
lancar.
Melalui kesempatan yang sangat berharga ini penyusun menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada yang terhormat Bapak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun
mengharapkan dengan penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan, sehingga dapat bermanfaat untuk hidup kita sebagai bangsa Indonesia terutama
dalam bidang matematika.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna perbaikan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan dalam bidang matematika sudah diperlukan bahkan telah
menyatu dalam kehidupan purbakala. Mereka membutuhkan pengetahuan matematika
untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam pergaulan mereka sehari-hari, misalnya
perhitungan hasil pertanian dan peternakan. Bangsa Mesir kuno hidup disepanjang
Sungai Nil, bangsa Babilonia hidup disepanjang Sungai Efrat-Tigirs, bangsa Hindu
hidup disepanjang Sungai Hindus dan Gangga, dan bangsa Cina yang hidup
disepanjang Sungai Huang Yo dan Yang Tze membutuhkan pengetahuan matematika
untuk memnuhi keperluan mereka yaitu mengendalikan banjir, mengeringkan rawarawa, membuat irigasi, dan lain-lain. Oleh karena itu, diperlukanlah pengembangan
dalam sistem numerasi.
Dalam kehidupan seharik-hari kita akan sering menemukan sebuah bilangan
karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi, maupun
dalam musik dan filosofi. Adanya sebuah bilangan akan membantu manusia utnuk
menyelesaikan masalah perhitungan, mulai dari perhitungan sederhana sampai
perhitungan yang rumit sekalipun. Setiap bangsa yang sudah disebutkan mempunyai
cara mereka sendiri dalam menggambarkan sebuah bilangan, misalnya dalam bentuk
simbol maupun yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah bilangan dan sistem numerasi berdasarkan bangsa Mesir
kuno, bangsa Maya, bangsa Romawi, bangsa Arab-Hindu, bangsa Cina, bangsa
Yunani, dan sistem turus?
2.
C. Tujuan Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini terdapat sebuah tujuan, yaitu:
1. Dapat memahami sejarah dan sistem numerasi beberapa bangsa yang ada di dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
Penulisan 43 dalam sistem yang sekarang nilainya berbeda dengan 34. Ini bukti
bahwa sistem numerasi mesir kuno tidak mengenal nilai tempat atau bersifat aditif.
Sistem Penjumlahan menggunakan simbol mesir kuno, misalnya:
a. @@@= 300+30+3 = 333
b. = 40+5 = 45
2. Sistem Babilonia
Sistem numerasi babilonia ini digunakan kira-kira 3000 SM (Green John
and Litter Graham dalam A Dictionary of Mathematics, 1984). Pada masa
babilonia saat itu mereka menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet
yang terbuat dari tanah liat (clay tablets).
Ciri-Ciri Sistem Numerasi Bangsa Babilonia:
a. Menggunakan bilangan dasar (basis) 60
b. Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak)
c. Simbol-simbol yang digunakan adalah
dan <
digunakan untuk menyatakan angka 1 dan < digunakan untuk menyatakan
angka 10, kedua simbol tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan 1-59,
yaitu dengan cara menuliskan kedua simbol tersebut secara berulang-ulang.
Contoh: < < <
= 35
d. Tidak mengenal simbol 0
3. Sistem Maya
Peradaban Maya telah menetap di wilayah Amerika Tengah dari sekitar
2000 SM, meskipun yang disebut sebagai Periode Klasik membentang dari sekitar
250 AD sampai 900 AD.
12(20)3= 96.000
6(20)2 =
2.400
2(20)1 =
40
18(20)0 =
a. 2(20) =40
3 = 3
43
18 +
258.458
b.
1(20) =20
0 = 0
20
4. Sistem Romawi
Sistem numerasi Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 SM.
Sampai saat ini, lambang bilangan Romawi masih banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sistem numerasi Romawi yang sekarang ini merupakan
modernisasi sistem adisi dari sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem nilai
tempat, kecuali pada hal-hal tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak
mempunyai nol, tapi sistem romawi yang seperti sekarang ini belum lama
dikembangkannya.
4 tetapi 4 = IV
100 LL tetapi 100 = C
2. Penjumlahan
Jika suatu angka diikuti oleh angka yang lebih kecil, maka nilai angka yang lebih
kecil menambah nilai angka sebelumnya.
Yang boleh mengikuti adalah I, V, X, L, C, dan D
Contoh: VI = 6
XI = 11
MD = 1.500
3. Pengurangan
Jika angka yang lebih kecil mendahului nilai angka yang lebih besar, maka nilai
angka yang lebih kecil mengurangi nilai angka yang lebih besar.
Contoh: IX = 9, CM = 900
49 IL tetapi 49 = XLIX
999 IM tetapi 999 = CMXCIX
4. Perkalian
Dengan menambahkan tanda strip ( ), dibaca bar diatas angka romawi maka
akan menambah nilai angka tersebut menjadi 1000 X nya.
X= 10.000
D = 500.000.000
X= 10.000
D = 500.000.000
I=1
V=5
I
V
X
L
5.
UNUS
QUINQUE
DECEM
QUINQUAGINT
C
M
A
CENTUM
X = 10
L = 50
C = 100
M =1000
Sistem Arab-Hindu
Menggunakan basis 10
Menggunakan nilai tempat
Menggunakan angka 1, 2, 3, 4, ... , 9
Mengenal simbol 0
Arab Timur
Hindu-Arab
6
7
8
9
10
Hindu-Arab
Walaupun penulisan dengan tulisan Arab dari kanan ke kiri, tetapi penulisan
lambang bilangan adalah tetap dari kiri ke kanan.
6. Sistem Numerasi Cina
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 SM. Bangsa Cina
menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana
bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi yang
mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina-Jepang disebut dengan sistem
batang, mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM.
Sistem numerasi Cina menggunakan batang bambu kecil diatur untuk
mewakili angka 1 sampai 9, yang kemudian tempat di kolom mewakili unit
puluhan, ratusan, ribuan, dst. Bangsa Cina juga menulis angka menggunakan alat
tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas. Oleh karena itu,
suatu sistem nilai tempat desimal, sangat mirip dengan yang kita gunakan saat ini
memang adalah sistem nomor pertama tersebut, diadopsi oleh orang Cina lebih
dari seribu tahun sebelum diadopsi oleh barat dan membuat perhitungan cukup
kompleks, sangat cepat, dan mudah.
Desimal
1
5
10
100
1000
10000
Simbol
Yunani angka
Dari lambang-lambang diatas jelas bahwa bilangan dasarnya adalah 10. Lambang
untuk bilangan nol belum ada. Selain lambang-lambang diatas ada pula lambang lain
yang dipergunakan sebagai penyingkat, yaitu yang berarti lima. Lambang ini
dapat pula digabung dengan lambang-lambang diatas, dengan demikian nilainya sama
dengan lima kali nilai lambang dasar yang tertulis.
2. Sistem Ionia (Alfabetis)
Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan suatu sistem
angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Huruf-huruf itu
mempunyai nilai sebagai berikut :
Untuk menyatakan ribuan diatas sembilan angka dasar pertama (dari sampai )
dibubuhi tanda aksen (), sebagai contoh = 1000, = 5000. Sedangkan kelipatan
10000 dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan diatas tanda .
Contoh:
1. 12 =
2. 21 =
3. 247 =
4. 5000 =
5. 3567 =
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk
menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral.
Karena banyaknya suku bangsa di dunia sejak zaman purba, maka berkembang pula
sistem numerasi yang berbeda sehingga saat ini dapat diketahui bahwa suatu bilangan
dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang.
Sistem numerasi yang pertama-tama digunakan adalah sistem turus yang
didasarkan pada penghitungan korespondensi satu-satu. Kemudian seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang semakin
kompleks menyebabkan manusia mengembangkan berbagai sistem numerasi yang
berlaku di berbagai belahan dunia, seperti Mesir, Babilonia, Yunani, Maya, CinaJepang, Romawi, dan Hindu-Arab.
Sistem numerasi yang digunakan sekarang ini merupakan sistem numerasi yang
merupakan perpaduan antara numerasi Hindu dan Arab. Sistem ini tetap bertahan
karena dianggap masih mampu memenuhi kebutuhan angka manusia modern.
B. Saran
Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data
sejarah yang diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur
lain yang lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet yang belum dapat
divalidasi seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Soewito, dkk.1992.Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Depdiknas
https://ninamath.wordpress.com/2013/03/14/sejarah-sistem-numerasi/
http://ensiklopediamath.blogspot.com/2011/09/lambang-bilangan-danperkembangannnya.html